1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sastra memiliki fungsi sesuai sifatnya. Konsep dan fungsi sastra tidak banyak berubah. Karya sastra sebagai proses kreatif yang dimunculkan oleh pengarang, membuat apa yang ada dalam cerita terkadang dipandang sebagai cuarahan hati pengarang. Cara pengarang menghadirkan tokoh merupakan hal umum sebagai sarana pemikat pikiran pembaca dan sebagai pencapai tujuan cerita. Seperti yang dijelaskan oleh Wellek dan Warren (2013: 83), bahwa karya sastra memang bukanlah tiruan kehidupan, namun cerita yang hadir merupakan ide yang tercermin dari persoalan kehidupan dengan aktivitas imajinasi pengara. Sastra harus memiliki fungsi estetik dan fungsi seni. Fungsi seni tersebut harus dikaitkan pada konsep dulce maupun utile. Sebagai karya fiktif, karya sastra dapat diartikan sebagai sebuah sketsa tentang bagaimana masyarakat bergaul, beraktivitas, menghadapi masalah, melalui penggambaran yang ada dalam cerita. Pengarang dalam hal ini merupakan pemegang kekuasaan tertinggi, karena ialah yang mengatur seluruh kejadian dalam cerita. Salah satu kesuksesan pengarang dalam suatu karya dapat dilihat dengan bagaimana pengarang dapat membuat seorang penikmat karya turut merasakan luapan emosional, setelah membaca, melihat dan merasakan karyanya. Di setiap sisi kehidupan, banyak peristiwa yang selalu menjadi sorotan. Hal tersebut membuat karya sastra berperan dalam luapan emosi dan kritik sosial. Sebuah karya sastra dapat mewakili apa yang terjadi di lingkungan karya sastra 1
2 tersebut dibuat. Salah satu bentuk karya sastra yang dapat mewakili hal tersebut adalah novel. Novel merupakan salah satu karya sastra yang diminati masyarakat. Saat ini, novel telah memberikan sumbangan besar terhadap perkembangan sastra di Indonesia. Novel pun telah lama dijadikan bahan pembelajaran moral, kritik sosial, dan sebagai bukti sejarah masyarakat Indonesia. Tidak sedikit kalangan yang menjadikan novel sebagai objek penelitian karena persoalan yang ada dalam cerita dapat diteliti menggunakan berbagai pendekatan dan teori. Membaca sebuah karya sastra khususnya novel, dapat diibaratkan seperti melihat potongan kajadian kecil di dunia dan lingkungan masyarakat. Permasalahan fisik maupun permasalahan sosial tanpa disadari seringkali muncul. Tak tekecuali masalah psikologis yang sering dikaitkan dengan keadaan mental tokoh dalam cerita. Hadirnya permasalahan tersebut membuat tokoh menjadi seseorang yang ingin terus berkembang dan terkadang berhenti untuk berkembang. Apalagi jika hadir tokoh yang tidak hanya mengalami permasalahan psikologis namun juga permasalahan sosiologis di lingkungannya. Seperti novel Napas Mayat karya Bagus Dwi Hananto. Ketika seseorang mendengar kata Napas Mayat, pasti banyak makna yang akan terlintas dipikiran. Tentang mayat yang kembali menghantui atau mungkin tentang ruh dari mayat yang memberontak dari pembunuhan berantai yang tidak diketahui. Tentunya, setiap pembaca akan menangkap arti judul tersebut secara berbeda dari berbagai sudut pandang. Judul tersebut adalah simbol dari kesatuan cerita yang ingin diungkapkan dengan tema kekerasan, kriminalitas dan kanibalisme. Seperti yang dikatakan Zen Hae (penulis cerpen Rumah Kawin) bahwa novel ini sangat berani karena mengambil tema kriminalitas dan
3 kanibalisme, yang masih jarang diangkat. Penggambaran protagonis dan psikosisnya tokohnya juga cukup mendalam dan kompleks. Dari judul tersebut, pengarang menciptakan tokoh utama sebagai kunci dari keberlangsungan cerita. Tokoh utama yang dihadirkan pengarang dalam novel Napas Mayat merupakan tokoh utama yang dilihat dari fisik luarnya adalah seseorang yang pendiam, namun ternyata menyimpan dendam yang besar, sehingga menjadi pembunuh dan sosok kanibal (ingin memakan daging seseorang yang dibencinya). Berdasarkan latar belakang di atas, maka novel Napas Mayat karya Bagus Dwi Hananto berperan untuk mendeskripsikan dan mengungkap permasalahan psikologi sosial yang dihadapi oleh tokoh utama. Hal tersebut berkaitan dengan bagaimana tokoh utama mempelajari sifat dari hubungan sosialnya, bagaimana tokoh utama memandang dirinya dan orang lain, bagaimana tokoh utama menjalin interaksi, serta bertindak. Novel tersebut sebagai alat penyampai pesan yang tidak hanya menghibur, namun juga bermanfaat. Peristiwa yang terjadi dapat dijadikan studi kasus dalam penggunaan teori psikologi sosial. Novel Napas Mayat karya Bagus Dwi Hananto menggambarkan tokoh utama yang mengalami permasalahan psikologi sosial yang berhubungan dengan kondisi hubungan sosialnya, prsangka, dan perilaku antisosial yang ditimbulkan. Hal yang dilakukan tokoh tersebut merupakan penyimpangan yang marak terjadi saat ini. Hilangnya rasa kemanusiaan dan merosotnya moral merupakan amanat yang tersirat di dalamnya. Beberapa penelusuran yang telah dilakukan. Terdapat penelitian terdahulu yang sudah pernah dilakukan. Penelitian pertama dilakukan oleh mahasiswa Universitas Muhammadiyah Malang (Luluk Hidayatul Zahro tahun 2013) dengan
4 judul penelitian Kajian Problem Psikologi Sosial Tokoh Utama dalam Novel Trilogi Ronggeng Dukuh Paruk, Lintang Kemukus Dini Hari dan Jentera Bianglala Karya Ahmad Tohari. Penelitian tersebut menekankan pada bentuk problem psikologi sosial dan signifikasi problem psikologi sosial yang dialami tokoh utama dalam Novel Trilogi Ronggeng Dukuh Paruk, Lintang Kemukus Dini Hari dan Jentera Bianglala Karya Ahmad Tohari, sedangkan pada penelitian ini mempunyai persoalan yang lebih khusus apabila penelitian tersebut. Penelitian ini bukan hanya sekadar melihat bentuk problem psikologi tokoh utama secara umum, namun adanya gangguan tokoh dalam melakukan hubungan sosial terhadap lingkungannya. Adanya gangguan hubungan sosial tersebut berawal dari prasangka negatif yang selalu hadir dalam pikiran masyarakat tentang tokoh utama, sehingga memicu tokoh utama cenderung berperilaku antisosial. Penelitian kedua dengan pendekatan serupa dilakukan oleh mahasiswa Universitas Negeri Jember (Solihin, Sunarti Mustamar, dan Sri Ningsih tahun 2014) yang di terbitkan dalam Jurnal Publika Budaya dengan judul penelitian Analisis Psikologi Sosial dalam Novel Putra Salju Karya Salman El-Bahry. Penelitian kedua tersebut menekankan pada interaksi sosial dan sikap sosial tokoh dalam Novel Putra Salju. Penelitian kedua tersebut menekankan pada para tokoh yang mengalami interaksi sosial, sikap sosial, dan motif sosial dalam menjalani kehidupan di masyarakat. Proses ketertarikan yang dialami oleh para tokoh dalam novel Putra Salju pada umumnya didasarkan pada ketertarikan antartokoh, lingkungan, atau bahkan situasi. Dapat disimpulkan bahwa penelitian tersebut memiliki persoalan yang terjadi dalam lingkup hubungan sosial saja, sedangkan penelitian ini Analisis Psikologis Sosial Tokoh Utama dalam Novel Napas
5 Mayat karya Bagus Dwi Hananto mempunyai persoalan yang lebih khusus apabila dibandingkan dengan penelitian kedua tersebut. Penelitian ini bukan hanya sekadar melihat bentuk problem psikologi dan hubungan sosial tokoh utama secara umum, namun mencakup tiga hal kompleks yang hadir dalam psikologi sosial yaitu bentuk hubungan sosial, prasangka dan perilaku anti sosial. Mengingat adanya permasalahan psikologis dan sosiologis yang muncul pada diri tokoh utama dalam novel Napas Mayat, maka ada tiga bentuk perilaku dan sikap yang ditimbulkan oleh tokoh utama, yaitu hubungan sosial, prasangka, dan perilaku antisosial yang dipilih sesuai studi kasus yang ditimbulkan tokoh utama dalam novel Napas Mayat karya Bagus Dwi Hananto. Bertolak dari uraian tersebut, maka peneliti menetapkan penelitian yang berjudul Analisis Psikologis Sosial Tokoh Utama dalam Novel Napas Mayat karya Bagus Dwi Hananto. 1.2 Fokus Penelitian Dari berbagai gejala dan uraian latar belakang di atas, dapat ditarik suatu fokus permasalahan yang menjadi landasan penelitian ini. Dalam penelitian ini, peneliti bertitik pada teori psikologi sosial yang memfokuskan permasalahan pada hubungan sosial yang dilakukan tokoh, bentuk prasangka sosial yang muncul dalam diri tokoh, dan bentuk perilaku antisosial yang mempengaruhi tokoh untuk bertindak agresif. Secara umum, psikologi sosial terbagi menjadi tiga bidang kajian yaitu pikiran sosial, pengaruh sosial dan hubungan sosial yang akan berpengaruh pada prasangka sosial dan perilaku antisosial tokoh. Ketiga indikator tersebut diawali dengan interaksi sosial seseorang kepada orang lain, lingkungan, maupun kelompok kerjanya. Jadi, Novel Napas Mayat ini dianalisis menggunakan teori psikologi sosial dengan bidang kajian (1) hubungan sosial yang
6 memengaruhi perilaku tokoh, (2) bentuk prasangka sosial masyarakat yang tertuju pada tokoh dan (3) bentuk perilaku antisosial yang ditimbulkan oleh tokoh. 1.3 Rumusan Masalah Penelitian yang membahas tentang Analisis Psikologi Sosial Tokoh Utama dalam Novel Napas Mayat karya Bagus Dwi Hananto ini diteliti untuk menjawab persoalan-persoalan sebagai berikut. 1) Bagaimana bentuk hubungan sosial yang memengaruhi perilaku tokoh utama dalam novel Napas Mayat karya Bagus Dwi Hananto? 2) Bagaimana bentuk prasangka sosial yang memengaruhi sikap tokoh utama dalam novel Napas Mayat karya Bagus Dwi Hananto? 3) Bagaimana bentuk perilaku antisosial tokoh utama dalam novel Napas Mayat karya Bagus Dwi Hananto? 1.4 Tujuan Penelitian Sesuai dengan rumusan masalah di atas, peneliti dapat merumuskan tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini. Tujuan tersebut antara lain sebagai berikut. 1) Mendeskripsikan hubungan sosial yang memengaruhi perilaku tokoh utama dalam novel Napas Mayat karya Bagus Dwi Hananto. 2) Mengungkap bentuk prasangka sosial yang memengaruhi sikap tokoh utama dalam novel Napas Mayat karya Bagus Dwi Hananto. 3) Mendeskripsikan bentuk perilaku antisosial tokoh utama dalam novel Napas Mayat karya Bagus Dwi Hananto dalam novel Napas Mayat karya Bagus Dwi Hananto.
7 1.5 Manfaat Penelitian Manfaat yang diperoleh melalui penelitian ini dibedakan menjadi dua, yaitu manfaat teoretis dan manfaat praktis. Adapun manfaat penelitian ini dijelaskan sebagai berikut. 1.5.1 Manfaat Teoretis Manfaat teoretis dalam penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi bidang ilmu terkait. Adapun manfaat teoretis yang dapat diperoleh dari penelitian ini adalah sebagai berikut. (1) Mampu memberikan tambahan referensi dalam ilmu pengetahuan di bidang kesusastraan khususnya ilmu sastra. Penelitian ini secara umum bersumber pada teori psikologi sosial dengan menitikberatkan hubungan sosial yang mempengaruhi tokoh utama di dalam novel (karya fiksi). (2) Merupakan kajian lintas disipliner antara ilmu sastra dan psikologi sosial, yang akan memberi keragaman teori dan materi dalam ilmu terkait. 1.5.2 Manfaat Praktis Manfaat praktis dalam penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi pendidikan dan masyarakat yang membahas bidang ilmu sastra dan bahasa. Adapun manfaat praktis yang dapat diperoleh dari penelitian ini adalah sebagai berikut. (1) Bagi guru, penelitian ini diharapkan dapat dijadikan bahan bacaan dan ilmu yang bermanfaat, terkait studi sastra dan studi di bidang lainnya. (2) Bagi para pembaca, penelitian ini dapat memberikan sebuah sumbangan pengetahuan dan pengetahuan baru mengenai hubungan sosial tokoh yang terdapat dalam karya fiksi (dalam hal ini novel).
8 (3) Bagi peneliti, penelitian ini dapat menambah pengetahuan dan wawasan mengenai studi sastra, serta untuk memperoleh pengalaman dalam menganalasis novel yang dihubungkan dengan teori psikososial yang mengarah pada hubungan sosial tokoh utama. 1.6 Penegasan Istilah Penegasan istilah dalam penelitian ini dartikan untuk menghindari kesalahan penafsiran pada istilah-istilah yang digunakan. Adanya penegasan istilah ini dirasa sangat perlu untuk memperoleh kesamaan pengertian. Beberapa istilah yang perlu ditegaskan dan diartikan antara lain sebagai berikut. 1) Tokoh adalah pelaku yang iciptakan pengrang untuk menjalankan peristiwa dalam sustu karya fiksi (Aminuddin, 2011: 79). 2) Psikologi sosial adalah ilmu yang mempelajari pengaruh situasi-situasi kita, khususnya bagaimana kita memandang dan mempengaruhi diri sendiri maupun orang lain (Myers, 2012:4). 3) Hubungan sosial adalah bagaimana seseorang dapat menjalin relasi kepada lingkungan masyarakat yang diwujudkan dengan tindakan-tindakan dan mempengaruhi perilaku yang ditimbulkan. 4) Interaksi antar individu maupun individu dengan kelompok dalam masyarakat. Dapat muncul dalam bentuk komunikasi serta interaksi fisik (menolong) dan ditolong (Santoso, 2010:79). 5) Hubungan insani adalah yang berujung pada rasa suka, cinta, kasih dan sayang pada lawan jenis. Hal ini menimbulkan ketertarikan dan keintiman yang terjadi pada seseorang (Effendy, 1988:47).
9 6) Prasangka adalah praduga berupa penilaian negatif mengenai suatu kelompok dan setiap individu dari anggotanya (Myers, 2012:6). 7) Prasangka dalam bentuk simbolis adalah prasangka yang sulit sekali mendapatkan gambaran nyata atau gambaran riil (Putra dan Pitaloka, 2012:15). 8) Prasangka yang kedua adalah prasangka dalam bentuk nyata yaitu prasangka yang secara rill terlihat dan menonjol (Putra dan Pitaloka, 2012:15). 9) Perilaku antisosial adalah perilaku yang kaku dan merujuk pada tindakan agresi. Agresi adalah bentuk perilaku yang sering melukai dan mencelakai orang lain (Clayton dan Mercer, 2012:140). 10) Agresi (aggression) diartikan sebagai perilaku fisik atau verbal yang dimaksudkan untuk menyebabkan kerusakan (Myers, 2012: 69). 11) Agresi instrumental atau instrumental agression adalah tindakan agresif yang ditujukan sebagai alat untuk mencapai tujuan yang lain (Myers, 2012:69). 12) Agresi permusuhan atau hostile agression adalah tindakan agresif yang didasari rasa marah karena permusuhan dan dendam. Misalnya membunuh, melukai, merusak dan merugikan (Myers, 2012:69).