RESPON PERTUMBUHAN VEGETATIF TANAMAN ANGGREK (Vanda douglas L.) TERHADAP PEMBERIAN HORMON TUMBUH ROOT-UP

dokumen-dokumen yang mirip
BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Kecamatan Bangsri Kabupaten Jepara Provinsi Jawa Tengah. Ketinggian tempat

PELAKSANAAN PENELITIAN

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan pada di lahan sawah milik warga di Desa Candimas

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu Penelitian. Bahan dan Alat

III. MATERI DAN METODE

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan di rumah kaca, Fakultas Pertanian Universitas Lampung dari

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di rumah kaca laboratorium Lapangan Terpadu

BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Sumatera Utara, Medan dengan ketinggian tempat ± 32 meter di atas permukaan

MATERI DAN METODE. A 2 : 120 g/tanaman. A 3 : 180 g/tanaman

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Kebun Percobaan Fakultas Pertanian Universitas

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Desa Sukabanjar Kecamatan Gedong Tataan

STUDY TENTANG TIGA VARIETAS TERUNG DENGAN KOMPOSISI MEDIA TANAM TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN

Teknologi Praktis : Agar Populasi Tanaman Pepaya Bisa 100 Persen Berkelamin Sempurna (Hermaprodit) dan Seragam

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di lahan percobaan Politeknik Negeri Lampung, Bandar

I. PENDAHULUAN. yang sangat beragam dan mayoritas penduduknya mempunyai mata pencaharian

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Kelurahan Dulomo Utara, Kecamatan Kota

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Kelurahan Dulomo Utara Kecamatan

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas Pertanian

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Desa Sukabanjar Kecamatan Gedong Tataan

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di kebun percobaan Fakultas Pertanian

III. BAHAN DAN METODE

PUPUK ORGANIK CAIR DAN PUPUK KANDANG AYAM BERPENGARUH KEPADA PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI KEDELAI ( Glycine max L. )

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini akan dilaksanakan pada bulan Juli sampai dengan bulan

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian dilaksanakan di kebun percobaan yang terletak di Desa Rejomulyo,

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas Pertanian

PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN OKRA (Abelmoschus esculantus) PADA PELAKUAN PUPUK DEKAFORM DAN DEFOLIASI

III. MATERI DAN METODE

TATA CARA PENELTIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Penelitian dilakukan lahan percobaan Fakultas Pertanian Universitas

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan November 2011 sampai dengan Januari

III. BAHAN DAN METODE. laut, dengan topografi datar. Penelitian dilakukan mulai bulan Mei 2015 sampai

MATERI DAN METODE Tempat dan Waktu

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di rumah kaca dan Laboratorium Ilmu Tanaman

III. BAHAN DAN METODE

TATA CARA PENELITIAN. Penelitian dilakukan di Greenhouse Universitas Muhammadiyah

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Kembaran Kabupaten Banyumas mulai Februari sampai Maret 2017.

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu. Bahan dan Alat. diameter 12 cm dan panjang 28 cm, dan bahan-bahan lain yang mendukung

E-JURNAL ARSITEKTUR LANSEKAP ISSN: VOL. 3, NO. 1, APRIL 2017

I. PENDAHULUAN Latar Belakang

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian Bahan dan Alat Metode Penelitian

III. METODE PENELITIAN. Medan Area yang berlokasi di jalan kolam No.1 Medan Estate, Kecamatan Percut

PENGARUH PUPUK ORGANIK CAIR (POC) LIMBAH TERNAK DAN LIMBAH RUMAH TANGGA PADA TANAMAN KANGKUNG (Ipomoea reptans Poir) Oleh : Sayani dan Hasmari Noer *)

III. BAHAN DAN METODE. Tuan dengan ketinggian 25 mdpl, topografi datar dan jenis tanah alluvial.

RESPOMS PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI SAAWI (Brassica Juncea. L) TERHADAP INTERVAL PENYIRAMAN DAN KONSENTRASILARUTAN PUPUK NPK SECARA HIDROPONIK

BAB III METODE PENELITIAN. Percobaan lapangan ini dilakukan dengan menggunakan Rancangan Acak

BAB III METODOLOGI DAN PELAKSANAAN PENELITIAN

I. TATA CARA PENELITIAN. Muhammadiyah Yogyakarta di Desa Tamantirto, Kecamatan Kasihan, Kabupaten

III. MATERI DAN METODE

PENGARUH PUPUK NPK DGW COMPACTION DAN PUPUK KANDANG SAPI TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN CABAI MERAH BESAR (Capsicum annuum L.

III. BAHAN DAN METODE

III BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Desa Sukabanjar Kecamatan Gedong Tataan. Kabupaten Pesawaran dari Oktober 2011 sampai April 2012.

BAB III METODE PENELITIAN. dilakukan dengan memberi perlakuan (treatment) terhadap objek. penelitian serta adanya kontrol penelitian.

I. MATERI DAN METODE

Percobaan 4. Tumpangsari antara Jagung dengan Kacang Tanah

I. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Politeknik Negeri Lampung, Bandar Lampung.

III. BAHAN DAN METODE

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilakukan di rumah kaca Gedung Hortikultura Universitas Lampung

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilakukan di rumah kaca gedung Hortikultura Universitas Lampung

III. MATERI DAN METODE

I. PENDAHULUAN. Tanaman hias merupakan salah satu produk hortikultura yang saat ini mulai

II. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Kelurahan Gunung Terang, Gang Swadaya VI,

PENGARUH PEMBERIAN HORMON TUMBUH DAN DIAMETER STEK TERHADAP PERTUMBUHAN STEK JERUK NIPIS TANPA BIJI (Citrus aurantifolis S)

BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas Pertanian

TATA CARA PENELITIAN. A. Waktu dan Tempat Penelitian. Pengamatan pertumbuhan tanaman kedelai Edamame dilakukan di rumah. B. Bahan dan Alat Penelitian

Penanganan bibit jati (Tectona grandis Linn. f.) dengan perbanyakan stek pucuk

METODE PENELITIAN. A. Waktu dan Tempat Penelitian. B. Bahan dan Alat Penelitian. C. Rancangan Penelitian dan Analisis Data

III. TATA LAKSANA KEGIATAN TUGAS AKHIR

BAB III METODOLOGI DAN PELAKSANAAN PENELITIAN

Cara Sukses Menanam dan Budidaya Cabe Dalam Polybag

MATERI DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di lahan percobaan Fakultas Pertanian dan

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Percobaan Alat dan Bahan Metode Percobaan

I. MATERI DAN METODE

BAHAN DAN METODE. Waktu dan Tempat. Bahan dan Alat

III. MATERI DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan dilahan percobaan Fakultas Pertanian dan

BAHAN DAN METODE. Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau, Kelurahan

2 METODE PENELITIAN. Waktu dan Tempat Penelitian. Alat dan Bahan. Rancangan Penelitian

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan dikebun percobaan Politeknik Negeri Lampung,

MIKROORGANISME LOKAL (MOL) BUAH PISANG DAN PEPAYA TERHADAP PERTUMBUHAN TANAMAN UBI JALAR (Ipomea batatas L)

III. METODE PENELITIAN. Kecamatan Medan Percut Sei Tuan dengan ketinggian tempat kira-kira 12 m dpl,

PENGARUH AUKSIN TERHADAP PERTUMBUHAN BIBIT CABUTAN ALAM GAHARU

III. BAHAN DAN METODE

III. METODE PENELITIAN. bibit sengon laut (Paraserianthes falcataria L. Nielsen) pupuk NPK, herbisida

III. MATERI DAN METODE

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian dilaksanakan di Screen House, Balai Penelitian Tanaman Sayuran

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di rumah kaca Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas

BAB III BAHAN DAN METODE. Medan Area yang berlokasi di Jalan Kolam No. 1 Medan Estate, Kecamatan

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Kebun Percobaan Balai Pengkajian Teknologi

LAJU PERTUMBUHAN DAN LAJU ASIMILASI BERSIH RUMPUT GAJAH DARI LETAK TUNAS STEK YANG BERBEDA DENGAN BEBERAPA DOSIS PUPUK NITROGEN SKRIPSI.

Cara Menanam Tomat Dalam Polybag

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Bahan dan Alat Metode Penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Greenhouse Jurusan Bioloi Fakultas Sains dan

III. BAHAN DAN METODE

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Rumah Kaca Laboratorium Lapang Terpadu

BAHAN DAN METODE. Alat yang digunakan dalam penelitian ini meliputi: cangkul, parang, ajir,

Menanam Sayuran Dengan Teknik Vertikultur

I. PENDAHULUAN. diminati orang (Widiastoety dkk, 2010). Tingginya minat akan bunga anggrek

Teknik Perbanyakan Jambu Air Citra Melalui Stek Cabang

BAHAN DAN METODE. Y ij = + i + j + ij

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Timur Kabupaten Semarang dan di Laboratorium Penelitian Fakultas Pertanian

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Politeknik Negeri Lampung (POLINELA). Waktu

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini telah dilaksanakan di lahan Kebun Percobaan BPTP Natar,

Transkripsi:

Jurnal Ilmiah UNKLAB Vol. 18, No. 1, Juni, 214, hal. 1-9 ISSN: 1411-4372 RESPON PERTUMBUHAN VEGETATIF TANAMAN ANGGREK (Vanda douglas L.) TERHADAP PEMBERIAN HORMON TUMBUH ROOT-UP Max Sahetapy 1 Marki S. Sumampouw 2 Elianus Magai 3 1 Fakultas Pertanian, Universitas Klabat (msahetapy@unklab.ac.id) 2 Fakultas Pertanian, Universitas Klabat (markisumampouw@yahoo.co.id) 3 Fakultas Pertanian, Universitas Klabat (eliasmagai814@yahoo.com) Abstrak Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui respon pertumbuhan vegetatif tanaman anggrek terhadap pemberian hormon tumbuh Root-Up serta mendapatkan dosis hormon tumbuh yang tepat untuk pertumbuhan vegetatif tanaman anggrek. Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Kelompok dengan lima tingkat perlakuan yaitu: E = tanpa perlakuan hormon tumbuh Root-Up sebagai kontrol, E1 = 5 ml air/1 gr Root-Up, E2 = 1 ml air/1 gr Root-Up, E3 = 15 ml air/1 gr Root-Up, dan E4 = 2 ml air/1 gr Root-Up yang diulang sebanyak empat kali. Dosis hormon tumbuh Root-Up tidak mempengaruhi tinggi tunas umur 4 dan 6 MST, jumlah tunas, dan umur bertunas, tetapi mempengaruhi tinggi tunas umur 8 MST. Urutan stek mempengaruhi tinggi tunas, jumlah tunas, dan umur bertunas. Dosis hormon tumbuh Root-Up yang terbaik adalah 2 ml air/1 gr Root-Up, dan urutan stek terbaik adalah urutan ke 4. Kata Kunci: anggrek, Vanda douglas L., hormon tumbuh Root-Up Abstract The purpose of this study was to determine the response of orchid s vegetative growth to the Root-Up growth hormone and to get the proper dose of Root-Up growth hormone for the vegetative growth of orchid. This study used a Randomized Block Design with five treatment levels: E = without Root-Up growth hormone as a control, E1 = 5 g Root-Up/1 ml of water, E2 = 1 g Root-Up/1 ml of water, E3 = 15 g Root-Up/1 ml of water, and E4 = 2 g Root-Up/1 ml of water, which were repeated four times. Root-Up growth hormone dose did not affect the height of the shoots at 4 and 6 weeks after planting, the number of shoots, and the age of sprout shoots, but influenced the height of the shoots at 8 weeks after planting. The sequence of bud cuttings influenced the height of the shoots, the number of shoots, and the age of sprout shoots. The best dose of Root-Up growth hormone was 2 g Root-Up/1 ml of water, and the best cutting sequence as the 4th sequence. Keywords: orchid, Vanda douglas L., Root-Up growth hormone Negara Indonesia merupakan negara yang sangat kaya dengan keragaman jenis dan varietas berbagai tanaman hortikultura. Salah satunya adalah tanaman hias. Bunga potong merupakan bunga yang banyak digunakan untuk rangkaian bunga di berbagai acara, mulai dari acara kelahiran, pernikahan, dan keagamaan sampai pada kematian serta ucapan selamat (Agromedia, 26). Tanaman anggrek merupakan jenis bunga potong yang memiliki daya tahan cukup bagus sehingga bisa lebih tahan lama untuk dinikmati keindahannya karena tanaman tersebut memiliki penampilan, untaian, bentuk, warna, dan corak bunga yang sangat menarik dan bervariasi (Damayanti, 211). Anggrek termasuk kelompok tanaman hias yang mempunyai kelebihan berupa spektrum yang luas pada warna, bentuk, ukuran tekstur, variasi, dan mempunyai nilai estetika tinggi. Hal tersebut menunjukkan bahwa usaha bunga potong memiliki pasar yang cukup luas untuk pemasaran hasil

2 Jurnal Ilmiah UNKLAB produksinya dan dapat dijadikan suatu peluang usaha yang cukup menjanjikan (Mattjik, 21). Namun, banyak penggemar yang mengeluh bahwa menanam anggrek itu sulit karena penyediaan benih atau bibit yang masih rendah. Sebenarnya, menanam tanaman anggrek tidak sulit. Kunci keberhasilannya terletak pada lingkungan hidupnya. Bila lingkungannya telah sesuai, dengan perawatan yang sama dengan tanaman hias lainnya, tanaman anggrek akan tumbuh dengan baik dan berbunga. Dengan semakin banyaknya penggemar anggrek, mereka pun membutuhkan informasi mengenai cara-cara budidaya anggrek (Anggraeni, 21). Tanaman anggrek Vanda douglas L. merupakan tanaman yang mempunyai nilai ekonomi yang tinggi, warna yang indah, bentuk dan aroma yang khas, dan bunga anggrek Vanda douglas L. dapat bertahan kurang lebih dua minggu (bunganya tidak mudah rontok). Masyarakat menggunakan tanaman anggrek Vanda douglas L. sebagai bunga pot, bunga potong untuk rangkaian papan bunga, dan juga hiasan rambut pengantin. Apabila bisnis tanaman anggrek Vanda douglas L. ditekuni dengan baik oleh para penggemarnya, itu akan memberikan keuntungan yang baik bagi mereka (Nurhadi, 28). Tabel 1 Produksi Tanaman Hias di Indonesia Tahun 1997-211 Tahun Anggrek Kuping Gajah Gladiol Krisan Mawar Melati (Kg) Palem (Pohon) 1997 6,52,669 4,282,433 12,54,879 1,62,753 123,439,324 7,584,66 3,51,94 1998 7,78,22 1,67,465 6,471,772 4,445,77 63,291,838 25,52,464 2,41,66 1999 3,26,992 44,127 2,532,171 1,468,213 33,594,352 13,45,881 3,2,643 2 3,26,858 583,728 4,843,188 2,281,125 78,147,515 15,134,842 754,67 21 4,45,787 773,299 4,448,199 7,387,737 84,951,741 19,524,815 426,964 22 4,995,735 1,6,75 1,876,948 25,84,63 55,78,137 18,233,644 1,189,617 23 6,94,19 1,263,77 7,114,382 27,46,464 5,766,656 15,74,955 668,154 24 8,127,528 1,112,724 14,416,172 29,53,257 57,983,747 21,622,699 445,126 25 7,92,43 2,615,999 14,512,619 47,465,794 6,719,517 22,552,537 751,55 26 1,73,444 2,17,535 11,195,483 63,716,256 4,394,27 24,795,995 986,34 27 9,484,393 2,198,99 11,271,385 66,979,26 59,492,699 15,775,751 1,171,768 28 15,43,4 2,764,552 8,524,252 99,158,942 39,131,63 2,357,698 1,94,96 29 16,25,949 3,833,1 9,775,5 17,847,72 6,191,362 28,37,326 1,26,48 21 14,5,445 7,655,542 1,64,82 185,232,97 82,351,332 21,6,442 1,98,197 211 15,49,256 4,724,73 5,448,74 35,867,882 74,319,773 22,541,485 1,261,445 Sumber: Badan Pusat Statistik, 211 Data Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan bahwa produksi tanaman hias di Indonesia tahun 29-211, khususnya anggrek, mengalami penurunan. Tahun 29 produksi anggrek adalah sebesar 16,25,445 tangkai; tahun 21 produksi turun menjadi 14,5,455 tangkai; tahun 211 produksi kembali naik menjadi 15,49,256 tangkai (Badan Pusat Statistik, 211). Anggrek sebagai bunga potong banyak dibutuhkan oleh florist, dekorator, hotel, catering, perkantoran, dan konsumen rumah tangga. Besarnya jumlah peminat serta cenderung meningkatnya permintaan bunga anggrek membuktikan bahwa anggrek sebagai tanaman hias memiliki peranan penting dalam dunia perdagangan. Saat ini, tanaman hias khususnya anggrek juga banyak dibutuhkan untuk memperindah lingkungan sekitar, termasuk dekorasi ruangan dan halaman rumah. Semakin menariknya peluang bisnis yang ada pada komoditas anggrek tersebut menjadikan banyak pelaku usaha yang tertarik untuk ikut dalam persaingan pada industri tanaman hias (Puspitasiwi, 21). Banyaknya kebutuhan bunga anggrek bisa menyebabkan permintaan bunga anggrek meningkat, sedangkan produksi bunga anggrek dari tahun ke tahun naik turun (Tabel 1). Hal ini disebabkan oleh penyediaan benih atau bibit anggrek yang masih rendah atau kurang. Berdasarkan latar belakang tersebut, diperlukan usaha peningkatan produksi vegetatif agar dapat membantu para petani bunga anggrek dalam memproduksi bunga anggrek karena penyediaan

Sahetapy, Sumampouw, Magai Respon Pertumbuhan Vegetatif Tanaman Anggrek (Vanda douglas L.) 3 bibit anggrek secara vegetatif lebih cepat dari pada secara generatif. Salah satu cara untuk mendapatkan bibit anggrek secara vegetatif adalah dengan pemberian hormon tumbuh Root-Up. Root- Up adalah hormon pertumbuhan akar yang berfungsi untuk merangsang pertumbuhan akar pada perbanyakan vegetatif (cangkok, stek). Root- Up merupakan tepung bubuk putih yang mengandung auksin yang merupakan zat pengatur tumbuh (ZPT). Auksin dapat berfungsi untuk merangsang perpanjangan sel, pembentukan bunga dan buah, pertumbuhan akar pada stek batang, perpanjangan titik tumbuh, serta pencegahan gugur daun dan bunga (Koensemarijah, 1992). Dari uraian di atas, maka masalah yang bisa dirumuskan adalah: 1. Apakah ada pengaruh hormon tumbuh Root-Up pada pertumbuhan vegetatif tanaman anggrek? 2. Apakah ada satu konsentrasi hormon tumbuh Root-Up yang tepat bagi pertumbuhan vegetatif tanaman anggrek? Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui respon pertumbuhan vegetatif tanaman anggrek terhadap pemberian hormon tumbuh Root-Up dan untuk mendapatkan konsentrasi hormon tumbuh Root-Up yang tepat untuk pertumbuhan vegetatif tanaman anggrek. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi tentang respon pertumbuhan vegetatif tanaman anggrek dan konsentrasi hormon tumbuh Root-Up yang tepat untuk pertumbuhan vegetatif tanaman anggrek. Metodologi Penelitian Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di kebun percobaan Fakultas Pertanian, Universitas Klabat, Kelurahan Airmadidi Bawah, Kabupaten Minahasa Utara dengan ketinggian 1-15 meter di atas permukaan laut. Penelitian ini dilaksanakan selama 3 bulan, dari bulan Agustus sampai November 213. Bahan dan Alat Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah batang anggrek Vanda douglas L., hormon tumbuh Root-Up, pupuk NPK, Furadan 3G, dan air. Alat yang digunakan adalah bambu, cangkul, gergaji, hand sprayer, ember, tali rafia, palu, paku, sekop, parang, timbangan, meteran rol, mistar, kayu, plastik transparan, daun kelapa, dan alat tulismenulis. Rancangan Percobaan Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) yang terdiri dari lima tingkat perlakuan dan diulang sebanyak empat kali. E = g Root-Up/1 ml air (Kontrol) E1 = 5 g Root-Up/1 ml air E2 = 1 g Root-Up/1 ml air E3 = 15 g Root-Up/1 ml air E4 = 2 g Root-Up/1 ml air Sebagai kelompok urutan stek yaitu stek 1 bagian bawah untuk blok 1, stek 2 untuk blok 2, stek 3 untuk blok 3, dan stek 4 untuk blok 4. Variabel Pengamatan Variabel yang diamati dari penelitian ini adalah: 1. Tinggi tunas (cm): diukur pada umur 4, 6, dan 8 MST (Minggu Sesudah Tanam) dengan menggunakan meteran dan diukur dari batang utama sampai pucuk 2. Jumlah tunas: dihitung pada umur 4, 6, dan 8 MST 3. Umur bertunas: diamati pada waktu pertama kali bertunas (Hari Setelah Tanam/HST) Prosedur Kerja Pengolahan tanah. Pengolahan tanah dilakukan dengan membalikkan, memecah, menggemburkan tanah, serta membersihkan rumput-rumput. Tanah yang telah disediakan itu diolah dan dicampur pasir dengan perbandingan tanah 75 % dan pasir 25 %. Mempersiapkan media tanam. Tanah, pasir, dan pupuk dasar (NPK) yang telah dicampur itu kemudian ditimbang sebanyak 5.5 kg/ember dan dimasukkan ke dalam ember pot berukuran 4 4 cm yang telah disediakan. Setelah semua ember pot terisi dengan media tanam, maka ember pot tersebut dipindahkan ke dalam naungan plastik transparan dan daun kelapa. Ember pot diletakkan dengan jarak 4 cm antar ember dan jarak 4 cm antar blok. Pembuatan naungan. Naungan terbuat dari plastik dan daun kelapa untuk mengurangi penguapan dan dibuat tiga hari sebelum penanaman. Penanaman. Ember pot yang sudah tersedia adalah sebanyak 4 ember. Bibit anggrek itu kemudian dimasukkan sebanyak dua bibit/ember. Penanaman dilakukan pada sore hari. Pemupukan. Pupuk dasar (NPK) diberikan sebanyak 9 g/ember dengan cara dicampurkan secara merata pada tanah. Hormon tumbuh Root- Up diberikan hanya satu kali dengan cara dicampur air sesuai dosis dan diberikan pada ujung bagian bawah potongan batang anggrek Vanda douglas L. Hormon tumbuh Root-Up diberikan pada saat bibit anggrek akan ditanam. Pemeliharaan. Penyiraman dilakukan pada pagi atau sore hari. Penyiangan dilakukan untuk membersihkan gulma. Pengendalian hama seperti semut menggunakan Furadan 3G dengan cara

Tinggi tunas (cm) 4 Jurnal Ilmiah UNKLAB ditaburkan di bawah ember pot sebanyak 5 g/ember pot. Analisis data. Data yang diperoleh dalam penelitian dianalisis dengan menggunakan analisis ragam. Kemudian, analisis dilanjutkan dengan uji beda jarak berganda Duncan. Pengolahan data menggunakan paket program SPSS. Hasil dan Pembahasan Tinggi Tunas Hasil uji Duncan pada tinggi tunas menunjukkan hasil yang tidak berbeda nyata pada umur 4 dan 6 MST dan berbeda nyata pada umur 8 MST. Akan tetapi, tinggi tunas berdasarkan urutan stek menunjukkan hasil yang berbeda nyata. Tinggi tunas berdasarkan perlakuan hormon tumbuh Root-Up. Hasil uji Duncan data rata-rata tinggi tunas berdasarkan perlakuan konsentrasi hormon tumbuh Root-Up yang berbeda dapat dilihat pada Tabel 2. Tabel 2 Rata-Rata Tinggi Tunas (cm) pada Berbagai Berdasarkan Uji Duncan MST 4 6 8 E= g Root-Up/1 ml air (Kontrol).54 1.27 3.15 b E1=5 g Root-Up /1 ml air.41 1.12 1.81 a E2=1 g Root-Up /1 ml air.48 1.62 3.33 ab E3=15 g Root-Up /1 ml air.46 1.54 3.39 ab E4=2 g Root-Up /1 ml air.6 1.95 3.73 b Ket: Angka yang diikuti oleh huruf yang sama menunjukkan tidak ada perbedaan. Tinggi tunas pada umur 4 dan 6 MST tidak berbeda nyata karena hormon tumbuh yang digunakan tidak mengandung sitokin yang berperan dalam pembentukan tunas dan hanya mengandung auksin yang bila terkena sinar matahari, itu akan menghambat kerja auksin. Menurut Pras (213), jika suatu tanaman ditempatkan pada tempat yang kekurangan sinar matahari, pertumbuhan tanaman tersebut akan lebih cepat. Sedangkan bagi tanaman yang ditempatkan di tempat terbuka dengan penyinaran matahari penuh, pertumbuhan tanaman tersebut sedikit terhambat. Pada umur 8 MST, ada perbedaan yang nyata karena tanaman anggrek kurang mendapat cahaya matahari yang disebabkan cuaca yang mendung, dan auksin bekerja cepat untuk pertumbuhan batang. Pertumbuhan tinggi tunas dapat dilihat pada Gambar 1. Tunas tertinggi ada pada umur 4 MST dengan dosis 2 g Root-Up/1 ml air yaitu.6 cm, dan yang terendah ada pada dosis 1 g Root-Up/1 ml air yaitu.41 cm. Pada umur 6 MST, tunas tertinggi ada pada dosis 2 g Root-Up/1 ml air yaitu 1.95 cm, dan yang terendah ada pada dosis 1 g Root-Up/1 ml air yaitu 1.12 cm. Pada umur 8 MST, tunas tertinggi ada pada dosis 2 g Root- Up/1 ml air yaitu 3.73 cm, dan yang terendah ada pada dosis 1 g Root-Up/1 ml air yaitu 1.81 cm. Gambar 1 Rata-rata Tinggi Tunas (cm) pada Berbagai 4 3,5 3 2,5 2 1,5 1,5 E E1 E2 E3 E4 4 MST 6 MST 8 MST Umur tanaman (MST)

Tinggi tunas (cm) Sahetapy, Sumampouw, Magai Respon Pertumbuhan Vegetatif Tanaman Anggrek (Vanda douglas L.) 5 Tinggi tunas berdasarkan urutan stek. Data rata-rata tinggi tunas berdasarkan urutan stek dengan perlakuan dosis Root-Up yang berbeda dapat dilihat pada Tabel 3. Hasil uji Duncan tinggi tunas berdasarkan urutan stek pada umur 4, 6, dan 8 MST berbeda nyata karena urutan stek yang paling muda masih mengandung cukup cairan untuk pertumbuhan tunas. Pada umur 4 MST, urutan stek 1 tidak berbeda dengan urutan stek 2, tetapi urutan stek 1 berbeda dengan urutan stek 3 dan stek 4, serta urutan stek 2 berbeda dengan urutan stek 4. Pada umur 6 MST, urutan stek 1 tidak berbeda dengan urutan stek 2, tetapi urutan stek 1 berbeda dengan urutan stek 3 dan urutan stek 4. Pada umur 8 MST, urutan stek 1 dan urutan stek 2 berbeda dengan urutan stek 3 dan stek 4. Ini menunjukkan bahwa urutan stek 4 lebih cepat mengeluarkan tunas. Tabel 3 Rata-Rata Tinggi Tunas (cm) Berdasarkan Urutan Stek dan Uji Duncan Urutan Stek Tinggi Tunas (MST) 4 6 8 1.126 a.79 a 1.24 a 2.384 ab 1.236 ab 2.58 a 3.652 bc 1.844 b 4.696 b 4.834 c 2.132 b 4.172 b Ket: Angka yang diikuti oleh huruf yang sama menunjukkan tidak ada perbedaan. Pertumbuhan tinggi tunas berdasarkan urutan stek dapat dilihat pada Gambar 2. Tunas tertinggi pada umur 4 MST ada pada urutan stek ke 4 yaitu.83 cm, dan yang terendah ada pada urutan stek 1 yaitu.12 cm. Pada umur 6 MST, tunas tertinggi ada pada urutan stek ke 4 yaitu 2.13 cm, dan yang terendah ada pada urutan stek 1 yaitu.79 cm. Pada umur 8 MST, tunas yang tertinggi ada pada urutan stek ke 3 yaitu 4.69 cm, dan yang terendah ada pada urutan stek 1 yaitu 1.24 cm. 5 4,5 4 3,5 3 2,5 2 1,5 1,5 Gambar 2 Rata-rata Tinggi Tunas (cm) Berdasarkan Urutan Stek pada Berbagai 4 MST 6 MST 8 MST Umur tanaman (MST) Stek 1 Stek 2 Stek 3 Stek 4 Jumlah Tunas Hasil uji Duncan terhadap jumlah tunas berdasarkan perlakuan hormon tumbuh Root-Up menunjukkan hasil yang tidak berbeda nyata pada umur 4, 6, dan 8 MST, tetapi jumlah tunas berdasarkan urutan stek berbeda nyata. Jumlah tunas berdasarkan perlakuan hormon tumbuh ROOT-UP. Hasil uji Duncan data rata-rata jumlah tunas berdasarkan perlakuan konsentrasi hormon tumbuh ROOT-UP yang berbeda dapat dilihat pada Tabel 4.

Jumlah tunas 6 Jurnal Ilmiah UNKLAB Tabel 4 Rata-Rata Jumlah Tunas pada Berbagai dan Uji Duncan MST 4 6 8 E= g Root-Up/1 ml air (Kontrol).75.87.94 E1=5 g Root-Up/1 ml air.69.75.87 E2=1 g Root-Up/1 ml air.69.81.87 E3=15 g Root-Up/1 ml air.81.94 1. E4=2 g Root-Up/1 ml air.81 1. 1. Jumlah tunas pada umur 4, 6, dan 8 MST tidak berbeda nyata karena hormon tumbuh yang digunakan tidak mengandung sitokin yang berperan dalam pembentukan tunas dan hanya mengandung auksin yang bila terkena sinar matahari akan menghambat kerja auksin. Menurut Darnell (1986), jika suatu tanaman ditempatkan pada tempat yang kekurangan sinar matahari, maka pertumbuhan tanaman tersebut akan lebih cepat. Sedangkan bagi tanaman yang ditempatkan di tempat terbuka dengan penyinaran matahari penuh, pertumbuhan tanaman tersebut sedikit terhambat. Pertumbuhan jumlah tunas dapat dilihat pada Gambar 3. Jumlah tunas terbanyak ada pada umur 4 MST dengan 15 g Root-Up/1 ml air dan 2 g Root-Up/1 ml air yaitu.81, dan yang terendah adalah 5 g Root-Up/1 ml air dan 1 g Root-Up/1 ml air yaitu.69. Pada umur 6 MST, jumlah tunas terbanyak ada pada dosis 2 g Root-Up/1 ml air yaitu 1., dan yang terendah ada pada dosis 5 g Root-Up/1 ml air yaitu.75. Pada umur 8 MST, jumlah tunas terbanyak ada pada dosis 15 g Root- Up/1 ml air dan 2 g Root-Up/1 ml air yaitu 1., dan yang terendah ada pada 5 g Root-Up/1 ml air dan 1 g Root-Up/1 ml air yaitu.87. Gambar 3 Rata-rata Jumlah Tunas pada Berbagai 1,2 1,8,6,4,2 E E1 E2 E3 E4 4 MST 6 MST 8 MST Umur tanaman (MST) Jumlah tunas berdasarkan urutan stek. Data rata-rata jumlah tunas berdasarkan urutan stek dengan dosis Root-Up yang berbeda dapat dilihat pada Tabel 5. Hasil uji Duncan jumlah tunas berdasarkan urutan stek pada umur 4, 6, dan 8 MST berbeda nyata karena urutan stek yang paling muda masih mengandung cukup cairan untuk pertumbuhan tunas. Pada umur 4 MST, urutan stek 1 berbeda dengan urutan stek 2, stek 3, dan stek 4. Pada umur 6 MST, urutan stek 1 tidak berbeda dengan urutan stek 2, tetapi urutan stek 1 berbeda dengan urutan stek 3 dan stek 4. Pada umur 8 MST, urutan stek 1 tidak berbeda dengan urutan stek 2, tetapi stek 1 jauh berbeda dengan urutan stek 3 dan stek 4.

Sahetapy, Sumampouw, Magai Respon Pertumbuhan Vegetatif Tanaman Anggrek (Vanda douglas L.) 7 Tabel 5 Rata-Rata Jumlah Tunas Berdasarkan Urutan Stek dan Uji Duncan Urutan Stek Jumlah Tunas (MST) 4 6 8 1.3 a.6 a.65 a 2.8 b.8 ab.85 ab 3.95 b 1.1 c 1.15 bc 4.95 b 1. bc 1.3 c Ket.: Angka yang diikuti oleh huruf yang sama menunjukkan tidak ada perbedaan. Pertumbuhan jumlah tunas dapat dilihat pada Gambar 4. Jumlah tunas terbanyak berdasarkan urutan stek pada umur 4 MST ada pada urutan stek 3 dan 4 yaitu.95, dan yang terendah adalah urutan stek 1 yaitu.3. Pada umur 6 MST, jumlah tunas terbanyak ada pada urutan stek ke 3 yaitu 1.1. Pada umur 8 MST, jumlah tunas terbanyak ada pada urutan stek ke 4 yaitu 1.3, dan yang terendah ada pada urutan stek 1 yaitu.65. Gambar 4 Rata-rata Jumlah Tunas Berdasarkan Urutan Stek Jumlah tunas 1,4 1,2 1,8,6,4,2 Stek 1 Stek 2 Stek 3 Stek 4 4 MST 6 MST 8 MST Umur tanaman (MST) Umur Bertunas Hasil uji Duncan umur bertunas berdasarkan perlakuan hormon tumbuh Root-Up tidak berpengaruh nyata terhadap umur bertunas, tetapi berbeda nyata berdasarkan urutan stek. Umur bertunas berdasarkan perlakuan hormon tumbuh Root-Up. Data rata-rata umur bertunas berdasarkan perlakuan hormon tumbuh Root-Up yang berbeda dapat dilihat pada Tabel 6. Tabel 6 Rata-Rata Umur Bertunas (HST) pada Berbagai Berdasarkan Uji Duncan Rata-rata umur bertunas (HST) E= g Root-Up/1 ml air (Kontrol) 22.7 E1=5 g Root-Up/1 ml air 2.5 E2=1 g Root-Up/1 ml air 22.2 E3=15 g Root-Up/1 ml air 22.2 E4=2 g Root-Up/1 ml air 23.2

8 Jurnal Ilmiah UNKLAB Hasil uji Duncan umur bertunas menunjukkan bahwa pemberian hormon tumbuh Root-Up tidak memberikan pengaruh yang nyata bagi umur bertunas karena hormon tumbuh yang digunakan tidak mengandung sitokinin yang berperan dalam pembentukan tunas dan hanya mengandung auksin yang bila terkena sinar matahari akan menghambat kerja auksin. Menurut Darnell (1986), jika suatu tanaman ditempatkan pada tempat yang kekurangan sinar matahari, maka pertumbuhan tanaman tersebut akan lebih cepat. Sedangkan bagi tanaman yang ditempatkan di tempat terbuka dengan penyinaran matahari penuh, pertumbuhan tanaman tersebut sedikit terhambat. Rata-rata umur bertunas dapat dilihat pada Gambar 3. Rata-rata umur bertunas tertinggi adalah dosis 2 g Root-Up/1 ml air yaitu 23.2 HST, dan yang terendah adalah 5 g Root-Up/1 ml air yaitu 22.7 HST. Pada umur bertunas, dosis terbaik adalah 5 g Root-Up/1 ml air yaitu 22.7 HST. Gambar 5 Rata-rata Umur Bertunas (HST) pada Berbagai 23,5 23 Umur bertunas (HST) 22,5 22 21,5 21 2,5 2 19,5 19 Kontrol 5 ml/1 gr 1 ml/1 gr 15 ml/1 gr 2 ml/1 gr Umur bertunas berdasarkan urutan stek. Data rata-rata umur bertunas berdasarkan urutan stek yang berbeda dapat dilihat pada Tabel 7. Hasil uji Duncan umur tunas berdasarkan urutan stek pada umur 4, 6, dan 8 MST berbeda nyata karena urutan stek yang paling muda masih mengandung cukup cairan untuk pertumbuhan tunas. Pada umur bertunas ini, berdasarkan urutan stek, urutan stek yang ke 4 lebih cepat bertunas karena bibit anggrek yang mengandung banyak cairan. Tabel 7 Rata-Rata Umur Bertunas Berdasarkan Urutan Stek dan Uji Duncan Urutan stek Umur bertunas (HST) 1 24.6 b 2 24. b 3 21.2 ab 4 18.6 a Ket.: Angka yang diikuti oleh huruf yang sama menunjukkan tidak ada perbedaan. Rata-rata umur bertunas dapat dilihat pada Gambar 6. Rata-rata umur bertunas berdasarkan urutan stek yang tertinggi adalah urutan stek 1 yaitu 24.6 HST, dan yang terendah adalah urutan stek ke 4 yaitu 18.6 HST. Pada umur bertunas, stek terbaik adalah urutan stek ke 4 yaitu 18.6 HST.

Sahetapy, Sumampouw, Magai Respon Pertumbuhan Vegetatif Tanaman Anggrek (Vanda douglas L.) 9 3 Gambar 6 Rata-rata Umur Bertunas (HST) Berdasarkan Urutan Stek 25 2 15 1 5 Stek 1 Stek 2 Stek 3 Stek 4 Kesimpulan dan Saran Kesimpulan Kesimpulan yang dapat diambil dari penelitian ini adalah: 1. Tinggi tunas pada umur 4 dan 6 MST tidak berbeda berdasarkan perlakuan dosis hormon tumbuh Root-Up tetapi berbeda pada umur 8 MST. 2. Jumlah tunas dan umur bertunas tidak berbeda berdasarkan perlakuan dosis Root-Up. 3. Tinggi tunas, jumlah tunas, dan umur bertunas berdasarkan urutan stek berbeda nyata pada umur 4, 6, dan 8 MST. 4. Dosis hormon tumbuh Root-Up yang terbaik adalah 2 g Root-Up/1 ml air. 5. Urutan stek yang terbaik adalah urutan stek ke 4. Saran Saran yang bisa diberikan dari hasil penelitian ini adalah: 1. Perlu diadakan penelitian dengan menggunakan batang anggrek yang muda atau minimal 3 cm dari pucuk. 2. Jika menggunakan hormon tumbuh, sebaiknya peneliti mengkombinasikan auksin dengan sitokinin. Daftar Pustaka Agromedia. (26). Cara tepat merawat anggrek. Jakarta: Agromedia Pustaka. Anggraeni, R. (21). Strategi pengembangan usaha tanaman hias tropis CV Bunga Indah Farm Kabupaten Sukabumi [Skripsi S1 yang tidak dipublikasikan]. Fakultas Ekonomi dan Manajemen Institut Pertanian Bogor, Bogor. Badan Pusat Statistik (BPS). (211). Data produksi tanaman hias Indonesia. Diambil dari http://www.bps.go.id Damayanti, E. (211). Budidaya tanaman anggrek. Yogyakarta: Araska. Pras, I. (213). Hormon tumbuh. Diambil dari http://www.scribd.com/doc/18287762/horm ON-TUMBUHAN-ATAU-ZPT-ZAT-PENGATUR- TUMBUH-pdf Koensemarijah. (1992). Hormon tumbuh Root-Up. Diambil dari http://www.lembahpinus.com Mattjik, N. A. (21). Budidaya tanaman hias dan bunga potong. Bogor: IPB Press. Nurhadi. (28). Analisis strategi pengembangan usaha tanaman hias PT Kusuma Floracipta, Taman Anggrek, Ragunan, Jakarta [Skripsi S1 yang tidak dipublikasikan]. Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor, Bogor. Puspitasiwi. (21). Strategi pengembangan usaha tanaman hias PT Floribunda, Kecamatan Cibodas, Cianjur, Jawa Barat [Skripsi S1 yang tidak dipublikasikan]. Fakultas Ekonomi dan Manajemen Institut Pertanian Bogor, Bogor.