22 III BAHAN DAN METODE PENELITIAN 3.1 Alat Penelitian Adapun alat-alat yang digunakan dalam penelitian adalah sebagai berikut: 1. Mesin tetas tipe elektronik digital kapasitas 600 butir sebanyak 1 buah 2. Candler, untuk mengetahui fertilitas telur 3. Thermometer, untuk mengukur suhu mesin tetas selama periode inkubasi 4. Hygrometer, untuk mengukur kelembaban mesin tetas selama periode inkubasi 5. Hydrometer skala 0,001, untuk mengukur nilai specific gravity larutan. 6. Ember, digunakan menampung larutan garam dalam berbagai konsentrasi. 7. Keranjang, tempat telur pada saat dimasukkan kedalam larutan. 8. Tissue, untuk membersihkan telur agar tidak basah saat dimasukkan kedalam mesin tetas 9. Pengaduk, untuk mengaduk garam 10. Egg tray, untuk menempatkan telur 11. Aplikasi, digunakan untuk mengolah data hasil pengumpulan data. 12. Alat tulis kantor (ATK), digunakan untuk mencatat kegiatan dan hasil pengukuran yang telah dilakukan. 13. Kamera, digunakan untuk dokumentasi hasil penelitian.
23 3.2 Bahan Penelitian 1. Telur itik sebagai objek penelitian 2. Garam sebagai bahan untuk menentukan besar kecilnya nilai specific gravity larutan. 3. Air, sebagai pelarut dari garam dan sebagai media pengukuran nilai specific gravity telur. 4. Formalin dan kalium permanganate, untuk fumigasi telur dan mesin tetas. 3.3 Metode Penelitian 3.3.1 Tahap Persiapan 1. Seleksi telur dilakukan meliputi bobot dan keutuhan telur. Bobot telur yang ditetaskan berkisar antara 50-75 gram dengan KV 10%. 2. Pembuatan larutan specific gravity dilakukan sehari sebelum penelitian dengan tujuan menyeimbangkan temperatur larutan dengan temperatur ruangan. 3. Mencampurkan air dengan garam dalam wadah yang telah disediakan. 4. Pengukuran larutan garam dengan menggunakan hydrometer untuk mengetahui apakah nilai specific gravity telah mencapai nilai yang telah ditentukan. Konsentrasi larutan garam berjumlah 5 buah dengan nilai specific gravity 1,074-0,090 dengan peningkatan 0,004. 5. Telur dibersihkan dan dilakukan pemberian nomor pada telur sesuai dengan umur induk. 6. Mesin tetas difumigasi satu kali sebelum penetasan dimulai menggunakan 40 cc formalin 40% dan 20 gram kalium permanganate (KMnO 4 ) dengan
24 konsentrasi dua kali untuk ruangan tertutup 2.8 m 3 selama 30 menit (North, 1984). 3.3.2 Tahap Penelitian 1. Telur yang telah dibersihkan diukur specific gravitynya sesuai dengan umur induk. Pengukuran nilai specific gravity telur dilakukan dengan mencelupkan telur mulai dari larutan dengan nilai specific gravity terendah. Nilai specific gravity telur diperoleh jika telur mengambang pada salah satu larutan. Telur yang mengambang pada salah satu larutan berarti memiliki nilai specific gravity yang tepat. Setiap telur dilakukan ulangan pengukuran sebanyak lima kali, setiap ulangan terlebih dahulu telur dibilas dengan air dan kemudian dikeringkan. 2. Pemutaran telur dilakukan secara otomatis, mengatur kelembaban dan temperatur dilakukan pada saat pemutaran. Suhu dan kelembaban pada saat setter adalah 37,8 C, dengan kisaran 37,2 38,2 C (Hodgetts, 2000), sedangkan kelembaban yang baik pada penetasan telur itik sangat dianjurkan berkisar antara 60% - 70% (Subiharta, 2010). Pada saat hatcher, kelembaban perlu ditingkatkan sampai 85% untuk memperlancar pemecahan kerabang telur, pada saat ini temperatur diturunkan kira-kira 0,5 C (Srigandono, 1986). 3. Candling dilakukan pada hari ke-3, 7, 21 dan 25 untuk mengetahui fertilitas telur. 4. Suhu mesin tetas pada hari ke-1 sampai hari ke 25 adalah 37 0 C-38 0 C, dan pada hari ke-26 sampai hari ke-28 adalah 36,5 0 C. Sedangkan kelembapan mesin tetasnya adalah 55% pada hari ke 1-14, 65% pada hari 15-25, dan 75% pada hari ke-26-28.
25 4.4.3 Tahap Pengumpulan Data 1. Telur ditimbang sebelum masuk mesin tetas sebagai bobot telur sebelum di inkubasi menggunakan timbangan digital. Bobot awal telur digunakan untuk menghitung penyusutan bobot telur. 2. Telur hari ke-25 (sebelum hatcher) ditimbang menggunakan timbangan digital untuk mengetahui susut telur. 3. Lama menetas dihitung sejak masuk ke mesin tetas sampai keluar dari kerabang dalam satuan jam. 4. Penimbangan berat DOD (Day Old Duck) ditimbang saat pulling (pengeluaran DOD dari mesin tetas setelah bulu kering 95%) dengan menggunakan timbangan digital untuk mengetahui bobot tetas (6 jam setelah menetas). 3.4.4 Peubah yang Diamati dan Cara pengukurannya 1. Bobot Tetas (gram) Bobot tetas diketahui dengan menimbang DOD saat pulling (pengeluaran DOD dari mesin tetas setelah bulu kering 95%) atau sekitar 6 jam setelah menetas dengan menggunakan timbangan digital untuk mengetahui bobot tetas. 2. Susut Tetas (Persen) Persentase bobot susut telur ditimbang pada hari ke-25, sebelum masuk fase hatcher dalam satuan persen (%). Susut Telur = Bobot tetas telur hari ke-0 (g)- Bobot tetas telur hari ke-25 (g) 100% Bobot tetas telur hari ke-0 (g)
26 3. Lama Menetas Lama menetas mulai dihitung sejak masuk ke mesin tetas sampai keluar dari kerabang dalam satuan jam. 3.5 Analisis Statistik Penelitian akan dilakukan dengan metode eksperimental menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK), dengan tiga perlakuan dan lima kelompok. Jumlah telur tetas yang digunakan dalam penelitian ini sebanyak 600 butir telur tetas. Adapun model matematik yang digunakan adalah sebagai berikut : Y ij = u +T i + ß j + Ɛ ij ; i = 1, 2,, t j = 1, 2,, r i Keterangan: Y ij = Nilai pengamatan dari perlakuan ke-i dalam kelompok ke-j u = Nilai tengah populasi T i = Pengaruh aditif dari perlakuan ke i ß j = Pengaruh aditif dari perlakuan ke-j Ɛ ij = Pengaruh galat percobaan dari perlakuan ke-i pada kelompok kej Tabel 1 Tabel Data pengamatan untuk (RAK) yang terdiri dari t perakuan dan r kelompok Kelompok (Spesific Gravity) Perlakuan T 1 T 2 T 3 Total K 1 Y 11 Y 21 Y 31 Y. 1 K 2 Y 12 Y 22 Y 32 Y. 2 K 3 Y 13 Y 23 Y 33 Y. 3 K 4 Y 14 Y 24 Y 34 Y. 4 Total Perlakuan Y 1. Y 2. Y 3. Y...
Hipotesis: H 0 : Tidak ada pengaruh signifikan perbedaan susut telur, lama menetas dan bobot tetas itik lokal (Anas sp). 27 H 1 : Terdapat perbedaan susut telur, lama menetas dan bobot tetas itik lokal (Anas sp). Tabel 2 Analisis Ragam untuk Rancangan Acak Kelompok (RAK) Sumber DB JK KT F hit Keragaman Kelompok r-1 JKK KTK KTK Perlakuan t-1 JKP KTP KTP Galat (r-1) (t-1) JKG Total rt-1 JKT - 1. Faktor Koreksi 2. Jumlah Kuadrat perlakuan 3. Jumlah Kuadrat Kelompok 4. Jumlah Kuadrat Total 5. Jumlah Kuadrat Galat Apabila hasil penelitian terdapat data yang hilang, atau tidak ada data, maka digunakan pendugaan data hilang Vincent. Rumus yang digunakan adalah sebagai berikut: h1 = rb+tt-g (r-1)(t-1)
28 Apabila hasil penelitian terdapat adalah signifikan, dilakukan uji lanjut untuk menguji perbedaan perlakuan. Ujia lanjut yang digunakan adalah uji Tukey. Keterangan: q α p f e s Ȳ : Nilai pada tabel tukey : Jumlah perlakuan : Derajat bebas galat : Galat baku nilai tengah w = q α (p,f e ) s Ȳ