SEMINAR NASIONAL ANALISIS KEBUTUHAN PELATIHAN DALAM MENINGKATKAN KOMPETENSI PROFESIONAL GURU SMK DI SULAWESI SELATAN

dokumen-dokumen yang mirip
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

UPAYA PENINGKATAN KINERJA GURU

BAB I PENDAHULUAN. Republik Indonesia No.20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional,

BAB II KAJIAN PUSTAKA

IMPLEMENTASI PROSES PEMBELAJARAN DALAM MENCAPAI KOMPETENSI GURU BIDANG KEAHLIAN MANAJEMEN PERKANTORAN

BAB I PENDAHULUAN. mencerdaskan kehidupan bangsa dan meningkatkan kualitas manusia. dan Undang-undang Dasar Tahun Upaya tersebut harus selalu

Hubungan Persepsi Siswa Terhadap Profesionalitas Guru Ekonomi dan Keberadaan... (Ana Setyowati & Bambang Ismanto)

IMPLEMENTASI PROSES PEMBELAJARAN DALAM MENCAPAI KOMPETENSI GURU BIDANG KEAHLIAN MANAJEMEN PERKANTORAN

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu tantangan terberat bagi bangsa Indonesia pada era globalisasi abad

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB V PENUTUP. Berdasarkan seluruh uraian pembahasan skripsi di atas. Kiranya penulis

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. kepribadian, dan sosial sesuai Undang-undang Guru dan Dosen No. 14 Tahun

BAB I PENDAHULUAN. tercapai. Peningkatan mutu pendidikan ditentukan oleh kesiapan sumber daya. penentu tinggi rendahnya mutu hasil pendidikan.

PENINGKATAN KOMPETENSI PROFESIONAL GURU DI SEKOLAH DASAR

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. bimbingan atau pertolongan yang diberikan dengan sengaja oleh orang dewasa agar anak

BAB I PENDAHULUAN. pada kemampuan bangsa itu sendiri dalam meningkatkan kualitas sumber daya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB [ PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan proses yang dialami dalam kehidupan. manusia yang berlangsung secara terns menerus dimanapun manusia itu

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah hal yang penting dan tidak dapat dipisahkan dari kehidupan.

DAFTAR PUSTAKA. Ali, Sadirman. (2009). Interaksi & Motivasi Belajar Mengajar. Bandung: PT Rajagrafindo Persada.

STUDI TENTANG PENINGKATAN PROFESIONALISME GURU PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN DI SMA NEGERI 11 MAKASSAR

BAB I PENDAHULUAN. Perubahan tersebut menuntut setiap guru untuk terus berupaya melakukan

KOMPETENSI PROFESIONAL GURU DALAM MENINGKATKAN EFEKTIVITAS PEMBELAJARAN IPS KELAS VIII DI MTs AS-SUNNAH KOTA CIREBON SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

I. PENDAHULUAN. yang berkaitan dengan pelaksanaan pembelajaran pada satu satuan

Sapto Purnomo STKIP Persada Khatulistiwa Sintang Jl. Pertamina Sengkuang Sintang

KOMPETENSI PROFESIONAL GURU SOSIOLOGI SMA NEGERI KOTA BANDUNG

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

PERSEPSI MAHASISWA PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AKUNTANSI FISE UNY TERHADAP PROFESIONALITAS GURU BERDASARKAN UNDANG- UNDANG GURU DAN DOSEN NO 14 TAHUN

JURNAL PENDIDIKAN AKUNTANSI INDONESIA Vol. VI. No. 2 Tahun 2008 Hal

BAB I PENDAHULUAN. hlm U. Saefullah, Psikologi Perkembangan dan Pendidikan, CV Pustaka Setia, Bandung, 2012,

PENGARUH SERTIFIKASI DAN PROFESIONALISME GURU TERHADAP KINERJA GURU DI KECAMATAN WIROSARI KABUPATEN GROBOGAN NASKAH PUBLIKASI

Hj. Yusida Gloriani & Teti Tresnawati Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas Kuningan

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan. Indonesia sebagai suatu bangsa yang sedang giat-giatnya

BAB I PENDAHULUAN. Suatu format Undang-Undang 20 Tahun 23 tentang sistem pendidikan

PELAKSANAAN KETERAMPILAN MENGAJAR GURU DI GUGUS MANGGA KECAMATAN JAYA BARU KOTA BANDA ACEH. Sri Risky Ramadani, Nurhaidah, Soedirman Z.

DAFTAR PUSTAKA. Arikunto, Suharsimi Prosedur Penelitian suatu Pendekatan Praktek Edisi Revisi IV. Rineka Cipta : Jakarta

KOMPETENSI PROFESIONAL GURU BAHASA INDONESIA BERSERTIFIKAT PENDIDIK DI SMP NEGERI KOTA BATU. Diajukan oleh Bambang Irawan NIM

BAB I PENDAHULUAN. Sergiovanni (1987), mengungkapkan bahwa (No student who can not

BAB I PENDAHULUAN. profesionalnya, dan sebaliknya kinerja yang di bawah standar kerja

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. pemangku kepentingan (stakeholders), baik dari pihak pemerintah maupun

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Tujuan pendidikan nasional yang diamanatkan dalam pembukaan undangundangdasar

DAFTAR RUJUKAN Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: PT. Rineka Cipta.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. dalam komunitas sosial untuk mengimbangi laju perkembangan ilmu. bersamaan terhadap perkembangan dan sistem pendidikan bagi

DAFTAR RUJUKAN. Ahmadi, Abu Psikologi Sosial. Jakarta: Rineka Cipta.

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

PROFESIONALISME GURU DITINJAU DARI KOMPETENSI GURU DAN SERTIFIKASI GURU DI SMA NEGERI SE-KABUPATEN BOYOLALI TAHUN 2014/2015

Journal of Educational Science and Technology Volume 3 Nomor 2 Agustus 2017 Hal p-issn: dan e-issn:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. besar dalam meningkatkan pengetahuan siswa. Selain sebagai pengajar, guru juga

BAB II KAJIAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN. kependidikan kompetensi merupakan pengetahuan, sikap-perilaku dan

Pendidikan merupakan unsur yang penting dan utama dalam konteks pembangunan bangsa dan negara. Hakikat

PEMILIHAN KEPALA SEKOLAH BERPRESTASI TINGKAT PROVINSI JAWA BARAT TAHUN 2007

ARTIKEL HASIL PENELITIAN 2011

KONTRIBUSI SUPERVISI KEPALA SEKOLAH DAN MOTIVASI KERJA TERHADAP DISIPLIN KERJA GURU SMP DI KOTA PADANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Seminar Internasional, ISSN Peran LPTK Dalam Pengembangan Pendidikan Vokasi di Indonesia

BAB VI PENUTUP. semester 1 di MTsN 1 Model Palangka Raya di peroleh nilai rata-rata 3,12

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang masalah. Pendidikan merupakan sarana terciptanya sumber daya manusia yang

BAB I PENDAHULUAN. Prenada Media Group, 2012), hlm Abdul Kadir, dkk., Dasar-dasar Pendidikan, (Jakarta: Kencana

1. PENDAHULUAN. Pendidikan memiliki peranan penting dalam pembentukan generasi muda penerus bangsa yang

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan nasional yang diatur secara sistematis. Pendidikan nasional berfungsi

BAB I PENDAHULUAN. melaksanakan peran dan tugasnya, ini berarti kinerja guru merupakan faktor

BAB 1 PENDAHULUAN. terpenting dalam bidang pendidikan. Pendidikan yang berkualitas adalah yang. Pasal 3 tentang fungsi dan tujuan pendidikan adalah:

PENGGUNAAN MEDIA PEMBELAJARAN BERVARIATIF UNTUK MENINGKATKAN KOMPETENSI MENGAJAR GURU DI SDN 113 PEKANBARU

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

PERSEPSI GURU PEMBIMBING TERHADAP PROSES PEMBELAJARAN MAHASISWA PRAKTIK KKN-PPL UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA DI SMK PIRI 1 YOGYAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pendidikan merupakan hal yang sangat penting bagi kemajuan suatu

BAB I PENDAHULUAN. memenuhi kriteria administratif, yaitu memiliki ijazah yang sesuai dengan

BAB V PENUTUP. yang bersertifikat pendidik di Kabupaten Kulon Progo dilihat dari segi. kesimpulan yang lebih rinci sebagi berikut:

BAB I PENDAHULUAN. bagaimana karakteristik dari negara tersebut. Pendidikan merupakan kunci untuk

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. 1. Pembelajaran kooperatif tipe TGT dapat meningkatkan kualitas. pembelajaran IPS di kelas IVB SDN Nanggulan Sleman.

BAB 1 PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan suatu hal yang sangat penting untuk dijalani oleh

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang RI No. 14 tahun 2005 tentang Guru dan Dosen, serta Peraturan

II. KAJIAN PUSTAKA. Salah satu unsur penting yang paling menentukan dalam meningkatkan kualitas

I. PENDAHULUAN. Pemerintah dalam rangka mewujudkan peningkatan kualitas pendidikan telah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Kualitas pelaksanaan pendidikan di sekolah ditentukan oleh berbagai unsur,

SKRIPSI. Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Memperoleh Gelar Sarjana Starata 1 Program Studi Pendidikan Akuntansi.

BAB I PENDAHULUAN. teknologi (Iptek). Persepsi masyarakat ini kiranya telah mampu memobilisasi

HAND OUT MATA KULIAH KONSEP DASAR PENDIDIKAN ANAK USIA DIN KODE MK/SKS : UD 100/3 SKS

PENGARUH PENERAPAN METODE ECLECTIC TERHADAP MOTIVASI BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN SEJARAH DI MTS AN-NUR JAGASATRU CIREBON SKRIPSI.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Analisis Kebutuhan Pelatihan Kompetensi Guru Sekolah Dasar di Kecamatan Tanjungkerta Kabupaten Sumedang

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar,

BAB I PENDAHULUAN. komponen, yaitu : pengajar (Dosen, Guru, Instruktur, dan Tutor) siswa yang

BAB I PENDAHULUAN. penyelenggaraan pendidikan nasional berbunyi bahwa pendidikan. diselenggarakan dengan mengembangkan budaya membaca, menulis, dan

KOMPETENSI PROFESIONAL GURU

BAB I PENDAHULUAN. sempurna sehingga ia dapat melaksanakan tugas sebagai manusia. Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi dewasa ini ternyata

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 2007 TENTANG SERTIFIKASI BAGI GURU DALAM JABATAN

PENGARUH KOMPETENSI TERHADAP KINERJA GURU SDN CIAWIGEBANG KUNINGAN

Kinerja Guru Bahasa Indonesia di SMK Negeri 2 Painan

Persepsi Siswa Tentang Kompetensi Profesional

Transkripsi:

ANALISIS KEBUTUHAN PELATIHAN DALAM MENINGKATKAN KOMPETENSI PROFESIONAL GURU SMK DI SULAWESI SELATAN Faizal amir 1, Muhammad Ardi 2 Fakultas Teknik, Universitas Negeri Makassar 1 faizalamir64@gmail.com 2 ardilpm@gmail.com ABSTRAK Tujuan penelitian ini adalah: (1) menemukan deskripsi materi pelatihan yang harus dilatihkan pada guru SMK di Provinsi Sulawesi Selatan sehingga profesional mereka dapat lebih meningkat; (2) menemukan langkahlangkah pengembangan dan validasi materi pelatihan berdasarkan deskripsi materi yang telah ditemukan, sehingga materi tersebut layak digunakan untuk melatih guru SMK di Provinsi Sulawesi Selatan, guna profesional mereka. Responden penelitian sebanyak 200 orang guru yang dipilih dengan metode purpossive sampling. Pengumpulan data dilakukan dengan cara memberikan kuesioner kepada responden yang sudah dipilih. Analisis data yang digunakan adalah analisis deskriptif. Hasil yang dicapai adalah: (1) materi pelatihan yang dalam profesional guru SMK di Provinsi Sulawesi Selatan adalah: (a) penelitian tindakan, (b) penelitian deskriptif, (c) penelitian survei, (d) penelitian korelasional, (e) analisis data, (f) pengembangan instrumen mengukur hasil belajar, keterampilan, motivasi, dan sikap siswa; (2) langkah-langkah pengembangan materi pelatihan berdasarkan deskripsi materi yang sudah ditemukan yang dalam profesional guru SMK di provinsi Sulawesi Selatan, adalah: (a) materi dikembangkan berdasarkan literatur-literatur yang relevan, (b) mengkonsultasikan materi yang sudah dikembangkan kepada pakar yang relevan, (c) menetapkan materi yang sudah divalidasi, dan (d) mempersiapkan materi untuk diujicoba di lapangan. Kata Kunci: Kompetensi, profesional, dan guru PENDAHULUAN Permen Diknas Nomor 16 Tahun 2007 tentang Standar Kualifikasi Akademik dan Kompetensi Guru yang mempersyaratkan empat yang harus dimiliki oleh guru dan salah satu diantaranya yang sangat penting adalah profesional. Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan pasal 28 ayat 1 dinyatakan bahwa pendidik atau guru harus memiliki kualifikasi akademik dan sebagai agen pendidikan. PP No 18 Tahun 2007 tentang guru menyatakan bahwa salah satu yang harus dimiliki oleh guru adalah profesional. Mulyasa (2002) menjelaskan bahwa ada empat yang harus dimiliki oleh guru yakni : (1) pedagogik, (2) profesional, (3) kepribadian dan (4) sosial. Keempat inilah yang membentuk standar profesional guru. Guru memiliki peran yang sangat penting dalam menentukan kuantitas dan kualitas pembelajaran (Usman, 2010). Kompentensi profesional guru sangat penting dimiliki oleh seorang guru. Guru memegang peran penting dalam menentukan kualitas pembelajaran. Proses pembelajaran yang berkualitas tentunya melahirkan anak didik yang cerdas dan berkualitas, serta beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa. Mulyasa (2007) menyatakan bahwa, terdapat beberapa indikator yang menunjukkan lemahnya guru 117

dalam melakukan tugas utamanya sebagai seorang guru. Indikator tersebut adalah: (a) rendahnya pemahaman tentang strategi pembelajaran, (b) kurangnya kemampuan dan memanfaatkan penelitian tindakan kelas, dan (c) rendahnya komitmen profesi. Untuk itu profesional guru perlu dibina, khususnya guru SMK di Provinsi Sulawesi Selatan. Terbatasnya akses bagi guru-guru SMK di Provinsi Sulawesi Selatan untuk mendapatkan pembinaan, terutama profesional. Pembinaan profesional guru SMK oleh Dinas Pendidikan Provinsi dan Dinas pendidikan Kabupaten Kota masih terbatas. Adanya permintaan beberapa Kepala Sekolah SMK dan beberapa guru SMK untuk mendapatkan pembinaan profesional yang berkaitan dengan profesional guru. Kesemuanya ini merupakan dasar pemikiran pentingnya penelitian ini dilakukan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: (1) deskripsi materi pelatihan yang harus dilatihkan pada guru SMK di Provinsi Sulawesi Selatan sehingga profesional mereka dapat lebih meningkat; (2) pengembangan materi pelatihan berdasarkan deskripsi materi yang telah ditemukan, sehingga materi tersebut layak digunakan untuk melatih guru SMK di Provinsi Sulawesi Selatan, guna profesional mereka; (3) pengembangan instrumen yang layak digunakan untuk mengukur profesional guru SMK di Provinsi Sulawesi Selatan; Penelitian ini ditunjang oleh berbagai teori yang relevan dengan guru, guru dan profesional guru, yaitu: Undang-Undang Nomor 14 tahun 2005 tentang Guru dan Dosen, Pasal 1; Aqib dan Rohmanto (2008); menyakan bahwa guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, mengarahkan, melatih, menilai dan mengevaluasi peserta didik. Peraturan Menteri Nomor 16 Tahun 1994 tentang Pelatihan dan Jabatan Pegawai Negeri Sipil, menyatakan bahwa guru adalah jabatan fungsional yang memiliki tugas, tanggung jawab, dan wewenang dimana dalam menjalankan tugas didasari oleh keahlian yang bersifat mandiri. Guru adalah pendidik yang profesional yakni memiliki keahlian yang bersifat mandiri, memiliki tugas dan tanggung jawab yang besar terhadap peserta didik. Adams dan Dickey dalam Hamalik (2006), menyatakan bahwa guru bertugas memberikan pengajaran di dalam sekolah (kelas), ia menyampaikan materi pelajaran agar murid memahami dengan baik. Guru berusaha agar terjadi perubahan sikap, keterampilan, kebiasaan, hubungan sosial, aspirasi dan lain sebagainya melalui pengajaran yang diberikan. Wrightman dalam Usman (2011), menjelaskan bahwa, peranan guru adalah terciptanya serangkaian tingkah laku yang saling berkaitan yang dilakukan dalam situasi tertentu serta berhubungan dengan kemajuan perubahan tingkah laku dan perkembangan siswa yang menjadi tujuannya. Oleh karena itu, Sanjaya (2011), mengatakan bahwa seorang guru harus memiliki kemampuan khusus, yakni kemampuan yang tidak dimiliki oleh orang yang bukan guru. Suryadi dalam Alma (2009), mengatakan bahwa agar guru menjadi profesional maka dituntut untuk memiliki: (a) komitmen pada siswa dan proses belajar mengajar, (b) menguasai materi pelajaran yang diajarkan, (c) bertanggung jawab memantau hasil belajar melalui berbagai cara evaluasi, (d) mampu berpikir sistematis, dan (e) seharusnya merupakan bagian dari masyarakat belajar dalam lingkungan profesinya. Dapat dipahami bahwa tugas guru adalah mendidik siswa, peranannya membentuk pengetahuan, sikap, dan keterampilan siswa untuk mencapai 118

tujuannya. Guru harus memiliki kemampuan khusus, yakni profesional yang membentuk profesionalisme yang tidak dimiliki oleh orang yang bukan guru. Kompetensi menurut Usman (2011); Musfah (2011); dan Sagala (2011) adalah sebagai kebulatan pengetahuan, keterampilan, sikap dan perilaku atau kecakapan, kemampuan dan tidakan cerdas yang penuh tanggung jawab yang dimiliki seseorang dalam menjalankan tugas. Kompetensi guru adalah kemampuan, kecakapan dan tindakan cerdas yang penuh tanggung jawab oleh seorang guru dalam melaksanakan tugas sebagai agen pembelajaran. Musfah (2011) mengatakan bahwa dapat diperoleh melalui pendidikan, pelatihan dan belajar mandiri. Dengan demikian untuk guru SMK, dapat dilakukan dengan jalan memberikan pelatihan kepada guru tersebut. Permendiknas Nomor 16 Tahun 2007 tentang guru; PP Nomor 19 Tahun 2005 tentang Undang- Undang Guru dan Dosen, menyatakan bahwa guru meliputi: (1) pedagogik, (2) kepribadian, (3) sosial, dan (4) profesional. Atas dasar uraian terdahulu, dapat dipahami bahwa, guru harus memiliki yang baik dan berkualitas dalam menjalankan tugas sebagai agen pendidikan. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan, Pasal 28 ayat (3) butir c; Badan Standar Nasional Pendidikan (2006); Trianto dan Triwulan (2007); Ahmadi dan Amri (2010), pada dasarnya menyatakan bahwa profesional adalah kemampuan guru yang berkenaan dengan penguasaan bidang ilmu, teknologi dan seni yang meliputi: penguasaan materi pembelajaran secara meluas dan mendalam, penguasan konsep-konsep dan metode disiplin keilmuan, teknologi atau seni yang memungkinkan membimbing peserta didik memenuhi standar yang ditetapkan dalam Standar Nasional Pendidikan. Dutta dan Mohakud (2011), menyatakan bahwa profesional yang untuk menjadi guru yang baik adalah: (a) instruksional yang meliputi: konseptual, konteks, transaksional, untuk mengembangkan bahan belajar-mengajar, yang terkait dengan penggunaan informasi terbaru dan teknologi komunikasi dalam proses belajar mengajar; (b) organisasi, yakni yang berkaitan dengan mengidentifikasi sumber daya dan mobilisasi sumber daya; (c) manajemen yang meliputi: penyesuaian, yang berkaitan dengan ko-kurikuler organisasi, yang berkaitan dengan bekerja dan berurusan dengan orang tua siswa, dan yang berkaitan dengan kerja sama dengan masyarakat dan komunitas anggota; (d) evaluatif, yang meliputi: membangun instrumen, melakukan tes, prosedur penilaian, interpretasi hasil, dan kesesuain dengan cara terbaru dalam mengevaluasi. Sanjaya (2011); Usman (2011), pada dasarnya menyatakan bahwa kemampuan yang berhubungan dengan profesional adalah: (a) kemampuan menguasai landasan pendidikan, pemahaman dalam bidang psikologi, (b) kemampuan menguasai materi, mengaplikasikan berbagai metode dan stategi pembelajaran, (c) kemampuan merancang dan memanfaatkan media, (d) kemampuan melaksanakan evaluasi, menyusun program pembelajaran, (e) kemampuan melaksanakan bimbingan, penyuluhan dan administrasi, dan (f) kemampuanmelaksanakan penelitian dan berpikir ilmiah untuk kinerja. 119

METODE PENELITIAN Jenis penelitian ini adalah penelitian survei. Lokasi penelitian adalah SMK di Provinsi Sulawesi Selatan. Penelitian survei ini bertujuan: (1) untuk menemukan deskripsi materi pelatihan yang dalam profesinal guru SMK, (2) menyusun konsep materi pelatihan berdasarkan deskripsi yang sudah ditemukan, (3) mengembangkan materi dengan mempedomani indikator profesional guru, (4) memvalidasi materi yang telah dikembangkan, (5) mengembangkan instrumen untuk pengukuran profesional guru, dan (6) memvalidasi instrumen pengukuran profesional guru. Populasi penelitian ini adalah guru SMK di Provinsi Sulawesi Selatan. Sampel (responsden) penelitian sebanyak 200 orang guru dipilih dengan metode purpossive sampling. Konsep atau variabel yang diperhatikan adalah deskripsi materi pelatihan yang oleh guru SMK dalam profesional. Instrumen penelitian ini adalah kuesioner yang berhubungan dengan keinginan guru untuk mendapatkan pelatihan sehubungan dengan peningkatan Pengumpulan data dilakukan dengan cara memberikan kuesioner pada setiap responden (guru yang terpilih) untuk dijawab sesuai petunjuk kuesioner tersebut. Teknik analisis data dalam penelitian ini adalah analisis deskriptif. Analisis ini menampilkan distribusi frekuensi setiap pertanyaan yang diajukan dan dianalisis secara mendalam. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi materi pelatihan yang diinginkan oleh guru SMK untuk profesional Deskripsi materi pelatihan yang diinginkan atau oleh guru SMK di Provinsi Sulawesi Selatan dalam rangka profesional diuraikan sebagai berikut: 1. Kebutuhan guru untuk mendapatkan materi pelatihan penelitian tindakan pelatihan penelitian tindakan dalam rangka materi pelatihan penelitian tindakan, sebagaimana ditampilkan dalam Tabel 1. Tabel 1. Kebutuhan guru untuk mendapatkan materi pelatihan penelitian tindakan No Uraian Frekuensi (%) Kumulatif 60 30 30 2 Dibutuhkan 135 67,5 97,5 3 Kurang 5 2,5 100 Berdasarkan Tabel 1 dapat dipahami bahwa sebanyak 97,5% guru membutuhkan materi pelatihan penelitian tindakan. Atas dasar uraian ini dapat disimpulkan bahwa materi pelatihan penelitian tindakan merupakan kebutuhan guru SMK di Provinsi Sulawesi Selatan dalam 2. Kebutuhan guru untuk mendapatkan materi pelatihan penelitian deskriptif, survei, dan korelasional pelatihan penelitian deskriptif, survei, dan korelasional dalam rangka profesionalnya, maka berikut ini 120

materi pelatihan penelitian deskriptif, survei, dan korelasional, sebagaimana ditampilkan dalam Tabel 2. Tabel 2. Kebutuhan guru untuk mendapatkan materi pelatihan penelitian deskrip-tif, survei dan korelasional No Uraian Frekuensi (%) Kumulatif 45 22,5 22,5 2 Dibutuhkan 145 72,5 95 3 Kurang 10 5 100 Berdasarkan Tabel 2 dapat dipahami bahwa sebanyak 95% guru membutuhkan materi pelatihan penelitian deskriptif, survei, dan korelasional. Atas dasar uraian ini dapat disimpulkan bahwa materi pelatihan penelitian deskriptif, survei, dan korelasional merupakan kebutuhan guru SMK di Provinsi Sulawesi Selatan dalam 3. Kebutuhan guru untuk mendapatkan materi pelatihan artikel ilmiah pelatihan artikel ilmiah dalam rangka materi pelatihan artikel ilmiah, sebagaimana ditampilkan dalam Tabel 3. Berdasarkan Tabel 3 dapat dipahami bahwa sebanyak 90% guru membutuhkan materi pelatihan artikel ilmiah. Atas dasar uraian ini dapat disimpulkan bahwa materi pelatihan artikel ilmiah merupakan kebutuhan guru SMK di Provinsi Sulawesi Selatan dalam Tabel 3. Kebutuhan guru untuk mendapatkan materi pelatihan artikel ilmiah No Uraian Frekuensi (%) Kumulatif 45 22,5 22,5 2 Dibutuhkan 135 67,5 90 3 Kurang 20 10 100 4. Kebutuhan guru untuk mendapatkan materi pelatihan analisis data pelatihan analisis data dalam rangka materi pelatihan analisis data, sebagaimana ditampilkan dalam Tabel 4. Tabel 4. Kebutuhan guru untuk mendapatkan materi pelatihan analisis data No Uraian Frekuensi (%) Kumulatif 125 62,5 62,5 2 Dibutuhkan 70 35 97,5 3 Kurang 5 2,5 100 Berdasarkan Tabel 4 dapat dipahami bahwa sebanyak 97,5% guru membutuhkan materi pelatihan analisis data. Atas dasar uraian ini dapat disimpulkan bahwa materi pelatihan analisis data merupakan kebutuhan guru 121

SMK di Provinsi Sulawesi Selatan dalam 5. Kebutuhan guru untuk mendapatkan materi pelatihan pengembangan tes mengukur pengetahuan, keterampilan, sikap, dan motivasi siswa pelatihan pengembangan tes mengukur pengetahuan, keterampilan, sikap, dan motivasi siswa dalam rangka materi pelatihan pengembangan tes mengukur pengetahuan, keterampilan, sikap, dan motivasi siswa, sebagaimana ditampilkan dalam Tabel 5. Tabel 5. Kebutuhan guru untuk mendapatkan materi pelatihan pengembangan tes mengukur pengetahuan, keterampilan, sikap, dan motivasi siswa No Uraian Frekuensi (%) Kumulatif 110 55 55 2 Dibutuhkan 85 42,5 97,5 3 kurang 5 2,5 100 dalam B. Materi pelatihan yang dikembangkan untuk profesional guru SMK di Provinsi Sulawesi Selatan Materi pelatihan yang dikembangkan untuk profesional guru SMK di Provinsi Sulawesi Selatan adalah sebagai berikut: (1) Penelitian tindakan yang isinya: (a) latar belakang masalah; (b) metode penelitian; (c) hasil penelitian dan pembahasan; dan (d) kesimpulan dan saran. (2) Penelitian deskriptif, survei, dan korelasional yang isinya: (a) latarbelakang masalah; (b) kajian teori; (c) metode penelitian; (d) hasil dan pembahasan; dan (e) kesimpulan dan saran. (3) Artikel ilmiah yang isinya: (a) pendahuluan; (b) metode penelitian; (c) hasil dan pembahasan; dan (d) kesimpulan. (4) Analisis data yang isinya: (a) analisis deskriptif; (b) analisisi ststistik deskritif; (c) analisis statistik inferensial: uji hubungan, uji pengaruh, dan uji perbedaan. (5) Pengembangan instrumen yang isinya: (a) pengembangan instrumen mengukur pengetahuan siswa; (b) pengembangan instrumen mengukur keterampilan siswa; (c) pengembangan instrumen mengukur sikap belajar siswa; (d) pengembangan instrumen mengukur motivasi belajar siswa. Berdasarkan Tabel 5 dapat dipahami bahwa sebanyak 97,5% guru membutuhkan materi pelatihan pengembangan tes mengukur pengetahuan, keterampilan, sikap, dan motivasi siswa. Atas dasar uraian ini dapat disimpulkan bahwa materi pelatihan pengembangan tes mengukur pengetahuan, keterampilan, sikap, dan motivasi siswa merupakan kebutuhan guru SMK di Provinsi Sulawesi Selatan KESIMPULAN 1. Deskripsi materi pelatihan yang berorientasi profe-sional guru SMK di Provinsi Sulawesi Selatan adalah: (a) penelitian tindakan; (b) penelitian deskriptif, (c) penelitian survei, (d) penelitian korelasional, (e) analisis data, (f) artikel ilmiah, dan (g) pengem-bangan instrumen mengukur hasil belajar, keterampilan, motivasi, sikap siswa, dan siswa. 122

2. Materi pelatihan yang dikembangkan adalah: (1) Penelitian tindakan yang isinya: (a) latar belakang masalah; (b) metode penelitian; (c) hasil penelitian dan pembahasan; dan (d) kesimpulan dan saran. (2) Penelitian deskriptif, survey, dan korelasional yang isinya: (a) latarbelakang masalah; (b) kajian teori; (c) metode penelitian; (d) hasil dan pembahasan; dan (e) kesimpulan dan saran. (3) Artikel ilmiah yang isinya: (a) pendahuluan; (b) metode penelitian; (c) hasil dan pembahasan; dan (d) kesimpulan. (4) Analisis data yang isinya: (a) analisis deskriptif; (b) analisisi ststistik deskritif; (c) analisis statistik inferensial: uji hubungan, uji pengaruh, dan uji perbedaan. (5) Pengembangan instrumen yang isinya: (a) pengembangan instrumen mengukur pengetahuan siswa; (b) pengembangan instrumen mengukur keterampilan siswa; (c) pengembangan instrumen mengukur sikap belajar siswa; (d) pengembangan instrumen mengukur motivasi belajar siswa. DAFTAR PUSTAKA Ahmadi dan Amri, S. 2010. Strategi Pembelajaran Sekolah Berstandar Internasional dan Nasional. Jakarta: Prestasi Pustaka. Alma, Bukhari. 2009. Guru Profesional Menguasai Metode dan Terampil Mengajar. Bandung: Alfabeta. Aqib, Rohmanto E. 2008. Profesinalisme Guru dan Pengawas Sekolah. Bandung: Yrama Widya. Dutta, Anushri; and Mohakud Lalit Lalitav. 2011. Teacher and his Professional Compotence. Barnolipi an Interdisciplinary Journal. Volume I. Issue IV.http;//www.reflectionedu.com/at tachments/file/barnolipi/12_11_ Teacher_.Pdf. Diakses tanggal 9 Maret 2014. Hamalik, Oemar. 2006. Proses Belajar Mengajar. Jakarta: PT. Bumi Aksara. Mulyasa, E. 2002. Manajmen Berbasis Sekolah. Bandung: Remaja Rosdakarya. 2007. Standar Kompetensi dan Sertipikasi Guru. Bandung: Remaja Rosdakarya. Musfah, Jejen. 2011. Peningkatan Kompetensi Guru Melalui Pelatihan dan Sumber Belajar Teori dan Praktik. Jakarta: Kencana. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional R.I. Nomor 16 Tahun 2007 tentang Standar Kualifikasi Akademik dan K Guru. Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan. Peraturan Pemerintah Nomor 18 Tahun 2007 tentang Guru. Peraturan Pemerintah Nomor 16 Tahun 1994 tentang Pelatihan dan Jabatan Pegawai Negeri Sipil. Sanjaya, Wina. 2011. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta: Kencana Prenada Media. Sagala, S. 2011. Kemampuan Profesional Guru dan Tenaga Kependidikan. Bandung: Alfabeta. Trianto dan Triwulan. 2007. Sertifikasi Guru dan Upaya Peningkatan Kualifikasi, Kompetensi dan Kesejahteraan. Jakarta: Prestasi Pustaka. Usman, Mohammad Uzer. 2011. Menjadi Guru Profesional. Cetakan kesepuluh. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 14 tahun 2005 tentang Guru dan Dosen. 123