BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Air Susu Ibu (ASI) merupakan makanan yang sempurna dan terbaik bagi bayi khususnya bayi 0-6 bulan karena mengandung unsur-unsur gizi yang dibutuhkan untuk pertumbuhan dan perkembangan bayi yang optimal (Dinas Kesehatan Kota Semarang, 2015). Unsur gizi pada ASI yaitu lemak, karbohidrat, protein, garam, mineral, dan vitamin dengan komposisi yang seimbang dan ideal, serta mempunyai perbedaan komponen dari hari ke hari yang disesuaikan dengan kebutuhan bayi dimulai dari kolostrum, ASI transisi, dan ASI matur. Selain mengandung komponen tersebut, ASI juga mengandung zat protektif seperti lactobasillus biidus, laktoferi, lisozim komplemen C3 dan C4, faktor antistreptokokus, antibodi, imunitas seluler, dan tidak menimbulkan alergi (Astutik, 2014). Kandungan pada ASI bermanfaat untuk pertumbuhan badan, perkembangan mental, intelektual, dan untuk kesehatan bayi yang tidak dapat tergantikan oleh makanan atau minuman apapun. Manfaat ASI lainnya secara psikologis dapat mempererat hubungan mental dan emosional ibu dan bayi serta memberikan rasa aman, nyaman dan sejahtera bayinya (Widuri, 2013). Pemberian ASI eksklusif selama 6 bulan merupakan langkah terbaik yang harus dipenuhi oleh ibu untuk mengoptimalkan manfaat ASI untuk bayi. Para ahli menyatakan bahwa manfaat ASI akan meningkat jika bayi hanya diberikan ASI selama 6 bulan pertamanya (Yuliarti, 2010). Dukungan dari organisasi internasional maupun pemerintah untuk meningkatkan pemberian ASI, termasuk ASI eklsklusif telah memadai. World Health Organization (WHO) menjelaskan bahwa ASI eksklusif diberikan kepada bayi selama 6 bulan dengan cara menyusui sesegera mungkin setelah bayi dilahirkan, tidak memberikan makanan tambahan apapun, dan menyusui sesering dan sebanyak yang diinginkan bayi (Widuri, 2013). WHO juga menganggap ASI sebagai suatu hak asasi, yaitu bayi berhak mendapatkan 1
2 makanan dengan kualitas emas melalui ASI, dan bayi berhak untuk sehat dengan mendapatkan kandungan yang dimiliki ASI. Kebijakan pemerintah pada UU kesehatan no 36 tahun 2009 pasal 12B menyebutkan bahwa setiap bayi berhak mendapatkan ASI eksklusif sejak lahir selama 6 bulan kecuali atas indikasi medis (Maryunani, 2012). Cakupan pemberian ASI eksklusif bayi 0-6 bulan di Kota Semarang pada tahun 2015 adalah 64,69%. Cakupan ASI eksklusif di wilayah Puskesmas Candilama adalah 31,56% yang merupakan 2 terendah cakupan ASI eksklusif di Kota Semarang yaitu 31,56% (Dinas Kesehatan Kota Semarang, 2015). Kelurahan Jatingaleh merupakan wilayah Puskesmas Candilama, dan di wilayah tersebut masih didapati belum semua ibu memberikan ASI secara eksklusif. Salah satu ibu yang memberikan ASI eksklusif tersebut mengatakan bahwa ia memberikan ASI saja tanpa makanan tambahan kepada anaknya hingga usia 6 bulan. Bentuk dukungan suami yang paling dirasakan ibu yaitu suami membantu merawat bayi seperti menggantikan popok bayi, dan membantu pekerjaan rumah saat ibu menyusui sehingga ibu fokus dapat menyusui ibu dengan tenang. Sedangkan ibu lain yang tidak memberikan ASI eksklusif pada bayinya mengatakan bahwa bayinya telah diberikan susu formula sejak usia 3 bulan dengan alasan ibu bekerja. Keluarga khususnya menyarankan agar bayi diberikan susu formula dan pisang saat usia 3 bulan atau setelah ibu mulai bekerja. Suami menganggap bahwa memberikan susu formula dan pisang adalah wajar untuk memberikan asupan tambahan pada bayi sehingga bayi tidak rewel karena kelaparan. Pemberian ASI tidak eksklusif tersebut disebabkan berbagai faktor penghambat seperti rendahnya pengetahuan dan sikap ibu, ibu bekerja, rendahnya dukungan suami, dan rendahnya peran tenaga kesehatan (Saleh, 2011). Faktor yang mendorong pemberian ASI eksklusif adalah pendidikan ibu, pekerjaan ibu, pengetahuan ibu, sikap ibu, peran petugas, keterpaparan media, dukungan suami, dan dukungan orang tua (Astuti, 2013).
3 Penelitian Anggorowati dan Nuzulia (2013) di desa Bebengan Kecamatan Boja Kabupaten Kendal menunjukkan adanya hubungan positif antara dukungan keluarga dengan pemberian ASI eksklusif dengan P value 0,003. Dukungan keluarga khususnya suami dan orang tua yang positif akan meningkatkan rasa nyaman baik fisik maupun psikologis ibu menyusui sehingga dapat tercipta kontinuitas pemberian ASI pada bayi. Kondisi psikologis ibu yang positif sangat mempengaruhi keberhasilan utama dalam produksi ASI, sehingga ibu perlu dukungan penuh dari suami dan orangtua atau mertua untuk memberi keyakinan yang kuat dalam pemberian ASI eksklusif pada bayinya (Widuri, 2013). Hasil Penelitian Saleh (2011) di Sulawesi Tenggara menunjukkan bahwa dukungan keluarga khususnya suami merupakan salah satu faktor yang menghambat pemberian ASI eksklusif. Suami yang mendukung pemberian makanan dan susu formula pada bayi beranggapan hal tersebut dilakukan untuk meringankan ibu karena bayi akan lebih kenyang sehingga tidak rewel. Penelitian Afriyani dkk ( 2016) menyatakan hal yang serupa yaitu adanya hubungan positif antara dukungan keluarga dengan pemberian makanan pendamping ASI pada bayi usia 0-6 bulan dengan p value 0,003. Hasil penelitian Astuti (2 013), Anggorowati dan Fita (2013), Saleh (2011), dan Afriyani (2016) diatas menyebutkan bahwa dukungan keluarga khususnya suami berpengaruh terhadap pemberian ASI. Ibu yang didukung keluarga untuk memberikan ASI akan lebih berhasil dalam pencapaian ASI eksklusif, sebaliknya ibu yang kurang mendapat dukungan keluarga atau mendukung pemberian makanan pendamping ASI akan mempengaruhi rendahnya pencapaian ASI eksklusif. Namun penelitian tersebut belum menyampaikan bentuk atau macam dukungan suami bagi ibu menyusui. Oleh sebab itu peneliti tertarik untuk menggambarkan lebih dalam mengenai bentuk dukungan suami bagi ibu dalam pemberian ASI, baik pada ibu yang memberikan ASI eksklusif maupun yang tidak memberikan ASI eksklusif. Observasi awal pada tanggal 10 Oktober 2016, didapatkan jumlah ibu yang memiliki anak usia 7-24 bulan di Kelurahan Jatingaleh Kota Semarang
4 sebanyak 231. Ibu yang memberikan ASI eksklusif pada anaknya sebanyak 129 atau 55,84% dan ibu yang tidak memberikan ASI eksklusif sebanyak 102 atau 44,16%. B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang tersebut, peneliti ingin mengetahui bagaimana gambaran dukungan suami dalam pemberian ASI di Kelurahan Jatingaleh Kota Semarang. C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum Tujuan umum pada penelitian ini adalah untuk menggambarkan bentuk dukungan suami dalam pemberian ASI di Kelurahan Jatingaleh Kota Semarang. 2. Tujuan Khusus Secara khusus penelitian ini bertujuan untuk a. Mendeskripsikan dukungan suami secara instrumental dalam pemberian ASI eksklusif di Kelurahan Jatingaleh Kota Semarang. b. Mendeskripsikan dukungan suami secara instrumental dalam pemberian ASI tidak eksklusif di Kelurahan Jatingaleh Kota Semarang. c. Mendeskripsikan dukungan suami secara informasional dalam pemberian ASI eksklusif di Kelurahan Jatingaleh Kota Semarang. d. Mendeskripsikan dukungan suami secara informasional dalam pemberian ASI tidak eksklusif di Kelurahan Jatingaleh Kota Semarang. e. Mendeskripsikan dukungan suami secara penilaian dalam pemberian ASI eksklusif di Kelurahan Jatingaleh Kota Semarang. f. Mendeskripsikan dukungan suami secara penilaian dalam pemberian ASI tidak eksklusif di Kelurahan Jatingaleh Kota Semarang.
5 g. Mendeskripsikan dukungan suami secara emosional dalam pemberian ASI eksklusif di Kelurahan Jatingaleh Kota Semarang. h. Mendeskripsikan dukungan suami secara emosional dalam pemberian ASI eksklusif di Kelurahan Jatingaleh Kota Semarang. D. Manfaat Penelitian 1. Bagi Masyarakat Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi dan motivasi kepada masyarakat untuk mendukung dan berpartisipasi aktif dalam pemberian ASI. 2. Bagi Fasilitas Kesehatan Penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan kepada tenaga kesehatan untuk perannya dalam meningkatkan jumlah dan kualitas cakupan ASI eksklusif di Kelurahan Jatingaleh Kota Semarang 3. Bagi Peneliti Hasil dari penelitian ini dapat memberikan gambaran nyata bagi peneliti tentang pemberian ASI dan bentuk dukungan dalam pemberian ASI baik ASI eksklusif maupun ASI tidak eksklusif, serta sebagai bahan penelitian selanjutnya. E. Bidang Ilmu Penelitian ini terkait dalam bidang ilmu keperawatan maternitas
6 F. Keaslian Penelitian Tabel 1.1 Keaslian Penelitian No Judul Peneliti Jenis Penelitian Pengambilan Sample Analisa Data Hasil Penelitian 1 Faktor Faktor yang Menghambat Prakek ASI Eksklusif pada Bayi 0-6 Bulan (Studi Kualitatif di Desa Tridana Mulya, Kec.Landono Kab.Konawe Selatan, Sulawesi Tenggara. Saleh, L. O. (2011). Deskriptif kualitatif purposive Analisa univariat Faktor yang menghambat pemberian ASI eksklusif adalah pendidikan yang tinggi, status ibu bekerja, pendapatan rendah, kurang pengetahuan, motivasi ibu kurang, kurang dukungan suami, dan kurangnya peran tenaga kesehatan 2 Determinan Pemberian ASI Eksklusif Pada Ibu Menyusui. Penelitian di wilayah kerja Puskesmas Kecamatan Serpong oleh Astuti, Isroni. (2013) 3 Hubungan antara dukungan Keluarga dengan Pemberian ASI Eksklusif pada Bayi di Desa Bebengan Kecamatan Boja Kabupaten Kendal. Anggorowati, dan Fita (2013) Nuzulia. Cross Sectional Korelasi Cross Sectional Cluster random systematic random analisis univariat, analisis bivariat (uji Kai kuadrat), analisis multivariat (analisis regresi logistik). Pearson Product Moment dan Cronbach s Alpha ASI eksklusif di Puskesmas Serpong adalah sebanyak 14.6%. Terdapat hubungan yang signifikan antara pendidikan ibu, pekerjaan ibu, pengetahuan ibu, sikap ibu, peran petugas, keterpaparan media, peran suami, peran orang tua dengan pemberian ASI eksklusif P < 0,05. Ada hubungan antara dukungan keluarga dengan pemberian ASI eksklusif dengan nilai value 0,003
7 No Judul Peneliti 4 Faktor Faktor yang Berhubungan dengan Pemberian MP- ASI pada Bayi Usia 0-6 Bulan di BPM Nurtila Palembang. Afriyani, R., Halisa, S., & Rolina, H. (2016). Jenis Penelitian kuantitatif bersifat survei analitik dengan pendekatan cross sectional. Pengambilan Sample accidental Analisa Data Analisis data meliputi univariat dan bivariat dengan mengguna kan uji chi-square. Hasil Penelitian Terdapat hubungan antara pendidikan ibu, pendapatan keluarga, dukungan dan tradisi dengan pemberian MP-ASI pada bayi usia 0-6 bulan di BPM Nurtila Palembang tahun 2016. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya yaitu desain penelitian ini menggunakan desain deskriptif. Sampel pada penelitian ini adalah ibu yang memiliki anak usia 7-24 bulan dengan teknik proportional random. Penelitian dilakukan di Kelurahan Jatingaleh Kota Semarang,