Strategi Peningkatan Produktivitas Sapi Bali Penggemukan Melalui Perbaikan Pakan Berbasis Sumberdaya Lokal di Pulau Timor

dokumen-dokumen yang mirip
FORMULASI RANSUM PADA USAHA TERNAK SAPI PENGGEMUKAN

MATERI DAN METODE. Materi

PENGANTAR. Latar Belakang. Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) memiliki potensi yang sangat besar

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian dilaksanakan selama 13 minggu, pada 12 Mei hingga 11 Agustus 2012

METODE. Materi 10,76 12,09 3,19 20,90 53,16

MATERI DAN METODE. Materi

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini telah dilaksanakan di Kandang Peternakan Koperasi PT Gunung

MATERI DAN METODE. Materi

PENGARUH SUBSTITUSI RUMPUT GAJAH DENGAN LIMBAH TANAMAN SAWI PUTIH FERMENTASI TERHADAP PENAMPILAN PRODUKSI DOMBA LOKAL JANTAN EKOR TIPIS SKRIPSI

Petunjuk Praktis Manajemen Pengelolaan Limbah Pertanian untuk Pakan Ternak sapi

MATERI DAN METODE. Gambar 4. Ternak Kerbau yang Digunakan Dalam Penelitian

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Penelitian

KONVERSI SAMPAH ORGANIK MENJADI SILASE PAKAN KOMPLIT DENGAN PENGGUNAAN TEKNOLOGI FERMENTASI DAN SUPLEMENTASI PROBIOTIK TERHADAP PERTUMBUHAN SAPI BALI

BAHAN DAN METODE PENELITIAN

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian dilaksanakan selama 1 bulan, pada Agustus 2012 hingga September

I. PENDAHULUAN. Peternakan di Indonesia setiap tahunnya mengalami peningkatan, sehingga

MATERI DAN METODE. Lokasi dan Waktu

Ransum Ternak Berkualitas (Sapi, Kambing, dan Domba)

MATERI DAN METODE. Waktu dan Lokasi. Materi

HASIL DAN PEMBAHASAN

Ditulis oleh Mukarom Salasa Minggu, 19 September :41 - Update Terakhir Minggu, 19 September :39

MATERI. Lokasi dan Waktu

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kambing Boer berasal dari Afrika Selatan, yang merupakan hasil persilangan

HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Penelitian

SILASE SEBAGAI PAKAN SUPLEMEN SAPI PENGGEMUKAN PADA MUSIM KEMARAU DI DESA USAPINONOT

MATERI DAN METODE. Bahan Bahan yang digunakan untuk produksi biomineral yaitu cairan rumen dari sapi potong, HCl 1M, dan aquadest.

MATERI DAN METODE. Materi

HASIL DAN PEMBAHASAN

MATERI DAN METODE. Lokasi dan Waktu

MATERI DAN METODE. Materi

HASIL DAN PEMBAHASAN. Konsumsi Pakan

Tyas Widhiastuti. Pembimbing: Dr. Ir. Anis Muktiani, M.Si Dr. Ir. Mukh. Arifin, M.Sc

PEMBERIAN PAKAN PADA PENGGEMUKAN SAPI

HASIL DAN PEMBAHASAN

MATERI DAN METODE. Gambar 2. Contoh Domba Penelitian

Ditulis oleh Mukarom Salasa Minggu, 19 September :41 - Update Terakhir Minggu, 19 September :39

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Domba Ekor Gemuk. Domba Lokal memiliki bobot badan antara kg pada

HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Penelitian

PENDAHULUAN. yaitu ekor menjadi ekor (BPS, 2016). Peningkatan

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Penelitian Efisiensi Penggunaan Pakan

PENDAHULUAN. memadai, ditambah dengan diberlakukannya pasar bebas. Membanjirnya susu

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian telah dilaksanakan selama 2 bulan dari tanggal 5 Agustus

Budidaya dan Pakan Ayam Buras. Oleh : Supriadi Loka Pengkajian Teknologi Pertanian Kepulauan Riau.

I. PENDAHULUAN. Kebutuhan daging sapi setiap tahun selalu meningkat, sementara itu pemenuhan

BAB III MATERI DAN METODE. hijau terhadap bobot relatif dan panjang organ pencernaan itik Magelang jantan

PENGANTAR. Latar Belakang. Hijauan merupakan sumber pakan utama bagi ternak ruminansia.

HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Lokasi Konsumsi Pakan

MATERI DAN METODE. Gambar 1. Ternak Domba yang Digunakan

MATERI DAN METODE P1U4 P1U1 P1U2 P1U3 P2U1 P2U2 P2U3 P2U4. Gambar 1. Kambing Peranaka n Etawah yang Diguna ka n dalam Penelitian

METODE PENELITIAN. Gambar 2 Ternak dan Kandang Percobaan

III. BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Penelitian telah dilaksanakan selama 45 hari mulai pada Desember 2014 hingga

PENDAHULUAN. rendah adalah masalah yang krusial dialami Indonesia saat ini. Catatan Direktorat

MATERI DAN METODE. Metode

Gambar 2. Domba didalam Kandang Individu

MATERI DAN METODE. Materi

MATERI DAN METODE. Materi

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April - Juni 2016 dengan tiga

BAB III MATERI DAN METODE. dilaksanakan pada bulan Maret Juni Lokasi penelitian di kandang

HASIL DAN PEMBAHASAN

Sistem Usahatani Terpadu Jagung dan Sapi di Kabupaten Takalar Provinsi Sulawesi Selatan

MATERI DAN METODE. Gambar 4. Kelinci Peranakan New Zealand White Jantan Sumber : Dokumentasi penelitian (2011)

SAMPAH POTENSI PAKAN TERNAK YANG MELIMPAH. Oleh: Dwi Lestari Ningrum, SPt

HASIL DA PEMBAHASA. Konsumsi Bahan Kering Ransum

TINJAUAN PUSTAKA Sapi Perah Sapi Friesian Holstein (FH) Produktivitas Sapi Perah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. tepatnya dari pulau Madura. Sapi Madura merupakan ternak yang dikembangkan

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian kecernaan protein dan retensi nitrogen pakan komplit dengan

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian dengan judul Kecernaan dan Deposisi Protein Pakan pada Sapi

BAB III MATERI DAN METODE. Lokasi yang digunakan dalam penelitian adalah Laboratorium Ilmu Ternak

MATERI DAN METODE. Materi

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian tentang Pengaruh Penggunaan Campuran Onggok dan Molase

HASIL DAN PEMBAHASAN

UJI COBA PEMBERIAN DUA JENIS LEGUMINOSA HERBA TERHADAP PERFORMANS SAPI BALI DI DESA TOBU, NUSA TENGGARA TIMUR

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret Juli 2016 di Kandang Domba

DAFTAR LAMPIRAN. Lampiran 1. Hasil analisis proksimat bahan pakan No Bahan Protein (%)

SILASE TONGKOL JAGUNG UNTUK PAKAN TERNAK RUMINANSIA

JENIS PAKAN. 1) Hijauan Segar

BAB III MATERI DAN METODE. berbeda dilaksanakan mulai bulan Maret sampai Agustus 2016 di kandang domba

KOMPOSISI KIMIA BEBERAPA BAHAN LIMBAH PERTANIAN DAN INDUSTRI PENGOLAHAN HASIL PERTANIAN

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian telah dilaksanakan pada tanggal 1 Januari 2016 sampai dengan 6

BAB III MATERI DAN METODE. pollard) terhadap respon fisiologi kelinci NZW betina dilaksanakan pada bulan

KATA PENGANTAR. dan karunia-nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul

BAB III MATERI DAN METODE. Merah (Hylocereus polyrhizus) terhadap Performa Burung Puyuh Betina Umur 16

BAB I PENDAHULUAN. produktivitas ayam buras salah satunya dapat dilakukan melalui perbaikan

BAB III MATERI DAN METODE. dengan kuantitas berbeda dilaksanakan di kandang Laboratorium Produksi Ternak

PENDAHULUAN. Domba adalah salah satu ternak ruminansia kecil yang banyak. Indonesia populasi domba pada tahun 2015 yaitu ekor, dan populasi

TEKNOLOGI PAKAN PROTEIN RENDAH UNTUK SAPI POTONG

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian tentang pengaruh penggunaan tepung daun katuk (Sauropus

PENGGEMUKAN SAPI POTONG POLA LOW EXTERNAL INPUT SUSTAINABLE AGRICULTURE

lagomorpha. Ordo ini dibedakan menjadi dua famili, yakni Ochtonidae (jenis

METODE. Materi. Gambar 2. Contoh Domba yang Digunakan dalam Penelitian Foto: Nur adhadinia (2011)

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian dilaksanakan pada 4 Juli sampai dengan 21 Agustus 2016.

BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Penelitian menggunakan 24 ekor Domba Garut jantan muda umur 8 bulan

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian dilaksanakan selama satu bulan, pada 27 Agustus - 26 September 2012

MEMILIH BAKALAN SAPI BALI

STATUS NUTRISI SAPI PERANAKAN ONGOLR DI KECAMATAN BUMI AGUNG KABUPATEN LAMPUNG TIMUR

PENAMPILAN DOMBA LOKAL YANG DIKANDANGKAN DENGAN PAKAN KOMBINASI TIGA MACAM RUMPUT (BRACHARIA HUMIDICOLA, BRACHARIA DECUMBENS DAN RUMPUT ALAM)

PENDAHULUAN. terhadap produktivitas, kualitas produk, dan keuntungan. Usaha peternakan akan

BAHAN DAN METODE PENELITIAN

EFEK PENGGUNAAN KONSENTRAT PABRIKAN DAN BUATAN SENDIRI DALAM RANSUM BABI STARTER TERHADAP EFISIENSI PENGGUNAAN RANSUM. S.N.

Transkripsi:

Judul : Strategi Peningkatan Produktivitas Sapi Bali Penggemukan Melalui Perbaikan Pakan Berbasis Sumberdaya Lokal di Pulau Timor Narasumber : Ir. Yohanis Umbu Laiya Sobang, M.Si Instansi : Fakultas Peternakan Undana Lokasi Penelitian : Desa Oeletsala Kecamatan Taebenu Kabupaten Kupang PENDAHULUAN Sistim penggemukan yang dilakukan peternak di NTT dan pulau Timor khususnya masih dilakukan tanpa input teknologi yang memadai terutama dalam aspek pemberian pakan, dimana ternak hanya mengandalkan hijauan (rumput dan legum) tanpa memperhatikan aspek kecukupan baik dalam jumlah dan mutu. Sobang (2005) menyatakan bahwa pemberian pakan oleh peternak di pulau Timor berada di bawah kebutuhan bahan kering sapi potong hanya berkisar 3 4 kg BK/ekor/hari, padahal kebutuhan bahan kering sapi potong untuk mencapai pertumbuhan optimalnya berkisar 6 7 kgbk/ekor/hari, dari aspek keseimbangan zat-zat makanan terutama antara protein dan energi belum optimal yaitu mencapai 1 : 4, sedangkan untuk pertumbuhan yang optimal harus memiliki PE ratio 1 : 5,1 (Hogan, 1996). Lebih lanjut dinyatakan bahwa ketidakseimbangan energi dan protein dalam ransum tidak saja dapat menurunkan konsumsi ransum tetapi juga pemanfaatan pakan menjadi tidak efisien. Fenomena di atas, mengindikasikan bahwa pada sapi penggemukan di pulau Timor asupan protein cukup tinggi karena pakan yang diberikan umumnya leguminosa pohon seperti lamtoro, gamal, dan turi, namun jika asupan protein yang tinggi tidak diimbangi oleh asupan energi yang tinggi, maka pemberian pakan menjadi tidak efisien yang ditunjukkan oleh pertambahan bobot badan harian sapi Bali penggemukan masih belum optimal. Sobang (2005) menemukan bahwa dengan pola pemberian pakan seperti pola peternak di pulau Timor, maka produktivitas ternak sapi potong masih rendah yang diindikasikan oleh pertambahan berat badan sapi penggemukan hanya berkisar 0,25-0,30 kg/ekor/hari, sehingga berdampak pada lamanya waktu penggemukan untuk menghasilkan bobot jual 250-300 kg membutuhkan waktu 14-20 bulan. Untuk itu salah satu langkah yang perlu dilakukan adalah melalui pemberian pakan tambahan (suplemen) atau konsetrat. Hogan (1996) menyatakan bahwa prinsip suplementasi pada ternak adalah untuk meningkatkan produksi, meningkatkan level nutrisi dalam ransum dari dibawah hidup pokok mencapai kebutuhan hidup pokok, mengontrol kehilangan berat badan, dan meningkatkan level nutrisi dalam ransum pada level yang mempertahankan daya tahan hidup untuk produksi. Lebih lanjut dinyatakan bahwa suplementasi ditinjau dari prinsip nutrisi dapat dihubungkan dengan jumlah zat-zat makanan seperti energi, protein, dan mineral yang dibutuhkan untuk memelihara

status fisiologis yang optimal, tambahan zat-zat makanan yang dibutuhkan untuk produksi dan efisiensi zat-zat makanan yang dikonversi menjadi produk, dan keseimbangan jumlah zat-zat makanan yang dibutuhkan untuk mencegah terjadinya kehilangan berat badan ataupun pertumbuhan nol. Salah satu kendala penggunaan pakan suplemen atau konsentrat oleh peternak di lapangan adalah harga bahan baku pakan suplemen atau konsentrat konvensional relatif mahal seperti dedak padi, jagung giling, kacang kedele, kacang hijau, tepung ikan, sehingga sulit untuk diadopsi oleh peternak. Namun di pihak lain, ketersediaan berbagai bahan pakan lokal di NTT seperti daun gamal, tongkol jagung, bonggol pisang, kulit pisang yang melimpah belum diikuti pola pemanfaatannya sebagai bahan pakan suplemen atau konsentrat untuk ternak sapi potong. Oleh karena itu kajian tentang pemanfaatan bahan pakan lokal sebagai pakan suplemen atau konsentrat untuk sapi potong di NTT perlu dilakukan seperti pada penelitian ini, dengan judul Strategi Peningkatan Produktivitas Sapi Bali Penggemukan Melalui Perbaikan Pakan Berbasis Sumberdaya Lokal di Pulau Timor. Tujuan Penelitian ini adalah: 1. Untuk mengetahui pola pemberian pakan dan produktivitas ternak sapi bali penggemukan di tingkat peternak. 2. Untuk mengetahui pengaruh pemberian pakan suplemen berbasis pakan lokal (tepung daun gamal dan tepung bonggol pisang) terhadap produktivitas sapi bali penggemukan di tingkat peternak. 3. Untuk mengetahui nilai ekonomis dan teknis pemberian pakan suplemen yang mengandung tepung daun gamal dan bonggol pisang pada sapi bali penggemukan. Manfaat dari penelitian ini adalah: 1. Bagi peternak, melalui penelitian ini peternak dapat memeproleh informasi dan teknologi pemanfaatan sumberdaya pakan lokal untuk meningkatkan produktivitas sapi bali penggemukan mereka. 2. Bagi pemerintah, hasil penelitian ini dapat menjadi acuan dalam pengambilan kebijakan yang terkait dengan pengembangan peternakan khususnya sapi potong di NTT. 3. Bagi akademisi, hasil penelitian ini dapat diintergrasikan dalam bahan pembelajaran mahasiswa serta untuk pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi di bidang peternakan khususnya untuk pemanfaatan bahan pakan lokal dan peningkatan produktivitas sapi potong.

METODE Tempat dan waktu Penelitian Penelitian telah dilakukan di Desa Oeletsala Kecamatan Taebenu Kabupaten Kupang, yang berlangsung selama 6 bulan (Juni Nopember 2014). Lokasi penelitian merupakan Desa Binaan Undana sejak tahun 2006. Tahapan Penelitian Tahapan dalam penelitian ini, sebagai berikut: 1. Koordinasi dengan petani peternak di lokasi penelitian terkait dengan persiapan kandang dan ternak percobaan. 2. Penyiapan bahan pakan suplemen meliputi dedak padi, jagung giling, tepung daun gamal, tepung bonggol pisang, tepung ikan, urea, garam, dan starbio. 3. Penetapan perlakuan, dalam penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Kelompok dengan 3 perlakuan dan 4 ulangan, sehingga terdapat 12 unit percobaan. Adapun perlakuan dalam penelitian ini adalah R0 = Pakan pola peternak, R1 = R0 + pakan suplemen tanpa bonggol pisang, R2 = R0 + pakan suplemen mengandung bonggol pisang 15 %. Adapun komposisi pakan suplemen dalam penelitian ini seperti terlihat pada Tabel 1, berikut ini., sebagai berikut: Tabel 1. Komposisi bahan penyusun pakan suplemen Perlakuan Jenis Bahan Penyusun R1 R2 dedak padi 50 45 jagung giling 25 15 tepung daun gamal 15 15 tepung bonggol pisang 0 15 tepung ikan 4 4 urea 3 3 garam 2.5 2.5 starbio 0.5 0.5 Jumlah 100 100 4. Pelaksanaan penelitian, ternak sapi jantan umur 1.5 2 tahun sebanyak 12 ekor ditimbang, kemudian berdasarkan berat badan diacak untuk menempati perlakuan. Pemberian pakan suplemen sebanyak 1 kg/ekor/hari, sedangkan air minum diberikan secara ad libitum.

Prosedur Penelitian 1. Prosedur pembuatan pakan suplemen Daun gamal dikumpulkan dan dikeringkan menggunakan panas matahari kemudian digiling menjadi tepung dan bonggol pisang dikumpulkan kemudian diiris tipis dan dikeringkan dengan panas matahari, selanjutnya digiling menjadi tepung. Pencampuran pakan suplemen dilakukan sesuai dengan komposisi masing-masing bahan penyusun, dimana pencampurannya dimulai dari bahan pakan yang lebih sedikit. 2. Untuk penyesuaian pakan perlakuan, dilakukan masa preliminary selama 2 minggu. 3. Pemberian pakan suplemen dilakukan terlebih dahulu sebanyak 1 kg/ekor/hari, kemudian setelah 3 jam atau setelah pakan suplemen telah dikonsumsi semua dilanjutkan dengan pemberian pakan yang disiapkan oleh peternak. 4. Pengumpulan data. Untuk pakan pola peternak dilakukan identifikasi jenis pakan dan ditimbang untuk mengetahui jumlah pemberiannya. Pengukuran konsumsi pakan dilakukan dengan menimbang jumlah pakan yang diberikan kemudian keesokan harinya ditimbang sisa pakan yang tidak dikonsumsi. Pengukuran pertambahan berat badan harian dilakukan dengan menghitung selisih bobot badan akhir dikurangi dengan bobot badan awal dibagi dengan lama pengamatan. Pengukuran ukuran linier tubuh yaitu panjang badan diukur menggunakan meter yang diukur dari benjolan tulang kaki depan sampai pada benjolan tulang duduk (os ischium), tinggi pundak diukur menggunakan tongkat ukur secara tegak lurus dari lantai sampai titik tertinggi pundak, sedangkan lingkar dada diukur menggunakan meter kain secara melingkar di bagian dada tepat dibelakang benjolan tulang siku kaki depan. Analisis data. Dalam penelitian ini, data yang diperoleh ditabulasi dianalisis menurut AVOVA menggunakan program SAS (Cody and Smith, 1997).

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Ternak Percobaan Ternak sapi Bali yang digunakan dalam penelitian ini adalah sapi Bali jantan muda yang berumur 1,5 2 tahun berjumlah 12 ekor dengan kondisi yang sehat. Sebelum pemberian perlakuan, terlebih dahulu ternak penelitian diperkenalkan (penyesuaian) pakan perlakuan suplemen baik yang mengandung tepung bonggol pisang ataupun yang tanpa tepung bongo pisang. Dalam masa penyesuaian pakan perlakuan selama 2 (dua) minggu ternak sapi percobaan dapat mengkonsumsi pakan perlakuan dengan baik. Pakan Penelitian Berdasarkan hasil identifikasi selama penelitian ditemukan bahwa pakan pola peternak didominasi oleh hijauan lamtoro (52 %), kabesak putih (18 %), turi/gala-gala (8 %), nunuk (6 %), kapuk (5 %), alboa (4 %), timun (4 %), batang pisang (3 %). Hasil analisis laboratorium pakan yang digunakan dalam penelitian ini adalah seperti terlihat pada Tabel 2. Berikut. Tabel 2. Komposisi Kimia Pakan Penelitian BO PK LK SK CHO BETN Energy Jenis Pakan %BK (%BK) (%BK) (%BK) (%BK) (%BK) (%BK) MJ/kg BK Kkal/kg BK Pola Peternak 87.24 82.64 14.55 3.09 22.44 73.38 49.45 15.24 3,686.64 Suplemen 94.36 91.42 17.86 3.41 13.26 65.72 52.16 18.76 4,152.22 Ket= Hasil Analisis Laboratorium Nutrisi dan Kimia Pakan Fapet Undana (2014) Pengaruh Perlakuan Terhadap Konsumsi Bahan Kering Ransum Rataan konsumsi bahan kering ransum sapi penelitian terlihat pada Tabel 3, berikut. Tabel 3. Rataan konsumsi bahan kering ransum sapi penelitian (kg/hari) PERLAKUAN Ulangan R0 R1 R2 1 3.245 4.975 4.469 2 3.235 4.856 4.678 3 3.146 4.768 4.868 4 3.244 4.255 4.364 Jumlah 12.87 18.854 18.379 Rataan 3.218 a 4.714 b 4.595 b Ket: superskrip yang berbeda pada baris yang sama menunjukkan perbedaan yang nyata (P<0,05)

Berdasarkan Tabel 3, di atas terlihat bahwa rataan konsumsi bahan kering ransum sapi penelitian tertinggi dicapai oleh perlakuan R1 sebesar 4.714 kg/hari, diikuti oleh perlakuan R2 sebesar 4.595 kg/hari, dan terendah pada perlakuan R0 sebesar 3.218 kg/hari. Hasil analisis statistik menunjukkan bahwa perlakuan berpengaruh nyata (P <0.05) antara R1-R0 dan R2-R0, sedangkan R1-R2 memberikan pengaruh yang tidak nyata (P>0.05). Adanya pengaruh yang nyata antara R1-R0 dan R2-R0 mungkin disebabkan oleh pemberian pakan suplemen yang mengandung daun gamal dan bonggol pisang, sehingga memberikan keseimbangan zat-zat makanan yang berdampak pada meningkatnya konsumsi ransum. Sedangkan antara R1-R2 memberikan pengaruh yang tidak nyata mungkin disebabkan oleh kualitas ransum yang tidak jauh berbeda antara perlakuan R1 dan R2. Hasil penelitian tidak berbeda jauh dengan hasil penelitian Sobang (2005) bahwa penggemukan sapi bali dengan pakan utama hijauan diperoleh konsumsi bahan kering berkisar 3 4 kg/ekor/hari. Pengaruh Perlakuan Terhadap Pertambahan Berat Badan Harian Rataan pertambahan berat badan harian sapi penelitian terlihat pada Tabel 4, berikut. Tabel 4. Rataan pertambahan berat badan harian sapi penelitian (kg/hari) PERLAKUAN Ulangan R0 R1 R2 1 0.34 0.63 0.61 2 0.28 0.58 0.65 3 0.32 0.64 0.62 4 0.35 0.68 0.56 Jumlah 1.29 2.53 2.44 Rataan 0.32 a 0.63 b 0.61 b Ket: superskrip yang berbeda pada baris yang sama menunjukkan perbedaan yang nyata (P<0,05) Berdasarkan Tabel 4, di atas terlihat bahwa rataan pertambahan berat badan harian sapi penelitian tertinggi dicapai oleh perlakuan R1 sebesar 0.63 kg/hari, diikuti oleh perlakuan R2 sebesar 0.61 kg/hari, dan terendah pada perlakuan R0 sebesar 0.32 kg/hari. Hasil analisis statistik menunjukkan bahwa perlakuan berpengaruh nyata (P <0.05) antara R1-R0 dan R2-R0, sedangkan R1-R2 memberikan pengaruh yang tidak nyata (P>0.05). Adanya pengaruh yang nyata antara R1-R0 dan R2-R0 mungkin disebabkan oleh pemberian pakan suplemen yang mengandung daun gamal dan bonggol pisang dapat memberikan keseimbangan zat-zat makanan yang berdampak pada peningkatan pertambahan berat badan harian sapi penelitian. Sedangkan antara R1-R2 memberikan pengaruh yang tidak nyata mungkin disebabkan oleh kualitas ransum

yang tidak jauh berbeda antara perlakuan R1 dan R2. Hasil penelitian terutama dengan pemberian pakan pola peternak tidak berbeda jauh dengan hasil penelitian Sobang (2005) bahwa penggemukan sapi bali dengan pakan utama hijauan diperoleh pertambahan berat badan harian berkisar 0.25 0.30 kg/ekor/hari. Pengaruh Perlakuan Terhadap Panjang Badan Rataan panjang badan harian sapi penelitian terlihat pada Tabel 5, berikut. Tabel 5. Rataan panjang badan harian sapi penelitian (cm/hari) PERLAKUAN Ulangan R0 R1 R2 1 0.054 0.078 0.074 2 0.052 0.082 0.084 3 0.045 0.072 0.076 4 0.038 0.076 0.062 Jumlah 0.189 0.308 0.296 Rataan 0.076 0.123 0.118 Berdasarkan Tabel 5, di atas terlihat bahwa rataan panjang badan sapi penelitian tertinggi dicapai oleh perlakuan R1 sebesar 0.123 cm/hari, diikuti oleh perlakuan R2 sebesar 0.118 cm/hari, dan terendah pada perlakuan R0 sebesar 0.076 cm/hari. Hasil analisis statistik menunjukkan bahwa perlakuan berpengaruh tidak nyata (P >0.05). Adanya pengaruh yang tidak nyata tersebut mungkin disebabkan oleh umur ternak sapi penelitian yang memasuki fase akhir pertumbuhan sehingga kecepatan pertumbuhan ukuran linier tubuh (panjang badan) sudah melambat, sehingga menyebabkan rendahnya respons terhadap perbaikan pakan.

Pengaruh Perlakuan Terhadap Tinggi Pundak Rataan tinggi pundak sapi penelitian terlihat pada Tabel 6, berikut. Tabel 6. Rataan tinggi pundak sapi penelitian (cm/hari) PERLAKUAN Ulangan R0 R1 R2 1 0.046 0.078 0.072 2 0.058 0.074 0.088 3 0.034 0.084 0.074 4 0.042 0.076 0.068 Jumlah 0.18 0.312 0.302 Rataan 0.072 0.125 0.121 Berdasarkan Tabel 6, di atas terlihat bahwa rataan tinggi pundak sapi penelitian tertinggi dicapai oleh perlakuan R1 sebesar 0.125 cm/hari, diikuti oleh perlakuan R2 sebesar 0.121 cm/hari, dan terendah pada perlakuan R0 sebesar 0.072 cm/hari. Hasil analisis statistik menunjukkan bahwa perlakuan berpengaruh tidak nyata (P >0.05). Adanya pengaruh yang tidak nyata tersebut mungkin disebabkan oleh umur ternak sapi penelitian yang memasuki fase akhir pertumbuhan sehingga kecepatan pertumbuhan ukuran linier tubuh (tinggi pundak) sudah melambat, sehingga menyebabkan rendahnya respons terhadap perbaikan pakan. Pengaruh Perlakuan Terhadap Lingkar Dada Rataan lingkar dada sapi penelitian terlihat pada Tabel 7, berikut. Tabel 7. Rataan lingkar dada sapi penelitian (cm/hari) PERLAKUAN Ulangan R0 R1 R2 1 0.094 0.112 0.104 2 0.088 0.118 0.128 3 0.064 0.088 0.102 4 0.058 0.108 0.074 Jumlah 0.304 0.426 0.408 0.122 0.170 0.163 Rataan

Berdasarkan Tabel 7, di atas terlihat bahwa rataan lingkar dada sapi penelitian tertinggi dicapai oleh perlakuan R1 sebesar 0.170 cm/hari, diikuti oleh perlakuan R2 sebesar 0.163 cm/hari, dan terendah pada perlakuan R0 sebesar 0.122 cm/hari. Hasil analisis statistik menunjukkan bahwa perlakuan berpengaruh tidak nyata (P >0.05). Adanya pengaruh yang tidak nyata tersebut mungkin disebabkan oleh umur ternak sapi penelitian yang memasuki fase akhir pertumbuhan sehingga kecepatan pertumbuhan ukuran linier tubuh (lingkar dada) sudah melambat, sehingga menyebabkan rendahnya respons terhadap perbaikan pakan. Nilai Ekonomi Pemberian Pakan Suplemen pada Sapi Penggemukan di Lokasi Penelitian Hasil perhitungan biaya pembuatan pakan suplemen dalam penelitian ini, seperti terlihat pada Table 8, berikut. Tabel 8. Hasil perhitungan biaya pembuatan pakan suplemen di lokasi penelitian Jenis Bahan Penyusun Pakan Suplemen Proporsi dalam pakan Kuantitas dalam Harga bahan Biaya Pembuatan Pakan suplemen (%) pakan suplemen (kg) pakan suplemen Suplemen (Rp/kg) R1 R2 R1 R2 (Rp/kg) R1 R2 Dedak padi 50 45 0.5 0.45 2500 1250 1125 Jagung giling 25 15 0.25 0.15 4500 1125 675 Tepung daun gamal 15 15 0.15 0.15 500 75 75 Tepung bonggol pisang 0 15 0 0.15 500 0 75 Tepung ikan 4 4 0.04 0.04 7000 280 280 Urea 3 3 0.03 0.03 3000 90 90 Garam 2.5 2.5 0.025 0.025 1500 37.5 37.5 Starbio 0.5 0.5 0.005 0.005 2500 12.5 12.5 Jumlah 100 100 1 1 2870 2370 Ket. Hasil olahan data primer (2014) Berdasarkan Tabel 8, di atas terlihat bahwa biaya pembuatan pakan suplemen tanpa mengandung tepung bonggol pisang (R1) diperoleh Rp. 2.870,-/kg, sedangkan pakan suplemen yang mengandung tepung bonggol pisang diperoleh lebih rendah yaitu Rp. 2.370,-/kg. Berdasarkan selisih pertambahan berat badan antara R1-R0 dan R2-R0 yaitu 0.31 kg dan 0.29 kg dengan asumsi harga bobot hidup sapi bali penggemukan di Kupang sebesar Rp. 30.000/kg, maka diperoleh selisih nilai antara R1-R0 dan R2-R0 masing-masing Rp. 9.300,- dan Rp. 8.700,-. Selanjutnya jika dikurangi dengan biaya pembuatan pakan suplemen untuk R1 dan R2, maka diperoleh nilai ekonomis pemberian pakan suplemen pada sapi bali penggemukan dalam penelitian ini masing-masing Rp 6.430,- dan Rp. 6.330,-

Nilai Teknis Pemberian Pakan Suplemen Perhitungan nilai teknis pemberian pakan suplemen dalam penelitian ini dilakukan melalui perhitungan lama penggemukan yang dibutuhkan oleh peternak dengan asumsi bobot jual yang dicapai adalah 250 kg. Berdasarkan rataan bobot badan awal sapi penelitian sebesar 125 kg, maka perternak membutuhkan pertambahan bobot sebesar 125 kg untuk mencapai bobot jual. Berdasarkan pertambahan berat badan harian dalam penelitian ini, masing-masing untuk R0 0.32 kg/hari, R1 0.63 kg/hari, dan R2 0.61 kg/hari, maka untuk mencapai bobot jual dengan berat 250 kg dibutuhkan waktu penggemukan masing-masing untuk R0 13 bulan, R1 6.6 bulan, dan R2 6.8 bulan.

PENUTUP Simpulan Berdasarkan hasil penelitian di atas dapat disimpulkan sebagai berikut: 1. Pemberian pakan pada sapi penggemukan oleh peternak di lokasi penelitian masih mengandalkan hijauan yang tersedia secara lokal seperti lamtoro, kabesak putih, batang pisang, nunuk, beringin, dan pakan lainnya yang tersedia dengan tingkat penggunaan tertinggi adalah lamtoro dan kabesak putih. 2. Pemebrian pakan suplemen yang mengandung tepung daun gamal dan tepung bonggol pisang memberikan pengaruh yang signifikan (P<0.05) terhadap konsumsi bahan kering ransum dan pertambahan berat badan harian sapi bali penggemukan. 3. Pemebrian pakan suplemen yang mengandung tepung daun gamal dan tepung bonggol pisang memberikan pengaruh yang tidak signifikan (P>0.05) terhadap panjang badan, tinggi pundak, dan lingkar dada sapi bali penggemukan. 4. Penambahan tepung bonggol pisang sebesar 15 % dalam pakan suplemen memberikan pengaruh yang tidak signifikan dengan pakan suplemen tanpa tepung bonggol pisang terhadap konsumsi bahan kering ransum, pertambahan berat badan harian, dan ukuran linier tubuh sapi bali penggemukan. 5. Pemberian pakan suplemen yang mengandung tepung daun gamal dan bonggol pisang memberikan tambahan nilai ekonomis sapi bali penggemukan dalam penelitian ini masing-masing untuk R1 sebesar Rp 6.430,- dan R2 sebesar Rp. 6.330,- 6. Secara teknis pemberian pakan suplemen pada sapi penggemukan dalam penelitian dapat memperpendek lama penggemukan untuk mencapai bobot sapi potong sebesar 250 kg, masingmasing untuk R0 = 13 bulan, R1 = 6.6 bulan, dan R2 = 6.8 bulan. Rekomendasi Berdasarkan simpulan di atas, maka sapat direkomendasikan beberapa hal, sebagai berikut: 1. Untuk meningkatkan kinerja produksi sapi bali penggemukan oleh peternak perlu melakukan perbaikan pakan melalui suplementasi pakan menggunakan pakan local yang tersedia, namun belum termanfaatkan secara optimal.

2. Untuk menurunkan biaya pembuatan pakan suplemen, maka perternak sapi potong dapat menggunakan bahan-bahan pakan yang tidak perlu dibeli tetapi hanya menggunakan biaya pengolahan seperti daun gamal dan bonggol pisang. 3. Bagi pemerintah, untuk mendorong pengembangan peternakan khususnya sapi potong dapat memfasitasi peternak secara berkelompok melalui bantuan peralatan pengolahan pakan chopper dan alat giling pakan, sehingga peternak dapat megolah limbah hasil pertanian sebagai pakan suplemen sapi potong. 4. Diperlukan penelitian lebih lanjut tentang level optimal penggunaan tepung daun gamal dan bonggol pisang dalam pakan suplemen dan juga level pemberian pakan suplemen pada ternak sapi potong.

PUSTAKA Cody, R. P and J. K. Smith. 1997. Applied Statistics and the Programming Language. Fourth Edition. Hogan, J. 1996. Principles of Supplementary Feeding. Dalam: Ruminant Nutrition and Production in the Tropics and Subtropics. Editor : B. Bakrie, J. Hogan, J. B. Liang, A. M. M. Tereque, and R. C. Upadhyay. Auatralian Centre for International Agricultural Research. Canberra. Sobang, Y. U. L. 2005. Karakteristik Sistim Penggemukan Sapi Pola Gaduhan Menurut Zona Agroklimat dan Dampaknya Terhadap Pendapatan Petani Di Kabupaten Kupang NTT. Bulletin Nutrisi, Volume 8 Nomor 2. Maret 2002, ISSN: 1410 6191, Hal : 71 76.

Lampiran. Dokumen Foto Penelitian Starbio Dedak padi urea Tepung ikan Jagung giling tepung bonggol pisang tepung gamal

Proses penimbangan bahan pakan suplemen Proses pencampuran pakan suplemen Pakan suplemen yang sudah dicampur Penimbangan dan Pengukuran ukuran linier tubuh Sapi penelitian tampak dari belakang Sapi penelitian mengkonsumsi pakan suplemen Sapi mengkonsumsi suplemen penelitian pakan Sapi penelitian mengkonsumsi pakan pola peternak