PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN BELA NEGARA Disusun Oleh: I Gusti Bagus Wirya Agung, S.Psi., MBA UPT. PENDIDIKAN PEMBANGUNAN KARAKTER BANGSA U N I V E R S I T A S U D A Y A N A B A L I 2016
JUDUL: PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN BELA NEGARA BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perguruan Tinggi merupakan sentra lembaga pendidikan yang mengawal kelangsungan pembangunan bangsa. Lembaga pendidikan tinggi diharapkan dapat menciptakan tokoh panutan bela negara yang tanggap atas perubahan zaman. Menurut Ryamizard Ryacudu (2016), Perguruan tinggi adalah sentra keunggulan sehingga mahasiswa harus jadi model bela negara. Lebih lanjut dikatakan bahwa tantangan global saat ini berubah menjadi ancaman bagi negara, baik fisik maupun non fisik. Ancaman secara fisik berupa perang terbuka namun saat ini belum terjadi. Selain itu, beberapa ancaman sudah terjadi di Indonesia. Ancaman tersebut di antaranya terorisme dan radikalisme, separatisme, pemberontakan bersenjata, bencana alam, pelanggaran perbatasan, penyalahgunaan narkoba dan perang cyber intelijen. Kondisi global telah menciptakan kompleksitas ancaman yang berimplikasi pada kondisi negara. Karena itu, diperlukan penguatan nilainilai bela negara. Salah satunya melalui Pendidikan Kewarganegaraan di lingkungan perguruan tinggi. (disarikan dari Kompas, 23/3/2016) Sebagai salah satu mata kuliah pengembangan kepribadian di Perguruan Tinggi mata kuliah Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) memiliki tujuan umum bagaimana menjadikan warga negara yang baik yang mampu mendukung bangsa dan negara. Baik dalam artian demokratis, yaitu warganegara yang cerdas, berkeadaban, dan bertanggung jawab bagi kelangsungan Negara Indonesia. Nantinya diharapkan mahasiswa memiliki kompetensi menjadi ilmuwan dan profesional yang memiliki rasa kebangsaan dan cinta tanah air, demokratis berkeadaban, menjadi warga negara yang memiliki daya saing, berdisiplin, dan berpartisipasi aktif dalam membangun kehidupan yang damai berdasarkan sistem nilai Pancasila. Materi-materi pembelajaran PKn mengemban misi sebagai pendidikan nilai kepribadian, pendidikan yang membekali pemahaman tentang hubungan antara warga negara dengan negara (civic education), pendidikan politik (political education) atau demokrasi, dan pendidikan bela negara. Secara khusus materi-materi yang berkenaan dengan pendidikan bela negara dimuat dalam Geopolitik Indonesia atau Wawasan Nusantara dan Geostrategi Indonesia atau Ketahanan Nasional.
Bela Negara diartikan sebagai tekad, sikap dan tindakan warga negara yang teratur, menyeluruh, terpadu dan berlanjut yang dilandasi oleh kecintaan pada tanah air dan kesadaran hidup berbangsa dan bernegara (Winarno, 2013: 228). Dalam konstitusi negara UUD 1945 Pasal 27 Ayat 3 disebutkan bahwa; Setiap warga negara berhak dan wajib ikut serta dalam upaya pembelaan Negara. Setiap warga negara juga berhak dan wajib ikut serta dalam pertahanan negara sebagaimana tercantum dalam Pasal 30 Ayat 1 bahwa; Tiap-tiap warga negara berhak dan wajib ikut serta dalam usaha pertahanan dan keamanan negara. Selanjutnya, UU No.3 Tahun 2002 tentang pertahanan negara menjelaskan bahwa upaya bela negara adalah sikap dan perilaku warga negara yang dijiwai oleh kecintaannya kepada NKRI yang berdasarkan Pancasila dan UUD 1945 dalam menjamin kelangsungan hidup bangsa dan negara. Upaya bela negara, selain sebagai kewajiban juga merupakan kehormatan bagi setiap warga negara yang dilaksanakan dengan penuh kesadaran, tanggung jawab, dan rela berkorban dalam pengabdian kepada negara dan bangsa. Konsep bela negara dapat diuraikan secara fisik maupun non fisik. Secara fisik, yaitu dengan cara mengangkat senjata menghadapi serangan atau agresi musuh. Bela negara secara fisik dilakukan untuk menghadapi ancaman dari luar. Sedangkan, bela negara secara non fisik dapat didefinisikan sebagai segala upaya untuk mempertahankan negara kesatuan Republik Indonesia dengan cara meningkatkan kesadaran berbangsa dan bernegara, menanamkan kecintaan terhadap tanah air serta berperan aktif dalam memajukan bangsa dan negara. Wujud dari usaha bela negara adalah kesiapan dan kerelaan setiap warga negara untuk berkorban demi mempertahankan kemerdekaan, kedaulatan negara, persatuan dan kesatuan bangsa Indonesia, keutuhan wilayah nusantara, kelangsungan hidup dan yuridiksi nasional, serta nilai-nilai Pancasila dan UUD 1945. Sikap dan perilaku bela negara dilandasi oleh nasionalisme dan patriotisme dari setiap warga negara. Demi mewujudkan kelanggengan Negara Republik Indonesia dan kelangsungan hidup bangsa dan negara, maka penanaman bela Negara pada warga negara menjadi titik sentral yang perlu dibina dan dikembangkan. Melalui kualitas warga negara yang unggul bangsa Indonesia dapat melaksanakan pembangunan berkelanjutan maupun mengatasi aneka bentuk ancaman, tantangan, hambatan dan gangguan (ATHG) yang bersumber baik dari dalam maupun luar yang langsung ataupun tidak langsung membahayakan identitas, integrasi
dan kelangsungan hidup bangsa dan Negara kesatuan Republik Indonesia yang berdasarkan Pancasila dan UUD 1945. B. Rumusan Masalah 1. Bagaimana Pendidikan Kewarganegaraan bela negara dalam konteks demokrasi saat ini, apakah upaya bela negara masih relevan dan dibutuhkan? 2. Bagaimana perwujudan pembelaan negara yang harus dilakukan warga negara?
BAB II PEMBAHASAN A. Pengertia Bela Negara Membela Negara Indonesia adalah hak dan kewajiban dari pada setiap warga negara Indonesia. Dikutip dalam Pasal 27 Ayat 3 UUD 1945 bahwa Setiap warga negara berhak dan wajib ikut serta dalam upaya pembelaan negara. Setiap warga negara juga berhak dan wajib ikut serta dalam pembelaan negara. Selanjutnya dalam Pasal 30 Ayat 1 UUD 1945 bahwa Tiap-tiap warga negara berhak dan wajib ikut serta dalam usaha pertahanan dan keamanan negara. Berdasarkan kutipan kedua pasal tersebut dapat disimpulkan bahwa usaha pembelaan dan pertahanan negara merupakan hak dan kewajiban setiap warga negara Indonesia. Produk turunannya adalah peraturan Perundang-undangan No.3 Tahun 2002 tentang Pertahanan Negara Pasal 9 Ayat 1 menyebutkan bahwa Setiap warga negara berhak dan wajib ikut serta dalam upaya bela negara yang diwujudkan dalam penyelenggaraan pertahanan negara. Penjelasan UU No. 3 Tahun 2002 tentang pembelaan negara menyatakan bahwa upaya bela negara adalah sikap dam perilaku warga negara yang dijiwai oleh kecintaannya kepada NKRI yang berdasarkan Pancasila dan UUD 1945 dalam menjamin kelangsungan hidup bangsa dan negara. Upaya bela negara, selain sebagai kewajiban dasar menusia, juga merupakan kehormatan bagi setiap warga negara yang dilaksanakan dengan penuh kesadaran, tanggung jawab, dan rela berkorban dalam pengabdian kepada negara dan bangsa. B. Konsep Bela Negara Konsep bela negara dapat diuraikan secara fisik dan nonfisik. Secara fisik yaitu dengan cara mengangkat senjata mengahdapi serangan atau agresi musuh. Bela negara secara fisik dilakukan untuk menghadapi ancaman dari luar. Sementara, bela negara secara nonfisik dapat didefinisikan sebagai segala upaya untuk mempertahankan negara kesatuan Republik Indonesia dengan cara meningkatkan kesadaran berbangsa dan bernegara, menanamkan kecintaan terhadap tanah air serta berperan aktif dalam memajukan bangsa dan negara. Wujud dari usaha bela negara adalah kesiapan dan kerelaan setiap warga negara untuk berkorban demi mempertahankan kemerdekaan, kedaulatan negara, persatuan dan kesatuan
bangsa Indonesia, keutuhan wilayah nusantara, kelangsungan hidup dan yuridiksi nasional, serta nilai-nilai Pancasila dan UUD 1945. Sikap dan perilaku bela negara dilandasi oleh nasionalisme dan patriotisme dari setiap warga negara. Sesuai Undang-Undang No.3 Tahun 2002 tentang Pertahanan Negara, keikutsertaan warga negara dalam bela negara secara fisik dapat dilakukan dengan menjadi anggota Tentara Nasional Indonesia dan Pelatihan Dasar kemiliteran. Saat ini pelatihan dasar kemiliteran diselenggarakan melalui program Rakyat Terlatih (Ratih), meskipun konsep Rakyat Terlatih (Ratih) adalah amanat dari Undang-Undang No. 20 Tahun 1982. Rakyat Terlatih (Ratih) terdiri dari berbagai unsur, seperti Resimen Mahasiswa (Menwa), Perlawanan Rakyat (Wanra), Pertahanan Sipil (Hansip), Mitra Babinsa, dan Organisasi Kemasyarakatan Pemuda (OKP) yang telah mengikuti Pendidikan Dasar Militer, dan lainnya. Rakyat terlatih mempunyai empat fungsi, yaitu ketertiban Umum, Perlindungan Masyarakat, Keamanan Rakyat, dan Perlawanan Rakyat. Tiga fungsi yang disebut pertama umumnya dilakukan pada masa damai atau pada saat terjadinya bencana alam atau darurat sipil, di mana unsur-unsur Rakyat Terlatih membantu pemerintah daerah dalam menangani Keamanan dan Ketertiban Masyarakat, sementara fungsi Perlawanan Rakyat dilakukan dalam keadaan darurat perang di mana Rakyat Terlatih merupakan unsur bantuan tempur bagi pasukan regular TNI dan terlibat langsung di medan perang. Disisi nonfisik, merujuk Undang-Undang No.3 Tahun 2002, keikutsertaan warga negara dalam bela negara dapat diselenggarakan melalui Pendidikan Kewarganegaraan dan pengabdian sesuai dengan profesi. Berdasar hal itu, maka keterlibatan warga negara dalam bela negara secara nonfisik dapat dilakukan dengan berbagai bentuk, sepanjang masa dan dalam segala situasi, misalnya dengan cara: 1) Meningkatkan kesadaran berbangsa dan bernegara, termasuk menghayati demokrasi dengan menghargai perbedaan pendapat dan tidak memaksakan kehendak, menanamkan kecintaan terhadap tanah air, melalui pengabdian yang tulus kepada masyarakat, 2) Berperan aktif dalam memajukan bangsa dan negara dengan berkarya nyata (bukan retorika), 3) Kesadaran dan kepatuhan terhadap hukum/undang-undang dan menjunjung tinggi Hak Azazi Manusia, dan
4) Pembekalan mental spiritual di kalangan masyarakat agar dapat menangkal pengaruhpengaruh budaya asing yang tidak sesuai dengan norma-norma kehidupan bangsa Indonesia dengan lebih bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa melalui ibadah sesuai agama/kepercayaannya masing-masing. Hingga saat ini belum ada undang-undang tersendiri yang mengatur mengenai Pendidikan Kewarganegaraan, pelatihan dasar kemiliteran secara wajib, dan pengabdian sesuai dengan profesi sebagaimana diamanatkan dalam Undang-Undang No.3 Tahun 2002. Apabila nantinya telah keluar undang-undang mengenai Pendidikan Kewarganegaraan, pelatihan dasar kemiliteran secara wajib, dan pengabdian sesuai dengan profesi maka akan semakin jelas bentuk keikutsertaan warga negara dalam upaya pembelaan negara. C. Peraturan Perundang-undangan tentang Bela Negara Dasar hukum mengenai bela negara dapat ditemukan dalam perundang-undangan, sebagai berikut: a. Pasal 27 Ayat 3 UUD 1945: Setiap warga negara berhak dan wajib ikut serta dalam upaya pembelaan negara b. Pasal 30 UUD 1945 (1) Tiap-tiap warga negara berhak dan wajib ikut serta dalam usaha pertahanan dan keamanan negara (2) Usaha pertahanan dan keamanan negara dilaksanakan melalui sistem pertahanan dan keamanan rakyat semesta oleh Tentara Nasional Indonesia dan Kepolisian Negara Republik Indonesia, sebagai kekuatan utama, dan rakyat, sebagai kekuatan pendukung. (3) Tentara Nasional Indonesia terdiri atas Angkatan Darat, Angkatan Laut, dan Angkatan Udara sebagai alat Negara bertugas mempertahankan, melindungi, dan memelihara keutuhan dan kedaulatan Negara. (4) Kepolisian Negara Republik Indonesia sebagai alat Negara yang menjaga keamanan dan ketertiban masyarakat bertugas melindungi, mengayomi, melayani masyarakat, serta menegakkan hokum. (5) Susunan dan kedudukan Tentara Nasional Indonesia, Kepolisian Negara Republik Indonesia, hubungan kewenangan Tentara Nasional Indonesia dan Kepolisian Negara Republik Indonesia di dalam menjalankan tugasnya, syarat-syarat keikutsertaan warga
negara dalam usaha pertahanan dan keamanan negara, serta hal-hal yang terkait dengan pertahanan dan keamanan diatur dengan undang-undang. Produk turunan dalam Perundang-undangan yang merupakan tata laksana dari Pasal 30 UUD 1945 yang telah disusun adalah; a. Undang-Undang No.2 Tahun 2001 tentang Kepolisisan Negara Republik Indonesia b. Undang-Undang No.3 Tahun 2002 tentang Pertahanan Negara c. Undang-Undang No.34 Tahun 2004 tentang Tentara Nasional Indonesia Pengaturan peran warga negara dalam bela negara disebutkan dalam Pasal 9 UU No.3 Tahun 2002, sebagai berikut: (1) Setiap warga negara berhak dan wajib ikut serta dalam upaya bela negara yang diwujudkan dalam penyelenggaraan pertahanan negara. (2) Keikutsertaan warga negara dalam upaya bela negara, sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), diselenggarakan melalui: a. Pendidikan Kewarganegaraan; b. Pelatihan dasar kemiliteran secara wajib; c. Sebagai prajurit Tentara Nasional Indonesia secara sukarela atau secara wajib; d. Pengabdian sesuai dengan profesi (3) Ketentuan mengenai pendidikan kewarganegaraan, pelatihan dasar kemiliteran secara wajib, dan pengabdian sesuai dengan profesi diatur dengan undang-undang. Sebagai perbandingan pelaksanaan keikutsertaan warga negara dalam upaya bela negara menurut Undang-Undang No.20 Tahun 1982, dinyatakan pada Pasal 18 sebagai berikut. Hak dan kewajiban warga negara yang diwujudkan dengan keikutsertaan dalam upaya bela negara diselenggarakan melalui: a. Pendidikan Pendahuluan Bela Negara sebagai bagian tidak terpisah dalam sistem pendidikan nasional; b. Keanggotaan Rakyat Terlatih secara wajib; c. Keanggotaan Angkatan Bersenjata secara sukarela atau secara wajib; d. Keanggotaan Cadangan Tentara Nasional Indonesia secara sukarela atau secara wajib e. Keanggotaan Perlindungan masyarakat secara sukarela.
D. Identifikasi Ancaman terhadap Bangsa dan Negara Menurut UU No. 20 Tahun 1982, istilah ancaman meliputi ancaman, tantangan, hambatan, dan gangguan (ATHG). Merujuk UU No.3 Tahun 2002, Ancaman adalah setiap usaha dan kegiatan baik dari dalam maupun luar negeri yang dinilai membahayakan kedaulatan negara, keutuhan wilayah negara, dan keselamatan segenap bangsa. Konsep ancaman mencakup hal yang sangat luas dan spektrum yang senantiasa berkembang berubah dari waktu ke waktu. Dewasa ini, ancaman terhadap kedaulatan negara yang bersifat konvensional (fisik) berkembang menjadi multidimensional (fisik dan non fisik), baik yang berasal dari luar negeri maupun dari dalam negeri. Ancaman yang bersifat multidimensional tersebut dapat bersumber baik dari permasalahan ideologi, politik, ekonomi, sosial budaya, maupun permasalahan keamanan yang terkait dengan kejahatan internasional, antara lain terorisme, imigran gelap, bahaya narkotika, pencurian kekayaan alam, bajak laut, dan perusakan lingkungan. E. Analisa a) Berdasarkan uraian di atas, Pendidikan Kewarganegaraan Bela Negara dalam konteks demokrasi saat ini masih relevan dan dibutuhkan. Konstitusi negara UUD 1945 Pasal 27 Ayat 3 mengatur bahwa; Setiap warga negara berhak dan wajib ikut serta dalam upaya pembelaan Negara. Setiap warga Negara juga berhak dan wajib ikut serta dalam pertahanan negara sebagaimana tercantum dalam Pasal 30 Ayat 1 bahwa; Tiap-tiap warga negara berhak dan wajib ikut serta dalam usaha pertahanan dan keamanan negara. Selanjutnya, UU No.3 Tahun 2002 tentang pertahanan negara menjelaskan bahwa upaya bela negara adalah sikap dan perilaku warga negara yang dijiwai oleh kecintaannya kepada NKRI yang berdasarkan Pancasila dan UUD 1945 dalam menjamin kelangsungan hidup bangsa dan negara. Upaya bela negara, selain sebagai kewajiban juga merupakan kehormatan bagi setiap warga negara yang dilaksanakan dengan penuh kesadaran, tanggung jawab, dan rela berkorban dalam pengabdian kepada negara dan bangsa.
b) Perwujudan pembelaan negara yang harus dilakukan warga negara dapat dijelaskan sebagai berikut. Mengacu Undang-Undang No.3 Tahun 2002 tentang Pertahanan Negara, keikutsertaan warga Negara dalam bela negara secara fisik dapat dilakukan dengan menjadi anggota Tentara Nasional Indonesia dan Pelatihan Dasar kemiliteran. Saat ini pelatihan dasar kemiliteran diselenggarakan melalui program Rakyat Terlatih (Ratih), meskipun konsep Ratih adalah amanat dari Undang-Undang No. 20 Tahun 1982. Sementara nonfisik, Undang-Undang No.3 Tahun 2002 menjelaskan keikutsertaan warga Negara dalam bela Negara dapat diselenggarakan melalui PKn dan pengabdian sesuai dengan profesi. Berdasar hal itu, maka keterlibatan warga Negara dalam bela negara secara nonfisik dapat dilakukan dengan berbagai bentuk, sepanjang masa dan dalam segala situasi, misalnya dengan cara: (1) Meningkatkan kesadaran berbangsa dan bernegara, termasuk menghayati demokrasi dengan menghargai perbedaan pendapat dan tidak memaksakan kehendak, menanamkan kecintaan terhadap tanah air, melalui pengabdian yang tulus kepada masyarakat, (2) Berperan aktif dalam memajukan bangsa dan negara dengan berkarya nyata (bukan retorika), (3) Kesadaran dan kepatuhan terhadap hukum/undang-undang dan menjunjung tinggi Hak Azazi Manusia, dan (4) Pembekalan mental spiritual di kalangan masyarakat agar dapat menangkal pengaruh-pengaruh budaya asing yang tidak sesuai dengan norma-norma kehidupan bangsa Indonesia dengan lebih bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa melalui ibadah sesuai agama/kepercayaannya masing-masing. Hingga saat ini belum ada undang-undang tersendiri yang mengatur mengenai PKn, pelatihan dasar kemiliteran secara wajib, dan pengabdian sesuai dengan profesi sebagaimana diamanatkan dalam Undang-Undang No.3 Tahun 2002. Apabila nantinya telah keluar undang-undang mengenai PKn, pelatihan dasar kemiliteran secara wajib, dan pengabdian sesuai dengan profesi maka akan semakin jelas bentuk keikutsertaan warga negara dalam upaya pembelaan negara.
A. Simpulan BAB III PENUTUP Pendidikan Kewarganegaraan memiliki tujuan umum bagaimana menjadikan warga negara yang baik yang mampu mendukung bangsa dan negara. Baik dalam artian demokratis, yaitu warga negara yang cerdas, berkeadaban, dan bertanggung jawab bagi kelangsungan Negara Indonesia. Nantinya diharapkan mahasiswa memiliki kompetensi menjadi ilmuwan dan profesional yang memiliki rasa kebangsaan dan cinta tanah air, demokratis berkeadaban, menjadi warga negara yang memiliki daya saing, berdisiplin, dan berpartisipasi aktif dalam membangun kehidupan yang damai berdasarkan sistem nilai Pancasila. Sehubungan bela negara, konstitusi UUD 1945 Pasal 27 Ayat 3 mengatur bahwa; Setiap warga negara berhak dan wajib ikut serta dalam upaya pembelaan Negara. Setiap warga Negara juga berhak dan wajib ikut serta dalam pertahanan negara sebagaimana tercantum dalam Pasal 30 Ayat 1 bahwa; Tiap-tiap warga negara berhak dan wajib ikut serta dalam usaha pertahanan dan keamanan negara. Selanjutnya, UU No.3 Tahun 2002 tentang pertahanan negara menjelaskan bahwa upaya bela negara adalah sikap dan perilaku warga negara yang dijiwai oleh kecintaannya kepada NKRI yang berdasarkan Pancasila dan UUD 1945 dalam menjamin kelangsungan hidup bangsa dan negara. Upaya bela negara, selain sebagai kewajiban juga merupakan kehormatan bagi setiap warga negara yang dilaksanakan dengan penuh kesadaran, tanggung jawab, dan rela berkorban dalam pengabdian kepada negara dan bangsa. B. Saran Belum ada perundang-undangan yang mengatur mengenai Pendidikan Kewarganegaraan, pelatihan dasar kemiliteran secara wajib, dan pengabdian sesuai dengan profesi sebagaimana diamanatkan dalam Undang-Undang No.3 Tahun 2002. Apabila nantinya telah keluar undang-undang mengenai Pendidikan Kewarganegaraan, pelatihan dasar kemiliteran secara wajib, dan pengabdian sesuai dengan profesi maka akan semakin jelas bentuk keikutsertaan warga negara dalam upaya pembelaan negara.
DAFTAR PUSTAKA Winarno. 2013. Paradigma Baru Pendidikan Kewarganegaraan, Panduan Kuliah di Perguruan Tinggi. Edisi Ketiga. Jakarta: PT. Bumi Aksara Tim Nasional Dosen Kewarganegaraan. 2013. Pendidikan Kewarganegaraan, Paradigma Terbaru untuk Mahasiswa. Bandung: CV. Alfabeta. Artikel Bacaan Diaspora Ilmuwan Indonesia Kritik Konsep Bela Negara ala Menristek Dikti. Kamis, 31 Maret 2016 06:24 WIB http://nasional.kompas.com/read/2016/03/31/06241231/diaspora.ilmuwan.indone sia.kritik.konsep.bela.negara.ala.menristek.dikti?utm_source=rd&utm_mediu m=box&utm_campaign=kaitrd Bela Negara Akan Dimasukkan ke Materi Penerimaan Mahasiswa Baru. Selasa, 12 April 2016 20:46 WIB http://nasional.kompas.com/read/2016/04/12/20464671/bela.negara.akan.dimas ukkan.ke.materi.penerimaan.mahasiswa.baru Unhan Siapkan Kurikulum Bela Negara untuk Perguruan Tinggi. Selasa, 29 Maret 2016 13:32 WIB http://nasional.kompas.com/read/2016/03/29/13320781/unhan.siapkan.kurikulu m.bela.negara.untuk.perguruan.tinggi?utm_source=rd&utm_medium=box&ut m_campaign=kaitrd Organisasi Kampus Cenderung Dikuasai Fundamentalis. Rabu, 30 Maret 2016 08:49 WIB http://nasional.kompas.com/read/2016/03/30/08495191/organisasi.kampus.cend erung.dikuasai.fundamentalis?utm_campaign=related&utm_medium=bpkompas&utm_source=news& Menhan Minta Perguruan Tinggi Cetak Intelektual Bela Negara. Selasa, 29 Maret 2016 17:56 WIB http://nasional.kompas.com/read/2016/03/29/17563461/menhan.minta.perguruan. Tinggi.Cetak.Intelektual.Bela.Negara?utm_campaign=related&utm_medium=bpkompas&utm_source=news& Menristek: Bela Negara Bisa Cegah Peneliti Kerja di Luar Negeri. Selasa, 29 Maret 2016 16:11 WIB http://nasional.kompas.com/read/2016/03/29/16110641/menristek.bela.negara.bi sa.cegah.peneliti.kerja.di.luar.negeri?utm_campaign=related&utm_medium=bp -kompas&utm_source=news&