Indonesia Kirim Guru ke Korea untuk Pelajari HOTS

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Kemampuan matematika merupakan suatu kemampuan dasar yang perlu

tingkatan yakni C1, C2, C3 yang termasuk dalam Lower Order Thinking dan C4, C5, C6 termasuk dalam Higher Order Thinking Skills.

Sosialisasi Implementasi Gerakan Literasi Sekolah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan sains dan teknologi adalah suatu keniscayaan. Fisika adalah

BAB I PENDAHULUAN. diarahkan kepada tabiat manusia dan kepada sesamanya (Fa turrahman dkk,

I. PENDAHULUAN. Pendidikan mempunyai arti penting dalam kehidupan. Melalui pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. Tabel 1.1. Perolehan Skor Rata-Rata Siswa Indonesia Untuk Sains

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Ika Citra Wulandari, 2015

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. sains siswa adalah Trends in International Mathematics Science Study

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Trends In International Mathematics And Science Study (TIMSS)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. negara. Jika dalam suatu negara pendidikan semakin baik, maka dapat

BAB I PENDAHULUAN. Matematika merupakan salah satu mata pelajaran yang penting dalam

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.c.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. berperan penting dalam upaya meningkatkan kualitas sumber daya manusia.

BAB I PENDAHULUAN. Setiap bangsa pasti mempunyai tujuan yang hendak dicapai sesuai undangundang

I. PENDAHULUAN. Perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK) saat ini semakin pesat.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB II DESKRIPSI ORGANISASI

diselenggarakan secara internasional dapat dijadikan acuan guna mengetahui sejauh mana daya saing siswa Indonesia secara global (Fatmawati dan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Intan Cahyaningrum, 2015

BAB I PENDAHULUAN. pendidikannya. Fathurahman, dkk (2012: 1) mendefinisikan bahwa. pendidikan merupakan suatu usaha pengaruh perlindungan dan bantuan

BAB I PENDAHULUAN. dasarnya pendidikan sains merupakan salah satu komponen dasar dari sistem

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan suatu hal penting dalam kehidupan karena dapat

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. keterampilan, dan nilai-nilai serta norma sosial yang berlaku di masyarakat. Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan merupakan suatu proses pertumbuhan dan perkembangan,

BAB I PENDAHULUAN. jawab. Untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional tersebut, maka

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan manusia. Aktivitas matematika seperti problem solving dan looking for

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Siska Sintia Depi, 2014

TESIS. Disusun untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Derajat Magister Program Studi Pendidikan Matematika. Oleh Suharyanto NIM S

BAB I PENDAHULUAN. pada dasarnya menggunakan prinsip-prinsip matematika. Oleh karena itu,

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan Nasional menyebutkan bahwa kurikulum adalah seperangkat

I. PENDAHULUAN. siswa memiliki kemampuan matematis yang baik. Adapun tujuan pembelajaran

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang semakin pesat. menyebabkan arus informasi menjadi cepat dan tanpa batas.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK) telah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Dalam pembelajaran di sekolah, peserta didik perlu memiliki kemampuan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. berbagai masalah seperti tidak dapat melanjutkan studi, tidak dapat menyelesaikan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. pengetahuan dan keterampilan sepanjang hayat (Rustaman, 2006: 1). Sistem

BAB I PENDAHULUAN. memiliki kemampuan atau skill yang dapat mendorongnya untuk maju dan terus

BAB I PENDAHULUAN. dan lembaga-lembaga sosial lainnya. Masyarakat juga mengambil peran yang

I PENDAHULUAN. Dalam pembangunan bangsa, pendidikan merupakan salah satu aspek penting

BAB I PENDAHULUAN. Kemajuan suatu bangsa salah satunya bergantung pada sumber daya

I. PENDAHULUAN. cerdas, terbuka dan demokratis. Pendidikan memegang peran dalam. tertuang dalam pembukaan Undang-undang Dasar 1945.

BAB I PENDAHULUAN. 1 Evy Yosita, Zulkardi, Darmawijoyo, Pengembangan Soal Matematika Model PISA

PENGARUH PENERAPAN PENDEKATAN PROBLEM SOLVING TERHADAP KEMAMPUAN MENYELESAIKAN SOAL LITERASI MATEMATIKA

BAB I PENDAHULUAN. aktif serta dari berbagai pihak yang terkait, sehingga bidang pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. Upaya peningkatan dan pemerataan kualitas pendidikan memang merupakan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Purnama Adek, 2014

BAB I LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Erie Syaadah, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Mulyasa, Pengembangan dan Implementasi Kurikulum 2013, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2013), hlm. 3.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. sumber daya manusia untuk menghadapinya. mengembangkan potensi peserta didik. Namun yang terjadi saat ini, pendidikan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Kurikulum Kurikulum 2013

PENDAMPINGAN PENYUSUNAN SOAL CERITA MATEMATIKA BERBASIS KEUNGGULAN LOKAL DITINJAU DARI UNSUR KETERBACAAN

BAB I PENDAHULUAN. bidang sains berada pada posisi ke-35 dari 49 negera peserta. dalam bidang sains berada pada urutan ke-53 dari 57 negara peserta.

BAB I PENDAHULUAN. daya manusianya (SDM) dan kualitas pendidikannya. Tingkat pendidikan di

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

2014 PENGEMBANGAN BUKU AJAR KIMIA SUB TOPIK PROTEIN MENGGUNAKAN KONTEKS TELUR UNTUK MEMBANGUN LITERASI SAINS SISWA SMA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

Kemampuan Berpikir Kritis Matematis Ditinjau dari Pengetahuan Awal Siswa

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Yossy Intan Vhalind, 2014

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. bangsa Indonesia kini sedang dihadapkan pada persoalan-persoalan kebangsaan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kurikulum merupakan suatu program yang berupa rencana tertulis yang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tiara Nurhada,2013

I. PENDAHULUAN. Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) berkaitan dengan cara mencari tahu tentang gejala

BAB I PENDAHULUAN. Di sekolah dasar, Ilmu Pengetahuan Alam atau sains merupakan salah satu

BAB I PENDAHULUAN. semakin tinggi dan sulit. Oleh karena itu sekolah harus mengimbanginya dengan

KOMPARASI HASIL BELAJAR MATEMATIKA DITINJAU DARI BENTUK SOAL PILIHAN GANDA DAN BENTUK SOAL ESSAY PADA SISWA

Transkripsi:

Indonesia Kirim Guru ke Korea untuk Pelajari HOTS Kurniasih Budi Kompas.com - Senin, 23 April 2018 Ilustrasi.(www.shutterstock.com) JAKARTA, KOMPAS.com - Dalam Program for International Students Asessment (PISA) yang digelar Organisation for Economic Cooperation and Development (OECD) per tiga tahun, Korea selalu di posisi teratas. Sementara, Indonesia masih menempati urutan bawah pada kegiatan yang diikuti anak usia 15 tahun di bidang matematika, IPA, dan literasi ini. Saat pertama mengikuti PISA yakni 2003, Indonesia sendiri berada pada posisi terbawah dari 40 negara peserta. Peringkat itu tak berubah jauh pada 2006, 2009, 2012, dan terakhir 2015. Sedangkan, Korea berada pada posisi kedua setelah Finlandia untuk kemampuan bidang matematika. Pada umumnya soal-soal yang digunakan untuk mengukur prestasi siswa merupakan pertanyaan yang memerlukan daya berpikir dan analisa yang lebih tinggi. Soal-soal semacam itu menerapkan konsep Higher Order Thinking Skills (HOTS) dan Critical Thinking Skills (CTS). Pertanyaan yang menerapkan HOTS memerlukan informasi lain sebagai jawabannya atau memerlukan daya analisa yang tinggi. Jadi, pertanyaan-pertanyaan yang diajukan bukanlah pertanyaan yang bersifat langsung. 1

Dalam proses pembelajaran di kelas sehari-hari, siswa Indonesia belum terbiasa dengan jenis pertanyaan semacam itu. Maka, wajarlah bila siswa Indonesia yang mengikuti dua gelaran internasional itu terkendala menjawab pertanyaan secara tepat. Penerapan HOTS yang belum optimal bisa dilihat dari pelaksanaan Ujian Nasional Berbasis Komputer (UNBK) Sekolah Menengah Atas (SMA) beberapa waktu lalu. Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, Muhadjir Effendy, mengatakan HOTS diterapkan karena Indonesia belum berprestasi dalam Programme for International Student Assessment (PISA). Oleh karenanya, standar soal ujian nasional ditingkatkan untuk mengejar ketertinggalan. Ujian nasional berstandar HOTS, imbuhnya, telah disampaikan ke sekolah-sekolah. Guru-guru pun diminta mempelajari kisi-kisi standar tersebut untuk diajarkan kepada siswa. Nyatanya, sebagian siswa masih kelabakan menyelesaikan soal berstandar HOTS itu. Mendidik guru Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan tak berpangku tangan dengan ketertinggalan itu. Melalui Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan, pemerintah berupaya meningkatkan kompetensi guru agar mampu mendongrak mutu pembelajaran di sekolah. Sekretaris Ditjen Guru dan Tenaga Kependidikan, E. Nurzaman, mengatakan HOTS diajarkan melalui penerapan Kurikulum 2013 di sekolah. Dalam penerapan Kurikulum 2013, guru berperan sebagai fasilitator proses pembelajaran. "Sebelum dilaksanakan sepenuhnya pada tahun ajaran 2018/2019, guru-guru harus mengikuti pelatihan agar bisa menerapkan Kurikulum 2013, katanya kepada Kompas.com pada awal April 2018. Akselerasi penguasaan High Order Thinking Skill Berdasarkan studi TIMSS dan PISA diatas, jelaslah anak-anak Korea memiliki kemampuan menjawab pertanyaan yang membutuhkan tingkat berpikir dan analisa yang tinggi. Merujuk pada prestasi Korea tersebut, maka pemerintah menyelenggarakan program pertukaran guru Indonesia-Korea. Pemerintah Indonesia dan Korea menandatangani kesepakatan bersama pada Maret 2009 terkait program pertukaran guru tersebut. Sejak 2016 hingga kini, program itu dilaksanakan Ditjen Guru dan Tenaga Kependidikan. Pada 2017, program itu diikuti oleh sembilan guru Korea dan sepuluh guru Indonesia. 2

Sepanjang tiga bulan, para guru membawa misi budaya masing-masing kepada siswa-siswa di negara tempat mereka bertugas. Para guru asal Korea telah bertugas di lima sekolah yang berada di Jakarta, Depok, Tangerang Selatan, dan Banyuwangi sejak 8 Mei hingga 4 Agustus 2017. Sementara, guru Indonesia bertugas mengajar di Korea sejak 9 September hingga 6 Desember 2017. Para guru mempelajari keterampilan berbahasa agar dapat berkomunikasi dengan warga Korea. Selain itu, para guru dibekali informasi tentang kondisi sosial, ekonomi, budaya dan sejarah Korea. Utamanya, sistem pendidikan di Korea, ujarnya. Program Pertukaran Guru Indonesia-Korea Di sana, para guru bisa mengamati langsung bagaimana guru-guru Korea melaksanakan proses pembelajaran, menanamkan disiplin, menanamkan semangat kerja dan pantang menyerah kepada murid-muridnya. Mereka juga mengamati bagaimana masyarakat Korea mendidik anak-anak sehingga dapat menjadi anak yang jujur, berdisiplin, pekerja keras, dan berpendirian teguh. Guru perlu menyerap semua aspek kehidupan warga Korea mulai dari rumah, sekolah, dan kehidupan bermasyarakat yang merupakan tiga wadah kehidupan yang amat berperan membentuk watak dan karakter anak, katanya. Kemajuan Korea 3

Dalam berbagai studi komparatif internasional, Korea selalu berada pada posisi 5 besar. Hingga 1960-an, Korea Selatan dikenal sebagai salah satu negara termiskin di Asia. Saat itu, Korea hanya mengandalkan pertanian sebagai sumber hidup rakyatnya. Negara yang miskin dengan sumber daya alam itu mulai berubah pada medio 1960-an. Korea mengalami kemajuan pesat di bidang pendidikan, ekonomi, dan kebudayaan. Program Pertukaran Guru Indonesia-Korea Sejumlah sumber menyebutkan, kemajuan pesat negara ini tidak terlepas dari mentalitas dan daya juang rakyat Korea yang sangat tinggi. Orang Korea dikenal sebagai pekerja keras, berdisiplin tinggi, jujur, dan berpendirian teguh. Korea kini dikenal sebagai negara penghasil berbagai teknologi mulai dari alat komunikasi, alat transportasi, dan berbagai alat elektronik. Korea juga unggul dalam pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi di bidang pendidikan. Rentetan prestasi Korea selalu di posisi lima besar dalam Trends in International Mathematics and Science Study (TIMSS) yang diadakan oleh The International Association for the Evaluation of Educational Achievement (IEA) yang digelar sejak 1995. Berikut prestasi yang telah diraih Korea: 1. TIMSS 1995 4

Korea berada pada urutan kedua setelah Singapura untuk bidang matematika Grade 8. Untuk bidang IPA, Korea di bawah Singapura, Ceko, dan Jepang. Ilustrasi siswa SMA(KOMPAS/A HANDOKO) 2. TIMSS 1999 Korea kembali menduduki posisi kedua setelah Singapura untuk matematika, dan posisi nomor 5 untuk IPA setelah Taiwan, Singapura, Hungaria, dan Jepang. 3. TIMSS 2003 Korea tetap menduduki posisi kedua setelah Singapura di bidang matematika dan urutan ketiga pada bidang IPA setelah Singapura dan Taiwan. 4. TIMSS 2007 Korea tetap berada pada urutan kedua setelah Taiwan untuk matematika dan posisi keempat untuk IPA setelah Singapura, Taiwan, dan Jepang. 5. TIMSS 2011 Korea menduduki posisi pertama untuk matematika dan urutan ketiga untuk IPA setelah Singapura dan Taiwan. 6. TIMSS 2015 Korea berada pada urutan ketiga setelah Singapura dan Taiwan untuk matematika dan posisi keempat setelah Singapura, Jepang, dan Taiwan. Pada gelaran kali ini, Indonesia tidak ikut pada jenjang Grade 8, melainkan pindah ke Grade 4 yang juga diikuti oleh Korea. PenulisKurniasih Budi EditorKurniasih Budi 5