ANALISIS EFEKTIVITAS BIAYA ANTIBIOTIK SEFOTAXIME DAN GENTAMISIN PENDERITA PNEUMONIA PADA BALITA DI RSUD KABUPATEN BOMBANA PROVINSI SULAWESI TENGGARA

dokumen-dokumen yang mirip
BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian yang berjudul Evaluasi ketepatan penggunaan antibiotik untuk

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Community Acquired Pneumonia (CAP) adalah penyakit saluran

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian yang dilakukan di RSUD Kabupaten Temanggung ini merupakan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Pada penelitian yang berjudul Evaluasi Ketepatan Penggunaan Antibiotik

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. pneumonia, mendapatkan terapi antibiotik, dan dirawat inap). Data yang. memenuhi kriteria inklusi adalah 32 rekam medik.

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang

dalam terapi obat (Indrasanto, 2006). Sasaran terapi pada pneumonia adalah bakteri, dimana bakteri merupakan penyebab infeksi.

BAB I PENDAHULUAN. masalah besar yang harus benar-benar diperhatikan oleh setiap orang tua. Upaya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. konsolidasi paru yang terkena dan pengisian alveoli oleh eksudat, sel radang dan

BAB 1 PENDAHULUAN. negara berkembang disebabkan oleh bakteri terutama Streptococcus pneumoniae,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. bawah 5 tahun dibanding penyakit lainnya di setiap negara di dunia. Pada tahun

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

PHARMACONJurnal Ilmiah Farmasi UNSRAT Vol. 4 No. 3 Agustus 2015 ISSN

ANALISIS EFEKTIVITAS BIAYA (COST EFF ECTIVENESS ANALYSIS) PADA PASIEN GASTRITIS KRONIK RAWAT INAP DI RSU PANCARAN KASIH GMIM MANADO

BAB I PENDAHULUAN. Pneumonia adalah penyakit infeksi akut yang mengenai jaringan paru-paru

BAB III METODE PENELITIAN

PHARMACY, Vol.13 No. 02 Desember 2016 ISSN

INTISARI. Ari Aulia Rahman 1 ; Yugo Susanto 2 ; Rachmawati 3

INTISARI. Lisa Ariani 1 ; Erna Prihandiwati 2 ; Rachmawati 3

BAB I PENDAHULUAN. orang yang dijamin dalam Undang Undang Dasar

Sugiarti, et al, Studi Penggunaan Antibiotik pada Pasien Penyakit ISPA Usia Bawah Lima Tahun...

BAB III METODE PENELITIAN

PERBEDAAN EFEKTIVITAS ANTIBIOTIK PADA TERAPI DEMAM TIFOID DI PUSKESMAS BANCAK KABUPATEN SEMARANG TAHUN 2014

BAB III METODE PENELITIAN. secara descriptive dengan metode cross sectional dan pengambilan data secara

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Prevalensi penyakit infeksi memiliki kecenderungan yang masih cukup

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang. Pneumonia adalah penyebab utama kematian anak di. seluruh dunia. Pneumonia menyebabkan 1,1 juta kematian

Antibiotic Utilization Of Pneumonia In Children Of 0-59 Month s Old In Puskesmas Kemiling Bandar Lampung Period Januari-October 2013

KAJIAN DRUG RELATED PROBLEMs PENGGUNAAN ANTIBIOTIK PADA PASIEN PEDIATRIK DI INSTALASI RAWAT INAP RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KOTA SEMARANG TESIS

DAFTAR ISI HALAMAN SAMPUL... LEMBAR PENGESAHAN... KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR SINGKATAN DAN ISTILAH... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR...

DRUG USAGE DESCRIPTION FOR OUTPATIENT IN PKU MUHAMMADIYAH UNIT II OF YOGYAKARTA IN 2013 BASED ON WHO PRESCRIBING INDICATOR

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Pneumonia merupakan salah satu infeksi berat penyebab 2 juta kematian

POLA PENGGUNAAN ANTIBIOTIK PENYAKIT PNEUMONIA DI INSTALASI RAWAT INAP RUMAH SAKIT UMUM DAERAH ABDUL WAHAB SJAHRANIE

Sikni Retno Karminigtyas, Rizka Nafi atuz Zahro, Ita Setya Wahyu Kusuma. with typhoid fever in inpatient room of Sultan Agung Hospital at Semarang was

BAB I PENDAHULUAN. yang rasional dimana pasien menerima pengobatan yang sesuai dengan

EVALUASI KERASIONALAN PENGGUNAAN ANTIBIOTIK PADA PASIEN LANSIA DENGAN PNEUMONIA DI INSTALASI RAWAT INAP RSUP PROF. DR. R. D

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini adalah survei deskriptif terhadap semua variabel yang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

INTISARI KETEPATAN DOSIS PERESEPAN ANTIBIOTIK AMOXICILLIN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. yang paling sering dijumpai pada pasien-pasien rawat jalan, yaitu sebanyak

ANALISIS EFEKTIVITAS BIAYA (COST EFFECTIVENESS ANALYSIS) PADA PASIEN APENDISITIS DI RSU PANCARAN KASIH GMIM MANADO

ANALISIS BIAYA PENGGUNAAN ANTIBIOTIK PADA PENDERITA DEMAM TIFOID ANAK DI INSTALASI RAWAT INAP RSUP PROF. DR. R.D

F. Originalitas Penelitian. Tabel 1.1 Originalitas Penelitian. Hasil. No Nama dan tahun 1. Cohen et al Variabel penelitian.

BAB II LANDASAN TEORI A. TINJAUAN PUSTAKA. pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna dengan menyediakan pelayanan

BAB III METODE PENELITIAN. deskriptif. Pada penelitian ini menggunakan data retrospektif dengan. Muhammadiyah Yogyakarta periode Januari-Juni 2015.

EVALUASI PENGGUNAAN ANTIBIOTIK PADA PASIEN INFEKSI SALURAN KEMIH DI INSTALASI RAWAT INAP RSUP. PROF. DR. R. D. KANDOU MANADO PERIODE JULI JUNI

EVALUASI PENGGUNAAN OBAT DENGAN INDIKATOR PRESCRIBING PADA PUSKESMAS WILAYAH KOTA ADMINISTRASI JAKARTA BARAT PERIODE TAHUN 2016

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang merupakan salah satu masalah kesehatan. anak yang penting di dunia karena tingginya angka

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. konsolidasi paru yang terkena dan pengisian alveoli oleh eksudat, sel radang dan

Perbandingan Pemilihan Terapi Golongan Penisilin dan Sefalosporin sebagai Terapi Empiris Berdasarkan Usia dan Status Gizi pada Balita dengan Pneumonia

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

KETEPATAN DOSIS PERESEPAN ANTIBIOTIK AMOXICILLIN PADA BALITA PENDERITA ISPA DI PUSKESMAS KELAYAN TIMUR BANJARMASIN

EVALUASI PENGGUNAAN ANTIBIOTIK PADA BALITA DENGAN DIARE AKUT DI INSTALASI RAWAT INAP RSUD Dr. MOEWARDI PERIODE SEPTEMBER-DESEMBER 2015 SKRIPSI

EVALUASI PENGGUNAAN OBAT DENGAN INDIKATOR PRESCRIBING PADA PUSKESMAS JAKARTA UTARA PERIODE TAHUN 2016

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. infeksi bakteri. Resistensi antibiotik terjadi ketika bakteri berubah dalam

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

ANALISIS EFEKTIVITAS BIAYA TERAPI ANTIHIPERTENSI PADA PASIEN HIPERTENSI RAWAT INAP DI RSU PANCARAN KASIH GMIM MANADO

BAB I PENDAHULUAN. pencegahan dan pengobatan penyakit (Depkes RI, 2009). yang tidak rasional bisa disebabkan beberapa kriteria sebagai berikut :

BAB III METODE PENELITIAN

I. PENDAHULUAN. Penyakit infeksi saluran pernafasan akut saat ini merupakan masalah

ANALISIS BIAYA ANTIBIOTIK PADA TERAPI PNEUMONIA PASIEN BPJS ANAK DI RSUD DR. MOEWARDI TAHUN

RASIONALITAS KRITERIA TEPAT DOSIS PERESEPAN COTRIMOXAZOLE PADA PENGOBATAN INFEKSI SALURAN PERNAFASAN AKUT PADA BALITA DI PUSKESMAS S

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

POLA PERESEPAN DAN RASIONALITAS PENGOBATAN PASIEN DIABETES MELITUS TIPE 2 DI RSUD SULTAN SYARIF MOHAMAD ALKADRIE PONTIANAK

BAB 1 PENDAHULUAN. Sebagai contoh, setiap tahunnya pengeluaran United States (US) health

IJMS - Indonsian Journal on Medical Science Volume 1 No ijmsbm.org

MEDIKA TADULAKO, Jurnal Ilmiah Kedokteran, Vol.1 No.2 Mei 2014

STUDI TERAPI ANTIBIOTIK PADA PASIEN HOSPITAL- ACQUIRED PNEUMONIA DIKAITKAN DENGAN BIAYA DI RSUD DR.SOETOMO SURABAYA

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. dilakukan secara retrospektif berdasarkan rekam medik dari bulan Januari

BAB I PENDAHULUAN. dunia. Tahun 2006, World Health Organization melaporkan lebih dari seperempat

BAB I PENDAHULUAN. Penggunaan obat didefinisikan oleh World Health Organization (WHO)

Analisis Efektivitas Seftriakson dan Sefotaksim pada Pasien Rawat Inap Demam Tifoid Anak di RSUD Sultan Syarif Mohamad Alkadrie Kota Pontianak

PHARMACY, Vol 05 No 01 April 2007

Stara I pada K

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. lingkungan masyarakat maupun dalam lingkungan rumah sakit. Penggunaan

BAB I PENDAHULUAN. Obat merupakan salah satu intervensi medis yang paling efektif, jika

ANALISIS KUALITATIF PENGGUNAAN ANTIBIOTIK GOLONGAN SEFALOSPORIN DI RUMAH SAKIT X KUPANG

BAB I PENDAHULUAN. jantung. Prevalensi juga akan meningkat karena pertambahan umur baik lakilaki

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang. adalah penyakit infeksi pada saluran pernapasan yang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Demam tifoid merupakan suatu infeksi tropis yang masih menjadi

TINGKAT PENGETAHUAN MAHASISWA PROFESI PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER GIGI TERHADAP PENGGUNAAN ANTIBIOTIK DI RSGMP UNSRAT MANADO

BAB I. Pendahuluan. Penyakit Jantung Bawaan (PJB) merupakan penyakit. jantung yang dibawa sejak lahir, karena sudah terjadi

BAB 1 PENDAHULUAN. mortalitasnya yang masih tinggi. Diare adalah penyakit yang ditandai

Hubungan Tingkat Pendidikan dan Status Ekonomi terhadap Tingkat Pengetahuan Tentang Penggunaan Antibiotik

BAB 1 PENDAHULUAN. masyarakat. Semua usaha yang dilakukan dalam upaya kesehatan tentunya akan

BAB I PENDAHULUAN. Infeksi pada saluran napas merupakan penyakit yang umum terjadi pada

EVALUASI KERASIONALAN PENGGUNAAN ANTIBIOTIKA PADA PENGOBATAN PNEUMONIA ANAK DI INSTALASI RAWAT INAP RSUP PROF. DR. R. D

BAB III METODE PENELITIAN. bersifat deskriptif dengan pendekatan cross sectional. Pengambilan data

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. sampai dengan lima tahun. Pada usia ini otak mengalami pertumbuhan yang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

III. METODE PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB III METODE PENELITIAN. menggunakan desain cross-sectional. Pengambilan data dilakukan secara

Transkripsi:

Jurnal Ilmiah Ibnu Sina, 3(1), 1-11 ANALISIS EFEKTIVITAS BIAYA ANTIBIOTIK SEFOTAXIME DAN GENTAMISIN PENDERITA PNEUMONIA PADA BALITA DI RSUD KABUPATEN BOMBANA PROVINSI SULAWESI TENGGARA, Muh.Azdar Setiawan, Eria Santi Akademi Farmasi Bina Husada Kendari Email : musdalipahapt@gmail.com ABSTRAK Pneumonia merupakan penyakit yang menjadi masalah di berbagai negara berkembang termasuk Indonesia. Antibiotik merupakan terapi utama pada pengobatan pneumonia. Pneumonia pada balita membutuhkan terapi antibiotik yang tepat dan sesuai dengan risiko efek sampig yang minimal serta biaya pelayanan kesehatan yang terjangkau. Penelitian ini bertujuan menganalisis efektivitas biaya antibiotik penderita pneumonia pada balita di RSUD Kab.Bombana tahun 2016. Metode penelitian ialah deskriptif dengan rancangan cross sectional study. Data diambil secara retrospektif yang memenuhi kriteria eksklusi dan inklusi. Total biaya yang dihitug ialah biaya antibiotik, biaya rawat inap, biaya laboratorium dan biaya obat lain. Efektivitas terapi dilihat lamanya pasien dirawat dan dinyatakan sembuh. Efektivitas pengobatan dianalisis menggunakan ACER (Average Cost Effectiveness Ratio) yang dihitung berdasarkan rasio biaya dan (persen) % outcome klinis pada kelompok sefotaxime dan gentamisin. Hasil penelitian menunjukkan dari 30 pasien yang memenuhi kriteria inklusi, gambaran total biaya antbiotik cefotaxime sebesar Rp.3,000,000 dan gentamisin sebesar Rp.3,264,000. Efektivitas terapi penggunaan antibiotik cefotaxime sebesar 81,25% sedangkan gentamisin sebesar 85,71%. Nilai ACER cefotaxime sebesar 36,923 dan gentamisin sebesar 38,081. Berdasarkan nilai ACER, biaya pengobatan yang costeffective ialah cefotaxime. Kata Kunci : Efektivitas Biaya, Antibiotik, Pneumonia, ACER. Artikel diterima: 1 Februari Diterima untuk diterbitkan: 21 Februari Diterbitkan: 12 Maret 2018 1

ABSTRACT Pneumonia is a disease that is problem in many developing countries including Indonesia. Antibiotics is a major therapy in the treatment of pneumonia. Pneumonia in infants requires appropriate antibiotic therapy and is in accordance with the minimal risk of the side effects and the cost of affordable health services. This study aims to analyze the effectiveness of antibiotic costs of patients with pneumonia in infants at RSUD Bombana city in 2016. The research method is descriptive with cross sectional study design. Data were retrospectively in both the exclusion and inclusion criteria. Total costs are antibiotic costs, hospitalization costs, laboratory costs and other drug costs. The effectiveness of therapy basede the length of patients treated and declared cured. The effectiveness of treatment analyzed using ACER (Average Cost Effectiveness Ratio) was calculated based on the cost ratio and (percent)% of clinical outcome in the cefotaxime and gentamicin groups. The results showed that from 30 patients in the inclusion criteria, the total cost of cefotaxime antibiotics was Rp.3,000,000 and gentamicin was Rp.3,264,000. The effectiveness of cefotaxime antibiotic use was 81.25% while gentamicin was 85.71%. ACER cefotaxime value of 36.923 and gentamicin amounted to 38.081. Based on the value of ACER, the cost-effective treatment cost is cefotaxime. Key words : cost-effective, antibotic, pneumonia, ACER PENDAHULUAN Dewasa ini berbagai negara khususnya negara Indonesia, biaya pelayanan kesehatan dirasakan semakin meningkat, sehingga diperlukan pemikiran-pemikiran khusus dalam peningkatan efisiensi atau penggunaan dana secara lebih rasional. Farmakoekonomi dalam kaitan ini memiliki peranan penting sebagai deskripsi dan analisis biaya terapi dalam suatu sistem pelayanan kesehatan (Andayani, 2013). Pneumonia merupakan penyakit yang menjadi masalah di berbagai negara berkembang termasuk Indonesia. Pneumonia yang terjadi di Indonesia cenderung meningkat untuk period prevalence pneumonia semua umur dari 2,1% tahun 2007 menjadi 2,7% tahun 2013, pneumonia yang tinggi terjadi pada kelompok umur 1-4 tahun, kemudian mulai meningkat pada umur 45-54 tahun (Kemenkes RI, 2013). Badan Kesehatan Dunia atau World Health Organization (WHO) pada tahun 2013 menyebutkan dari 6,3 juta anak berusia dibawah 5 tahun yang meninggal karena penyebab infeksi adalah sebesar 51,8% (3,257 juta). Antibiotik merupakan golongan obat yang paling banyak digunakan di dunia terkait dengan 2

banyaknya penyakit infeksi bakteri. Lebih dari seperempat anggaran rumah sakit dikeluarkan untuk biaya penggunaan antibiotik. Ketidak tepatan terapi antibiotik akan menimbulkan dampak buruk berupa munculnya resistensi bakteri terhadap antibiotik sehingga perawatan pasien menjadi lebih lama, biaya pengobatan menjadi lebih mahal, dan akan menurunkan kualitas pelayanan rumah sakit tempat perawatan terhadap pasien (Okky, et al, 2014). Beragamnya terapi antibiotik pada pasien pneumonia, membuat pemilihan terapi perlu disesuaikan tidak hanya dari aspek terapi namun juga dari aspek biaya. Penanganan pada pasien pneumonia meliputi pengawasan durasi antibiotik yang berkaitan dengan usaha meminimalisasi beban biaya dirumah sakit (National Institute for Health and Care Excellence,2014). Hal ini menunjukkan perlunya perhatian terhadap efektivitas biaya antibiotik pada pasien pneumonia. Cost-effectiveness analysis (CEA) merupakan salah satu langkah untuk menilai perbandingan manfaat kesehatan dan sumber daya yang digunakan dalam program pelayanan kesehatan dan pembuat kebijakan dapat memilih diantara alternatif yang ada. CEA membandingkan program atau alternatif intervensi dengan efikasi dan keamanan yag berbeda. Hasil dari CEA digambarkan sebagai rasio, baik dengan ACER (Average Cost Effectiveness Ratio) atau sebagai ICER (Incremental Cost Effectiveness Ratio) (Andayani, 2013). Pneumonia termasuk 10 penyakit terbesar di instalasi rawat inap di RSUD Kabupaten Bombana dengan pengobatan antibiotik cefotaxime dan gentamisin yang paling banyak digunakan. Untuk mengetahui sejauh mana rumah sakit berpihak pada kepentingan pasien dan tuntutan profesi farmasi yang ingin semakin peduli mengenai kebutuhan yang berkaitan dengan obat dengan tujuan peningkatan kualitas hidup pasien, maka diperlukan evaluasi dampak peresepan antibiotik terhadap biaya total perawatan yang dibayar pasien (Donowati, 2013). Berdasarkan parameter tersebut, maka peneliti tertarik melakukan penelitian mengenai 3

efektivitas biaya total pada pasien balita penderita pneumonia periode tahun 2016 dengan menggunakan parameter lama perawatan dan lama penggunaan antibiotik dengan tujuan untuk mengetahui gambaran total biaya, efektivitas pengobatan dan nilai ACER penggunaan antibiotik cefotaxime dan gentamisin pada penderita peumonia. METODE PENELITIAN Penelitian dilakukan pada bulan Mei - Juli 2017 di RSUD kabupaten Bombana Provinsi Sulawesi Tenggara. Metode penelitian yang digunakan ialah deskriptif dengan rancangan cross sectional study pada pasien rawat inap balita (umum) penderita pneumonia dengan pengambilan data secara retrospektif pada tahun 2016. Alat penelitian berupa lembar pengumpul data, alat tulis dan alat hitung. Bahan penelitian mencakup rekam medis pasien pneumonia, tarif pemeriksaan dokter dan perincian obat di bagian instalasi farmasi RSUD Kab.Bombana. Rekam medis berisi data penggunaan obat pasien (nama obat, dosis dan frekuensi pemberian), lama evaluasi terapi. Populasi target penelitian ialah pasien pneumonia yang memenuhi kriteria inklusi yaitu resep pasien umum, penderita pneumonia yang mendapatkan Antibiotik cefotaxime dan gentamisin, pasien rawat inap, balita < 5 tahun. Kriteria eksklusi ialah data rekam medik, kuitansi dan keuangan tidak lengkap. Analisa dilakukan pada biaya medik dan non medik langsung dengan observasi dilakukan pada data sekunder berupa rekam medik, dan biaya pengobatan pasien balita penderita pneumonia secara retrospesktif. Analisis data dilakukan secara deskriptif meliputi demografi pasien pneumonia, lama perawatan, gambaran pasien pneumonia berdasarkan gejala, penggunaan antibiotik cefotaxime dan gentamisin, analisis efektivitas biaya, dan nilai ACER (Average Cost Effectivity Ratio). HASIL DAN PEMBAHASAN 1. Demografi Pasien Pneumonia Berdasarkan data yang diperoleh, pasien dikelompokkan berdasarkan usia, jenis kelamin, 4

lama rawat inap, ruang perawatan, penyakit penyerta dan diagnosis penyakit. Distribusi pasien rawat inap RSUD Kabupaten Bombana periode Januari sampai Desember 2016 disajikan pada tabel 1. Tabel 1. Distribusi pasien pneumonia berdasarkan usia dan jenis kelamin pada pasien pneumonia rawat inap di RSUD Kabupaten Bombana periode Januari sampai Desember 2016 Karakteristik N Persentase (%) Laki laki 16 53,3 % 1 bulan 4 tahun 9 30% < 5 tahun 7 23,3% Perempuan 14 46,6% 3 bulan 4 tahun 6 20% < 5 tahun 8 26,6% Penyakit penyerta Tidak ada 28 93,3% Ada 2 10% - Tonsilo 1 33,3% fanigitis akut -Moniliasis 1 33,3% Tabel 1 menunjukkan pasien pneumonia paling banyak diderita sebanyak 16 orang (53,3%) berjenis kelamin laki-laki dan 14 orang perempuan (46,6%). Beberapa penelitian menemukan sejumlah penyakit saluran pernafasan yang dipengaruhi adanya perbedaan fisik anatomi saluran pernafasan pada anak laki-laki dan perempuan (Sumiyati, 2015). Depkes (2004) menyebutkan laki-laki adalah salah satu faktor risiko kejadian pneumonia pada balita. Penelitian Yanti (2016) penderita pneumonia di RSUD Sultan Syarif Mohamad Alkadrie Pontianak periode Juli 2014 - Juni 2015 cenderung banyak terjadi pada balita dengan umur 2 bulan - 5 tahun dengan persentase 83,3%. 2.Lama Perawatan Penderita Pneumonia Tabel 2. Distribusi pasien pneumonia rawat inap berdasarkan lama perawatan di RSUD Kabupaten Bombana periode Januari sampai Desember 2016 Lama rawat inap (Hari) N % 1-7 12 40% 8-14 10 33,3% >15 8 26,6% Tabel 2. Menunjukkan lama rawat inap penyakit pneumonia. Sebanyak 12 pasien menjalani rawat inap 1-7 hari (40 %), 10 pasien menjalani rawat inap 8-14 (33,3 %), dan 8 pasien menjalani rawat inap > 15 hari (26,6 %). Lama perawatan (Length of Stay) merupakan salah satu indikator pengukuran efektivitas terapi yaitu lama rawat inap pasien mulai pasien masuk rumah sakit dan jumlah malam yang dihabiskan 5

untuk perawatan dirumah sakit (Husnita, 2016). 3.Gejala Penyakit Penderita Pneumonia Tabel 3.Distribusi pasien pneumonia berdasarkan gejala pada pasien pneumonia rawat inap di RSUD Kabupaten Bombana periode Januari sampai Desember 2016 Diagnosa/Penyakit Jumlah Persentase (%) Sindrom down 2 6,66 % Dehidrasi ringan sedang 5 16,6% Diare akut 7 23,3% Gizi buruk 8 26,6% Kejang damam kompleks 8 26,6% Berdasarkan pneumonia komuniti (2013), sebelum diketahui positif penyakit pneumonia pada pasien terlebih dahulu mengambil non invasif yaitu membatukkan (dahak) dan invasiv sehingga diperoleh gejala klinis pemeriksaan fisik dan laboratorium. Penelitian nursyafrisda (2012) mendapatkan gejala yang sama di RSUD Kabupaten Bombana di antaranya yaitu dehidrasi ringan sedang, diare akut dan kejang demam kempleks. 4. Penggunaan Antibiotik Penderita Pneumonia Tabel 4. Jumlah pasien rawat inap yang mendapatkan pengobatan Antibiotik di RSUD Kabupaten Bombana periode Januari sampai Desember 2016 Pasien Pneumonia Pengobatan Pneumonia N % Tanpa penyakit penyerta Dengan penyakit penyerta Cefotaxime 16 53,33 14 2 Gentamisin 14 46,66 14 0 Tabel 4. Menunjukkan obat yang paling banyak digunakan adalah cefotaxime yang diresepkan pada 16 pasien (53,33%) sedangkan gentamisin sebanyak 14 pasien (46,66%). Penyakit penyerta terdapat yang perlu dipertimbangkan dalam pemilihan antibiotik seperti penyakit penyerta. pada pasien yang menggunakan cefotaxime sebanyak 2 orang yaitu tonsilo faningitis akut dan moniliasis yang disebabkan karena adanya penyakit lain. Bouched et al,(2008) menyebutkan beberapa faktor lain Penggunaan antibiotik golongan sefalosporin generasi ketiga banyak digunakan karena antibiotik ini memiliki spektrum luas 6

yang dapat digunakan untuk pengobatan pneumonia yang belum diketahui penyebabnya. Cefotaxim digunakan karena lebih aktif terhadap bakteri gram negatif dan aktif pada penyebab Streptococcus pneumoniae dibandingkan sefalosporin yang lainnya (Fisher dan Boyce, 2005). Penggunaan antibiotik tunggal yang digunakan dalam pedoman WHO adalah ampisilin/amoksisilin, seftriakson dan sefotaksim. Kedua golongan 5. Analisis Efektivitas Biaya antibiotik ini merupakan broad spectrum yang memiliki aktivitas baik terhadap bakteri Gram negatif maupun bakteri Gram positif dan aktif melawan S. Pneumoniae (Lakhanpaul et al.,2004) Gentamisin merupakan antibakteri untuk pengobatan infeksi yang disebabkan oleh bakteri yang sensitif, seperti infeki saluran pernapasan (pneumonia) (Tjay, dkk 2007). Tabel 5. Rekapitulasi biaya medik langsung selama perawatan di di RSUD Kabupaten Bombana periode Januari sampai Desember 2016 Golongan obat Jenis obat Biaya Rawat inap (Rp) Biaya laboratorium H.O Pneumonia (Rp) H.O Lain (Rp) Total biaya (Rp) Sefalosforin Cefotaxime 2,500,000 200,000 180,000 120,000 3,000,000 Aminoglikosida Gentamisin 2,500,000 200,000 270,000 294,000 3,264,000 Tabel 5 menggambarkan biaya-biaya yang dikeluarkan pasien pneumonia selama perawatan di RSUD Kabupaten Bombana meliputi, biaya rekam medis, biaya pelayanan kamar, konsultasi dokter, biaya alat kesehatan dan biaya ruangan (kelas). Biaya laboratorium merupakan biaya yang digunakan untuk tes laboratorium yang meliputi darah rutin dan lain-lain. Harga obat pneumonia merupakan biaya yang dikeluarkan pasien untuk obat pneumonia, sedangkan harga obat lain merupakan biaya yang dikeluarkan pasien untuk obat selain obat pneumonia. Jenis obat cefotaxime 7

menghabiskan total biaya Rp.3.000.000 sampai sedangkan gentamisin sebesar Rp.3.264.000. Hasil penelitian di rumah sakit Jogja mengemukakan bahwa komponen biaya terbesar adalah biaya obat dan biaya alat kesehatan sebesar 44% (Hadning, dkk.,2015). Selain biaya obat, komponen terbesar kedua adalah akomodasi rawat inap dan komponen ketiga ialah alat kesehatan (Baroroh dan Fauzi, 2017). Tabel 6. Presentase Efektivitas Terapi Pneumonia Pasien Rawat Inap di RSUD Kabupaten Bombana Periode Januari sampai Desember 2016 Golongan obat Jenis obat Jumlah pasien Jumlah pasien yang mencapai target Efektifitas (%) Sefalosforin Cefotaxime 16 13 81,25 % Aminoglikosida Gentamisin 14 12 85,71 % Cost Effectiveness Analysis (CEA) merupakan suatu cara untuk memilih dan menilai program atau obat yang terbaik bila terdapat beberapa pilihan dengan tujuan yang sama untuk dipilih. CEA mengonversi biaya dan efektivitas dalam bentuk rasio (Faridah, et al.,2016). CEA diekspresikan dalam terminologi yang obyektif dan terukur seperti length of stay (LOS), length of stay antibiotic related (LOSAR) dan angka kematian pasien dalam kurun waktu 28 hari (Russel, 2006). Tabel 6. menunjukan persentase efektivitas terapi dihitung berdasarkan jumlah pasien yang mencapai target terapi dibandingkan dengan keseluruhan jumlah pasien yang dikelompokan berdasarkan jenis obat. Pada obat cefotaxime menunjukan efektivitas paling kecil sebesar (81,25%), sedangkan gentamisin menunjukan efektifitas sebesar (85,71%). Jenis obat 8

cefotaxime menunjukan efektivitas paling kecil 6. Perhitungan Efektifitas Biaya Berdasarkan ACER dibandingkan dengan gentamisin Tabel 7. Perhitungan ACER Obat Pneumonia Pasien Rawat Inap di RSUD Kabupaten Bombana periode Januari sampai Desember 2016 Golongan obat Jenis obat Total biaya (Rp) Efektifitas (%) ACER Sefalosforin Cefotaxime 3,000,000 81,25% 36,923 Aminoglikosida Gentamisin 3,264,000 85,71% 38,081 Tabel 7 menunjukan nilai ACER tertinggi ditujukkan oleh obat gentamisin sebesar 38,081, sedangkan obat Cefotaxime sebesar 36,923. Maksud dari angka-angka dalam ACER adalah setiap peningkatan outcome dibutuhkan biaya sebesar ACER (Lorensia dan Doddy, 2016). Harga average cost effektivitas ratio (ACER) dihitung berdasarkan rasio biaya dan efektivitas terapi pada kedua kelompok terapi. Semakin kecil nilai ACER maka obat tersebut semakin cost-effective sehingga dapat disimpulkan bahwa obat yang paling cost-effective untuk terapi pneumonia adalah cefotaxime. Penelitian ini sejalan dengan nursyafrisda (2012) CER cefotaxime lebih kecil dari Ceftriaxone berdasarkan hilangnya sesak, frekuensi nafas dan leukosit normal, hilangnya demam dan hari rawat. Penelitian andina et al,(2008) tentang efektivitas biaya pengobatan antibiotik tunggal dan kombinasi pada pasien pneumonia anak rawat inap menyimpulkan bahwa efektivitas pengobatan dengan antibiotik tunggal lebih besar dibandingkan dengan antibiotik kombinasi. KESIMPULAN 1. Gambaran total biaya penggunaan antiobiotik cefotaxime dan gentamisin pada penderita Pneumonia di RSUD Kabupaten Bombana yaitu jenis obat cefotaxime Rp.3,000,000 dan obat gentamisin sebesar Rp.3,264,000. 2. Efektivitas terapi penggunaan antiobitik cefotaxime dan 9

gentamisin pada penderita Pneumonia di RSUD Kabupaten Bombana yaitu obat cefotaxime 81,25% dan obat cefadroxil 85,71%. 3. Nilai ACER obat cefotaxime sebesar 36,923 dan gentamisin sebesar 38,081, sehingga biaya pengobatan yang cost-effective untuk terapi pneumonia ialah cefotaxime. DAFTAR PUSTAKA Andayani, TM. 2013, Farmakoekonomi : prinsip dan metodologi, Bursa ilmu: Yogyakarta. Andina, Doddy, Monique.,2008.,Analisis Efektivitas Biaya (Cost Effectiveness) Antibiotik Tunggal dan Kombinasi pada Pasien Pneumonia Rawat Inap di Rumah Sakit Umum Haji Surabaya selama 1 Januari 31 Desember 2006.,Tidak diterbitkan. Surabaya. Fakultas Farmasi Universitas Surabaya. Baroroh, F., dan Fauzi,L,A.,2017, Analisis Biaya Terapi Stroke pada Pasien Rawat Inap di Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Bantul Yogyakarta, Jurnal Ilmiah Ibnu Sina (JIIS), 2(1), hal.93 101, Maret 2017. Bochud, P,Y.,Bonten, M, Marchetti,O.,Calandra, T.,2004.,Antimicrobial Therapy for Patients with severe Sepsis and Septic Shock : an Evidence Based Review, Crit Care Med. Vol.32 (11) : 495 512. Departemen Kesehatan RI, 2004.,Pedoman Program Pemberantasn Penyakit Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) untuk Penanggulangan Pneumonia pada Balita, Jakarta : Depkes RI. Donowati, 2013.,Analisis Farmakoekonomi Peresepan Antibiotika Ceftriaxone dan Ceftazidime pada Pasien Bedah Sesar di Rumah Sakit Panti Rini Yogyakarta., Jurnal Farmasi Sains dan Komunitas, November 2013,Hal.71-78, Vo.10 No.2, ISSN : 1693 5683. Faridah.,Machlaurin.,Subagijo.,2016, Analisis Efektivitas Biaya Penggunaan Antibiotik terhadap Pasien Sepsis Pediatrik di Rawat Inap RSD dr. Soebandi Kabupaten Jember pada Tahun 2014.,e-Jurnal Pustaka Kesehatan, Vol.4, No.2, Mei 2016. Fisher G.R., dan Boyce G.T.,2005 Pneumonia Syndromes. Pediatric Infectious Diseases. A Problem-Oriented Approach. Fourth Edition. Lippincott Williams & Wilkins. USA. Husnita., 2016, Analisis Efektifitas Biaya Antibiotik Empiris Seftriakson Kombinasi Gentamisin-Cefotaxime Pada pasien Pneumonia Anak di Rumah Sakit Paru Jamber Tahun 2013-2015, Skripsi tidak dipublikasikan, Bagian Farmasi Klinik dan Kominitas, Fakultas Farmasi, Universitas Jember. 10

Hadning, I., Ikawati, Z., Andayani, T.M., 2015, Stroke Treatment Cost Analysis for Consideration on Health Cost Determination Using INA-CBGs, International Journal of Public Health Science, Vol.4 No.4, pp. 288-293. Kemenkes RI, 2013, Riset Kesahatan Dasar 2013, Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan, Kementerian Kesehatan, Jakarta Lorensia, A., dan Doddy, D.Q. 2016. Farmakoekonomi Edisi Kedua. UBAYA, Surabaya. Lakhanpaul M, M Atkinson, T Stephenson.,2004., Community Acquired Pneumonia in Children. A Clinical Update. In : Archives of Disease in Childhood Education and PracticeVol. 89: 2004; h. 100-110 Nursyafrisda, 2012, Analisis Efektifitas Biaya Penggunaan Ceftriaxone Dan Cefotaxime Pada Pasien Pneumonia Balita Di Rawat Inap RSU Kab.Tangerang Tahun 2010, Tesis tidak dipublikasian, Depok : Universitas Indonesia. National Institute for Health and Care Excellence (NICE),2014.,Pneumonia : Diagnosis and Management of Community and Hospital- Acquired Pneumonia in Adults, UK : NICE Clinical Guideline. Okky SP, Rizky A, Ivan SP, Cherry R, et al, 2014., Analisis minimalisasi biaya penggunaan antibiotik empirik pasien sepsis sumber infeksi pernapasan. JFKI. 2014. 3(1): 10-17. Pneumonia Komuniti 2003. Pedoman Diagnosis Dan Piñata Laksanaan Diindonesia. Jakarta: Perhimpunan Dokter Paru Indonesia. Russell JA.,2006, Management of sepsis. NEngk J Med. 2006. 355(16): 1669-1712. Sumiyati, 2015., Hubungan Jenis Kelamin Status Imunisasi DPT Dengan Pneumonia Bayi Usia 0-12 Bulan., Jurnal Kesehatan Metro Sai Wawai Vol.VIII No.2, Hal.63 69, Edisi Desember 2015, ISSN : 19779 469X. Tjay, H.T, and Rahardja, K. 2007, Obat-Obat Penting Edisi VI, PT Elex Media Komputindo, Jakarta. Yanti, 2016., Rasionalitas Penggunaan Antibiotik Pada Pasien Rawat Inap Balita Penderita Pneumonia Dengan Pendekatan Metode Gyssens di RSUD Sultan Syarif Mohamad Alkadrie Pontianak.,Naskah Publikasi, http://jurnal.untan.ac.id/index.p hp/jmfarmasi/article/viewfile/1 5260/13442 Program Studi Farmasi Fakultas Kedokteran Universitas Tanjungpura Pontianak (Di Unduh 26 September 2017). 11