BAB II TINJAUAN PUSTAKA. digunakan untuk mencacah akan menghasikan serpihan. Alat pencacah ini

dokumen-dokumen yang mirip
BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN

BAB II DASAR TEORI. Mesin perajang singkong dengan penggerak motor listrik 0,5 Hp mempunyai

BAB II DASAR TEORI. 2.1 Konsep Perencanaan Sistem Transmisi Motor

BAB VI POROS DAN PASAK

BAB II DASAR TEORI 2.1. Prinsip kerja Mesin Penghancur Kedelai 2.2. Gerenda Penghancur Dan Alur

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI

BAB II DASAR TEORI. c) Untuk mencari torsi dapat dirumuskan sebagai berikut:

BAB II LANDASAN TEORI

BAB III. Metode Rancang Bangun

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II DASAR TEORI Sistem Transmisi

BAB III PERANCANGAN SISTEM TRANSMISI RODA GIGI DAN PERHITUNGAN. penelitian lapangan, dimana tujuan dari penelitian ini adalah :

Tujuan Pembelajaran:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 5 POROS (SHAFT) Pembagian Poros. 1. Berdasarkan Pembebanannya

BAB II DASAR TEORI. 1. Roda Gigi Dengan Poros Sejajar.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

IV. ANALISIS TEKNIK. Pd n. Besarnya tegangan geser yang diijinkan (τ a ) dapat dihitung dengan persamaan :

BAB IV PERHITUNGAN DAN HASIL PEMBAHASAN

BAB II LANDASAN TEORI

BAB III PERANCANGAN. = 280 mm = 50,8 mm. = 100 mm mm. = 400 gram gram

BAB IV PERHITUNGAN PERANCANGAN

Bahan poros S45C, kekuatan tarik B Faktor keamanan Sf 1 diambil 6,0 dan Sf 2 diambil 2,0. Maka tegangan geser adalah:

MESIN PERUNCING TUSUK SATE

POROS dengan BEBAN PUNTIR

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

hingga akhirnya didapat putaran yang diingikan yaitu 20 rpm.

BAB III PERENCANAAN DAN GAMBAR

BAB II TEORI DASAR. dicampur dengan bahan pencampur seperti daging udang atau ikan yang

BAB III PERANCANGAN DAN PERHITUNGAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB IV ANALISA DAN PERHITUNGAN BAGIAN BAGIAN CONVEYOR

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Indonesia. Dan hampir setiap orang menyukai kerupuk, selain rasanya yang. ikan, kulit dan dapat juga berasal dari udang.

MESIN PERAJANG SINGKONG

BAB II DASAR TEORI 2.1 Konsep Perencanaan 2.2 Motor 2.3 Reducer

BAB II LANDASAN TEORI. khususnya permesinan pengolahan makanan ringan seperti mesin pengiris ubi sangat

BAB III PERANCANGAN Perencanaan Kapasitas Penghancuran. Diameter Gerinda (D3) Diameter Puli Motor (D1) Tebal Permukaan (t)

BAB II PENDEKATAN PEMECAHAN MASALAH

TRANSMISI RANTAI ROL

BAB IV PERHITUNGAN DAN PERANCANGAN ALAT. Data motor yang digunakan pada mesin pelipat kertas adalah:

A. Dasar-dasar Pemilihan Bahan

PERENCANAAN SERTA PEMBUATAN PELAMPUNG DAN SISTEM BELT PERUBAH PUTARAN PADA PROTOTIPE TURBIN AIR TERAPUNG

BAB IV PROSES, HASIL, DAN PEMBAHASAN. panjang 750x lebar 750x tinggi 800 mm. mempermudah proses perbaikan mesin.

BAB II PENDEKATAN PEMECAHAN MASALAH. menggunakan motor listrik sebagai sumber tenaga pengerak di mana

BAB II DASAR TEORI 2.1. Sistem Transmisi Motor Listrik

TUGAS PERENCANAAN ELEMEN MESIN I MERANCANG POROS GARDAN DAN JOINT PADA TRUK DENGAN KAPASITAS 5 TON

BAB II DASAR TEORI 2.1 Sistem Transmisi 2.2 Motor Listrik

TINJAUAN PUSTAKA. komponen pada beberapa wadah yang berbeda sehingga masih tetap terpisah satu

RANCANG BANGUN MESIN PEMISAH KULIT ARI JAGUNG. ANDRI YONO ;

Kopling tetap adalah suatu elemen mesin yang berfungsi sebagai penerus putaran dan daya dari poros penggerak ke poros yang digerakkan secara pasti

Lampiran 1. Analisis Kebutuhan Daya Diketahui: Massa silinder pencacah (m)

PERENCANAAN MESIN PENGUPAS KULIT KEDELAI DENGAN KAPASITAS 100 KG/JAM

PERENCANAAN MESIN PENGADUK UDANG NAGET OTOMATIS

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

TRANSMISI RANTAI ROL 12/15/2011

BAB IV PERHITUNGAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISA DAN PERHITUNGAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. korosi dan hantaran listrik yang baik dan sifat-sifat yang baik lainnya sebagai sifat

Gambar 2.1. Bagian-bagian Buah Kelapa

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI. proses tekan geser. Butir beras terjepit dan tertekan cekung lesung antum sehingga

BAB II LANDASAN TEORI

PENGERTIAN POROS MACAM-MACAM POROS

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB III PERENCANAAN DAN PERHITUNGAN

METODOLOGI PENELITIAN

Penggunaan transmisi sabuk, menurut Sularso (1979 : 163), dapat dibagi menjadi tiga kelompok, yaitu :

BAB III PEMBAHASAN, PERHITUNGAN DAN ANALISA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II LANDASAN TIORI

RANCANG BANGUN MESIN PENGHANCUR BONGGOL JAGUNG UNTUK CAMPURAN PAKAN TERNAK SAPI KAPASITAS PRODUKSI 30 kg/jam

operasional yang kontinyu dengan menggunakan debit yang normal pula.

PERENCANAAN MESIN BENDING HEAT EXCHANGER VERTICAL PIPA TEMBAGA 3/8 IN

BAB II DASAR TEORI. rokok dengan alasan kesehatan, tetapi tidak menyurutkan pihak industri maupun

Perancangan Belt Conveyor Pengangkut Bubuk Detergent Dengan Kapasitas 25 Ton/Jam BAB III PERHITUNGAN BAGIAN-BAGIAN UTAMA CONVEYOR

Lampiran 1 Analisis aliran massa serasah

PERANCANGAN CAKE BREAKER SCREW CONVEYOR PADA PENGOLAHAN KELAPA SAWIT DENGAN KAPASITAS PABRIK 60 TON TBS PER JAM

PERENCANAAN MESIN PENGIRIS PISANG DENGAN PISAU (SLICER) VERTIKAL KAPASITAS 120 KG/JAM

Jumlah serasah di lapangan

BAB II DASAR TEORI. Gambar 2.1 Skema Dinamometer (Martyr & Plint, 2007)

RANCANG BANGUN MESIN PENGHANCUR SPUIT BEKAS

PENDEKATAN RANCANGAN Kriteria Perancangan Rancangan Fungsional Fungsi Penyaluran Daya

SABUK-V. Penggunaan transmisi sabuk, menurut Sularso (1979 : 163), dapat dibagi menjadi tiga kelompok, yaitu :

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB II TEORI DASAR. BAB II. Teori Dasar

PERENCANAAN MESIN PEMECAH KEMIRI DENGAN KAPASITAS 50 KG/JAM SKRIPSI

MENGENAL KOMPONEN PENERUS DAYA

II. TINJAUAN PUSTAKA. adonan sebelum dipotong tipis-tipis, dikeringkan dibawah sinar matahari dan

PERANCANGAN DAN ANALISIS KOMPONEN PROTOTIPE ALAT PEMISAH SAMPAH LOGAM DAN NON LOGAM OTOMATIS

PERANCANGAN MESIN PENGADUK BAHAN DASAR ROTI KAPASITAS 43 KG

Jurnal Reengineering Untuk Meningkatkan Prestasi Kerja Mesin Mixer Batako REENGINEERING UNTUK MENINGKATKAN PRESTASI KERJA MESIN MIXER BATAKO

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. perancangan yaitu tahap identifikasi kebutuhan, perumusan masalah, sintetis, analisis,

BAB II LANDASAN TEORI

BAB III TINJAUAN PUSTAKA. 3.1 Definisi Mesin Penggiling Daging (Meat Grinder)

KOPLING. Kopling ditinjau dari cara kerjanya dapat dibedakan atas dua jenis: 1. Kopling Tetap 2. Kopling Tak Tetap

SKRIPSI. Skripsi Yang Diajukan Untuk Melengkapi Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Teknik STEVANUS SITUMORANG NIM

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PERENCANAAN DAN PEMBUATAN MESIN BUBUT KAYU DALAM MEMPERCEPAT PROSES PRODUKSI IMAM ROMDONI NAWAWI

Transkripsi:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Definisi Alat Pencacah plastik Alat pencacah plastik polipropelen ( PP ) merupakan suatu alat yang digunakan untuk mencacah akan menghasikan serpihan. Alat pencacah ini memiliki komponen pisau terbuat dari gear motor dan plat besi yang membantu dalam proses pencacahan plastik, yaitu 10 pisau yang terbuat dari gear motor yang didesain di susun silang model crusher, pisau dihubungkan dengen gigi lurus satu poros di pasang puli dihubungkan dengen dinamo listrik 1 hp. Pada proses pencacahan gelas plastik dilipat kecil supaya masuk pada corong atas lebih banyak dan pisau pencacah lebih mudah menyobek struktur gelas plastik tersebut. Gambar 2.1 Alat pencacah plastik 5

Keterangan: 1. Saluran masuk 2. Pisau 3. Poros 4. Bantalan 5. Puli 6. Sabuk v 7. Roda gigi lurus 8. Motor listrik 9. Kerangka 10. Bandul 11. Saluran keluar B. Motor Listrik Motor listrik adalah komponen standar pada sistem transmisi yang dipilih sebagai tenaga penggerak yang di sesuaikan dengan menggunakan energi listrik. Jika n 1 (rpm) adalah putaran dari poros motor listrik dan T (kg.mm) yaitu torsi pada poros motor listrik besarnya daya P (kw) yang di perlukan untuk menggerakan sistem adalah : Gambar 2.2 Dinamo listrik ( Dok. Pribadi ) 6

P = F. V ( Sularso, 2004 ) V = C. Poros π. d. n 1000.60 Dengan : P = Daya motor listrik ( kw ) F = Gaya potong ( kg ) V = Kecepatan potong ( m/s ) d = Jarak pisau ( mm) Bentuk dan dimensi poros merupakan salah satu bagian terpenting dari setiap mesin. Hampir semua mesin meneruskan tenaga bersama sama dengan putaran dan menggunakan poros sebagai penerus putaran. Gambar 2.3 Poros ( Dok. Pribadi ) Ada hal hal yang diperhatikan didalam merencanakan sebuah poros yaitu : 1. Kekuatan poros harus dicari memenuhi kebutuhan. 2. Mudah tidaknya bahan tersebut dicari di pasaran. 3. Faktor ekonomis yang harus tetap diperhitungkan. Poros diklafisikasikan sebagai penerus daya menurut pembebenannya sebagai berikut: 7

1. Poros tranmisi Poros sejenis ini mendapatkan beben puntir murni atau punter lentur dan ditranmisikan pada poros melalui kopling, roda gigi, puli sabuk atau sproket rantai. 2. Spindel Poros tranmisi yang relatif lebih pendek, serperti poros utama mesin pekakas dan dimana beban utamanya barupa puntiran ( spindel ). Syarat utama pada poros ini adalah deformasinya harus kecil, bentu dan ukuranya harus teliti. 3. Gandar Poros gandar seperti ini di pasang diantara roda roda kereta barang karena tidak mendapat beben punter dan kadang kadang tidak boleh berputar. Hal hal penting yang diperlukan untuk merancang poros adalah sebagai berkut: 1. Kekuatan poros Sebuah poros semisal mempunyai kekuatan yang cukup tetapi jika kelenturannya maupun defleksi puntirannya terlalu besar akan mengakibatkan ketidaktelitian, getaran dan suara. Disamping itu kekuatan poros dan kekakuannya harus diperhatikan, disesuaikan dengan jenis mesin yang dibuat. 2. Putaran kritis Apabila putaran suatu mesin dinaikan, maka pada suatu harga putaran mesin tertentu getaran yang diakibatkan sangat lah besar dan 8

putaran ini disebut putaran kritis dimana ini terdapat pada turbin, motor bakar, motot listrik yang dapat merusak suatu komponen yang lainnya. 3. Bahan Poros Poros yang digunakan untuk komponen alat terbuat dari baja batang yang ditarik dingin dan di finishing. Baja karbon kontruksi biasa disebut bahan ( S C ) bahan yang dihasilkan dari bahan baja dioksidasi dengan fero silicon dan digunakan pada putaran tinggi dan beban berat umumnya dari baja paduan dan dilapisi pengerasan kulit supaya tahan keausan. Bahan bahan yang tahan korosi seperti pastik dipilih untuk poros propeller dan pompa, bila terjadi kontak dengan fluida yang korosif. Demikian pula untuk poros yang terancam kavitasi poros poros mesin yang sering berhenti lama sampai batas batas tertentu dapat pula dilakukan jika P adalah daya nominal output dari motor penggerak, maka berbagai macam factor keamanan biasanya diambil dalam perencanaan, sehingga koreksi pertama dapat diambil kecil. Jika faktor Koreksi (f C ) maka daya rencana Pd ( kw ) sebagai patokan adalah : 1. Daya rencana Pd = f C x P ( Sularso dan Suga, 1997: 7 ) Dimana: Pd = Daya yang direncanakan ( hp ) f C = Faktor koreksi P = Daya nominal output dari motor prnggerak ( hp ) 9

2. Momen punter pada poros T = 9,74 x 10 5 x Pd n ( Sularso dan Suga, 1997: 7 ) Dimana : T = Momen puntir ( kg.mm ) Pd = Daya rencana ( kw ) n = Putaran poros 3. Diameter Poros 3 d = 16 x T π x T s ( Sularso, 1997: 7 ) 4. Tegangan geser yang diijinkan τa = σb Sf 1. Sf 2 ( Sularso dan Suga, 1997: 8 ) Dimana: τg = Tegangan geser yang diijinkan ( kg/mm 2 ) σb = Kekuatan tarik ( kg/mm 2 ) Sf 1 = Faktor keamanan 1 Sf 2 = Faktor keamaman 2 D. Puli Puli merupakan suatu elemen mesin yang berfungsi sebagai tempat dudukan sabuk atau penggerak sabuk yang digunakan untuk menyalurkan daya dan putaran. Untuk perencanaan ini menggunakan pili mahkota dan bebera yang harus diperhatikan dalam perencanaan pulley mahkota. 10

Gambar 2.4 puli ( Dok. Pribadi ) Perencanaan puli dan sabuk V harus mengperhitungkan terlebih dahulu. Rumus perhitungn puli dan sabuk V adalah menentukan perbandingan tranmisi, kecepatan tranmisi, kecepatan sabuk dan panjang sabuk. Rumus perhitungan adalad sebagai berikut: 1. Menentukan diameter luar puli kecil (D out ) D out = D out + 2c ( Dobrovolsky, tt: 243 ) 2. Menentukan diameter dalam puli (D in ) D in = D out 2c ( Dobrovolsky, tt: 244 ) 3. Menentukan lebar puli ( B ) B = ( Z 1 ). t + 2 ( Dobrovolsky, tt: 244 ) B = Lebar puli ( mm ) Z = Jumlah sabuk 4. Menentukan berat puli ( W ) W = p x Vp ( Dobrovolsky, tt: 244 ) P = Berat jenis puli (kg/m 3 ) Vp = Volume puli (mm 3 ) 11

E. Sabuk V- Belt Sabuk adalah bagian elemen mesin yang digunakan untuk menstranmisikan daya dan putaran. Sabuk dililitkan pada kedua puli sebagai elemen pendukung proses berkerjanya. Gambar 2.5 Sabuk V belt ( Dok. Elemen mesin sularso, 1997 ) Sabuk ini dipilih untuk mentranmisikan daya karena jarak putaran antara jarak pada poros yang berkejahuan tidak membutuhkan tingkat akurasi yang lebih seperti pada rantai. Sabuk selain itu mempunyai kelebihan yaitu mudah dalam pemasangan dan perawatan dan sabuk ini tidak dapat bekerja bila mendapatkan beban yang berat pada akirya akan terselip. Dengan adanya slip maka komponen lainnya tidak cepat rusak. Sabuk ini membuktikan bahwa pemakianya cocok untuk beban yang berat. Sabuk yang bentuknya trapesium yang ter buat dari karet. Tenunan tetoran atau semacamnnya dipergunakan untuk inti yang membawa tarikan besar dan sabuk dilengkapi dengan belitan dikelilingi alur puli bentuk V. Gaya gesekan akan bertambah karena pengaruh bentuk baji, akan menghasilkan tranmisi daya yang lebih besar pada tegangan yang relatif rendah. Sabuk V ini mempunyai keunggulan dibandingkan dengan sabuk yang rata. 12

Sabuk yang dipergunakan untuk mentranmisikan menggunkan tipe A dn sebagai sabuk serat fiber yang dapat banyak dipasaran. 1. Perbandingan reduksi yang digunakan ( i ) i = n 1 n 2 ( Dobrovolsky, tt: 207 ) Dimana: n 1 = Puraran poros penggerak ( rpm ) n 2 = Putaran poros yang digerakan ( rpm ) 2. Diameter puli ( D ) ( Dobrovolsky, tt: 235 ) D 2 = i. D 1 ( mm ) D 1 = diameter puli kecil (mm) D 2 = diameter puli besar (mm) i = perbandingan reduksi Pr = X. V. F r + Y. V a ( Sularso, 1997:135 ) X = Faktor beban radial Y = Faktor beban aksial F a = Beban aksial ( kg ) F r = Beban radial ( kg ) V = Faktor perputaran cincin banatalan ( kg ) 3. Faktor kecepatan ( f n ) f n = [ 33 n ]1/3 ( Sularso, 1997 :136 ) 4. Faktor umur bantaran ( f h ) f h = f n c Pr ( Sularso, 1997 :136 ) c = Bebean nominal spesifik ( kg ) 13

5. Umur nominal bantalan ( L h ) L h = 500 x f h 3 ( Sularso, 1997 :136 ) 6. Faktur keandalan umur ( L n ) L n = a 1 xa 2 xa 3 xl h ( Sularso, 1997 :136 ) a 1 = Faktor keadalan F. Pasak Pasak merupakan suatu elemen mesin yang digunakan untuk menetapkan bagian bagian komponen seperti roda gigi, puli, sprocket atau kopling pada poros. ( Sularso, 1997: 23 ). Jenis jenis pasak yaitu : 1. Pasak pelana 2. Pasak rata 3. Pasak benam 4. Pasak singgung 5. Pasak jarum Gambar 2.6 Macam macam pasak ( Dok. Elemen mesin sularso, 1997 ) 14

Dalam perencanaan ini menggunakan pasak memenjang jenis benan. Hal hal yang harus diperhatikan dalam perencanaan pasak benam adalah: 1. Tegangan geser yang diijinkan ( τ ka ) τ ka = σ b s f1 xs f2 (kg /mm 2 ) ( Sularso, 1997:25 ) σ b = Kekuatan tarik bahan pasak (kg /mm 2 ) s f1,2 = Faktor koreksi bahan, alam 2. Gaya tangensial pasak ( Ft ) Ft = T d s /2 ( kg ) ( Sularso, 1997:25 ) d s = Diameter poros ( mm ) T = Momen rencana poros 3. Tegangan geser pasak ( τ k ) τ k = F b. I ( kg mm 2) F = Gaya tengensial ( kg mm 2) b = Lebar pasak ( mm ) I = Panjang pasak ( mm ) 4. Pengecekan kekuatan : a. Lebar pasak : 0,25 b d s 0,35 b. Panjang pasak : 0,75 1 d s 0,5 15