HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN. 4.1 Pegaruh Perlakuan terhadap Produksi Hijauan (Bahan Segar)

dokumen-dokumen yang mirip
PENDAHULUAN. untuk menentukan suatu keberhasilan dari sebuah peternakan ruminansia, baik

Ketersediaan pakan khususnya pakan hijauan masih merupakan kendala. yang dihadapi oleh para peternak khususnya pada musim kemarau.

I. PENDAHULUAN. merupakan bagian yang tidak terpisahkan dan merupakan kunci keberhasilan

III BAHAN DAN METODE PENELITIAN. 1. Timbangan analitik dan timbangan digital, berfungsi untuk menimbang. 2. Oven, berfungsi untuk mengeringkan sampel

PENGARUH PEMBERIAN NITROGEN DAN FOSFOR TERHADAP PERTUMBUHAN LEGUM Calopogonium mucunoides, Centrosema pubescens DAN Arachis pintoi SKRIPSI

TINJAUAN PUSTAKA Tanaman Penutup Tanah

TINJAUAN PUSTAKA Mucuna Bracteata DC.

BAB III METODE PENELITIAN. Percobaan lapangan ini dilakukan dengan menggunakan Rancangan Acak

Gambar 2. Centrosema pubescens

PENGANTAR. Latar Belakang. Hijauan merupakan sumber pakan utama bagi ternak ruminansia.

I. PENDAHULUAN. Jagung (Zea mays L.) merupakan tanaman pangan penting di dunia setelah

KAJIAN KEPUSTAKAAN. Gambar 1. Rumput Brachiaria humidicola. Rumput Brachiaria humidicola merupakan rumput yang berasal dari

I. PENDAHULUAN. pangan masyarakat antara lain dengan penganekaragaman pola makan sehari-hari

I. PENDAHULUAN. berasal dari hijauan dengan konsumsi segar per hari 10%-15% dari berat badan,

Pendahuluan Pakan merupakan salah satu faktor terpenting dalam usaha pemeliharaan. Nevy Diana Hanafi 1, Sayed Umar 2, dan Irawati Bachari 3

I. PENDAHULUAN. Bertambahnya jumlah penduduk menyebabkan lahan-lahan yang subur lebih banyak

I. PENDAHULUAN. dapat menyebabkan rendahnya produksi ternak yang di hasilkan. Oleh karena itu,

I. PENDAHULUAN. Jagung termasuk bahan pangan penting karena merupakan sumber karbohidrat

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

HASIL DAN PEMBAHASAN. Hasil pengamatan terhadap jumlah anakan rumput Gajah mini Pennisetum

I. PENDAHULUAN. hasilkan. Oleh karena itu, perlu dilakukan usaha untuk meningkatkan pakan

LAJU PERTUMBUHAN DAN LAJU ASIMILASI BERSIH RUMPUT GAJAH DARI LETAK TUNAS STEK YANG BERBEDA DENGAN BEBERAPA DOSIS PUPUK NITROGEN SKRIPSI.

II. TINJAUAN PUSTAKA. Hutan menurut Undang-undang RI No. 41 Tahun 1999 adalah suatu kesatuan

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

I. PENDAHULUAN. terutama pangan dan energi dunia, termasuk Indonesia akan dihadapkan pada

Efektifitas Pemberian Dosis Pupuk Kotoran Ternak Ayam Terhadap Produksi Rumput Brachiaria humidicola pada Pemotongan Pertama dan Kedua

TANAMAN STYLO (Stylosanthes guianensis) SEBAGAI PAKAN TERNAK RUMINANSIA

BOBOT BASAH DAN JUMLAH ANAKAN RUMPUT GAJAH YANG DITANAM SECARA TUMPANGSARI DENGAN KEDELAI

TINJAUAN PUSTAKA. Pastura Campuran

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Alat dan Bahan Metode Penelitian

Pengaruh Tiga Jenis Pupuk Kotoran Ternak (Sapi, Ayam, dan Kambing) Terhadap Pertumbuhan dan Produksi Rumput Brachiaria Humidicola

TINJAUAN PUSTAKA Brachiaria humidicola

Pengembangan Multi Hijauan Makanan Ternak Mendukung UPSUS SIWAB

Laboratorium Tanaman Makanan Ternak Fakultas Peternakan Universitas Padjadjaran

I. TINJAUAN PUSTAKA. Kacang tanah (Arachis hypogaea L.) merupakan salah satu tanaman palawija jenis

HASIL DAN PEMBAHASAN

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kacang tunggak (Vigna unguiculata (L.)) merupakan salah satu anggota dari

I. PENDAHULUAN. sehingga perlu dilakukan peningkatan kualitas, kuatitas, dan kontinyutasnya. maupun dalam bentuk kering (Susetyo, 1980).

HASIL DAN PEMBAHASAN

EFEK PENAMBAHAN FUNGI MIKORIZA ARBUSKULA (FMA) PADA TANAMAN LEGUMINOSA MERAMBAT DALAM KONDISI CEKAMAN KEKERINGAN SKRIPSI ARISTYA WULANDARI

ISBN... Petunjuk Teknis TEKNIK BUDIDAYA DAN PEMANFAATAN Stenotaphrum secundatum UNTUK TERNAK KAMBING DAN RUMINANSIA LAINNYA

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

III. Sumber dan Potensi HPT Pada dasarnya budidaya hijauan pakan dapat dibagi menjadi dua bagian yaitu budidaya untuk dipotong (cut and carry dan

II. Beberapa Istilah di dalam Hijauan Pakan Ternak Di dalam buku ini yang dimaksud dengan hijauan pakan ternak (HPT) adalah semua pakan sumber serat

TINJAUAN PUSTAKA. dan atau legum dengan jenis rumput/ legum yang tahan terhadap injakan ternak

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. makanan pokok pengganti beras. Sentra produkasi jagung di Indonesia berada di

TINJAUAN PUSTAKA. berubah kembali ke asal karena adanya tambahan substansi, dan perubahan bentuk

PERANAN LEGUMINOSA TANAMAN PENUTUP PADA SISTEM PERTANAMAN JAGUNG UNTUK PENYEDIAAN HIJAUAN PAKAN

PENANAMAN Untuk dapat meningkatkan produksi hijauan yang optimal dan berkualitas, maka perlu diperhatikan dalam budidaya tanaman. Ada beberapa hal yan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. di daerah yang minim nutrisi. Rumput gajah membutuhkan sedikit atau tanpa

TINJAUAN PUSTAKA. atas. Umumnya para petani lebih menyukai tipe tegak karena berumur pendek

HASIL DAN PEMBAHASAN

Pengaruh Jenis Dan Dosis Leguminosa Terhadap...Feisal Yusdema Agung P

II. TINJAUAN PUSTAKA. tidak hanya sebagai pengenyang tetapi juga berfungsi sebagai sumber nutrisi,

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I. PENDAHULUAN. Tanaman penutup tanah atau yang biasa disebut LCC (Legume Cover

BAB I PENDAHULUAN. dibutuhkan bagi ternak ruminansia agar dapat bertahan hidup, berkembang biak

EFEKTIVITAS BIOCHARCOAL DAN Rhizobium TERHADAP NODULASI Mucuna bracteata ASAL BIJI DAN STEK

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

Pengaruh Dosis Pupuk Kotoran Ternak Ayam Terhadap Pertumbuhan dan Produksi Rumput Brachiaria humidicola pada Pemotongan Pertama

BAB I PENDAHULUAN. Nitrogen (N) merupakan unsur hara makro yang dibutuhkan oleh tanaman.

TINJAUAN PUSTAKA. skunder, tertier dan kuartier. Akar-akar primer pada umumnya tumbuh ke bawah,

TINJAUAN PUSTAKA. Ciri utama lahan kritis adalah gundul, terkesan gersang dan. Alang-alang (Imperata cylindrica) adalah jenis rumput tahunan yang

II. TINJAUAN PUSTAKA

MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Materi Bahan Alat Prosedur Larutan Peroksida Pemilihan Jenis Leguminosa Persiapan Media Tanam

I. PENDAHULAN. A. Latar Belakang. Dalam usaha mempertahankan kelangsungan hidupnya, manusia berusaha

I. PENDAHULUAN. kehidupan dan kelangsungan populasi ternak ruminansia. Menurut Abdullah et al.

SKRIPSI PERTUMBUHAN RUMPUT GAJAH KATE YANG DITANAM BERSAMA LEGUMINOSA DENGAN JENIS PUPUK BERBEDA DWI RATNAWATI NIM :

HASIL DAN PEMBAHASAN

I. PENDAHULUAN. tinggi perlu didukung oleh ketersediaan hijauan yang cukup dan kontinyu. Tetapi

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Pertumbuhan Tanaman. Hasil sidik ragam 5% terhadap tinggi tanaman menunjukkan bahwa

HASIL DAN PEMBAHASAN. Interval Pemanenan (cm) H 30 H 50 H 60

PERAN TANAMAN PAKAN TERNAK SEBAGAI TANAMAN KONSERVASI DAN PENUTUP TANAH DI PERKEBUNAN

Berdasarkan tehnik penanaman tebu tersebut dicoba diterapkan pada pola penanaman rumput raja (king grass) dengan harapan dapat ditingkatkan produksiny

AD1. FAKTOR IKLIM 1. FAKTOR IKLIM 2. FAKTOR KESUBURAN TANAH 3. FAKTOR SPESIES 4. FAKTOR MANAJEMEN/PENGELOLAAN 1. RADIASI SINAR MATAHARI

Iin Susilawati, N. Popi Indriani, Herryawan Kemal Mustofa, A. R. Tarmidi Fakultas Peternakan, Universitas Padjadjaran

TINJAUAN PUSTAKA. keberhasilan usaha pengembangan peternakan disamping faktor bibit dan

BAB III TATALAKSANA TUGAS AKHIR

TINJAUAN PUSTAKA. disebut pastoral. Ekosistem ini terdiri atas peternak (pastoralist) dan hewan

A. Pengolahan tanah METODE PENANAMAN RUMPUT BEDE Pada prinsipnya pengolahan tanah sama seperti persiapan untuk penanaman rumput unggul lainnya. Tanah

pastura Vol. 2 No. 2 : ISSN : X

BAB I PENDAHULUAN. Rumput gajah odot (Pannisetum purpureum cv. Mott.) merupakan pakan. (Pannisetum purpureum cv. Mott) dapat mencapai 60 ton/ha/tahun

TINJAUAN PUSTAKA Rumput Afrika (Pennisetum purpureum Schumach cv Afrika) Rumput yang sudah sangat popular di Indonesia saat ini mempunyai berbagai

BAB I PENDAHULUAN. seiring dengan meningkatnya jumlah penduduk, peningkatan. perlu ditunjang oleh genetik dan manajemen pakan yang baik.

TINJAUAN PUSTAKA. berubah kembali ke asal karena adanya tambahan substansi, dan perubahan bentuk

Respon Rumput Gajah (Pennisetum purpureum) Terhadap Pemberian Pupuk Majemuk

PELAKSANAAN PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. sumber daya alam, dan sumber daya manusia yang sangat potensial untuk

METODE. Lokasi dan Waktu. Materi

PENGARUH JARAK TANAM TERHADAP TINGGI TA NAMAN DAN BERAT SEGAR PER RUMPUN RUMPUT GAJAH ODOT (Pennisetum purpureum cv. mott)

PENANAMAN KACANGAN. Oleh : Sri Hartono Area Controller 4. Pundu Learning Centre

HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Penelitian

INTRODUKSI PAKAN TERNAK DI LOKASI PRIMATANI, DESA TOBU, KECAMATAN MOLLO UTARA, KABUPATEN TIMOR TENGAH SELATAN

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB VI PEMBAHASAN. lambat dalam menyediakan unsur hara bagi tanaman kacang tanah, penghanyutan

I. PENDAHULUAN. Tanaman jagung merupakan salah satu komoditas strategis yang bernilai

TINJAUAN PUSTAKA. Pemadatan Tanah

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Transkripsi:

IV HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Pegaruh Perlakuan terhadap Produksi Hijauan (Bahan Segar) Produksi hijauan segar merupakan banyaknya hasil hijauan yang diperoleh setelah pemanenan terdiri dari rumput dan legum dalam bentuk segar. Produksi hijauan ini didapat pada umur 60 hari setelah ditanam. Pemanenan dilakukan dengan menyisakan batang ± 5 cm di atas permukaan tanah, kemudian hasilnya langsung ditimbang. Hasil produksi hijauan bahan segar yang dihasilkan pada pernanaman campuran antara rumput Brachiaria humidicola dengan legum (sentro, kudzu, dan kalopo) disajikan pada Tabel 7. Tabel 7. Produksi Hijauan Bahan Segar pada berbagai Perlakuan Kelompok Perlakuan 1 2 3 4... kg... 1 2,6 3,6 7,0 9,7 2 2,5 2,0 7,7 4,6 3 2,4 3,7 10.0 4,6 4 2,4 2,4 9,6 2,6 5 3,0 1,9 9,2 3,7 6 0,7 2,2 2,6 3,6 Rata-rata 2,3 2,6 7,7 4,8 Keterangan: P1 = Rumput Brachiaria humidicola P2 = Rumput Brachiaria humidicola + Sentro (Centrosema pubescens) P3 = Rumput Brachiaria humidicola + Kudzu (Pueraria phaseloides) P4 = Rumput Brachiaria humidicola + Kalopo (Calopogonium mucunoides) Berdasarkan Tabel 7, produksi hijauan bahan segar penanaman campuran antara rumput Brachiaria humidicola dengan legum (sentro, kudzu, dan kalopo) sangat bervariasi dengan kisaran rata-rata 2,3 hingga 7,7 kg. Pada perlakuan yang

39 hanya menggunakan rumput Brachiaria humidicola menghasilkan produksi hijauan bahan segar rata-rata 2,3 kg. Perlakuan rumput Brachiaria humidicola dengan sentro (Centrosema pubescens) menghasilkan rata-rata 2,6 kg, sedangkan perlakuan rumput Brachiaria humidicola dengan kudzu (Pueraria phaseloides) menghasilkan rata-rata 7,7 kg lebih tinggi dibandingkan dengan perlakuan antara rumput Brachiaria humidicola dengan kalopo (Calopogonium mucunoides) yang menghasilkan rata-rata 4,8 kg. Berdasarkan data penelitian tersebut, dapat disimpulkan bahwa hasil produksi hijauan bahan segar pada pernanaman campuran sangat ditentukan dengan jenis legum yang ditanam bersamaan dengan rumput. Guna untuk melihat sampai sejauh mana penanaman campuran berpengaruh terhadap produksi hijauan bahan segar dilakukanlah analisis ragam (Lampiran 2). Hasil sidik ragam menunjukkan bahwa perlakuan berpengaruh (P<0,05) terhadap produksi hijauan bahan segar. Lebih lanjut untuk mengetahui perbedaan antar perlakuan dilakukan uji jarak berganda Duncan yang disajikan pada Tabel 8. Tabel 8. Analisis Jarak Berganda Duncan Bahan Segar Hijauan Perlakuan Rata-rata Signifikasi (0,05)** kg P1 2,3 a P2 2,6 b P4 4,8 b P3 7,7 c Keterangan : Huruf yang berbeda pada kolom signifikasi menunjukkan berbeda nyata (P<0,05) Berdasarkan Tabel 8, produksi hijauan bahan segar paling tinggi (P<0,05) dihasilkan oleh perlakuan P3, yaitu pada campuran rumput Brachiaria humidicola dengan legum kudzu (Pueraria phaseloides) sedangkan paling rendah dihasilkan pada perlakuan P1 yaitu rumput Brachiaria humidicola saja.

40 Produksi segar total biomassa hijauan menunjukkan pengaruh yang berbeda nyata. Penanaman rumput Brachiaria humidicola dengan legum kudzu menunjukkan produksi biomassa tertinggi. Pada dasarnya semua jenis legum yang digunakan pada penelitian ini morfologinya mirip. Tipe daunnya berdaun tiga (Trifoliate). Semua legum pada penelitian ini juga merupakan legum yang dapat menjalar, membelit, dan memanjat. Namun, kudzu mempunyai penampang daun yang lebih luas dari kedua legum yang lain. Kudzu mempunyai panjang daun 5-12 cm dan lebar 2-11 cm, Kalopo 4-10 cm dan 2-5 cm, serta Sentro 1,5-7 cm dan 0,6-4,5 cm (Bogdan, 1977; Skerman dan Riveros, 1990). Penanaman campuran antara rumput Brachiaria humidicola dengan ketiga legum yang berbeda ternyata menghasilkan produksi hijauan yang berbeda-beda. Fungsi dari penanaman campuran ini salah satunya yaitu untuk meningkatkan produksi hijauan dibandingkan dengan penanaman monokultur, selain itu dapat pula meningkatkan kesuburan tanah. Produksi hijauan dapat meningkat apabila terjadi kecocokan antara rumput dan legum yang ditanam pada penanaman campuran, dan tidak terjadinya persaingan antara satu dengan lainnya, sehingga rumput dan legum dapat berkembang dengan baik serta menghasilkan produksi hijauan yang tinggi. Hal ini sesuai dengan pendapat Mansur (2005) salah satu keuntungan dari sistem penanaman campuran yaitu dapat meningkatkan produktivitas lahan per satuan luas dan produksi hijauan pada penanaman campuran lebih tinggi dibandingkan dengan monokultur. Simbiosis legum dengan rhizobium mampu memfiksasi nitrogen dari udara, sehingga kebutuhan nitrogen bagi tanaman dapat terpenuhi (Islami, 1995). Bahkan nitrogen tersebut tidak hanya untuk tanaman legum inang, tetapi dapat juga digunakan untuk tanaman yang lainnya yang ditanam bersama tanaman

41 legum. Rerumputan yang ditanam bersama dengan tanaman leguminosa dapat dibantu ketersediaan dan penyerapan nitrogennya dari nitrogen hasil fiksasi rhizobium yang ada pada bintil akar leguminosa (Giller dan Wilson, 1991), selanjutnya Juhaeni dkk (1983) legum dapat menjadi pemasok unsur nitrogen bagi rumput yang ditanam bersamanya, sehingga hasil rumput pada pertanaman campuran menjadi lebih tinggi dibandingkan pada pertanaman monokultur rumput saja. Perbedaan banyaknya produksi hijauan segar yang dihasilkan salah satunya ditentukan oleh faktor genetik dari legum itu sendiri dan pengaruh ketersediaan unsur hara pada sistem penanaman. Walaupun tanaman leguminosa dapat mensuplai nitrogen pada tanah tetapi tidak semua hasil fiksasi nitrogen pada setiap tanaman sama. Hal ini sesuai dengan pendapat Havlin dkk (1999) kemampuan dalam memfiksasi nitrogen yang tersedia tergantung kepada jumlah nitrogen yang difiksasi dan jumlah residu tanaman yang dikembalikan ke dalam tanah. Hasil dari penelitian Susilawati (2011) kemampuan fiksasi nitrogen antara legum sentro, kudzu, dan kalopo berbeda, yaitu kemampuan fiksasi nitrogen tanaman kudzu (Pueraria phaseloides) lebih tinggi dibandingkan kedua jenis legum lainnya sebesar 3,99 aktivitas fiksasi nitrogenase ppm tanaman -1 jam -1, sedangkan legum sentro memiliki kemampuan rataan aktivitas fiksasi nitrrogenase sebesar 3,05 ppm tanaman -1 jam -1, dan kalopo sebesar 3,70 ppm tanaman -1 jam -1. Hal selanjutnya yang menjadi faktor yang mempengaruhi produksi hijauan adalah karakteristik dari jenis legum tersebut yaitu kemampuan merambat dan melilit sehingga dapat menghambat pertumbuhan, tetapi disisi lain dapat meningkatkan produksi hijauan legum. Pada Tabel 7. Produksi hijauan segar tertinggi yaitu kudzu dengan rataan 7,7 kg, artinya bahwa legum kudzu (Pueraria

42 phaseloides) cocok ditanam dengan rumput Brachiaria humidicola) karena tidak terlihat adanya persaingan antara rumput dan legum, maupun persaingan dengan gulma. Menurut Reksohadiprodjo (1985) kudzu mempunyai batang kuat dan berbulu, mempunyai stolon yang dapat mengeluarkan akar dari tiap ruas batangnya yang bersinggungan dengan tanah, perakarannya dalam dan beracabang-cabang, mencegah erosi, tahan musim kemarau, tahan permukaan air yang tinggi. Dilanjutkan oleh Maulidesta (2005) jenis legum kudzu mempunyai kemampuan yang tinggi untuk menekan pertumbuhan gulma dan dapat dijadikan tanaman penutup tanah. 4.2 Pengaruh Perlakuan terhadap Produksi Hijauan (Bahan Kering) Produksi hijauan bahan kering merupakan banyaknya hasil hijauan yang diperoleh setelah pemanenan yang terdiri dari rumput dan legum. Produksi hijauan bahan kering yang dihasilkan setelah dilakukan pemanenan selama 60 hari dan dilakukan penimbangan bahan segar, kemudian dikeringkan hingga tidak ada kandungan airnya. Hasil produksi hijauan bahan kering yang dihasilkan pada pernanaman campuran antara rumput Brachiaria humidicola dengan legum (sentro, kudzu, dan kalopo) disajikan pada tabel 9. Tabel 9. Produksi Hijauan Bahan Kering pada berbagai Perlakuan Kelompok Perlakuan 1 2 3 4... g... 1 572 1039 1965 2411 2 551 588 2226 1126 3 517 1229 2928 1153 4 529 752 2828 607 5 660 590 2746 827 6 156 702 725 867 Rata-rata 497 817 2236 1165

43 Keterangan: P1 = Rumput Brachiaria humidicola P2 = Rumput Brachiaria humidicola + Sentro (Centrosema pubescens) P3 = Rumput Brachiaria humidicola + Kudzu (Pueraria phaseloides) P4 = Rumput Brachiaria humidicola + Kalopo (Calopogonium mucunoides) Berdasarkan Tabel 9, produksi hijauan bahan kering penanaman campuran antara rumput Brachiaria humidicola dengan legum (sentro, kudzu, dan kalopo) sangat bervariasi dengan kisaran rata-rata 497 hingga 2236 gram. Pada perlakuan yang hanya menggunakan rumput Brachiaria humidicola menghasilkan produksi hijauan bahan kering rata-rata 497 gram. Perlakuan rumput Brachiaria humidicola dengan sentro (Centrosema pubescens) menghasilkan rata-rata 817 gram, sedangkan perlakuan rumput Brachiaria humidicola dengan kudzu (Pueraria phaseloides) menghasilkan rata-rata 2236 gram lebih tinggi dibandingkan dengan perlakuan antara rumput Brachiaria humidicola dengan kalopo (Calopogonium mucunoides) yang menghasilkan rata-rata 1165 gram. Berdasarkan data penelitian diatas, dapat disimpulkan bahwa banyaknya produksi hijauan bahan kering yang dihasilkan pada penanaman campuran dipengaruhi oleh jenis rumput dan legum yang ditanam dan faktor genetik dari varietas rumput dan legum itu sendiri sehingga akan berpengaruh terhadap produksi hijauan. Guna untuk melihat sampai sejauh mana penanaman campuran berpengaruh terhadap produksi hijauan bahan kering, maka dilakukanlah analisis sidik ragam (Lampiran 4). Hasil sidik ragam menunjukkan bahwa perlakuan berpengaruh (P<0,05) terhadap produksi hijauan bahan kering, untuk mengetahui perbedaan antar perlakuan dilakukanlah uji jarak berganda Duncan yang disajikan pada Tabel 10.

Tabel 10. Analisis Jarak Berganda Duncan Bahan Kering Hijauan Perlakuan Rata-rata Signifikasi (0,05)** g P1 497 a P2 816 a P4 1165 a P3 2236 b Keterangan : Huruf yang berbeda pada kolom signifikasi menunjukkan berbeda nyata (P<0,05) Berdasarkan Tabel 10, produksi hijauan bahan kering tertinggi dihasilkan oleh P3 sebanyak 2236 gram yaitu campuran antara rumput Brachiaria humidicola dengan kudzu (Pueraria phaseloides). Sedangkan, produksi hijauan bahan kering terendah dihasilkan pada P1 sebanyak 497 gram yaitu pada rumput 44 Brachiaria humidicola saja. Hasil penelitian dari Indra (2006) menunjukkan bahwa produksi bahan kering hijauan pakan tertinggi yaitu pada penanaman campuran antara rumput gajah (Pennisetum purpureum) dengan legum kudzu (Pueraria phaseloides) dengan rataan sebesar 5,48 gram. Hal ini dapat disebabkan karena rumput dan legum memberikan respon yang berbeda pada kondisi lingkungan dan faktor genetik dari tanaman, sehingga dapat mempengaruhi produksi hijauan. Sesuai dengan pendapat Soegito dkk (1992) bahwa setiap varietas tanaman memiliki produksi yang berbeda-beda tergantung pada sifat genetik dari tanaman itu sendiri. Disamping itu, penyerapan unsur hara oleh akar juga dipengaruhi oleh sifat dari tanaman itu sendiri, sehingga setiap varietas memiliki keunggulan masing-masing. Produksi hijauan bahan kering yang dihasilkan pada pola penanaman campuran antara rumput Brachiaria humidicola dengan kudzu salah satunya disebabkan oleh adanya peningkatan pertumbuhan yang lebih baik karena adanya introduksi peranan leguminosa. Legum kudzu memasok unsur hara terutama nitrogen pada akar tanaman leguminosa untuk terjadinya proses fiksasi nitrogen di

45 udara sehingga sintesa zat makanan berjalan dengan baik dan menghasilkan peningkatan biomassa hijauan bahan kering yang paling tinggi. Faktor-faktor yang mempengaruhi kadar bahan kering meliputi jenis tanaman, fase pertumbuhan, pemotongan, air, tanah, serta kesuburan tanah (Reksohadiprodjo, 1994). Perbedaan yang sangat nyata dalam produksi hijauan dari jenis leguminosa disebabkan oleh kemampuan dan potensi genetik dari leguminosa tersebut. Hal ini ditunjukkan oleh legum kudzu (Pueraria phaseloides), dimana tanaman ini mempunyai produksi bahan kering yang relatif tinggi dibandingkan dengan legum sentro dan kalopo. Selain itu, tanaman leguminosa dapat mensuplai nitrogen pada tanah tetapi tidak semua hasil fiksasi nitrogen pada setiap tanaman sama. Hal ini sesuai dengan pendapat Havlin dkk (1999) yang menyatakan bahwa kemampuan dalam memfiksasi nitrogen yang tersedia tergantung kepada jumlah nitrogen yang difiksasi dan jumlah residu tanaman yang dikembalikan ke dalam tanah. Hasil dari penelitian Susilawati (2011) menunjukkan bahwa kemampuan fiksasi nitrogen antara legum sentro, kudzu, dan kalopo berbeda, yaitu kemampuan fiksasi nitrogen tanaman kudzu (Pueraria phaseloides) lebih tinggi dibandingkan kedua jenis legum lainnya sebesar 3,99 aktivitas fiksasi nitrogenase ppm tanaman -1 jam -1. Menurut Noviani (2011) pemanfaatan proses fiksasi nitrogen sebagai pupuk hayati merupakan teknologi budidaya ramah lingkungan, berkelanjutan, dan mampu meningkatkan produktivitas tanaman. Badley dkk. (2014) menyatakan bahwa penanaman campuran pada padang rumput yang ditanam dengan campuran rumput dan legum berpengaruh nyata, sehingga perbaikan padang penggembalaan ternak dipengaruhi oleh fiksasi nitrogen yang mampu meningkatkan produksi hijauan. Indra (2006) juga menyatakan bahwa pola

46 tumpang sari rumput dan legum merupakan salah satu cara untuk meningkatkan produksi hijauan. Maka dari itu, penelitian ini membuktikan bahwa penanaman campuran rumput dan legum menghasilkan hijauan yang lebih tinggi daripada penanaman monokultur yang hanya menggunakan rumput saja. Menurut Reksohadiprodjo (1985) tanaman kudzu memiliki perakaran yang kuat dan batang yang besar sehingga tahan erosi dan musim kemarau yang tidak terlalu panjang. Legum kudzu (Pueraria phaseloides) juga termasuk jenis kacang-kacangan yang merambat dengan batang keras dan berbulu. Pertumbuhannya cepat sehingga pada 5-6 bulan setelah penanaman penutupannya dapat mencapai 90-100% dan pada tahun pertama dapat mendominasi areal perkebunan. Selain itu, legum ini tahan bersaing dengan gulma dan dapat menghasilkan banyak serasah, sedikit tahan terhadap naungan dan kekeringan (Prawirosurokarto dkk. 2005). Oleh karena itu, legum kudzu memiliki produksi terbanyak dibandingkan dengan legum sentro dan kalopo (Tabel 7 dan 9) dilihat dari karakteristik dan keunggulan legum tersebut.