BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia adalah salah satu negara yang saat ini masih mengahadapi masalah sanitasi dan perilaku untuk hidup bersih dan sehat. Untuk mengatasi masalah tersebut pemerintah Indonesia telah membuat kebijakan mengenai persoalan sanitasi misalnya Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 3 Tahun 2014 tentang Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM). STBM terdiri dari 5 pilar yaitu (1)Stop Buang Air Besar Sembarangan, (2)Cuci Tangan Pakai Sabun, (3)Pengelolaan Air Minum Rumah Tangga, (4)Pengelolaan Sampah Rumah Tangga dan (5)Pengelolaan Limbah Cair Rumah Tangga. Dalam 5 Pilar Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM) diatas salah satunya adalah pengelolaan air minum rumah tangga. Masih banyak penduduk yang belum mendapatkan akses air bersih yang layak untuk diminum. PBB tahun (2011) di ketahui sejumlah 7 miliar penduduk dunia sebanyak 884 juta jiwa (12,6%) tidak memiliki akses terhadap air minum yang layak. Data tentang sanitasi ini seharusnya menjadi pemicu bagi semua pihak untuk lebih peduli dengan masalah sanitasi. Kurangnya akses terhadap sanitasi berdampak bagi kesehatan. Profil Kesehatan Indonesia (2015) di Indonesia persentase rumah tangga dengan sumber air minum layak sebesar 181.301.154 (70,97%) dari jumlah penduduk 255.461.686 jiwa. Provinsi dengan persentase rumah tangga dengan sumber air minum layak tertinggi yaitu DKI Jakarta (93,40%) dari jumlah penduduk 10.177.924 jiwa, Bali (91,27%) dari jumlah penduduk 4.152.833 jiwa, dan Kalimantan Utara (84,59%) dari jumlah penduduk 641.936 jiwa. Sedangkan Provinsi dengan persentase rumah tangga menurut 1
2 sumber air minum layak terendah adalah Bengkulu (41,08%) dari jumlah penduduk 1.874.944 jiwa, Papua (51,27%) dari jumlah penduduk 3.149.375 jiwa, dan Sulawesi Barat (53,89%) dari jumlah penduduk 1.282.162 jiwa. Profil Kesehatan Indonesia (2015) Kalimantan selatan persentase rumah tangga dengan sumber air minum layak 2.482.848 (62,23%) dari jumlah penduduk 3.989.793 jiwa. Dan untuk Kabupaten Barito Kuala pada Tahun 2015, Penduduk dengan akses terhadap air minum layak 90,838 (30,45%) dari jumlah penduduk 298,282 jiwa. Masih banyak penduduk yang belum mendapatkan akses air munum layak di kabupaten Barito Kuala (Dinas Kesehatan Kabupaten Barito Kuala,2015). Air merupakan zat yang memiliki peranan sangat penting bagi kelangsungan hidup manusia dan mahkluk hidup lainnya. Manusia akan lebih cepat meninggal karena kekurangan air dari pada kekurangan makanan. Di dalam tubuh manusia itu sendiri sebagian besar terdiri dari air. Tubuh orang dewasa, sekitar 55-60 % berat badan terdiri dari air, untuk anak-anak sekitar 65% dan untuk bayi sekitar 80%. Menurut perhitungan WHO, di Negaranegara maju tiap orang memerlukan air antara 60-120 liter per hari. Sedikitnya, secara normal kita butuh 2 liter sehari atau 8 gelas sehari (Proverawati, Rahmawati, 2012). Air minum adalah air yang melalui proses pengolahan atau tanpa proses pengolahan yang memenuhi syarat kesehatan dan dapat langsung diminum. Air minum yang aman bagi kesehatan adalah air minum yang memenuhi persyaratan secara fisik, mikrobiologis, kimia (Direktorat Jenderal Kesehatan Masyarakat, Kemenkes RI, 2016). Pada prinsipnya semua air dapat diproses menjadi air minum. Sumber-sumber air ini, sebagai berikut. Air hujan, air sungai dan danau, mata air, air sumur ( bias sumur dalam atau sumur dangkal), air ledeng atau perusaahan air minum, air hujan, dan air dalam kemasan (Maryunani, 2013).
3 Menurut Halim et al dalam Rudika (2013). Air untuk minum harus diolah terlebih dahulu untuk menghilangkan kuman dan penyakit, air yang tidak dikelola dengan standar Pengelolaan Air Minum Rumah Tangga dapat menimbulkan penyakit. Pengelolaan air minum rumah tangga yaitu memperbaiki kualitas air minum di rumah tangga dengan metode sederhana dan terjangkau, sebelum diminum air terlebih dahulu diolah untuk menghilangkan kuman penyakit. Air minum yang sudah diolah harus disimpan dalam wadah yang aman yang tidak menyebabkan kontaminasi. Pengolahan air minum adalah proses mendapatkan air bersih dan sehat yang sesuai dengan standar mutu air untuk kesehatan. Pengelolaan air minum rumah tangga yang sederhana di lakukan dengan cara, tampung air ke drum. Larutkan bahan koagulan (tawas) 1 sendok untuk 1 M 3 air baku atau 200 liter air baku, aduk hingga rata dan diamkan selama 30 menit sampai kotoran mengendap, alirkan air ke bak lain (saring) kemudian berikan kaporit 1 sendok teh untuk 1 M 3 air bersih tunggu 30 menit. Kemudian air siap dimasak atau di gunakan untuk keperluan lain. Untuk wadah penyimpanan Air yang sudah diolah disimpan didalam tempat atau wadah yang bersih dan selalu tertutup, berleher sempit, Jangan minum air langsung dari mulut atau wadah nya, gunakan gelas yang bersih dan kering, Letakkan wadah penyimpanan air minum di tempat yang bersih dan sulit terjangkau oleh binatang, dan Wadah air minum sebaiknya dicuci setiap tiga hari sekali (Modul Pelatihan Sanitasi Total Berbasis Masyarakat, 2014). Menurut Notoatmodjo (2015) Pengetahuan adalah merupakan hasil tahu dan ini terjadi setelah orang mengadakan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terhadap objek terjadi melalui panca indra manusia yakni penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba dengan sendiri. Pada waktu penginderaan sampai mengasilkan pengetahuan tersebut sangat di pengaruhi oleh intensitas perhatian persepsi terhadap objek. Sebagian besar pengetahuan manusia di peroleh melalui mata dan telinga. Dan pengetahuan sendiri di pengaruhi oleh faktor pendidikan formal,
4 pengetahuan sangat erat hubungannya dengan pendidikan, dimana diharapkan bahwa dengan pendidikan yang tinggi maka orang tersebut akan semakin luas pula pengetahuannya. Akan tetapi perlu ditekankan, bukan berarti seseorang yang berpendidikan rendah mutlak berpengetahuan rendah pula. Pengetahuan seseorang tentang suatu objek mengandung dua aspek, yaitu aspek positif dan negatif. Kedua aspek ini yang menentukan sikap seseorang semakin banyak aspek positif dan objek yang diketahui, maka akan menimbulkan sikap makin positif terhadap objek tertentu (wawan & dewi, 2011) Seorang ibu rumah tangga sangat berkepentingan dengan penyediaan air bersih dan sanitasi perlu diikutsertakan. ibu rumah tangga merupakan istilah yang digunakan untuk menggambarkan seorang wanita yang telah menikah serta menjalankan pekerjaan rumah, merawat anak-anaknya, memasak, membersihkan rumah dan melakukan pengeloaan air minum yang benar. Setiap hari kaum wanita dan keluarganya membutuhkan air. Dalam hal menanggulangi masalah pengolahan air minum di rumah tangga yang dapat menyebabkan kesehatan seseorang terganggu maka perlunya peranan atau partisipasi masyarakat terutama pengetahuan ibu rumah tangga akan pentingnya pengelolaan air minum yang benar. Hal ini di kuatkan dalam penelitian Yoga Hardjono, 2003 Banyak faktor-faktor yang berhubungan dengan pengelolaan air bersih untuk diminum diantaranya pengetahuan, pendidikan, pendapatan keluarga, sikap, dan ketersediaan air bersih. Menurut Khoiron & Dewi (2015) Menyatakan bahwa salah satu faktor yang mempengaruhi pengelolaan air bersih adalah rendahnya tingkat pengetahuan yang dimiliki. Pengetahuan kognitif merupakan domain yang sangat penting dalam membentuk tindakan seseorang. Pengetahuan merupakan faktor yang sangat berpengaruh terhadap pengambilan keputusan. Seseorang yang memiliki pengetahuan rendah tentang suatu hal maka iya cenderung akan mengambil keputusan yang kurang tepat berkaitan dengan masalah tersebut
5 dibandingkan dengan mereka yang berpengetahuan tinggi, sehingga mereka yang berpengetahuan rendah cenderung tidak menerapkan sanitasi yang sehat dalam kehidupan sehari-hari contohnya pengelolaan air bersih untuk diminum. Berdasarkan studi pendahuluan pada tanggal 24-30 Desember 2016 diperoleh data di Desa Semangat Dalam Kecamatan Alalak Kabupaten Barito Kuala, peneliti mendapatkan data dari Puskesmas Semangat Dalam Kecamatan Alalak Kabupaten Barito Kuala dengan data tahun 2015. Penduduk dengan akses terhadap air minum layak 13.335 (60,09%) dari jumlah penduduk 22.193 jiwa. Jadi sekitar 8.858 jiwa yang belum mendapatkan akses air minum yang layak. Dan hasil wawancara ke rumahrumah warga yang bertempat tinggal dipinggiran sungai yaitu 20 ibu diketahui masih menggunakan air sungai untuk diminum. Berdasarkan hasil wawancara terhadap 20 ibu tersebut, 12 ibu mengelola air terlebih dahulu sebelum diminum dan 8 ibu tidak mengelola terlebih dahulu air yang akan dijadikan untuk minum. Padahal seharusnya air tersebut harus terlebih dahulu diendapkan, disaring, dan diberi kaporit lalu dimasak untuk menjadikan air tersebut bersih dan aman. Untuk wadah penyimpanan Air yang sudah diolah disimpan didalam tempat atau wadah yang bersih dan selalu tertutup, berleher sempit, Jangan minum air langsung dari mulut atau wadahnya, gunakan gelas yang bersih dan kering, Letakkan wadah penyimpanan air minum di tempat yang bersih dan sulit terjangkau oleh binatang, dan Wadah air minum sebaiknya dicuci setiap tiga hari sekali. Berdasarkan uraian diatas maka peneliti tertarik untuk meneliti Apakah ada Hubungan Pengetahuan Ibu dengan Pengelolaan Air Minum Rumah Tangga di Desa Semangat Dalam Kecamatan Alalak Kabupaten Barito Kuala 2017.
6 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang diatas rumusan masalah dalam penelitian ini adalah apakah ada Hubungan Pengetahuan Ibu dengan Pengelolaan Air Minum Rumah Tangga di Desa Semangat Dalam Kecamatan Alalak Kabupaten Barito Kuala 2017. 1.3 Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan Umum Tujuan umum dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui Hubungan Pengetahuan Ibu dengan Pengelolaan Air Minum Rumah Tangga di Desa Semangat Dalam Kecamatan Alalak Kabupaten Barito Kuala 2017. 1.3.2 Tujuan Khusus 1.3.2.1 Mengidentifikasi Pengetahuan Ibu tentang Pengelolaan Air Minum Rumah Tangga di Desa Semangat Dalam Kecamatan Alalak Kabupaten Barito Kuala 2017. 1.3.2.2 Mengidentifikasi cara Ibu dalam Pengelolaan Air Minum Rumah Tangga di Desa Semangat Dalam Kecamatan Alalak Kabupaten Barito Kuala 2017. 1.3.2.3 Menganalisis Hubungan Pengetahuan Ibu dengan Pengelolaan Air Minum Rumah Tangga di Desa Semangat Dalam Kecamatan Alalak Kabupaten Barito Kuala 2017. 1.4 Manfaat Penelitian 1.4.1 Bagi Masyarakat Hasil penelitian ini dapat menjadi bahan masukan bagi masyarakat terutama ibu-ibu untuk berupaya meningkatkan pengetahuannya dan mengubah prilakunya agar lebih baik lagi dalam pengelolaan air minum rumah tangga.
7 1.4.2 Bagi Puskesmas Hasil penelitian ini dapat di jadikan sebagai bahan masukan bagi petugas kesehatan di Puskesmas untuk berupaya mengubah prilaku masyarakat terutama ibu-ibu dalam pengelolaan air minum rumah tangga. 1.4.3 Bagi Bidang Keperawatan Hasil penelitian ini dapat menjadi bahan bagi pengembangan ilmu keperawatan serta dapat dipergunakan oleh perawat dengan memberikan intervensi kepada masyarakat yang berkaitan dengan perbaikan perilaku masyarakat dalam pengelolaan air minum rumah tangga kearah yang positif atau tindakan yang benar yang sesuai dengan kaidah-kaidah kesehatan. 1.4.4 Bagi Perguruan Tinggi Hasil penelitian ini dapat di jadikan sebagai bahan kepustakaan bagi seluruh mahasiswa Fakultas Keperawatan dan Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Banjarmasin. 1.5 Keaslian Penelitian Menurut pengetahuan penulis, penelitian tentang hubungan pengetahuan ibu rumah tangga dengan pengolahan air minum. Namun penelitian di tempat lain yang berkaitan dengan penelitian ini adalah: 1.5.1 Siti Nur Ramdaniati (2008), dengan judul Pengetahuan dan Sikap Terhadap Perilaku Hidup Bersih Dan Sehat pada Ibu Rumah Tangga RW 4 Kelurahan Manggarai Jakarta Selatan. Variabel bebas pada penelitian ini adalah karakteristik (umur, pendidikan, mata pencarian), pengetahuan tentang PHBS dan sikap tentang PHBS. Sedangkan variable terikat adalah Perilaku Hidup Bersih dan Sehat. Desain penelitian yang digunakan adalah cross sectional dan menggunakan uji chi square (tingkat kemaknaan 0,05) untuk melihat adanya hubungan antara variabel bebas dan terikat. Hasil penelitian menunjukkan adanya hubungan yang bermakna antara
8 tingkat pendidikan, pengetahuan dan sikap tentang PHBS terhadap Perilaku Hidup Bersih dan Sehat pada ibu rumah tangga RW04 Kelurahan Manggarai. 1.5.2 Hilya Haniek (2011), dengan judul Hubungan Pengetahuan dan Sikap terhadap Perilaku Hidup Bersih dan Sehat pada Ibu Rumah Tangga di Kecamatan Lubuk Sikaping. Metode penelitian bersifat studi cross sectional. Sampel adalah ibu rumah tangga yang dipilih berdasarkan metode clusterrandom sampling. Pengumpulan data dilakukan dengan pengisian kuesioner. Hasil penelitian menunjukkan bahwa responden yang berpengetahuan baik sebanyak 17,6%, cukup sebanyak 70,6%, dan kurang sebanyak 11,8%; bersikap baik sebanyak 8,8%, cukup sebanyak 77,5%, dan kurang sebanyak 13,7%; berperilaku baik sebanyak 12,7%, cukup sebanyak 76,5%, dan kurang sebanyak 10,8%. Perbedaan dengan penelitian ini terdapat pada variable Dependent, tempat penelitian, maupun waktu penelitian.