BAB I PENDAHULUAN. itu bertugas untuk mengelola dana sebagaimana mestinya. Zakat merupakan

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. yang dilakukan oleh pemerintah bersama masyarakat.

BAB I PENDAHULUAN. khususnya dalam perannya pada aspek sosial-ekonomi yang sangat besar.

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat dalam menjaga kelangsungan hidup organisasi pengelola zakat

BAB I PENDAHULUAN. Zakat, infaq, dan shadaqah merupakan kewajiban bagi setiap muslim yang

BAB II KAJIAN PUSTAKA. penerimaan dan penyaluran dana zakat, infak, sedekah yang telah dilakukan oleh

BAB 1 PENDAHULUAN. pengembangan dunia pendidikan dan ilmu pengetahuan, pengembangan. serta bantuan lainnya (Depag RI, 2007 a:1)

BAB 1 PENDAHULUAN. Islam memandang bahwa sumber daya alam yang tersedia cukup untuk seluruh

BAB I PENDAHULUAN. dijauhi. Diantara perintah-perintah tersebut adalah saling berbagi - bagi

BAB I PENDAHULUAN. Secara demografik dan kultural, bangsa Indonesia, khususnya masyarakat

AKUNTANSI DAN KEUANGAN SYARIAH

PERATURAN DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT NOMOR... TAHUN 2015 TENTANG PENYELENGGARAAN DAN PENGELOLAAN ZAKAT, INFAK DAN SHADAQAH

BAB I PENDAHULUAN. jelas dan tegas dari kehendak Tuhan untuk menjamin bahwa tidak seorang pun. ternyata mampu menjadi solusi bagi kemiskinan.

BAB I PENDAHULUAN. kemiskinan adalah kurangnya atau terbatasnya barang-barang dan jasa-jasa yang

PERSETUJUAN PEMBIMBING

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN PURWAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Setiap perusahaan memerlukan pencatatan transaksi yang terjadi

BAB IV ANALISIS MANAJEMEN PENGELOLAAN DANA SOSIAL PADA YAYASAN AL-JIHAD SURABAYA

AKUNTANSI LEMBAGA AMIL ZAKAT BERDASARKAN PSAK SYARIAH NO 109 DAN PSAK LAIN YANG RELEVAN

AKUNTANSI LEMBAGA AMIL ZAKAT BERDASARKAN PSAK SYARIAH NO 109 DAN PSAK LAIN YANG RELEVAN

Materi: 14 AKUNTANSI ZIS (PSAK 109)

ANALISIS PENERAPAN AKUNTANSI DANA ZAKAT DAN INFAK/SEDEKAH PADA LEMBAGA AMIL ZAKAT INFAK, DAN SHODAQOH MUHAMMADIYAH (LAZISMU) KABUPATEN MALANG

Bab I. Pendahuluan. pengembangan zakat menjadi salah satu pemerataan pendapaatan.

BAB I PENDAHULUAN. Zakat merupakan salah satu ibadah kepada Allah SWT setelah manusia

BAB IV ANALISIS PENERAPAN PSAK NO. 109 PADA RUMAH ZAKAT CABANG SEMARANG. Layaknya perusahaan-perusahaan nirlaba lainnya, dalam melaksanakan

LEMBARAN DAERAH KOTA DUMAI

BAB I PENDAHULUAN. 90-an dan setelah tahun 90-an memiliki beberapa perbedaan yang mendasar. Pada

BAB I PENDAHULUAN. Namun, pada kenyataannya, masih ada yang tidak mendapat bagian. Inilah yang

Implementasi Akuntansi Zakat Infaq dan Shadaqah Berdasarkan PSAK 109 Implementation of Accounting Zakat, Infaq and Shadaqah Based on PSAK 109

PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN BELITUNG TIMUR NOMOR 5 TAHUN 2014 TENTANG PENGELOLAAN ZAKAT

isempurnakan) PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUNINGAN NOMOR 4 TAHUN 2012 TENTANG PENGELOLAAN ZAKAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KUNINGAN,

BAB I PENDAHULUAN. (ZIS). Karena secara demografik, mayoritas penduduk Indonesia adalah beragama

BAB VI PENUTUP. Optimalisasi Pengelolaan Zakat di BAZNAS Tulungagung dilaksanakan

BAB I PENDAHULUAN. mengendalikan tujuan perusahaan. Good Corporate Governance yang. seringkali digunakan dalam penerapannya di perusahaan-perusahaan,

BAB I PENDAHULUAN. Zakat, Infaq, dan Sedekah (ZIS) merupakan ibadah yang tidak hanya

BAB 4 ANALISIS DAN BAHASAN Pengumpulan dan Pengelolaan Dana Zakat Pada Lembaga Amil Zakat

BAB I PENDAHULUAN. Zakat, Infaq, dan Sedekah (ZIS) merupakan bagian dari kedermawanan

PELATIHAN PEYUSUNAN LAPORAN PENGELOLAAN ZAKAT, INFAQ & SEDEKAH AKUNTANSI ZAKAT (BERDASARKAN PSAK SYARIAH NO. 109)

ANALISIS PENERAPAN AKUNTANSI ZAKAT INFAK DAN SEDEKAH PSAK 109 PADA LEMBAGA AMIL ZAKAT NURUL HAYAT CABANG MALANG SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang Penelitian. Zakat merupakan rukun Islam ke tiga dan merupakan salah satu unsur

PERATURAN DAERAH KOTA SOLOK NOMOR : 13 TAHUN 2003 TENTANG PENGELOLAAN ZAKAT DENGAN RAHMAT ALLAH YANG MAHA KUASA WALIKOTA SOLOK

PERATURAN BADAN AMIL ZAKAT NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2018 TENTANG PELAPORAN PELAKSANAAN PENGELOLAAN ZAKAT

LEMBARAN DAERAH KOTA BANDUNG PERATURAN DAERAH KOTA BANDUNG NOMOR : 30 TAHUN 2002 TENTANG PENGELOLAAN ZAKAT INFAQ DAN SHADAQAH

SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANGKA NOMOR 4 TAHUN 2006 TENTANG PENGELOLAAN ZAKAT, INFAQ DAN SHADAQOH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. pada Al-Qur an dan Hadist. Dana zakat yang terkumpul akan diberikan kepada

BAB I PENDAHULUAN Latar belakang. Secara umum Badan Lembaga Agama mempunyai tujuan untuk mencapai

EVALUASI PENERAPAN PSAK NO.109 TENTANG PELAPORAN KEUANGAN AKUNTANSI ZAKAT, INFAQ/SHADAQAH PADA BAZNAS KOTA YOGYAKARTA

kewajiban zakat adalah urusan dengan Allah (vertical ),namun dalam menunaikan

BAB I PENDAHULUAN. kepada yang berhak menerimanya sesuai dengan syariat Islam. Menurut Aziz

Pedoman Pengajuan. Lembaga Zakat Terdaftar

BAB I PENDAHULUAN. yang fitrah. Sedangkan universalitas Islam menunjukkan bahwa Islam merupakan

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB IV ANALISIS IMPLEMENTASI PSAK 109 TAHUN 2008 TERHADAP PEMBIAYAAN QARDHUL HASAN DI BNI SYARIAH CABANG PEKALONGAN

BAB I PENDAHULUAN. selalu mengalami peningkatan. Berdasarkan data pertumbuhan terakhir yang

1.1 Latar Belakang Masalah

Pedoman Akuntansi. Lembaga Zakat

PEMERINTAH KABUPATEN KEPULAUAN SELAYAR

ANALISIS PENCATATAN DAN PELAPORAN LAPORAN KEUANGAN BAZIS PROVINSI PROVINSI DKI JAKARTA DENGAN ACUAN PSAK 109

BAB 1 PENDAHULUAN. diwajibkan oleh Allah SWT untuk diberikan kepada mustahik yang telah

PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2011 TENTANG PENGELOLAAN ZAKAT

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. akuntansi zakat, PSAK 109, Lembaga Amil Zakat dan rerangka pemikiran. Selain itu

tidak dapat memilih untuk membayar atau tidak. (Nurhayati, 2014)

- 2 - PERATURAN BADAN AMIL ZAKAT NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 2018 TENTANG PENGELOLAAN KEUANGAN ZAKAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PEMERINTAH KOTA PADANG

PERATURAN DAERAH KOTA PRABUMULIH NOMOR 4 TAHUN 2004

BAB IV ANALISIS SISTEM INFORMASI AKUNTANSI ZIS PADA BAZ DI JAWA TIMUR

BAB I PENDAHULUAN. Kemiskinan juga berarti akses yang rendah dalam sumber daya dan aset produktif untuk

AKUNTANSI ZAKAT PSAK 109 TAHUN Dr. Saparuddin Siregar SE.Ak, SAS, MAg, MA, CA

BAB III METODE PENELITIAN. di Jl. Jend A. Yani No. 15 Malang, telp (0341)

BAB IV ANALISIS PEMBAHASAN

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2011 TENTANG PENGELOLAAN ZAKAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN TANGERANG. Nomor 24 Tahun 2004 Seri E PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANGERANG NOMOR 24 TAHUN 2004 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. dukungan penuh agama untuk membantu orang-orang miskin yang tidak dapat

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang pemilihan judul

SIMULASI SYARAT DAN TATA CARA MENGHITUNG ZAKAT

PENGELOLAAN ZAKAT, INFAQ DAN SHADAQAH

EVALUASI PENERAPAN PSAK N TENTANG AKUNTANSI ZAKAT PADA BADAN AMIL ZAKAT NASIONAL KOTA PROBOLINGGO SKRIPSI

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT NOMOR 9 TAHUN 2015

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GARUT

BAB I PENDAHULUAN. kewajiban dan tanggung jawab moral umat Islam dalam upaya menghapus

BUPATI MERANGIN, Menimbang : a.

DAFTAR PUSTAKA. Al Ba ly, Abdul Ekonomi Zakat: Sebuah Kajian Moneter dan Keuangan. Syari ah. Terjemahan. Jakarta: PT Raja Grafindo.

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2011 TENTANG PENGELOLAAN ZAKAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BUPATI BATANG HARI PROVINSI JAMBI

Workshop Pengelola NU CARE-LAZISNU JATIM AKUNTANSI LAZIS (PSAK 109)

BAB I PENDAHULUAN. warga non-muslim agar memeluk agama Islam. Hal ini diperlukan tujuan

BAB I PENDAHULUAN. senantiasa melaksanakan pembangunan yang bersifat fisik materil dan mental

BAB I PENDAHULUAN. Zakat secara demografik dan kultural, sebenarnya memiliki potensi. yang layak dikembangkan menjadi salah satu instrumen pemerataan

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA NOMOR 9 TAHUN 2008 TENTANG PENGELOLAAN ZAKAT KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

PEMERINTAH KABUPATEN BUNGO

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN LOMBOK BARAT

BAB III GAMBARAN UMUM BADAN AMIL ZAKAT. 3.1 Sejarah Singkat Organisasi Pengelolaan Zakat di Indonesia

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 38 TAHUN 1999 TENTANG PENGELOLAAN ZAKAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. akademis serta bermunculannya lembaga perekonomian islam di Indonesia. Begitu

PEMERINTAH KOTA KEDIRI

BAB I PENDAHULUAN. Menciptakan. Manifestasi dari kesadaran tersebut, bagi manusia akan tercapai

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BUPATI CIAMIS PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN CIAMIS NOMOR 13 TAHUN 2016 TENTANG PENGELOLAAN ZAKAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam pelaksanaan rukun Islam yang ke empat yaitu zakat, maka saat ini banyak lembaga yang bergerak dalam pengelolaan dana zakat. Lembaga itu bertugas untuk mengelola dana sebagaimana mestinya. Zakat merupakan kewajiban maliyah (materi) dari salah satu rukun islam yang hanif. Ia juga diperhitungkan sebagai salah satu pondasi system keuangan dan ekonomi Islam, yang mana zakat mempresentasikan diri sebagai sumber utama dalam pembiayaan adh-dhaman al-ijtima l (jaminan social), jihad dalam jalan Allah, sebagaimana ia juga ikut andil dalam pencapaian perumbuhan ekonomi dan keunggulan politik. (Syahatah, 2004) Agar zakat yang dikeluarkan oleh seseorang dapat mencapai sasaran penerima yang berhak, maka diperlukan lembaga yang khusus mengelola zakat. Menurut jenisnya, secara garis besar, organisasi amil zakat dapat dibagi menjadi dua kategorii, yaitu yang dikelola pemerintah, disebut dengan Badan Amil Zakat (BAZ). BAZ yang dibentuk ditingkat nasional disebut BAZNAS, dan yang dibentuk setiap provinsi hingga kecamatan disebut BAZ Daerah. Selain dikelola pemerintah ada juga yang dikelola swasta, dalam hal ini masyarakat dan dikukuhkan oleh pemerintah, lembaga ini disebut dengan Lembaga Amil Zakat (LAZ). Demikian juga dengan LAZ, yang beroperasi secara 1

nasional disebut LAZNAS. Ada juga lembaga amil zakat yang yang dibentuk oleh masyarakat secara tidak resmi, tanpa pengukuhan oleh pemerintah yang disebut dengan lembaga amil zakat tradisional. Sedangkan lembaga amil zakat tradisional ada secara sporadis di seluruh tanah air. Pada umumnya berada didaerah tingkat kecamatan kebawah. (Khasanah, 2010) Amil zakat berbentuk model birokrasi atau pemerintah disebut dengan Badan Amil Zakat (BAZ). BAZ model birokrasi diurus unsur pemerintah dan masyarakat yang memenuhi syarat tertentu. BAZ biasanya memiliki pengurus terbanyak dari unsur pegawai negeri, dan tidak bekerja penuh waktu. Pembagian kerja antara pengurus dan pelaksana harian tampak kurang jelas. Pemerintah menyisihkan alokasi anggaran dan juga modal awal untuk menunjang kegiatan operasional BAZ sehingga BAZ dapat menjalankan tugasnya. (Khasanah, 2010) Pengelolaan zakat dengan model organisasi bisnis pada umumnya adalah model yang dianut oleh lembaga amil zakat ( LAZ) yang diprakarsai oleh karyawan di suatu perusahaan. Sebagaian besar LAZ menganut organisasi bisnis berada dilingkungan perbankan dan beberapa badan usaha milik swata dan milik negara. Kultur dan situasi kerja yang dikembangkan LAZ model ini umumnya lebih dinamis, inovatif, dan kreatif, sebagaimaana lazimnya organisasi bisnis yang selalu berorientasi pada kinerja bisnis. (Khasanah, 2010) Penghitungan zakat dilaksanakan dengan dasar-dasar dan hukum fiqh zakat. Penghitungan ini dilakukan oleh muzaki (pembayar) sendiri atau dengan perantaraan seorang akuntan yang mempunyai pengetahuan tentang fiqh 2

dan akuntansi zakat. Penghitungan dengan perantaraan akuntan ahli ini lebih utama dan lebih baik terutama pada harta, aktivitas, lembaga atau perusahaan dalam jumlah besar. (Syahatah,2004) Mursyidi, (2003) mengatakan bahwa berdasarkan undang undang Republik Indonesia Nomor 38 Tahun 1999 tentang pengelolaan zakat, pasal 14 menyebutkan bahwa : 1) Muzakki melakukan perhitungan sendiri hartanya dan kewajiban zakatnya berdasarkan hukum agama. 2) Dalam hal tidak dapat menghitung sendiri harta dan kewajiban zakatnyabsebagaimana dimaksudkan pada ayat (1), muzakki dapat meminta bantuan kepada lembaga amil zakat atau badan amil zakat memberikan bantuan kepada muzakki untuk menghitungnya. Atas dasar itulah baik muzaki maupun amil zakat harus mempunyai pedoman penilaian harta yang akan dikeluarkan zakatnya sesuai dengan ketentuan agama. Juga secara teknis diperlukan pedoman pelaksanaannya. Lembaga pengelola zakat wajib membuat laporan keuangan. Laporan keuangan yang dibuat harus berdasar pada PSAK NO 109. PSAK NO. 109 yang membahas tentang akuntansi zakat bertujuan untuk mengatur pengakuan, pengukuran, penyajian dan pengungkapan transaksi zakat dan infak/sedekah.pernyataan ini berlaku untuk amil yang menerima dan menyalurkan zakat dan infak/sedekah. Amil yang menerima dan menyalurkan zakat dan infak/sedekah, yang selanjutnya disebut amil, merupakan organisasi pengelola 3

zakat yang pembentukannya dimaksudkan untuk mengumpulkan dan menyalurkan zakat dan infak/ sedekah. Jika tidak berpedoman terhadap PSAK 109, maka dalam melaporkan pengakuan, pengukuran, penyajian dan pengungkapan transaksi zakat dan infak /sedekah, akan menghasilkan hasil yang kurang tepat. Namun tidak semua lembaga amil zakat berpedoman pada PSAK 109, dan lebih berpedoman pada cash basic ( basis kas ). Terbukti dengan adanya hasil penelitian. Utari (2008) melakukan penelitian Analisis Perlakuan Akuntansi Zakat yang dilakukan di LAZIS Muhammadiyah Jakarta Pusat. Hasil penelitian bahwa dalam proses pengakuannya LAZIS Muhammdiyah menggunakan metode cash basic ( basis kas) secara penuh. Dalam penghimpunan dana zakat menggunakan dua system yaitu self assessment system dan official assessment sytem (sebagai konsultan penghitungan zakat). Untuk proses prngukuran dana zakat,lazis muhammadiyah menggunakan ketetapan nisab Berdasarkan Keputusan Majelis Tarjih Muhammadiyah, yang kemudian dirumuskan oleh Dewan Syariah LAZIS Muhammadiyah, yaitu 85 gram emas dengan kadar zakat 2,5% dan 3,5 liter beras untuk zakat fitrah dan menggunakan nilai pasar dalam menghitung besarnya nisab. Sedangkan pencatatan yang dilakukan adalah berdasarkan akuntansi dana yaitu setiap transaksi yang terjadi dicatat dan dimasukkan pada jurnal umum kas sebesar nilai nominalnya dan untuk transaksi yang berkaitan antar dana, LAZIS Muhammadiyah juga melakukan pencatatan pada setiap jenis dana yang dikelola. Susilowati (2009) melakukan penelitian tentang Analisis Perlakuan Akuntansi Zakat, Infaq, dan Shadaqah (LAGZIS) Masjid Raden Patah 4

Universitas Brawijaya Malang. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa dalam proses pengakuannya, LAGZIS MRP Unibraw Malang menggunakan metode cash basic ( basic cash). Dalam hal penghimpunan dana zakat, Lagzis menggunakan metode self assessment system, dimana muzakki menghitung sendiri besarnya zakat yang harus dikeluarkan. Untuk proses pengukuran dana zakat, Lagzis menggunakan nishab yaitu sebesar 85 gram emas dengan kadar zakat 2,5%. Sedangkan proses pencatatannya, setiap transaksi yang terjadi, baik penerimaan maupun penggunaan dana zakat dicatat dan dimasukkan dalam jurnal umum kas sebesar nilai nominalnya masing-masing. Dalam hal penyajiannya, laporan keuangan Lagzis terdiri dari Laporan sumber dan Penggunaan Dana, dan Laporan Arus Kas. Muthoharoh (2012) dengan penelitian Evaluasi Akuntansi Zakat Pada Lembaga Pengelola Zakat Di Baitul Maal Hidayatullah (BMH) Assalam kabupaten Malang,menghasilkan, bahwa perlakuan akuntansi terhadap zakat yang meliputi identifikasi proses pengakuan pengukuran, penyaluran, penyajian, dan pengungkapan yang diterapkan BMH assalam Kabupaten Malang belum sepenuhnya sesuai dengan PSAK No109. Listarini (2013) dengan penelitian Analisis Perlakuan Akuntansi Zakat Pada Baitul Maal Hidayatullah studi pada Lembaga Amil Zakat (BMH) Dau Malang.Hasil penelitian menunjukan bahwa dalam proses pengakuannya, LAZ Baitul Maal Hidayatullah Malang menggunakan metode cash basic ( basis kas). Dalam penghimpunan dana zakat, LAZ menggunakan self assessment system. Untuk pengukuran LAZ menggunakan nishab zakat sebesar 85 gram 5

emas dengan kadar zakat 2,5%. Sedangkan dalam pencatatannya, setiap transaksi baik penerimaan maupun penggunaan dana zakat dicatat dalam jurnal umum kas. Dalam penyajiannya, laporan keuangan LAZ terdiri dari Laporan sumber dan Penggunaan Dana,Neraca dan Laporan Arus Kas. Lembaga Amil Zakat YATIM MANDIRI merupakan lembaga yang mendapatkan tanggung jawab (amanah) dari para muzaki untuk menyalurkan zakat yang telah mereka bayarkan kepada masyarakat yang membutuhkan. Dalam program kerjanya Lembaga Amil Zakat YATIM MANDIRI sering melakukan kegiatan bakti sosial yang ditujukan untuk yatim yang du afa, penyalur beasiswa operasional pendidikan, penyalur bantuan guru panti dan sebagainya. Semakin banyak dana yang disalurkan tentunya dana yang diterima dari donatur juga besar. Dengan banyaknya dana yang terhimpun harus ada pelaporan keaungan yang benar, sebagai bentuk transparansi dan tanggung jawab kepada muzaki dan para pihak yang membutuhkan informasi laporan keuangan tersebut. Berdasarkan uraian diatas penulis tertarik untuk melakukan penelitian EVALUASI PENERAPAN PERLAKUAN PSAK 109 TENTANG AKUNTANSI ZAKAT PADA LEMBAGA AMIL ZAKAT (Studi kasus pada Lembaga Amil Zakat YATIM MANDIRI Kepanjen Kabupaten Malang) 6

1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan uraian latar belakang diatas maka didalam penulisan ini dirumuskan masalah Bagaimana Penerapan Perlakuan PSAK 109 pada Lembaga Amil Zakat YATIM MANDIRI Kepanjen Kabupaten Malang. 1.3 Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis bagaimana Penerapan Perlakuan PSAK 109 diterapkan di Lembaga Amil Zakat YATIM MANDIRI Kepanjen Kabupaten Malang. 1.4 Manfaat Penelitian a) Bagi Lembaga Amil Zakat YATIM MANDIRI Kepanjen Kabupaen Malang, memberikan masukan tentang gambaran penerapan Akuntansi Zakat (PSAK 109 ). b) Memberikan kontribusi kepada peneliti selanjutnya untuk dapat digunakan sebagai bahan acuan. 7