BAB I PENDAHULUAN. Apendiks merupakan organ berbentuk tabung, panjangnya kira-kira 10 cm

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 1 PENDAHULUAN. aktivitas sel tubuh melalui impuls-impuls elektrik. Perjalanan impuls-impuls

BAB I PENDAHULUAN. Apendisitis adalah peradangan pada apendiks vermiforis, biasanya

BAB 1 PENDAHULUAN. priyanto,2008). Apendisitis merupakan peradangan akibat infeksi pada usus

BAB I PENDAHULUAN. kecil) atau appendiktomi. Appendiktomi adalah pembedahan untuk mengangkat

ASUHAN KEPERAWATAN PADA Tn. J POST APPENDIKTOMY DI BANGSAL MAWAR RSUD Dr SOEDIRAN MANGUN SUMARSO WONOGIRI

ASUHAN KEPERAWATAN PADA Tn. H DENGAN GANGGUAN SISTEM PENCERNAAN: POST APPENDIKTOMY DI RUANG MELATI I RSUD Dr. MOEWARDI SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan yang banyak dialami oleh manusia. Meskipun bukan merupakan

UKDW BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang. Apendisitis adalah suatu peradangan pada apendiks, suatu organ

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Otak merupakan organ yang sangat vital bagi seluruh aktivitas dan fungsi

BAB I PENDAHULUAN. Apendisitis paling sering terjadi pada usia remaja dan dewasa muda. Insidens

BAB 1 PENDAHULUAN. Salah satu masalah sistem pencernaan yang sering dijumpai oleh masyarakat yaitu

BAB I PENDAHULUAN. perut kuadran kanan bawah (Smeltzer, 2002). Di Indonesia apendisitis merupakan

Distribusi Frekuensi Tanda dan Gejala post operasi pada. Kepresidenan RSPAD Gatot Soebroto 2016 (N = 3)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. merupakan salah satu tempat terjadinya inflamasi primer akut. 3. yang akhirnya dapat menyebabkan apendisitis. 1

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. yang menderita penyakit ini adalah Amerika Serikat dengan penderita

BAB I PENDAHULUAN. penyakit dan perawatan orang sakit, cacat dan meninggal dunia. Advokasi,

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. melalui suatu defek pada fasia dan muskuloaponeuretik dinding perut, secara

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Undang-Undang No. 36 tahun 2014 bahwa kesehatan. harus diwujudkan sesuai dengan cita-cita bangsa Indonesia sebagaimana

BAB I PENDAHULUAN. cacing (appendiks). Infeksi ini bisa terjadi nanah (pus) (Arisandi,2008).

ASUHAN KEPERAWATAN PADA Nn. P DENGAN POST OPERASI APPENDIKTOMI DI RUANNG CEMPAKA III RSUDPANDAN ARANG BOYOLALI NASKAH PUBLIKASI

BAB I PENDAHULUAN. akut di Indonesia (Sjamsuhidayat, 2010 dan Greenberg et al, 2008).

BAB I PENDAHULUAN. abdomen darurat. Pria lebih banyak terkena daripada wanita, remaja lebih. berusia 10 sampai 30 tahun (Brunner & Suddarth, 2000).

ASUHAN KEPERAWATAN PADA Tn.S DENGAN GANGGUAN SISTIM PENCERNAAN : POST OPERASI APPENDIKTOMI HARI KE-2 DI RUANG ANGGREK RSUD SUKOHARJO

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kesehatan adalah modal utama bagi manusia, kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. banyak timbul penyakit yang ditimbulkan salah satu hernia, penyakit ini

BAB 1 PENDAHULUAN. Apendisitis akut merupakan penyebab akut abdomen yang paling sering memerlukan

BAB I PENDAHULUAN. yang terjadi pada usus kecil yang disebabkan oleh kuman Salmonella Typhi.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

STUDI KASUS PADA PASIEN DENGAN DIAGNOSA MEDIS APENDIKSITIS DI RUANG FLAMBOYAN RSUD GAMBIRAN KOTA KEDIRI

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Kista ovarium merupakan salah satu bentuk penyakit repoduksi yang banyak

BAB I PENDAHULUAN. pasien tersebut. Pasien dengan kondisi semacam ini sering kita jumpai di Intensive

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. tuba falopi kemudian berimplantasi di endometrium. (Prawiroharjho, ketidakpuasan bagi ibu dan bayinya (Saifuddin. 2000).

BAB I PENDAHULUAN. Pada zaman modern ini banyak ibu yang memilih melakukan

APPENDISITIS. Appendisitis tersumbat atau terlipat oleh: a. Fekalis/ massa keras dari feses b. Tumor, hiperplasia folikel limfoid c.

BAB I PENDAHULUAN. dengan penutupan dan penjahitan luka (Syamsuhidajat, 2011). dibagian perut mana saja (Dorland, 1994 dalam Surono, 2009).

ASUHAN KEPERAWATAN PADA Tn. D. DENGAN GANGGUAN SISTEM PENCERNAAN: POST APPENDIKTOMI DI BANGSAL ANGGREK RSUD SUKOHARJO NASKAH PUBLIKASI ILMIAH

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Payudara atau kelenjar mammae merupakan pelengkap alat reproduksi wanita dan

BAB I PENDAHULUAN. hemoragik di Jawa Tengah adalah 0,03%. Sedangkan untuk stroke non

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Menurut WHO upaya untuk mewujudkan derajat kesehatan masyarakat

ASUHAN KEPERAWATAN PADA Sdr. A DENGAN POST APPENDIKTOMI HARI KE II DI RUANG CEMPAKA RSUD PANDANARAN BOYOLALI

BAB I PEDAHULUAN. A. Latar Belakang Pembangunan kesehatan pada hakekatnya adalah untuk

BAB I PENDAHULUAN. dengan tenaga ibu sendiri, tanpa bantuan alat-alat serta tidak melukai ibu

BAB I PENDAHULUAN. dengan dokter, hal ini menyebabkan kesulitan mendiagnosis apendisitis anak sehingga 30

BAB I PENDAHULUAN. jalan operasi atau sectio caesarea hal ini disebabkan karena ibu memandang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I KONSEP DASAR. sepanjang saluran usus (Price, 1997 : 502). Obstruksi usus atau illeus adalah obstruksi saluran cerna tinggi artinya

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Apendisitis akut merupakan penyebab akut abdomen yang paling sering memerlukan

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Appendisitis merupakan peradangan yang terjadi pada Appendiks vermiformis

BAB I PENDAHULUAN. peradangan sel hati yang luas dan menyebabkan banyak kematian sel. Kondisi

BAB 1 PENDAHULUAN. vermiformis. Apendiks vermiformis memiliki panjang yang bervariasi dari

BAB II LANDASAN TEORI. Penyakit usus buntu adalah saluran usus yang terjadinya pembusukan dan

BAB I PENDAHULUAN. Diabetes Mellitus (DM) merupakan gangguan metabolisme dengan. yang disebabkan oleh berbagai sebab dengan karakteristik adanya

BAB I PENDAHULUAN. melalui struktur yang secara normal berisi (Ester, 2001).

BAB I PENDAHULUAN. Tindakan operasi merupakan pengalaman yang sulit bagi sebagian pasien

BAB 1 PENDAHULUAN. bedah pada anak yang paling sering ditemukan. Kurang lebih

BAB I PENDAHULUAN. sebagian besar penyakit yang menyebabkan penderita mencari pertolongan

BAB I PENDAHULUAN. berkembang, penyakit ini dapat mengenai semua umur baik laki-laki maupun

BAB I PENDAHULUAN. tahun. Data rekam medis RSUD Tugurejo semarang didapatkan penderita

BAB I PENDAHULUAN. lahir. Hal ini merupakan suatu pergeseran paradigma dari sikap menunggu

BAB I PENDAHULUAN. lokal di perut bagian kanan bawah (Anderson, 2002). Apendisitis

BAB I PENDAHULUAN. sampai 6 gram. Ovarium terletak dalam kavum peritonei. Kedua ovarium melekat

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini keadaan ibu post partum masih sangat memprihatinkan, karena

BAB I PENDAHULUAN. berdasarkan angka kematian ibu (Maternal Mortality Rate) dan angka. kematian bayi (Neonatal Mortality Rate). (Syaiffudin, 2002).

BAB I PENDAHULUAN. terdiri dari latar belakang, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penulisan, dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Hemoroid adalah bagian vena yang berdilatasi dalam kanal anal.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PENGKAJIAN PNC. kelami

BAB I PENDAHULUAN. Pembedahan merupakan suatu tindakan pengobatan yang menggunakan. cara invasif dengan membuka dan menampilkan bagian tubuh yang akan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Apendisitis akut adalah peradangan dari apendiks vermiformis, merupakan salah satu

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) atau yang disebut Dengue

K35-K38 Diseases of Appendix

BAB I PENDAHULUAN. yang memompa dengan kuat dan arteriol yang sempit sehinggga darah mengalir

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. DHF (Dengue Haemorraghic Fever) pada masyarakat awam sering

BAB I PENDAHULUAN. 2006). Infeksi bakteri sebagai salah satu pencetus apendisitis dan berbagai hal

BAB 1 PENDAHULUAN. maupun luka kronis. Sebuah penelitian terbaru di Amerika menunjukkan

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB V PENUTUP. Setelah menguraikan asuhan keperawatan pada Ny. W dengan post

Bambang Soewito. Dosen Prodi Keperawatan Lubuklinggau .:

BAB I PENDAHULUAN. Diperkirakan 80% populasi akan mengalami nyeri punggung bawah pada

SKRIPSI. Untuk memenuhi sebagian persyaratan. Mencapai derajat sarjana S-1. Diajukan Oleh : NURHIDAYAH J FAKULTAS KEDOKTERAN

PENDAHULUAN. keberhasilan pembangunan kesehatan. Indonesia merupakan angka tertinggi dibandingkan Negara Negara

BAB 1 PENDAHULUAN. untuk melahirkan janin dari dalam rahim (Mochtar. R, 2002). dengan jalan pembedahan atau sectio caesarea meskipun bisa melahirkan

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Demam Typhoid (typhoid fever) merupakan salah satu penyakit

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang. Salah satu masalah kesehatan yang kita hadapi sekarang ini adalah

BAB I PENDAHULUAN. gangguan fungsi otak (Muttaqin, 2008). Menurut data Word Health Organization (WHO, 2010), menyebutkan setiap

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Rasa nyaman berupa terbebas dari rasa yang tidak menyenangkan adalah

Transkripsi:

13 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Apendiks merupakan organ berbentuk tabung, panjangnya kira-kira 10 cm (kisaran 3-15 cm), dan berpangkal di sekum. Lumennya sempit di bagian proksimal dan melebar di bagian distal. Namun demikian, pada bayi, apendiks berbentuk kerucut, lebar pada pangkalnya dan menyempit ke arah ujungnya. Keadaan ini mungkin menjadi sebab rendahnya insiden apendisitis pada usia itu. Istilah usus buntu yang dikenal di masyarakat awam adalah kurang tepat karena usus yang buntu sebenarnya adalah sekum. Apendiks diperkirakan ikut serta dalam sistem imun sektorik di saluran pencernaan. Namun, pengangkatan apendiks tidak menimbulkan efek fungsi sistem imun yang jelas (Syamsyuhidayat, 2005). Apendisitis adalah peradangan akibat infeksi pada usus buntu atau umbai cacing (apendiks) (Wim de Jong et al. 2005). Peradangan pada apendiks selain mendapat intervensi farmakologik juga memerlukan tindakan bedah segera untuk mencegah komplikasi dan memberikan implikasi pada perawat dalam bentuk asuhan keperawatan. Berlanjutnya kondisi apendisitis akan meningkatkan resiko terjadinya perforasi dan pembentukan masa periapendikular. Perforasi dengan cairan inflamasi dan bakteri masuk ke rongga abdomen lalu memberikan respons inflamasi permukaan peritoneum atau terjadi peritonitis. Apabila perforasi apendiks disertai dengan material abses, maka akan memberikan manifestasi nyeri lokal akibat akumulasi abses

14 dan kemudian juga akan memberikan 2 respons peritonitis. Manifestasi yang khas dari perforasi apendiks adalah nyeri hebat yang tiba - tiba datang pada abdomen kanan bawah (Tzanakis, 2010). Survei di 15 provinsi di Indonesia tahun 2014 menunjukkan jumlah apendisitis yang dirawat di rumah sakit sebanyak 4.351 kasus. Jumlah ini meningkat drastis dibandingkan dengan tahun sebelumnya, yaitu sebanyak 3.236 orang. Awal tahun 2014, tercatat 1.889 orang di Jakarta yang dirawat di rumah sakit akibat apendisitis (Depkes RI, 2013). Kementrian Kesehatan menganggap apendisitis merupakan isu prioritas kesehatan di tingkat lokal dan nasional karena mempunyai dampak besar pada kesehatan masyarakat (Depkes RI, 2013). Dampak penderita ketika tidak dilakukan pembedahan dapat mengakibatkan abses atau perforasi. Insiden perforasi adalah 10% sampai 32%. Perforasi terjadi secara umum 24 jam pertama setelah awitan nyeri. Angka kematian yang timbul akibat terjadinya perforasia adalah 10-15% dari kasus yang ada, sedangkan angka kematian penderita apendisitis akut adalah 0,2% - 0,8% yang berhubungan dengan komplikasi penyakitnya akibat intervensi tindakan (Sjamsuhidayat, 2005). Dampak apendisitis juga muncul setelah dilakukan pembedahan yaitu akan menimbulkan nyeri bagi penderita. Dapat terjadi perdarahan di dalam, syok, hypertermia atau gangguan pernapasan (Sjamsuhidayat, 2005). Alternatif untuk mengatasi masalah pada penderita apendisitis yang tidak dilakukan pembedahan adalah segera untuk dilakukan pembedahan pada penderitanya. Hal ini didukung menurut pendapat (Tzanakis, 2010) yang berbunyi, bahwa pada penderita apendisitis dapat

15 terjadi perforasi dan pembentukan masa periapendikular. Perforasi dengan cairan inflamasi dan bakteri masuk ke rongga abdomen lalu memberikan respons inflamasi permukaan peritoneum atau terjadi peritonitis. Alternatif yang bisa dilakukan pada penderita harus segera untuk dilakukan pembedahan agar tidak terjadi abses dan peritonitis yang lebih parah. Peradangan yang sudah berlanjut dan infeksi sudah menyebar ke seluruh rongga perut akibatnya terjadi perluasan infeksi pada organ yang lain. Penderita yang sudah dalam infeksi berat dapat mengakibatkan kematian maka harus segera untuk dilakukan operasi. Alternatif untuk mengatasi masalah pada penderita apendisitis yang setelah dilakukan pembedahan adalah relaksasi dan distraksi, pencegahan infeksi, dan observasi tanda-tanda vital. Hal ini didukung menurut pendapat (Tzanakis, 2010) yang berbunyi, mengajarkan teknik relaksasi distraksi pada penderita agar nyeri yang ditimbulkan akibat dari perlukaan jaringan dapat mengurangi rasa nyeri yang dirasakan. Kemudian hal penting yang perlu diidentifikasi dalam mencegah infeksi setelah pembedahan mencakup; kondisi luka atau balutan, perdarahan, warna insisi dan jahitan, drain, tanda-tanda infeksi, tipe eksudat dan jumlah serta sumber-sumber lain yang dapat menyebabkan risiko infeksi. Teknik aseptik yang tepat harus diperhatikan pada saat mengganti balutan. Dilakukan observasi tanda-tanda vital untuk mengetahui terjadinya perdarahan di dalam, syok, hypertermia atau gangguan pernapasan. Perawat dalam hal ini berperan yang lainnya meliputi pemberian informasi, edukasi dan keterampilan yang diperlukan oleh keluarga. Pemberian informasi, edukasi dan keterampilan dilakukan oleh perawat mulai dari tahap akut hingga tahap

16 rehabilitasi, bertujuan agar keluarga memahami tentang perawatan post operasi apendectomy yang benar. Pengetahuan, sikap dan perilaku keluarga yang baik dalam merawat pasien post op apendectomy khususnya anak-anak, akan mendorong kemandirian pasien secara berangsur-angsur. Hasil studi pendahuluan ditemukan data yang diperoleh dari Ruang Perawatan Bedah Anak Rumah Sakit Kepresidenan RSPAD Gatot Subroto ditemukan kejadian apendisitis pada anak yang dilakukan pembedahan pada tahun 2015 terdapat 16 kasus, tahun 2016 meningkat menjadi 48 kasus dan tahun 2017, bulan Januari s.d Juni 2017 terdapat 32 kasus. Hal itu menyebabkan peneliti mengangkat kasus tindakan post Operasi Apendiksitis di Ruang Perawatan Bedah Anak Lantai 1 Rumah Sakit Kepresidenan RSPAD Gatot Subroto Jakarta Pusat. Jalur kritis untuk mengatasi pasien post op apendectomy perawat dan keluarga menetapkan Algoritma dengan mempertimbangkan manfaat dan risiko. Beberapa tindakan dilakukan bersamaan segera. Termasuk mengontrol tanda tanda vital, pencegahan kejang, peninggian kepala tempat tidur sampai dilakukannya mobilisasi dini yang bertahap pada pasien post op apendectomy. Algoritma mobilisasi dini yang dibuat berdasarkan struktur yang telah ditetapkan sesuai dengan asuhan keperawatan yang pada pasien post op apendectomy. B. Rumusan Masalah Berdasarkan uraian dan identifikasi masalah yang dilakukan di ruang perawatan bedah anak lantai 1 Rumah Sakit Kepresidenan RSPAD Gatot

17 Subroto Jakarta Pusat post op apendectomy pada anak merupakan tindakan terbanyak dalam 3 tahun terakhir. Dalam hal ini penulis mengambil studi kasus pasien dengan post op apendectomy, khususnya untuk pasien anak post op apendectomy yang mendapatkan perawatan di ruang perawatan bedah anak di lantai 1 Rumah Sakit Kepresidenan RSPAD Gatot Subroto. Karena hal tersebut di atas penulis merumuskan masalah laporan studi kasus akhir program profesi Ners adalah Asuhan Keperawatan pada Pasien dengan Post Operasi Apendiksitis di Ruang Perawatan Bedah Anak Lantai 1 Rumah Sakit Kepresidenan RSPAD Gatot Subroto Jakarta Pusat Tahun 2017. C. Tujuan Penulisan 1. Tujuan Umum Penulis mampu melaksanakan dan mengelola pemberian asuhan keperawatan secara komprehensif pada pasien dengan post op apendectomy, dengan menggunakan pendekatan proses keperawatan. 2. Tujuan Khusus a. Teridentifikasinya karakteristik pasien yang dirawat di Ruang Perawatan Bedah Anak Lantai 1 Rumah Sakit Kepresidenan RSPAD Gatot Soebroto Jakarta Pusat Tahun 2017. b. Teridentifikasinya etiologi post op apendectomy, dari masingmasing pasien yang mendapatkan perawatan di Ruang Perawatan Bedah Anak Lantai 1 Rumah Sakit Kepresidenan RSPAD Gatot Soebroto Jakarta Pusat Tahun 2017.

18 c. Teridentifikasinya manifestasi klinis dari masing-masing pasien dengan post op apendectomy di Ruang Perawatan Bedah Anak Lantai 1 Rumah Sakit Kepresidenan RSPAD Gatot Soebroto Jakarta Pusat Tahun 2017. d. Teridentifikasinya Penatalaksanaan Medis dari masing-masing pasien dengan post op apendectomy di Ruang Perawatan Bedah Anak Lantai 1 Rumah Sakit Kepresidenan RSPAD Gatot Soebroto Jakarta Pusat Tahun 2017. e. Teridentifikasinya pengkajian fokus dari masing-masing pasien dengan post op apendectomy di Ruang Perawatan Bedah Anak Lantai 1 Rumah Sakit Kepresidenan RSPAD Gatot Soebroto Jakarta Pusat Tahun 2017. f. Teridentifikasinya diagnosa keperawatan dari masing-masing pasien dengan post op apendectomy di Ruang Perawatan Bedah Anak Lantai 1 Rumah Sakit Kepresidenan RSPAD Gatot Soebroto Jakarta Pusat Tahun 2017. g. Teridentifikasinya intervensi keperawatan dari masing-masing pasien dengan post op apendectomy di Ruang Perawatan Bedah Anak Lantai 1 Rumah Sakit Kepresidenan RSPAD Gatot Soebroto Jakarta Pusat Tahun 2017. h. Teridentifikasinya implementasi keperawatan dari masing-masing pasien dengan post op apendectomy di Ruang Perawatan Bedah Anak Lantai 1 Rumah Sakit Kepresidenan RSPAD Gatot Soebroto Jakarta Pusat Tahun 2017.

19 i. Teridentifikasinya evaluasi keperawatan dari masing-masing pasien dengan post op apendectomy di Ruang Perawatan Bedah Anak Lantai 1 Rumah Sakit Kepresidenan RSPAD Gatot Soebroto Jakarta Pusat Tahun 2017. j. Menganalisa karakteristik pasien mulai dari etiologi, manifestasi klinis, penatalaksanaan medis, pengkajian fokus, diagnosa, intervensi, implementasi, sampai evaluasi keperawatan. D. Manfaat Penulisan 1. Manfaat teoritis Hasil studi kasus ini diharapkan dapat dijadikan sebagai bahan tambahan kajian dan pengembangan ilmu pengetahuan di bidang keperawatan mengenai asuhan keperawatan pada klien dengan post op apendectomy. 2. Manfaat praktis a. Bagi penulis Meningkatkan wawasan, pengetahuan serta sikap didalam memberikan asuhan keperawatan pada klien dengan post op apendectomy. b. Bagi institusi pendidikan Sebagai bahan yang dapat digunakan sebagai materi pembelajaran keperawatan klinis dan referensi penulis selanjutnya. c. Bagi pelayanan keperawatan Memberi masukan bagi pelayanan kesehatan serta mengembangkan studi asuhan keperawatan kesehatan dalam upaya meningkatkan

20 pelayanan kepada pasien dengan post op apendectomy khususnya bagi Ruangan Keperawatan Bedah Anak Lantai 1 Rumah Sakit Kepresidenan RSPAD Gatot Soebroto Jakarta Pusat Tahun 2017. E. Ruang Lingkup Dalam penulisan laporan studi kasus akhir program pendidikan profesi Ners ini penulis hanya membahas tentang Asuhan Keperawatan pada Pasien dengan Post Operasi Apendiksitis di Ruang Perawatan Anak IKA 1 Rumah Sakit Kepresidenan RSPAD Gatot Subroto Jakarta Pusat Tahun 2017 pada tanggal 3 Juli 2017 sampai dengan 27 Juli 2017. F. Metode Penulisan Dalam penulisan laporan studi kasus ini penulis menggunakan metode deskriptif yaitu tipe studi kasus dengan pendekatan proses keperawatan, teknik yang digunakan dalam pengumpulan data dengan wawancara, observasi dan pemeriksaan fisik Sumber data yang diperoleh atau digunakan adalah data primer yang didapat langsung dari klien dan data sekunder yang didapat dari keluarga, tenaga kesehatan dan dokumen hasil pemeriksaan penunjang lainnya, sedangkan studi kepustakaan adalah mempelajari buku sumber yang berhubungan dengan asuhan keperawatan yang diberikan pada pasien.