BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Benigna Prostate Hiperplasi (BPH) merupakan kondisi patologis yang paling umum terjadi pada pria lansia dan penyebab kedua untuk intervensi medis pada pria diatas usia 60 tahun, kelenjar prostatnya banyak yang mengalami pembesaran, memanjang keatas kedalam kandung kemih dan menyumbat aliran urin dengan menutupi orifisium uretra. Benigna Prostate Hiperplasi (BPH) memberikan keluhan yang menjengkelkan dan mengganggu aktivitas sehari-hari. Keadaan ini akibat dari pembesaran kelenjar prostat atau benign prostate enlargement (BPE) yang menyebabkan terjadinya obstruksi pada leher buli-buli dan urethra atau dikenal sebagai bladder outlet obstruction (BOO) (Smeltzer dan Bare, 2002). Angka kejadian penderita BPH sangat tinggi pada pria berusia diatas 50 tahun. Prevelensinya meningkat sejalan dengan peningkatan usia pada pria. Perubahan bentuk dan besarnya prostat dikaitkan dengan androgen yang meningkat. Setidaknya 70% pria berusia 70 tahun mengalami BPH, dan usia 90 tahun 100%, dan 40% diantaranya mengalami beberapa gejala obstruksi aliran keluar kandung kemih (Heffner dan Scuhst, 2006). Di Indonesia BPH merupakan urutan kedua setelah batu saluran kemih dan diperkirakan ditemukan pada 50% pria berusia diatas 50 tahun dengan angka harapan hidup rata-rata di Indonesia yang sudah mencapai 65 tahun dan diperkirakan bahwa lebih kurang 5% pria Indonesia sudah berumur 60 tahun atau lebih. Kalau dihitung dari seluruh penduduk Indonesia yang berjumlah 200 juta lebih, kira-kira 100 juta terdiri dari pria, dan yang berumur 60 tahun atau lebih kira-kira 5 juta, sehingga diperkirakan ada 2,5 juta laki-laki Indonesia yang menderita BPH (Furqan, 2002). 1
Penyebab pasti BPH ini masih belum diketahui, penelitian sampai tingkat biologi molekuler belum dapat mengungkapkan dengan jelas terjadinya BPH. Benigna Prostate Hiperplasi (BPH) terjadi karena adanya ketidakseimbangan hormonal oleh proses penuaan. Hipertrofi fibromuskular yang terjadi pada BPH dapat menimbulkan denervasi prostat dan jaringan disekitarnya, yang menyebabkan perubahan struktur buli-buli maupun ginjal. Berbagai masalah yang akan timbul pada saluran kemih atas maupun bawah seperti halnya retensi urin, iritasi uretra, frekuensi dan urgensi saat berkemih, inkontinensia, nokturia dan disuria. Keadaan ini harus segera diatasi karena dapat menimbulkan komplikasi. Komplikasi yang sering terjadi pada penyakit BPH diantaranya iritasi urin akut yang terjadi apabila buli-buli mengalami dekompensasi, infeksi saluran kemih, hematuri, hidroureter dan hidronefrosis karena tekanan intravesika meningkat, dan akan menimbulkan kerusakan fungsi ginjal (Heffner dan Scuhst, 2006). Pembedahan merupakan pilihan tindakan yang tepat dalam penatalaksanaan BPH. Keputusan untuk intervensi pembedahan didasarkan pada beratnya obstruksi, adanya Infeksi Saluran Kemih (ISK), dan perubahan fisiologi pada prostat. Salah satu tindakan pembedahan yang paling sering dilakukan adalah open prostatectomy/ prostatektomi terbuka yang merupakan mekanisme pengakatan kelenjar melalui insisi abdomen. Open prostaectomy dibagi menjadi tiga yaitu prostatektomi suprapubik, prostatektomi perineal dan prostatektomi retropubik. Open prostatektomy dianjurkan untuk prostat dengan ukuran (>100 gram). Pasien yang telah dilakukan tindakan pembedahan bukan berarti tidak timbul masalah, Penyulit yang dapat terjadi setelah tindakan prostatektomi terbuka adalah pasien akan kehilangan darah yang cukup banyak, retensi urine, inkontinensia urine, impotensi dan terjadi infeksi (Purnomo, 2011). Pasien BPH sebelum dan sesudah menjalani pembedahan akan muncul berbagai masalah keperawatan. Masalah yang muncul adalah 2
masalah biologis, psikologis, maupun spiritual, antara lain retensi urin, nyeri akut, ansietas/krisis situasi, gangguan pola tidur, gangguan beribadah, resiko infeksi dan resiko perdarahan. Masalah yang terjadi harus segera diatasi agar tidak terjadi komplikasi lebih lanjut selain itu agar rawat inap di rumah sakit tidak lama, sehingga meminimlkan biaya perawatan, masalah keperawatan lain yang muncul adalah bio-psikososio-kultural dan spiritual. Oleh karena itu pasien BPH perlu dilakukan asuhan keperawatan dengan tepat. Peran perawat sangat penting dalam merawat pasien BPH antara lain sebagai pemberi pelayanan kesehatan, pendidik, pemberi asuhan keperawatan/ untuk mengatasi masalah keperawatan yang timbul. Berdasarkan latar belakang tersebut, maka penulis tertarik untuk mengambil judul BPH guna mendapatkan gambaran lebih jelas tentang bagaimana Asuhan Keperawatan Pre dan Post Operasi Open Prostatectomy Suprapubik pada Tn. M yang mengalami penyakit BPH di ruang Anggrek RSUD Tugurejo Semarang. B. Tujuan Penulisan 1. Tujuan Umum Mampu memahami dan mendiskripsikan tentang konsep BPH dan melakukan asuhan keperawatan pre dan post operasi open prostatectomy suprapubik pada Tn. M dengan penyakit BPH di ruang Anggrek RSUD Tugurejo Semarang. 2. Tujuan Khusus a. Mampu melakukan pengkajian selama memberikan Asuhan Keperawatan pre dan post operasi open prostatectomy suprapubik pada Tn. M dengan penyakit BPH di Ruang Anggrek RSUD Tugurejo Semarang b. Mampu merumuskan diagnosa keperawatan selama memberikan Asuhan Keperawatan pre dan post operasi open prostatectomy suprapubik pada Tn. M dengan penyakit BPH di Ruang Anggrek RSUD Tugurejo Semarang. 3
c. Mampu merumuskan rencana tindakan selama memberikan Asuhan Keperawatan pre dan post operasi open prostatectomy suprapubik pada Tn. M dengan penyakit BPH di Ruang Anggrek RSUD Tugurejo Semarang. d. Mampu melakukan rencana tindakan pre dan post operasi open prostatectomy suprapubik pada Tn. M dengan penykit BPH di Ruang Anggrek RSUD Tugurejo Semarang. e. Mampu melakukan evaluasi pre dan post operasi open prostatectomy suprapubik pada Tn. M dengan penyakit BPH di Ruang Anggrek RSUD Tugurejo Semarang. C. Metode Penulisan Karya Tulis Ilmiah ini menggunakan studi kasus dengan pendekatan proses keperawatan. Adapun teknik dengan cara sebagai berikut : 1. Interview Yaitu pengumpulan data dengan menggunakan komunikasi langsung dengan pasien dan keluarga yang meliputi : biodata, riwayat kesehatan pasien, data biologi, psikologi social dan spiritual. Penulis melakukan perawatan secara langsung pada pasien dengan pre dan post operasi open prostatectomy suprapubik pada pasien BPH di ruang Anggrek RSUD Tugurejo Semarang. 2. Observasi Yaitu pengamatan langsung pada pasien yang meliputi; keadaan umum atau gejala yang timbul pada pasien terdiri dari tingkat kesadaran, tanda-tanda vital, dan pemeriksaan fisik. Penulis melakukan observasi dengan cara melihat respon pasien setelah penulis melakukan tindakan keperawatan. 3. Pemeriksaan fisik Pemeriksaan fisik adalah teknik pengumpulan data dengan melakukan pemeriksaan mulai inspeksi, palpasi, perkusi dan auskultasi untuk mendapatkan data fisik pasien secara keseluruhan. Penulis melakukan 4
pemeriksaan fisik secara langsung pada pasien dengan pre dan post operasi open prostatectomy suprapubik pada pasien BPH di ruang Anggrek RSUD Tugurejo Semarang. 4. Studi Dokumenter Yaitu suatu teknik pengumpulam data yang diperoleh dengan mempelajari catatan medic keperawatan dan hasil pemeriksaan penunjang untuk mengetahui perkembangan pasien. Penulis mempelajari buku laporan, catatan yang ada mengenai data-data pasien Tn. M dengan pre dan open prostatectomy suprapubik di ruang Anggrek RSUD Tugurejo Semarang. D. Sistematika Penulisan Sistematika penyusunan yang digunakan dalam penulisan laporan ini terdiri atas 5 (lima) BAB yaitu : 1. BAB I Adalah pendahuluan, terdiri dari latar belakang, tujuan penulisan, metode penulisan dan sistematika penulisan 2. BAB II Adalah tinjauan teori, yang terdiri dari pengertian, tahapan perkembangan penyakit, anatomi dan fisiologi, etiologi, patofisiologi, manifestasi kinis, penatalaksnaan, komplikasi, pengkajian fokus ( termasuk pemerikasaan penunjang), pathway keperawatan, diagnosa keperawatan, fokus intervensi dan rasional. 3. BAB III Tinjauan kasus, merupakan laporan tentang kasus yang dirawat terdiri dari pengakajian, pathways keperawatan sesuai kasus pasien, diagnosa keperawatan, intervensi keperawatan, implementasi dan evaluasi. 4. BAB IV Adalah pembahasan kasus yang berdasar pada pengkajian, diagnosa keperawatan yang ditegakkan sampai evaluasi dari tiap diagnosa dan kendala yang ditemui serta solusinya serta diagnosa yang tidak muncul dalam kasus. 5
5. BAB V Adalah penutup terdiri dari kesimpulan dan saran, yang memaparkan tentang rangkuman dari implementasi keperawatan pada pengelolaan kasus serta saran atau rekomendasi yang operasional berdasarkan bab pembahasan. 6