Analisis Setting Relay Proteksi Pengaman Arus Lebih Pada Generator (Studi Kasus di PLTU 2X300 MW Cilacap)

dokumen-dokumen yang mirip
Penentuan Setting Rele Arus Lebih Generator dan Rele Diferensial Transformator Unit 4 PLTA Cirata II

SIMULASI OVER CURRENT RELAY (OCR) MENGGUNAKAN KARATERISTIK STANDAR INVERSE SEBAGAI PROTEKSI TRAFO DAYA 30 MVA ABSTRAK

Analisa Koordinasi Relay Proteksi Dengan Recloser Pada Penyulang Purbalingga 05 Di PT. PLN (Persero) Rayon Purbalingga

ANALISA SETTING RELAI PENGAMAN AKIBAT REKONFIGURASI PADA PENYULANG BLAHBATUH

Pengaturan Ulang Rele Arus Lebih Sebagai Pengaman Utama Compressor Pada Feeder 2F PT. Ajinomoto Mojokerto

Analisa Relai Arus Lebih Dan Relai Gangguan Tanah Pada Penyulang LM5 Di Gardu Induk Lamhotma

KOORDINASI RELE ARUS LEBIH DI GARDU INDUK BUKIT SIGUNTANG DENGAN SIMULASI (ETAP 6.00)

BAB III METODE PENELITIAN. Universitas Lampung dan PT. PLN (Persero) Cabang Tanjung Karang pada. bulan Maret 2013 sampai dengan selesai.

Analisa Koordinasi Rele Pengaman Transformator Pada Sistem Jaringan Kelistrikan di PLTD Buntok

BAB IV ANALISIA DAN PEMBAHASAN. 4.1 Koordinasi Proteksi Pada Gardu Induk Wonosobo. Gardu induk Wonosobo mempunyai pengaman berupa OCR (Over Current

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Analisis Koordinasi Rele Arus Lebih Pda Incoming dan Penyulang 20 kv Gardu Induk Sengkaling Menggunakan Pola Non Kaskade

DAFTAR ISI BAB II DASAR TEORI

Kata kunci hubung singkat, recloser, rele arus lebih

Perhitungan Setting Rele OCR dan GFR pada Sistem Interkoneksi Diesel Generator di Perusahaan X

EVALUASI KOORDINASI RELE PENGAMAN PADA JARINGAN DISTRIBUSI 20 KV DI GARDU INDUK GARUDA SAKTI, PANAM-PEKANBARU

BAB IV SISTEM PROTEKSI GENERATOR DENGAN RELAY ARUS LEBIH (OCR)

KEMENTRIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA FAKULTAS TEKNIK JURUSAN TEKNIK ELEKTRO

BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Sistem Distribusi Tenaga Listrik

Ground Fault Relay and Restricted Earth Faulth Relay

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. c. Memperkecil bahaya bagi manusia yang ditimbulkan oleh listrik.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

STUDI KOORDINASI RELE PROTEKSI PADA SISTEM KELISTRIKAN PT. BOC GASES GRESIK JAWA TIMUR

BAB II LANDASAN TEORI

Koordinasi Rele Pada Jaringan Transmisi 150 kv

BAB V RELE ARUS LEBIH (OVER CURRENT RELAY)

POLITEKNIK NEGERI SRIWIJAYA BAB I PENDAHULUAN

BAB II DASAR TEORI. Sistem proteksi adalah sistem yang memisahkan bagian sistem yang. b. Melepaskan bagian sistem yang terganggu (fault clearing)

Gambar 2.1 Skema Sistem Tenaga Listrik (3)

BAB II LANDASAN TEORI ANALISA HUBUNG SINGKAT DAN MOTOR STARTING

dalam sistem sendirinya dan gangguan dari luar. Penyebab gangguan dari dalam

Jurusan Teknik Elektro Fakultas Teknologi Industri Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya

BAB IV DATA DAN PEMBAHASAN. panasbumi Unit 4 PT Pertamina Geothermal Energi area Kamojang yang. Berikut dibawah ini data yang telah dikumpulkan :

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

Analisa Koordinasi Over Current Relay Dan Ground Fault Relay Di Sistem Proteksi Feeder Gardu Induk 20 kv Jababeka

BAB IV PEMBAHASAN. Gardu Induk Godean berada di jalan Godean Yogyakarta, ditinjau dari

STUDI ANALISIS SETTING BACKUP PROTEKSI PADA SUTT 150 KV GI KAPAL GI PEMECUTAN KELOD AKIBAT UPRATING DAN PENAMBAHAN SALURAN

BAB III GANGGUAN PADA JARINGAN LISTRIK TEGANGAN MENENGAH DAN SISTEM PROTEKSINYA

ABSTRAK Kata Kunci :

III PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

Rifgy Said Bamatraf Dosen Pembimbing Dr. Ir. Margo Pujiantara, MT Dr. Dedet Chandra Riawan, ST., M.Eng.

BAB II LANDASAN TEORI

Bambang Prio Hartono, Eko Nurcahyo, Lauhil Mahfudz Hayusman 1

Pengujian Relay Arus Lebih Woodward Tipe XI1-I di Laboratorium Jurusan Teknik Elektro

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. terhadap kondisi abnormal pada operasi sistem. Fungsi pengaman tenaga listrik antara lain:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB V PENUTUP 5.1 Simpulan Saran DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN LAMPIRAN

BAB III. 1) Perhitungan aliran daya yang masuk dan keluar dari satu bus penyulang (feeder bus) untuk mengetahui arus beban maksimum

PERANCANGAN KOORDINASI RELAI ARUS LEBIH PADA GARDU INDUK DENGAN JARINGAN DISTRIBUSI SPINDLE

Perencanaan Koordinasi Rele Pengaman Pada Sistem Kelistrikan Di PT. Wilmar Gresik Akibat Penambahan Daya

BAB II GARDU INDUK 2.1 PENGERTIAN DAN FUNGSI DARI GARDU INDUK. Gambar 2.1 Gardu Induk

STUDI KOORDINASI RELE PENGAMAN PADA SISTEM KELISTRIKAN PLTU EMBALUT, PT. CAHAYA FAJAR KALTIM

Studi Koordinasi Proteksi Sistem Kelistrikan di Project Pakistan Deep Water Container Port

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB III METODOLOGI. 3.2 Tahap Pelaksanaan Penyusunan Laporan Akhir

KOORDINASI RELAY ARUS LEBIH DAN RECLOSER PADA TRAFO 60 MVA GARDU INDUK PANDEAN LAMPER SEMARANG DENGAN SIMULASI ETAP

KOORDINASI RELAY PENGAMAN DAN LOAD FLOW ANALYSIS MENGGUNAKAN SIMULASI ETAP 7.0 PT. KRAKATAU STEEL (PERSERO) TBK

1 BAB II TINJAUAN PUSTAKA

KOORDINASI PROTEKSI TEGANGAN KEDIP DAN ARUS LEBIH PADA SISTEM KELISTRIKAN PT. WILMAR NABATI, GRESIK JAWA TIMUR

EVALUASI SETTING RELAY PROTEKSI DAN DROP VOLTAGE PADA GARDU INDUK SRONDOL SEMARANG MENGGUNAKAN ETAP 7.5

SISTEM PROTEKSI PADA GENERATOR DI PLTG MUSI 2 PALEMBANG

Pertemuan ke :2 Bab. II

ANALISIS ARUS GANGGUAN HUBUNG SINGKAT PADA PENYULANG 20 KV DENGAN OVER CURRENT RELAY (OCR) DAN GROUND FAULT RELAY (GFR)

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No 1, (2013) 1-6

BAB III SISTEM PROTEKSI TEGANGAN TINGGI

BAB IV PENGGUNAAN PENGUBAH SADAPAN BERBEBAN TERHADAP PERBAIKAN TEGANGAN JARINGAN 20 KV. 4.1 Perhitungan Jatuh Tegangan di Jaringan 20 kv

Penentuan Kapasitas CB Dengan Analisa Hubung Singkat Pada Jaringan 70 kv Sistem Minahasa

ANALISIS KOORDINASI RELE PENGAMAN FEEDER WBO04 SISTEM KELISTRIKAN PT. PLN (PERSERO) RAYON WONOSOBO

Sidang Tugas Akhir (Genap ) Teknik Sistem Tenaga Jurusan Teknik Elektro ITS

BAB III SISTEM KELISTRIKAN DAN PROTEKSI

ANALISIS SETTING RELE OGS SEBAGAI SISTEM PENGAMAN TRANSFORMATOR 3 UNTUK MENJAGA KONTINYUITAS ALIRAN DAYA DI GARDU INDUK PESANGGARAN

Materi Seminar tugas akhir

BAB IV DATA DAN PEMBAHASAN. Dalam penelitian ini menggunakan data plant 8 PT Indocement Tunggal

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB III GANGGUAN PADA JARINGAN LISTRIK TEGANGAN MENENGAH

BAB II LANDASAN TEORI

BAB III METODA SIMULASI

KOORDINASI SISTEM PROTEKSI OCR DAN GFR TRAFO 60 MVA GI 150 KV JAJAR TUGAS AKHIR

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. tersebut adalah dapat merusak peralatan-peralatan produksi yang terhubung dalam

BAB III METODE PENELITIAN

ANALISIS PENYEBAB KEGAGALAN KERJA SISTEM PROTEKSI PADA GARDU AB

FEEDER PROTECTION. Penyaji : Ir. Yanuar Hakim, MSc.

Praktikum SISTEM PROTEKSI

BAB III PLTU BANTEN 3 LONTAR

Suatu sistem pengaman terdiri dari alat alat utama yaitu : Pemutus tenaga (CB)

BAB III PENGAMANAN TRANSFORMATOR TENAGA

ANALISIS ARUS INRUSH TERHADAP PENGARUH KINERJA RELAI DIFERENSIAL PADA TRANSFORMATOR 150 KV

BAB III METODE PENELITIAN

2. TEORI PENUNJANG 1. PENDAHULUAN. Martinus Tri Wibowo, Ir. R. Wahyudi, Dedet Candra Riawan, S.T, M.Eng Jurusan Teknik Elektro FTI ITS

BAB IV HASIL ANALISA

STUDI KOORDINASI RELE ARUS LEBIH DAN PENGARUH KEDIP TEGANGAN AKIBAT PENAMBAHAN BEBAN PADA SISTEM KELISTRIKAN DI PT. ISM BOGASARI FLOUR MILLS SURABAYA

KAJIAN PROTEKSI MOTOR 200 KW,6000 V, 50 HZ DENGAN SEPAM SERI M41

BAB I PENDAHULUAN. yang menjadi salah satu penentu kehandalan sebuah sistem. Relay merupakan

GT 1.1 PLTGU Grati dan Rele Jarak

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI

SISTEM PROTEKSI PADA MOTOR INDUKSI 3 PHASE 200 KW SEBAGAI PENGGERAK POMPA HYDRAN (ELECTRIC FIRE PUMP) SURYA DARMA

Transkripsi:

Analisis Setting Relay Proteksi Pengaman Arus Lebih Pada Generator (Studi Kasus di PLTU 2X300 MW Cilacap) Fitrizawati 1, Siswanto Nurhadiyono 2, Nur Efendi 3 1,2,3 Program Studi Teknik Elektro Sekolah Tinggi Teknik Wiworotomo Purwokerto Jalan Semingkir No.1, Purwokerto 53134, Indonesia email : fitrizawati@gmail.com 1 Abstrak Sistem proteksi sangat dibutuhkan pada bagian pembangkit, yaitu generator. Tujuan proteksi generator selain untuk menjaga keandalan dan stabilitas sistem tenaga listrik juga berfungsi sebagai tindakan preventif terhadap kerusakan generator, sehingga mengurangi biaya kerusakan peralatan. Dari sini akan dibahas bagaimana cara menentukan setting relai arus lebih dan relai beban lebih generator terhadap gangguan arus lebih yang kemungkinan terjadinya karena gangguan hubung singkat pada generator PLTU Cilacap. Untuk mempermudah perhitungan dan analisa gangguan, maka disimulasikan menggunakan software ETAP Power Station 6,0. Relai proteksi yang digunakan dan di setting adalah relai arus lebih dan relai beban lebih pada generator. Relai ini berfungsi memproteksi arus gangguan terhadap fasa - tanah, fasa - fasa, fasa - fasa tanah dan 3 fasa. Dengan mengetahui arus gangguan tersebut, maka diperoleh setting relai arus lebih generator dengan arus yang melewati relai 6,14 A dan waktu delay 0,216 detik. Sedangkan pengaman generator beban lebih terdiri atas dua bagian yaitu : definite time-limit dan inverse time-limit. Definite time-limit berfungsi untuk membunyikan alarm yang bekerja pada settingan arus 3,75 Ampere dan waktu 9 detik, sedangkan inverse time-limit akan memberikan output pemutusan PMT atau program tripping dengan penyetelan arus I s 3,94 A dengan waktu tunda 100 detik, sedangkan penyetelan arus I up 21,8 A dengan waktu tunda 0,92 detik. Kata kunci :Gangguan hubung singkat, sistem proteksi, over current relay, generator. 1. Pendahuluan Dalam sistem tenaga listrik stabilitas dan keandalan merupakan hal yang paling prioritas dalam pelayanan pelanggan. Dalam pendistribusian listrik bila terjadi gangguan maka akan menyebabkan kerugian besar bagi para pelanggan, terutama bagi perusahaan industri. Karena itu untuk menjaga stabilitas dan keandalan sistem tenaga listrik sangat dibutuhkan sistem proteksi yang baik. Sistem proteksi tenaga listrik meliputi bagian pembangkit sampai dengan bagian distribusi. Sistem proteksi ini melingkupi peralatanperalatan pada bagian sistem tenaga listrik keseluruhan. Sistem proteksi sangat dibutuhkan pada bagian pembangkit, yaitu generator. Dimana bagian hulu yang sangat vital sebagai sumber penghasil listrik wajib mendapatkan perlindungan terhadap berbagai macam gangguan yang dapat mempengaruhi keandalannya menghasilkan listrik. Tujuan proteksi ini selain untuk menjaga keandalan dan stabilitas sistem tenaga listrik juga berfungsi sebagai tindakan preventif terhadap kerusakan generator, sehingga mengurangi biaya kerusakan peralatan. Kemungkinan-kemungkinan terjadinya gangguan pada generator adalah sebagai berikut [1][2]. Ada beberapa jenis gangguan hubung singkat dalam sistem tenaga listrik antara lain hubung singkat 3 phasa, 2 phasa, 2 phasa ke tanah, dan satu phasa ke tanah [3]. Sehingga hal inilah yang menjadi dasar bahwa besar arus hubung singkat hasil analisa ini dapat dijadikan salah satu pertimbangan dalam pemilihan peralatan proteksi yang tepat, sehingga bila gangguan hubung singkat itu benar benar terjadi di dalam sistem, maka peralatan proteksi dapat bekerja mengamankan bagian sistem yang terganggu sesuai yang diharapkan. 49

1.1. Gangguan Hubung Singkat Tiga Fasa Gambar 1.1 dibawah ini merupakan keadaan saat terjadi gangguan hubung singkat tiga fasa dengan impedansi gangguan Zf. Gambar 1.1 Gangguan Hubung Singkat Tiga Fasa [4] Mengacu pada gambar diatas, apabila terjadi gangguan di ketiga fasanya, maka akan timbul arus gangguan yang sangat besar. Nilai arus gangguan hubung singkat tiga fasa yang diperoleh sebesar : I f3ø = V f Z 1 + Z f (1) [5] Keterangan: V f adalah tegangan gangguan (Volt) Z 1 adalah impedansi total urutan positif (Ohm) Z f adalah impedansi gangguan (Ohm) 1.2. Gangguan Hubung Singkat Dua Fasa Keadaan saat terjadi gangguan hubung singkat dua fasa dengan impedansi Z f ditunjukan pada gambar 1.2 berikut. Gambar 1.2 Gangguan Hubung Singkat Dua Fasa [6] 50

Pada Gambar 2.2 diatas, dengan terjadinya gangguan dikedua fasanya, akan menimbulkan gangguan hubung singkat antar fasa. Maka dapat dicari nilai arus hubung singkat dua fasa sebesar : I f2ø= ± j 3V f Z 1 + Z 2 + Z f (2) Keterangan: V f adalah tegangan gangguan (Volt) Z 1 adalah impedansi total urutan positif (ohm) Z 2 adalah impedansi total urutan negatif (ohm) Z f adalah impedansi gangguan (ohm) 1.3. Gangguan Hubung Singkat Satu Fasa ke Tanah Gambar 2.3 dibawah ini menunjukan keadaan saat terjadi gangguan hubung singkat satu fasa ke tanah dengan impedansi pentanahan Zn. Gambar 1.3. Gangguan Hubung Singkat Satu Fasa ke Tanah [7] Gangguan hubung singkat pada Gambar 2.3, gangguan yang berhubungan dengan impedansi pentanahan. Biasanya arus gangguan ini relatif kecil yang memungkinkan dipakai untuk mensetting rele arus lebih. Nilai arus gangguan hubung singkat satu fasa ke tanah dapat diperoleh dengan cara : I f-t= 3V f Z 1 + Z 2 + Z 0 + 3Z n (3) Keterangan : V f adalah tegangan gangguan (Volt) Z 1 adalah impedansi total urutan positif (ohm) Z 2 adalah impedansi total urutan negatif (ohm) Z n adalah impedansi pentanahan (ohm) Z 0 adalah impedansi total urutan nol 2. Metode Penelitian 2.1. Alat dan Bahan Penelitian Adapun peralatan yang dipakai selama penelitian ini antara lain laptop untuk menjalankan perangkat lunak, perangkat lunak berupa Software ETAP power station 6.0 untuk menganalisis hasil simulasi arus hubung singkat. 51

2.1. Diagram Alir Penelitian Metodologi penelitian merupakan proses ataupun langkah - langkah yang bertujuan supaya penentuan setting relai dapat dilakukan secara sistematis. Metode penelitian dapat dibuat dengan diagram alir. Dan dibawah ini adalah diagram alir pemecahan masalah setting relai arus lebih pada generator. Gambar 2.1. Diagram alir penelitian setting relai arus lebih generator 3. Hasil Dan Pembahasan 3.1.Analisa Perhitungan Setting Relai Arus Lebih Menentukan setting waktu sesuai dengan karakteristik relai arus lebih normally inverse yaitu terlihat pada Tabel 3.1 standarisasi PLN 2005. 52

Maka setting waktunya : t = TMS (td) x Tabel 3.1 Konstanta Karakteristik Relai Arus Lebih No Deskripsi k C α 1 Definit time - 0-100 - 2 Standart inverse 0.14 0 0.02 3 Very inverse 13.5 0 1 4 Extremely inverse 80 0 2 5 Long time inverse 120 0 1 k (I/I s ) + c (3) Tabel 3.2 Data Generator PLTU Cilacap No Spesifikasi Parameter 1 Rated Power 353 MVA 2 Rated Voltage 20kV 3 Rated Current 10189 A 4 Power Factor 0,85 5 Xd 0,525 pu 6 Xd 0,064 pu 7 Xd 0,044 pu Gambar 3.2. (a) Pemodelan pada ETAP, (b) Pemodelan gangguan pada ETAP 3.2. Menentukan Arus Hubung Singkat Pada Generator Sesuai perhitungan dengan menggunakan software ETAP Power Station 6.0, didapatkan hasil perhitungan arus gangguan hubung singkat tiga fasa, dua fasa, dua fasa ke 53

tanah dan satu fasa ke tanah dalam keadaan sub transient, transient dan steady-state dalam tabel 3.3. berikut. Tabel 3.3 Hasil Perhitungan Gangguan Hubung Singkat Generator 2 Fasa ke 1 Fasa ke No Gangguan 3 Fasa (ka) 2 Fasa (ka) Tanah (ka) Tanah (ka) 1 I f 68,8 55,1 73,2 72,7 2 I f 55,1 73,2 72,7 3 I f 16,7 55,1 73,2 72,7 3.2. Menghitung Setting Rele Arus Lebih Pada Generator Dari hasil perhitungan hubung singkat pada generator diatas maka kita dapat men-set waktu OCR sebagai proteksi pada generator. Maka setting relai arus lebih pada Generator PLTU Cilacap seperti pada Tabel 4.4 dibawah ini : Tabel 4.4 Hasil Perhitungan Setting Relai Arus Lebih Pada Generator No Keterangan Nilai 1 Arus nominal 10190 A 2 Ratio CT 15000 : 5 A 3 Arus yang melalui relai 3,39 A 4 Arus setting relai arus lebih 11209 A 5 Arus pick up 6,14 A 6 Waktu kerja relai 0,216 detik 3.3.. Analisis Perhitungan Setting Relai Beban Lebih Neutral TA ratio 15000/5 = 3000; Pengaman beban lebih definite time-limi. Arus kerja I GI = 1,05 x 10189 = 11261,5 A 0,95 I gi = 11261,5 3000 = 3,75 A Sedangkan tunda waktu kerja sesuai dengan kemampuan generator menahan beban lebih beberapa saat dan supaya generator tidak langsung tripp. Set t 11 = 9s, waktu ini di-set sesuai dengan spesifikasi generator. Pengaman beban lebih inverse time-limit, Calority coefficient K 1, heat-dissipating coefficient K 2, set K 1 = 37 K 2 = 1,02, Arus starting pembatas terendah untuk bagian inverse time-limit I s = 1,05 x 1,05 x 101189 = 11824,6 A 0,95 I s = 11824,6 3000 = 3,94 A Waktu tunda lama paling rendah untuk bagian inverse time-limit (2) (I s - K2) K 1 t s K 1 (2) = I s K2 ( 11824,6 10189 37 )2 1,02 =113,2s 54

(2) I I s = ( s ) 2 (4) I e set t s = 100s Arus pembatas tertinggi untuk bagian inverse time-limit, arus hubung singkat 3 phasa yang melewati generator ketika gangguan hubung singkat 3 phasa terjadi pada terminal generator adalah : (3) 1 100 x 102 I k = x X" 3 1 = 0,0441 3 20 x 100 x 102 3 20 = 65459,2A I up = 65459.2 = 21,8 A 3000 Arus ini harus lebih besar dari pada arus maksimum out of step generator. 1) Waktu tunda operasi pembatas tertinggi untuk bagian inverse time-limit Tup = K1 (2) = I up kz ( 65459,2 10189 37 )2 1.02 = 0,92s 3.4. Kurva Karakteristik Pengaman Beban Lebih Keterangan : Tabel 3.5. Perhitungan waktu tunda relai pengaman generator beban lebih. I s I hs (ampere) t s (detik) 100% 3,94 113,80 150% 5,91 18,40 200% 7,88 8,47 250% 9,85 5,00 300% 11,82 3,33 350% 13,80 2,39 400% 15,77 1,80 450% 17,74 1,41 500% 19,71 1,13 550% 21,68 0,93 I up 21,82 0,92 I s = Arus starting pembatas terendah untuk bagian inverse time-limit ; I hs = Arus hubung singkat yang terukur pada sisi sekunder trafo arus ; I up = Arus pembatas tertinggi untuk bagian inverse time limite ; t s = Waktu tunda lama paling rendah untuk bagian inverse time-limit. 55

t (detik) Edisi 10 No 1 April 2018 120 100 Karakteristik pengaman beban lebih generator 80 60 40 20 0 0 5 10 15 20 25 I hs (ampere) Gambar 3.4. Kurva karakteristik pengaman beban lebih. Perhitungan waktu tunda relai pengaman generator beban lebih pada saat I s = 150% I s150% = 150 x I 100 s = 150 x 11824,6 = 17736,9 A 100 I hs50% = I si50% RatioCT = 17736,9 3000 = 5,19A Demikian juga pada saat I s 200%, 150% hingga I up (arus maksimum hubung singkat 3 phasa) yang terjadi pada terminal generator. Hasil dari nilai arus dan waktu tersebut di sederhanakan dalam bentuk tabel 4.5. dari tabel tersebut maka dapat digambarkan dalam bentuk kurva. Gambar 4.3 adalah kurva dari hubungan arus kerja relai terhadap waktu tunda bekerjanya relai. Akhirnya, dari kurva yang terlihat diketahui jenis relai yang digunakan. 4. Kesimpulan Dan Saran 4.1.Kesimpulan Dari hasil penelitian yang dilakukan, dapat diambil beberapa kesimpulan sebagai berikut: a. Besar arus gangguan satu fasa ketanah yang terjadi sebesar 71465A dan gangguan fasa - fasa sebesar 53847A sehingga arus gangguan hubung singkat satu fasa ketanah yang digunakan dalam perhitungan setting relai proteksi arus lebih untuk memperoleh sensitivitas dan kehandalan relai, sehingga dengan arus gangguan terkecil relai proteksi dapat mendeteksi gangguan tersebut. b. Pada setting over current relay di generator unit 1 dengan arus pick up yang sama sebesar 6,14 A dan setting waktu 0,21detik. c. Sistem pengaman generator beban lebih di PT. Sumber Segara Primadaya PLTU 2 X 300 MW Cilacap ini merupakan jenis relai extremely inverse. Hal ini dapat dilihat dari kurva karakteristik pengaman tersebut ketika arus starting inverse dengan basis pengali 100% waktu tundanya 113,8 detik kemudian saat pengali 150 % waktu tundanya langsung turun dengan drastis 18,4 detik. d. Sistem pengaman generator beban lebih di PT.Sumber Segara Primadaya PLTU 2 X 300 MW Cilacap terdiri atas dua bagian yaitu : definite time-limit dan inverse time-limit. Definite time-limit berfungsi untuk membunyikan alarm yang bekerja pada settingan arus 3,75 Ampere dan waktu 9 detik, sedangkan inverse time-limit akan memberikan output pemutusan PMT atau program tripping dengan penyetelan arus I s 3,94 A dengan 56

waktu tunda 100 detik, sedangkan penyetelan arus I up 21,8 A dengan waktu tunda 0,92 detik. 4.2.Saran Setelah membuat tugas akhir berupa analisa sistem pengaman generator arus lebih di PT. Sumber Segara Primadaya PLTU 2 X 300 MW Cilacap ini, penulis mempunyai beberapa saran sebagai berikut: a. Relai pengaman arus lebih generator ini hanyalah satu dari 16 relai pengaman generator yang ada di PT. Sumber Segara Primadaya PLTU 2 X 300 MW Cilacap. b. Analisa sistem pengaman arus lebih generator ini belum terdapat koordinasi antar relai yang membentuk sistem proteksi generator dan juga koordinasi dengan pengaman yang bersebelahan seperti pengaman trafo utama dan pengaman busbar tegangan tinggi 5. Referensi [1] Author, 2005, Electric System Operation Regulation, Inonesia Java Cilacap 2 X 300 MW CFFSPP Project Management Departement. [2] Author, 2005, DGT 801 Digital Generator-Transformer Protection Technical Manual, Guodin Nanjing Automation CO.,LTD. [3] Arismunandar, Artono, 1979, Buku Pegangan Teknik Tenaga Listrik,Jilid 2, PT. Pranadya Paramita, Jakarta. [4] Sumanto, MA, Drs., 1992, Mesin Sinkron, Andi Offset, Yogyakarta. [5] William D. Stevenson, Jr, 1996, Analisis Sistem Tenaga listrik (edisi keempat), Erlangga, Jakarta. [6] Satria, Andika, 2011, Laporan Tugas Akhir Perancangan dan Setting Relay proteksi Sebagai Pengaman Generator dan Transformator Untuk Gangguan Pada Sisi Busbar 6,6 kv dan 20 kv PLTA Tangka-Manipi, ITENAS, Bandung. [7] Istimaroh, Anaa, 2013, Laporan Tugas Akhir Penentuan Setting Rele Arus Lebih Generator dan Rele Diferensial Transformator Unit 4 PLTA Cirata II, ITENAS, Bandung. 57