ANALISIS PERBANDINGAN KENERJA KEUANGAN BANK DKI KONVENSIONAL DAN BANK DKI SYARIAH
Latar Belakang Masalah Sebagai salah satu lembaga kuangan, bank perlu menjaga kinerja agar dapat beroperasi secara optimal. Terlebih lagi bank syariah harus bersaing dengan bank konvensional yang dominan dan telah berkembang pesat di Indonesia. Persaingan yang semakin tajam ini harus dibarengi dengan manajemen yang baik untuk dapat bertahan di industri perbankan. Salah satu faktor yang harus diperhatikan oleh bank untuk bisa terus bertahan hidup adalah kinerja (kondisi keuangan) bank. Oleh karena itu, penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul Analisis Perbandingan Kinerja Keuangan Bank DKI konvensional dan Bank DKI syariah.
Rumusan dan Batasan Masalah Penelitian Rumusan Masalah Masalah yang akan di bahas dalam penulisan ini adalah : Bagaimana Kinerja keuangan perbankan konvensional dan Syariah untuk masing-masing rasio keuangan? Adakah perbedaan yang mendasar atas kinerja keuangan perbankan syariah dengan konvensional secara keseluruhan? Batasan Masalah Batasan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : Bank umum Syariah dan Konvensional yang dipilih adalah Bank DKI dan DKI syariah Informasi yang digunakan untuk mengukur kinerja bank adalah berdasarkan laporan publikasi keuangan bank periode 2007 sampai dengan 2010 Ukuran kinerja bank yang digunakan dalam penelitian ini adalah rasio keuangan bank yang meliputi CAR(Capital Adequacy Ratio),NPL(Non Performing Loan),ROA (Return On Asset), BOPO, dan LDR (Loan To Deposit Ratio)
Tujuan Penelitian Menganalisis kinerja Bank DKI konvensional dan DKI syariah untuk masingmasing rasio keuangan Menganalisis perbandingan kinerja Bank DKI konvensional dan Bank DKI syariah secara keseluruhan
Tabel 2.1 Perbedaan Bank Konvensional dan Bank Syari ah Bank Syariah a. Investasi, hanya untuk proyek dan produk halal serta menguntungkan. b. Return yang dibayar dan/atau diterima berasal dari bagi hasil atau pendapatan lainnyaberdasarkan prinsip syariah. c. Perjanjian dibuat dalam bentuk akad sesuai syariah Islam. d. Orientasi pembiayaan, tidak hanya untuk keuntungan akan tetapi juga falah oriented, yaitu berorientasi pada kesejahteraan masyarakat. e. Hubungan antara bank dan nasabah adalah mitra. f. Dewan pengawas terdiri dari BI, Bapepam,Komisaris,dan Dewan pengawas syariah (DPS) g. Penyelesaian sengketa, diupayakan diselesaikan secara musyawarah antar bank dan nasabah, melalui peradilan Bank Konvensional a. Investasi, tidak mempertimbangkan halal atau haram asalkan proyek yang dibiayai menguntungkan. b. Return baik yang dibayar kepada nasabah penyimpan dana dan return yang diterima dari nasabah pengguna dana berupa bunga. c. Perjanjian menggunakan hukum positif. d. Orientasi pembiayaan, untuk memperoleh keuntungan atas dana yang dipinjamkan. e. Hubungan antara bank dan nasabah adalah kreditor dan dibitur. f. Dewan pengaawas gterdiri dari BI, Bapepam, dan Komisaris. g. Penyelesaian sengketa melalui pengadilan negeri setempat.
RANGKUMAN HASIL PENELITIAN Alat Analisis Rasio Permodalan (Solvabilitas) Rasio Modal bank dihitung dengan cara membandingkan antara modal bank (modal inti + modal pelengkap) dan total ATMR. Rasio tersebut dapat dirumuskan sebagai berikut : CAR = Modal bank / Total ATMR Rasio Kualitas Aktiva Produktif (KAP) Aktiva produktif bermasalah (NPL) merupakan aktiva produktif dengan kualitas aktiva kurang lancar, diragukan,dan macet. Besarnya NPL dapat dirumuskan sebagai berikut : NPL = Total Kredit Bermasalah / Total Seluruh Kredit Rasio Rentabilitas (Earning) Analisis rasio rentabilitas bank adalah alat untuk menganalisis atau mengukur tingkat efisiensi usaha dan profitabilitas yang dicapai oleh bank yang bersangkutan. Rasio rentabilitas yang digunakan dalam penelitian ini adalah Return On Asset (ROA) Rasio ini digunakan untuk mengukur kemampuan manajemen bank dalam memperoleh keuntungan (laba) secara keseluruhan. Semakin besar ROA suatu bank, semakin besar pula tingkat keuntungan yang dicapai bank tersebut dan semakin baik pula posisi bank tersebut dari segi penggunaan aset. Rumus yang digunakan adalah : ROA = Laba Bersih/ Total Aktiva
Rasio Efisiensi (Rasio Biaya Operasional) Rasio biaya operasional adalah perbandingan antara biaya operasional dan pendapatan operasional. Rasio ini digunakan untuk mengukur tingkat efisiensi dan kemampuan bank dalam melakukan kegiatan operasinya, semakin rendah tingkat rasio BOPO berarti semakin baik kinerja manajemen bank tersebut, karena lebih efisien dalam menggunakan sumberdaya yang ada diperusahaan. Rasio ini dapat dirumuskan sebagai berikut : BO/PO = Biaya Operasional / Pendapatan Operasional Rasio Likuiditas (Liquidity) Rasio likuditas ini dilakukan untuk menganalisis kemampuan bank dalam memenuhi kewajibankewajiban tertentu. Dalam penelitian ini rasio yang digunakan adalah Loan to Deposit Ratio (LDR). Loan to Deposit Ratio (LDR) adalah rasio antara seluruh jumlah kredit yang diberikan bank dengan dana yang diterima oleh bank. Rasio ini digunakan untuk mengetahui kemampuan bank dalam membayar kembali kewajiban kepada para nasabah yang telah menanamkan dananya dengan kredit-kredit yang telah diberikan kepada para debiturnya. Semakin tinggi rasio ini maka semakin tinggi tingkat likuiditasnya, rasio ini dapat dirumuskan sebagai berikut : LDR = Total Pembiayaan / Dana Pihak Ketiga
Ikhtisar Keuangan Bank DKI dan Bank DKI Syari ah Rasio Permodalan, yang diwakili oleh variabel rasio CAR CAR = Modal bank/aktiva tertimbang menurut risiko Rasio Kualitas Aktiva Produktif, yang diwakili oleh variabel rasio NPL NPL = Total Kredit Bermasalah/Total Seluruh Kredit Rasio Rentabilitas, yang diwakili oleh variabel rasio ROA ROA = Laba bersih/total Aktiva Rasio biaya / efisiensi bank, yang diwakili oleh variabel rasio BOPO BOPO = Biaya operasional/ Pendapatan Operasional Rasio likuiditas, yang diwakili oleh variabel rasio LDR LDR = Total kredit yang diberikan/ Dana pihak ketiga
BANK DKI SYARIAH BANK DKI KONVENSIONAL Tahun 2007 2008 2009 2010 2007 2008 2009 2010 CAR 27.88 16.64 15.38 17.59 11,81 8,95 7,77 7,12 NPL 0.72 20.60 15.96 15.40 0,74 2,05 3,26 2,54 ROA 2,28 0,24 4,93 2,33 0,62 0,86 0,89 2,04 BOPO 84.01 101.94 66.81 80.44 72,14 72,40 66,18 39,50 LDR 193.69 290.41 174.06 166.71 65,37 64,54 55,34 67,24
5.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil analisis yang tertera pada bab IV penulis dapat menarik kesimpulan dan dapat menjawab pertanyaan pada rumusan masalah bab II yaitu : Kinerja keuangan perbankan konvensional dan Syariah untuk masing-masing rasio keuangan memiliki perbedaan namun tidak terlalu pesat, dari tahun 2007 hingga 2010 bank syariah memiliki tingkat nilai car lebih unggul dibanding DKI konvensional yaitu 27,88%, 16,64%,15,38% dan 17,59% sedangkan bank DKI konvensional berada ditingkat 11,81%, 8,95%, 7,77%, 7,12%. Untuk rasio NPL (Non Performing Loan) bank DKI konvensional lebih baik dibanding DKI syariah kerena rata-rata NPL DKI syariah lebih besar dibanding DKI konvensional yaitu 0,72%, 20,60%, 15,40% sedangkan DKI konvensional 0,74%, 2,05%, 3,26%, dan 2,54%. Untuk rasio rentabilitas (ROA) dan Liquiditas (LDR) bank DKI syariah lebih unggul dengan pencapaian LDR hingga 290,41% pada tahun 2008 dan 4, 93% pada tahun 2007 untuk nilai ROA. Untuk manajemen, bank DKI konvensional lebih baik dibanding bank syariah dikarenakan memiliki nilai BOPO lebih rendah dengan bank DKI syariah yang memiliki nilai BOPO hingga 101,94 pada tahun 2008. Meskipun demikian menurut Dewan Pengawas syariah, secara umum manajemen bank DKI syariah telah berjalan dengan prinsip dan fungsi manajemen perbankan yang sehat.
Terdapat perbedaan yang mendasar atas kinerja keuangan perbankan syariah dengan konvensional secara keseluruhan jika dilihat dari rasio-rasio yang penulis gunakan. Untuk nilai CAR bank DKI syariah memiliki nilai yang lebih besar dibanding bank DKI konvensional, hal ini menunjukan capital bank DKI syariah lebih baik dibanding bank DKI konvensional. Sama halnya dengan CAR, tingkat nilai NPL/NPF bank DKI syariah juga lebih tinggi dibanding bank DKI konvensional namun hal ini tidak menunjukan bank DKI syariah lebih baik dari bank DKI konvensional, dikarenakan hal ini menunjukan tingkat kualitas aktiva kurang lancar, diragukan dan macet sehingga menggambarkan bahwa untuk rasio kualitas aktiva produktif bank DKI konvensional lebih baik dari bank DKI syariah. Untuk nilai ROA bank DKI syariah juga memiliki nilai lebih tinggi dibanding bank DKI konvensional, hal ini menunjukan bahwa rasio rentabilitas bank DKI syariah lebih unggul dibanding Bank DKI konvensional. Tingkat nilai BOPO bank DKI syariah memiliki nilai yang lebih tinggi dibandingkan bank DKI konvensional hal ini menunjukan bahwa kinerja manajemen bank konvensional lebih baik dibanding bank DKI syariah, karena semakin rendah nilai BOPO berarti semakin baik kinerja manajemen bank tersebut, karena lebih efisien dalam menggunakan sumberdaya yang ada diperusahaan. Dan terakhir rasio liqiuditas yang diwakili dengan LDR/LDF bank DKI syariahpun memiliki nilai lebih besar dibanding bank DKI konvensional dengan mencapai tingkat hingga 290,41% pada tahun 2008.