BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masa lansia adalah masa perkembangan terakhir dalam hidup manusia. Dikatakan sebagai perkembangan terakhir, karena ada sebagian anggapan bahwa perkembangan manusia berakhir setelah manusia menjadi dewasa (Prawitasari, 1994). Pada saat manusia berkembang, terjadi beberapa perubahan yang ditandai dengan kondisi-kondisi khas yang menyertainya. Beberapa kondisi khas yang menyebabkan perubahan pada lansia, diantaranya adalah tumbuh uban, kulit yang mulai keriput, penurunan berat badan, tanggalnya gigi sehingga mengalami kesulitan makan. Selain itu juga muncul perubahan yang menyangkut kehidupan psikologis lansia, seperti perasaan tersisih, tidak dibutuhkan lagi, ketidakikhlasan menerima kenyataan baru, misalnya penyakit yang tidak kunjung sembuh atau kematian pada pasangan. Hal ini didukung oleh pernyataan Hurlock (1999) yang juga menjelaskan dua perubahan lain yang harus dihadapi lansia, yaitu perubahan sosial dan perubahan ekonomi. Perubahan sosial meliputi perubahan peran dan meninggalnya pasangan atau teman-teman. Perubahan ekonomi menyangkut ketergantungan secara finansial pada uang pensiun dan penggunaan waktu luang sebagai seorang pensiunan (dalam Puspita Sari, 2002). Meningkatnya usia harapan hidup penduduk Indonesia yang diiringi dengan menurunnya tingkat fertilitas, memicu pertambahan jumlah lanjut usia Indonesia secara cepat. Kondisi tersebut membawa konsekuensi timbulnya berbagai masalah yang berkaitan dengan kondisi jasmaniah, rohaniah, dan sosial ekonomi bagi para lanjut usia dan apabila tidak segera ditangani dapat menjadi permasalahan nasional (Depsos RI, 2002).
Berdasarkan data yang ada menunjukkan jumlah penduduk lansia (usia 50 tahun keatas) tahun 2003 sebanyak 16,1 juta jiwa dan pada tahun 2004 sebanyak 17,7 juta dan diestimasikan pada 2020 jumlah lansia Indonesia sekitar 35 juta jiwa. Dari 17,7 juta jiwa penduduk lansia saat ini, sekitar 3 juta orang diantaranya telantar ditandai mereka tergolong miskin dan tidak memiliki anggota keluarga dan 4,6 juta jiwa lansia diantaranya rawan terlantar yakni tergolong miskin, tetapi masih memiliki keluarga. Harapan hidup penduduk Indonesia mengalami peningkatan jumlah dan proporsi pada 1980 (Darmojo, 2006). Di masa datang jumlah lansia di Indonesia semakin bertambah. Tahun 1990 jumlah lansia 6,3 persen (11,3 juta orang), pada tahun 2015 jumlah lansia diperkirakan mencapai 24,5 juta orang dan akan melewati jumlah balita yang ada pada saat itu diperkirakan mencapai 18,8 juta orang. Laporan Survey Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDK) tahun 1995 jumlah lansia 60 tahun keatas sebesar 7,5 % atau 15 juta jiwa dibandingkan tahun 1986 sebesar 5,3 % atau 9,5 juta jiwa (Survey Kesehatan Rumah Tangga /SKRT tahun 1986) (Pudjiastuti, 2003). Secara Demografi, menurut sensus penduduk pada tahun 1980 di Indonesia jumlah penduduk 147,3 juta jiwa. Dari angka tersebut 16,3 juta jiwa (11%) orang yang berusia 50 tahun keatas, dan ± 6,3 juta jiwa (4,3%) berusia 60 tahun keatas. Dari 6,3 juta jiwa terdapat 822.831 (13,06%) orang tergolong jompo, yaitu para lanjut usia yang memerlukan bantuan dalam kehidupan sehari-hari sesuai undang-undang bahkan mereka harus dipelihara oleh negara (Nugroho, 2000). Secara individu, pada usia di atas 55 tahun terjadi proses penuaan secara alamiah. Hal ini menimbulkan berbagai masalah baik fisik, mental, sosial, ekonomi dan psikologis, kesehatan. Proses menua mengakibatkan berkurangnya fungsi berbagai organ tubuh sehingga sering kali berbagai masalah kesehatan terjadi dalam satu waktu pada saat individu usia lanjut.
Selain itu, kondisi akut suatu penyakit akan menguras cadangan faal berbagai organ tubuh yang memang sudah berkurang, akibatnya menurunkan status fungsional atau kemandirian (Nugroho, 2000). Lansia yang mempunyai tingkat kemandirian tertinggi adalah pasangan lansia yang secara fisik kesehatannya cukup prima. Dari aspek sosial ekonomi dapat dikatakan jika cukup memadai dalam memenuhi segala macam kebutuhan hidup, baik lansia yang memiliki anak maupun yang tidak memiliki anak. Tingginya tingkat kemandirian mereka diantaranya karena lansia telah terbiasa menyelesaikan pekerjaan rumah tangga yang berkaitan dengan pemenuhan hayat hidupnya (Ratna, 2006). Hal ini telah disampaikan Pudjiastuti (2003), bahwa tahap perkembangan kemandirian bisa digambarkan antara lain dapat mengatur kehidupan dan diri mereka sendiri atau melaksanakan tugas tanpa bantuan orang lain dan keluarga. Lansia haruslah tetap menjaga kesehatan. Untuk terus menerus meningkatkan kesehatan harus menjalankan cara-cara hidup yang sehat. Cara hidup sehat adalah cara-cara yang dilakukan untuk dapat menjaga, mempertahankan dan meningkatkan kesehatan seseorang. Hal ini termasuklah menjaga kebersihan tubuh dan lingkungan (Ismayadi, 2004). Jika dilihat dalam satu penelitian yang dijalankan pada lansia di UPTD Abdi Dharma Asih Binjai oleh Lubis dkk (2005), sebanyak 30% lansia di sana menderita penyakit kulit akibat dari kurangnya personal hygiene (kebersihan perorangan). Selain itu, menurut Soejono (2005), pernah dilaporkan bahwa kejadian infeksi saluran kemih di RSCM pada lansia yang berhasil dikumpulkan selama periode enam bulan adalah 35,6%. Antara faktor predisposisinya adalah gangguan faal kognitif pada lansia yang mengakibatkan usaha perawatan diri sendiri terganggu sehingga kemampuan untuk mandi dengan bersih, membersihkan daerah genetalia dengan seksama tidak dapat dilakukan secara mandiri.
Untuk mempertahankan dan meningkatkan kesehatan usia lanjut, personal hygiene (kebersihan perorangan) merupakan salah satu faktor dasar karena individu yang mempunyai kebersihan diri yang baik mempunyai risiko yang lebih rendah untuk mendapat penyakit (Setiabudhi, 2002). Peningkatan personal hygiene dan perlindungan terhadap linkungan yang tidak menguntungkan merupakan perlindungan khusus yang dapat mempengaruhi tingkat kesehatan (Dainur, 1995). Perawatan fisik diri sendiri mencakup perawatan kulit, kuku, alat kelamin, rambut, mata, gigi-mulut, telinga dan hidung (Setiabudhi, 2002). Berdasarkan data yang diperoleh dari Unit Rehabilitasi Sosial Pucang Gading Semarang didapatkan data sebagai berikut, jumlah keseluruhan lansia terdapat 115 lansia yang terdiri dari 76 lansia perempuan dan 39 lansia lakilaki. Dalam hal ini peneliti ingin memfokuskan penelitian pada lansia usia 60-74 tahun dengan kategori tidak ketergantungan dan ketergantungan sebagian, yang berjumlah 36 lansia. Berdasarkan survey awal yang dilakukan peneliti ke Unit Rehabilitasi Sosial Pucang Gading Semarang didapatkan data perbedaan kondisi kebersihan tubuh lansia perempuan dan laki-laki. Lansia laki-laki cenderung kebersihannya kurang diperhatikan serta kondisi kebersihan badannya cenderung masih kotor. Hal berbeda terlihat pada lansia wanita dimana kebersihannya cukup bersih, begitupun kondisi badan lansianya. Dari uraian data tersebut diatas peneliti merasa tergerak untuk meneliti perbedaan tingkat kemandirian personal hygiene tersebut. B. Rumusan Masalah Berdasarkan uraian pada latar belakang diatas, maka masalah dapat dirumuskan adalah Adakah Perbedaan Tingkat Kemandirian Personal Hygiene Pada Lansia Laki-laki dan Perempuan di Unit Rehabilitasi Sosial Pucang Gading Semarang.
C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum Mengetahui perbedaan tingkat kemandirian personal hygiene pada lansia laki-laki dan perempuan di Unit Rehabilitasi Sosial Pucang Gading Semarang. 2. Tujuan Khusus a. Mendeskripsikan lansia berdasarkan usia, jenis kelamin lansia di Unit Rehabilisasi Sosial Pucang Gading Semarang. b. Mendeskripsikan tingkat kemandirian lansia dalam melakukan personal hygiene di Unit Rehabilitasi Sosial Pucang Gading Semarang. c. Menganalisis perbedaan tingkat kemandirian personal hygiene lansia laki-laki dan perempuan yang ada di Unit Rehabilitasi Sosial Pucang Gading Semarang. D. Manfaat Penelitian 1. Keilmuan a. Peneliti Meningkatkan pengetahuan dan wawasan bagi peneliti dalam berkomunikasi dan dalam menganalisis suatu masalah. b. Institusi keperawatan Menambah studi kepustakaan tentang perbedaan tingkat kemandirian personal hygiene pada lansia laki-laki dan perempuan. 2. Instansi Unit Rehabilitasi Sosial Pucang Gading Dapat memberikan informasi serta masukan untuk meningkatkan pelayanan kesehatan lanjut usia secara adekuat. 3. Bagi Perawat Perawat sebagai informasi dan masukan dalam peningkatan dan pedoman untuk melaksanakan tindakan keperawatan.
E. Bidang Ilmu Penelitian ini dilakukan dalam bidang ilmu keperawatan yaitu ilmu Keperawatan Gerontik khususnya tingkat kemandirian dan personal hygiene lansia.