Samuel Layang. Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Palangka Raya Kampus Unpar Tunjung Nyaho Jl. H. Timang, 73111A

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Analisis Struktur. 1.2 Derajat Ketidaktentuan Statis (Degree of Statically Indeterminancy)

BAB I PENDAHULUAN. fisik menuntut perkembangan model struktur yang variatif, ekonomis, dan aman. Hal

MEKANIKA REKAYASA III

Golongan struktur Balok ( beam Kerangka kaku ( rigid frame Rangka batang ( truss

METODE SLOPE DEFLECTION

JURNAL TUGAS AKHIR PERHITUNGAN STRUKTUR BETON BERTULANG PADA PEMBANGUNAN GEDUNG PERKULIAHAN FAPERTA UNIVERSITAS MULAWARMAN

BAB I PENDAHULUAN. tersebut. Modifikasi itu dapat dilakukan dengan mengubah suatu profil baja standard menjadi

PERBANDINGAN PERANCANGAN JUMLAH DAN LUASAN TULANGAN BALOK DENGAN CARA ACI DAN MENGGUNAKAN PROGRAM STAAD2004

METODA CONSISTENT DEFORMATION

Pertemuan I,II I. Struktur Statis Tertentu dan Struktur Statis Tak Tentu

Staf Pengajar Jurusan Teknik Sipil Politeknik Negeri Lhokseumawe

Jurnal MITSU Media Informasi Teknik Sipil UNIJA Volume 3, No. 1, April ISSN :

STRUKTUR STATIS TAK TENTU

BAB IV PERMODELAN STRUKTUR

BAB III PEMODELAN STRUKTUR

03. Semua komponen struktur diproporsikan untuk mendapatkan kekuatan yang. seimbang yang menggunakan unsur faktor beban dan faktor reduksi.

STUDI ANALISIS PERTEMUAN BALOK KOLOM BERBENTUK T STRUKTUR RANGKA BETON BERTULANG DENGAN PEMODELAN STRUT-AND- TIE ABSTRAK

BAB III METODOLOGI PERENCANAAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pembebanan yang berlaku untuk mendapatkan suatu struktur bangunan

Perhitungan Struktur Bab IV

STUDI PERBANDINGAN DISTRIBUSI GAYA GESER PADA STRUKTUR DINDING GESER AKIBAT GAYA GEMPA DENGAN BERBAGAI METODE ANALISIS ABSTRAK

ANALISIS STRUKTUR FRAME-SHEAR WALL

Jl. Banyumas Wonosobo

TKS Analisis Struktur II. Dr. AZ Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Brawijaya

PENGARUH DINDING GESER TERHADAP PERENCANAAN KOLOM DAN BALOK BANGUNAN GEDUNG BETON BERTULANG

Outline TM. XXII : METODE CROSS. TKS 4008 Analisis Struktur I 11/24/2014. Metode Distribusi Momen

BAB III ANALISA PERENCANAAN STRUKTUR

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

STATIKA I. Reaksi Perletakan Struktur Statis Tertentu : Balok Sederhana dan Balok Majemuk/Gerbe ACEP HIDAYAT,ST,MT. Modul ke: Fakultas FTPD

REDESAIN GEDUNG KANTOR JASA RAHARJA CABANG JAWA TENGAH JALAN SULTAN AGUNG - SEMARANG Muhammad Razi, Syaiful Anshari Windu Partono, Sukamta*)

BAB I PENDAHULUAN. balok, dan batang yang mengalami gabungan lenturan dan beban aksial; (b) struktur

PRINSIP DASAR MEKANIKA STRUKTUR

SATUAN ACARA PERKULIAHAN (SAP)

BAB II STUDI PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. gedung dalam menahan beban-beban yang bekerja pada struktur tersebut. Dalam. harus diperhitungkan adalah sebagai berikut :

BAB VI HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Balok

Metode Defleksi Kemiringan (The Slope Deflection Method)

KAJIAN PEMANFAATAN KABEL PADA PERANCANGAN JEMBATAN RANGKA BATANG KAYU

BAB III METODOLOGI PERANCANGAN. Untuk mempermudah perancangan Tugas Akhir, maka dibuat suatu alur

DAFTAR ISI HALAMAN PERNYATAAN...

PERBANDINGAN ANALISIS STRUKTUR GEDUNG FAKULTAS PSIKOLOGI USM (EMPAT LANTAI GEDUNG T) MENGGUNAKAN SNI GEMPA DENGAN SNI GEMPA

Struktur Beton. Ir. H. Armeyn, MT. Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan Jurusan Teknik Sipil dan Geodesi Institut Teknologi Padang

Mekanika Rekayasa III

BAB III METEDOLOGI PENELITIAN. dilakukan setelah mendapat data dari perencanaan arsitek. Analisa dan


BAB III LANDASAN TEORI. A. Pembebanan

EVALUASI KINERJA INELASTIK STRUKTUR RANGKA BETON BERTULANG TERHADAP GEMPA DUA ARAH TUGAS AKHIR PESSY JUWITA

BAB IV EVALUASI KINERJA DINDING GESER

SIMULASI STRUKTUR JEMBATAN RANGKA BAJA KERETA API TERHADAP VARIASI KONFIGURASI RANGKA BATANG, MUTU MATERIAL, DAN BEBAN SUHU

Pertemuan I, II I. Gaya dan Konstruksi

Struktur Rangka Batang Statis Tertentu

fc ' = 2, MPa 2. Baja Tulangan diameter < 12 mm menggunakan BJTP (polos) fy = 240 MPa diameter > 12 mm menggunakan BJTD (deform) fy = 400 Mpa

KONSTRUKSI BALOK DENGAN BEBAN TERPUSAT DAN MERATA

5- Persamaan Tiga Momen

LOADS OF STRUCTURES. Tata Cara Perencanaan Pembebanan Jembatan Jalan Raya. SNI

ANALISIS DAN DESAIN STRUKTUR RANGKA GEDUNG 20 TINGKAT SIMETRIS DENGAN SISTEM GANDA ABSTRAK

Oleh : MUHAMMAD AMITABH PATTISIA ( )

Analisis Perilaku Struktur Pelat Datar ( Flat Plate ) Sebagai Struktur Rangka Tahan Gempa BAB III STUDI KASUS

BAB III PEMODELAN DAN ANALISIS STRUKTUR

BAB IV ANALISA STRUKTUR

KERUNTUHAN LENTUR BALOK PADA STRUKTUR JOINT BALOK-KOLOM BETON BERTULANG EKSTERIOR AKIBAT BEBAN SIKLIK

BAB I PENDAHULUAN. Suatu konstruksi tersusun atas bagian-bagian tunggal yang digabung membentuk

Analisis Struktur Statis Tak Tentu dengan Force Method

VARIASI BENTUK PENGAKU DIAGONAL GANDA TIPE KNEE PADA PORTAL BAJA BIDANG BERTINGKAT

PERENCANAAN GEDUNG BETON BERTULANG BERATURAN BERDASARKAN SNI DAN FEMA 450

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Yuan-Yu Hsieh, 1985 perencanaan yang lengkap dari suatu

MODUL 3 : METODA PERSAMAAN TIGA MOMEN Judul :METODA PERSAMAAN TIGA MOMEN UNTUK MENYELESAIKAN STRUKTUR STATIS TIDAK TERTENTU

BAB IV PEMODELAN STRUKTUR

Analisis Pertemuan Balok-Kolom Struktur Rangka Beton Bertulang Menggunakan Metode Strut And Tie. Nama: Budi Piyung Riyadi NRP :

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Meliputi pertimbangan secara detail terhadap alternatif struktur yang

Susunan Beban Hidup untuk Penentuan Momen Rencana

STUDI PENEMPATAN DINDING GESER TERHADAP WAKTU GETAR ALAMI FUNDAMENTAL STRUKTUR GEDUNG

Analisis Struktur II

Kinerja Hubungan Pelat-Kolom Struktur Flat Plate Bertulangan Geser Stud Rail dan Sengkang Dalam Menahan Beban Lateral Siklis

KATA PENGANTAR. karunia-nya kepada saya sebagai penulis, sehingga tersusunya makalah momen

Tabel 1. Hasil Gaya Dalam pada Balok 639 dan Kolom 501 untuk struktur 2D dan Struktur 3D

ANALISIS STRUKTUR BALOK NON PRISMATIS MENGGUNAKAN METODE PERSAMAAN SLOPE DEFLECTION

ANALISIS DAN DESAIN DINDING GESER GEDUNG 20 TINGKAT SIMETRIS DENGAN SISTEM GANDA ABSTRAK

ANALISIS LENDUTAN SEKETIKA DAN JANGKA PANJANG PADA STRUKTUR PELAT DUA ARAH. Trinov Aryanto NRP : Pembimbing : Daud Rahmat Wiyono, Ir., M.Sc.

ANALISA KEGAGALAN STRUKTUR DAN RETROFITTING BANGUNAN MASJID RAYA ANDALAS PADANG PASCA GEMPA 30 SEPTEMBER Fauzan 1 ABSTRAK

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PERENCANAAN STRUKTUR PORTAL DENGAN BALOK PRATEGANG

Kajian Pengaruh Panjang Back Span pada Jembatan Busur Tiga Bentang

LAPORAN PERHITUNGAN STRUKTUR

BAB 1 PENDAHULUAN. metoda desain elastis. Perencana menghitung beban kerja atau beban yang akan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Analisis Struktur Statis Tak Tentu dengan Force Method

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pergesekan lempeng tektonik (plate tectonic) bumi yang terjadi di daerah patahan

MUHAMMAD SYAHID THONTHOWI NIM.

DAFTAR NOTASI BAB I β adalah faktor yang didefinisikan dalam SNI ps f c adalah kuat tekan beton yang diisyaratkan f y

BAB I PENDAHULUAN Konsep Perencanaan Struktur Beton Suatu struktur atau elemen struktur harus memenuhi dua kriteria yaitu : Kuat ( Strength )

Pedoman Pengerjaan PERANCANGAN STRUKTUR BETON

Struktur Statis Tertentu : Rangka Batang

Ir. H. Achmad Bakri Muhiddin, MSc, Ph.D Dr. Eng. A. Arwin Amiruddin, ST, MT Pembimbing 1 Pembimbing 2. Abstrak

2 Mekanika Rekayasa 1

BAB II DASAR TEORI. Gambar 2.1 Tumpuan Rol

ANALISIS PERBANDINGAN PERILAKU STRUKTUR JEMBATAN CABLE STAYEDTIPE FAN DAN TIPE RADIALAKIBAT BEBAN GEMPA

ABSTRAKSI. Basuki Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Muhammdiyah Surakarta Jalan A.Yani Tromol Pos I Pabelan Kartasura Surakarta 57102

Transkripsi:

Vol. 2 No. 1 Januari-Juni 2014:31-45 THE CAPACITY OPTIMIZATION OF BEAM ULTIMATE MOMENT ON PLANE FRAME OPTIMASI KAPASITAS MOMEN ULTIMIT BALOK PADA PORTAL DUA DIMENSI Samuel Layang Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Palangka Raya Kampus Unpar Tunjung Nyaho Jl. H. Timang, 73111A e-mail: sammy.ptb@gmail.com ABSTRACT The purpose of this research is to determine the effect of beam length on the ultimate moment occurs especially in plane frame that carries concentrated load and uniform load. This research used a plane frame as a model with calculating upon length of beam from center to center of column and clear length of beam. Concentrated load acting on the beam starting from 2.5 tons with an increase of 25% in two times respectively. Uniform force acts on the beam starting from 1 ton/m with an increase of 12.5% in two times respectively. The result of this research indicates that the plane frame that received concentrated load in level 1, the average reduction of ultimate moment is 6,070 % for live load and 6,811 % for combination load. On level 2, the average reduction of ultimate moment is 4,895 % for live load and 6,252 % for combination load. Plane frame with uniform load in level 1, the average reduction of ultimate moment is 11,458 % for live load and 11,316 % for combination load. On level 2, the average reduction of ultimate moment is 12,181 % for live load and 12,212 % for combination load. Keyword: Ultimate moment, concentrated load, uniform load ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh panjang balok terhadap momen ultimit yang terjadi khususnya pada portal 2 dimensi yang menerima beban terpusat dan beban merata. Penelitian ini menggunakan portal 2 dimensi sebagai model yang memperhitungkan panjang balok dari pusat ke pusat kolom dan panjang bersih balok. Beban terpusat yang bekerja pada balok dimulai dari 2,5 ton dengan kenaikan 25 % secara berturut-turut sebanyak dua kali. Beban merata yang bekerja pada balok dimulai dari 1 ton/m dengan kenaikan 12,5 % secara berturut-turut sebanyak dua kali. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa untuk portal yang menerima beban terpusat, untuk balok level 1, rata-rata pengurangan momen ultimit sebesar 6,070 % untuk beban hidup dan 6,811 % untuk beban kombinasi. Sedangkan untuk balok level 2 rata-rata pengurangan momen ultimit sebesar 4,895 % untuk beban hidup dan 6,252 % untuk beban kombinasi. Pada portal yang menerima beban merata, untuk balok level 1, rata-rata pengurangan sebesar 11, 458 % untuk beban hidup dan 11,316 % untuk beban kombinasi. Sedangkan pada balok level 2 rata-rata pengurangan sebesar 12,181 % untuk beban hidup dan 12,212 % untuk beban kombinasi. Kata Kunci: Momen ultimit, beban terpusat, beban merata PENDAHULUAN Perencanaan yang baik dari suatu struktur gedung tidak hanya membawa pengaruh yang baik selama proses konstruksi tetapi yang terpenting adalah hasil. Hasil yang baik akan menjadi tujuan utama. Dalam proses perencanaan konstruksi paling tidak terdapat tiga hal penting yang menjadi perhatian dari perencana, yaitu keamanan, biaya dan waktu. Ketiga faktor tersebut saling terkait erat. Keamanan merupakan hal yang utama dan mutlak. Struktur yang dibangun harus kuat, aman dan memberikan rasa nyaman bagi penggunanya. Hal lain yang tidak kalah pentingnya adalah masalah biaya. Bagaimanapun biaya harus diperhitungkan dengan cermat agar menjamin kelangsungan pekerjaan. Ada banyak cara yang dilakukan untuk mengurangi biaya konstruksi. Umumnya efisiensi biaya dapat dilakukan selama proses konstruksi dengan menggunakan metode kerja yang tepat untuk setiap jenis pekerjaan. Selain metode kerja, efisiensi biaya dapat dilakukan pada tahap perencanaan. Salah satu cara yang dapat dilakukan adalah dalam menganalisis momen ultimit (terfaktor) yang bekerja pada balok. Pada umumnya analisa balok pada kasus portal 2 dimensi dilakukan dengan memperhitungkan panjang balok dari pusat ke pusat kolom. Sebenarnya analisa balok dapat juga dilakukan dengan memperhitungkan panjang bersih balok. Momen terfaktor yang diperoleh dengan cara analisa 31

memperhitungkan panjang bersih balok, akan memberikan nilai yang lebih kecil. Dengan semakin kecil momen lentur yang bekerja pada balok akan mengurangi pemakaian tulangan yang pada akhirnya akan menghemat biaya konstruksi. Pada kasus bangunan bertingkat banyak (multi history building), analisa secara manual membutuhkan waktu yang lama dan kemungkinan terjadi kesalahan sangat besar. Saat ini telah banyak terdapat program komputer untuk menyelesaikan poses perhitungan struktur, seperti Program STAAD. Berdasarkan uraian di atas penulis ingin melakukan analisa momen ultimit (terfaktor) pada balok akibat beban luar yang bekerja pada struktur portal 2 dimensi dengan menggunakan Program STAAD. Ada 2 kondisi yang di analisa, yaitu momen ultimit balok yang memperhitungkan jarak dari pusat ke pusat kolom dan momen ultimit balok yang memperhitungkan panjang bersih balok. Adapun tujuan dari penelitian ini adalah: 1. Untuk mengetahui seberapa besar perbedaan antara momen ultimit balok yang memperhitungkan panjang balok dari pusat ke pusat kolom dan balok yang memperhitungkan panjang bersih pada portal 2 dimensi akibat beban terpusat. 2. Untuk mengetahui seberapa besar perbedaan antara momen ultimit balok yang memperhitungakan panjang balok dari pusat ke pusat kolom dan balok yang memperhitungkan panjang bersih pada portal 2 dimensi akibat beban merata. Manfaat yang diharapkan akan diperoleh dari penelitian ini adalah: 1. Dapat mengetahui seberapa besar perbedaan antara momen ultimit balok yang memperhitungakan panjang balok dari pusat ke pusat kolom dan balok yang memperhitungkan panjang bersih balok pada portal 2 dimensi akibat terpusat. 2. Dapat mengetahui seberapa besar perbedaan antara momen ultimit balok yang memperhitungakan panjang balok dari pusat ke pusat kolom dan balok yang memperhitungkan panjang bersih pada portal 2 dimensi akibat beban merata. 3. Dapat merencanakan struktur yang lebih ekonomis namun tetap aman. KAJIAN PUSTAKA Secara garis besar, struktur terbagi atas tiga golongan utama, yaitu: 1. Balok (beam) Dalam pengertian yang sempit, balok adalah suatu batang lurus yang hanya menanggung beban dalam arah melintang. Sebuah balok telah dianalisa secara lengkap apabila nilai-nilai momen lentur dan geseran telah ditentukan. 2. Rangka batang (truss) Suatu rangka batang tersusun dari batang-batang yang disambung-sambung oleh sendi tanpa gesekan. Setiap batang dari suatu rangka dipandang sebagai sebuah batang dengan dua gaya yang hanya menerima beban dalam arah memanjang. 3. Rangka kaku (rigid frame) Rangka kaku terbentuk dari batang-batang yang disabung dengan sambungan-sambungn kaku yang mampu menahan momen lentur. Batang-batang rangka kaku pada umumnya dimaksudkan untuk menahan momen lentur, geseran dan gaya-gaya dalam arah memanjang. Rangka kaku akan teraanalisa dengan lengkap apabila gaya geser, aksial dan momen di seluruh elemen dapat diketahui. Sistem rangka batang 2 dimensi (plane truss system) dapat dilihat pada Gambar 1, terbentuk dari elemen-elemen batang lurus (prismatis) yang dirangkai dalam bidang datar dengan sambungan antar ujungujung batang diasumsikan sendi sempurna sehingga hanya akan mengalami gaya aksial tekan atau gaya aksial tarik. Struktur portal 2 dimensi (plane frame system) dapat dilihat pada Gambar 2 terbentuk dari elemenelemen batang lurus yang dirangkai dalam bidang datar dengan sambungan antar ujung-ujung batang diasumsikan kaku sempurna, tetapi dapat berpindah tempat dalam bidang strukturnya dan dapat berputar dengan sumbu putar yang tegak lurus bidang bidang struktur tersebut. Tumpuan dapat berupa jepit, sendi atu rol yang harus berada pada titik-titik buhul. Elemen-elemen pembentuk system rangka batang 2 dimensi tersebut akan dapat mengalami gaya-gaya dalam (internal forces) berupa gaya aksial (tekan atau tarik), momen lentur (bending moment) dan gaya geser (shear forces). Struktur balok silang (grid system) pada Gambar 3 terbentuk dari elemen-elemen batang lurus yang dirangkai dalam bidang datar dengan sambungan antar ujung-ujung batang diasumsikan kaku sempurna, namun dapat berpindah tempat dalam arah tegak lurus bidang strukturnya dan dapat berputar. Beban luar dapat bekerja di titik-titik buhul maupun pada titik-titik di sepanjang batang dengan arah harus tegak lurus terhadap bidang struktur tersebut. Tumpuan dapat berupa jepit atau sendi, yang juga harus berada pada titik-titik buhul. Elemen-elemen pembentuk sistem balok silang dapat mengalami gaya-gaya dalam (internal forces) berupa momen lentur (bending moment), momen torsi (torsional moment) dan gaya geser. 32

Analisis Struktur Analisis struktur adalah proses untuk menentukan respon suatu struktur akibat pembebanan agar memenuhi persyaratan keamanan (safety), biaya (economy), dan terkadang estetika (esthetics). Respon struktur ini biasanya diukur dengan perhitungan reaksireaksi, gaya-gaya dalam batang (internal forces) dan perpindahan (displacement) posisi struktur. Jika suatu struktur dalam keadaan seimbang, masing-masing batang dan sambungan atau setiap bagian struktur harus dalam keseimbangan juga dan harus memenuhi persamaan keseimbangan. Struktur yang terletak pada bidang co-planar (sumbu x -y) akan memenuhi persamaan keseimbangan jika memenuhi persyaratan: F x = 0 bekerja. F y = 0 (1) (1) M z = 0 Stuktur yang memenuhi dan dapat dianalisis cukup dengan menggunakan persamaan keseimbangan (persamaan 1) dikategorikan sebagai struktur statis tertentu. Struktur statis tak tentu adalah struktur yang tidak cukup diselesaikan atau dianalisis hanya dengan menggunakan persamaan keseimbangan. Struktur statis tak tentu terdapat beberapa kebebasan dalam pemilihan batang atau reaksi-reaksi yang dikenal sebagai kelebihan (redundant). Untuk menyelesaikan permasalahan stuktur statis tak tentu, dapat dilakukan dengan beberapa metode, diantaranya: 1. Metode Persamaan Tiga Momen (Clapeyron) Metoda Clapeyron atau yang dikenal dengan nama Metode Persamaan Tiga Momen adalah cara menyelesaikan suatu struktur statis tak tentu dengan menghitung semua gaya-gaya luar (reaksi perletakan) dan gaya-gaya dalam (gaya normal, gaya lintang, momen) pada struktur tersebut. 2. Metode Ubahan Sudut (Slope Deflection) Metode Slope Deflection menggunakan rotasi batang sebagai variabel yang dikategorikan sebagai Flexibility Method. Prinsip metode ini bahwa batang-batang yang bertemu pada suatu titik simpul (joint) yang disambung secara kaku mempunyai rotasi yang sama, besar maupun arahnya sehingga batang-batang yang bertemu pada titik simpul tersebut mempunyai rotasi yang sama atau dapat dikatakan sama dengan rotasi titik simpulnya 3. Metode Distribusi momen (Cross) Metode ini didasarkan pada anggapan bahwa (1) perubahan bentuk akibat gaya normal dan gaya geser diabaikan, sehingga panjang batangbatangnya tidak berubah; (2) s emua titik simpul (buhul) dianggap kaku sempuna. 4. Metode Matriks Analisa struktur dengan Metode Matriks dikenal dalam dua metode, yaitu Metode Kekakuan (Stiffness Method/Displacement Method) dan Metode Fleksibilitas (Flexibility Method/Force Method) Momen Ultimit Momen ultimit (momen terfaktor) merupakan momen yang disebabkan oleh beban luar yang bekerja pada struktur. Momen ultimit diperoleh dari analisa statika dan biasanya terdiri dari faktor beban luar yang Faktor beban sangat tergantung pada kombinasi pembebanan. SNI 03-2847 2002 pasal 11.2 memberikan bermacam kombinasi pembebanan. Dalam perencanaan digunakan kombinasi beban yang terbesar. Notasi U dalam SNI 03-2847 2002 melambangkan beban ultimit (beban terfaktor). Beban ultimit dapat juga diartikan sebagai beban yang dapat ditahan oleh struktur sesaat sebelum struktur tersebut mengalami kegagalan (failure). Perencanaan komponen struktur lentur seperti pada balok beton bertulang secara prinsipnya adalah momen lentur luar (momen ultimit) yang terjadi harus mampu dilawan oleh momen dalam (momen nominal) yang disumbangkan oleh kekuatan penampang itu sendiri. Dengan kata lain momen nominal (M n ) harus lebih besar dari momen ultimit (M u ) yang terjadi. Hubungan antara M n dan M u dinyatakan: M u Ø.M n (2) Program STAAD STAAD (STructural Analysis And Design) adalah salah satu program analisa struktur yang telah banyak digunakan dalam perencanaan struktur. Program ini dikembangkan oleh Research Engineering yang berpusat di Amerika. STAAD menggunakan teknologi dalam rekayasa elemen hingga dengan metode input data berbasis object oriented. Kelebihan dari Program STAAD adalah: 1. Kemudahan dalam penggunaan GUI (Graphical User Interface) 2. Kemudahan dalam pemodelan, defenisi beban, generasi beban, penentuan parameter desin 3. Hasil script file yang mudah dibaca dan dimodifikasi 4. Dapat digunakan untuk semua aplikasi rekayasa struktur 33

Gambar 1. Contoh sistem rangka batang 2 dimensi Gambar 2. Sistem portal 2 dimensi Gambar 3. Contoh sistem balok silang 34

METODE PENELITIAN Model struktur yang digunakan sebagai obyek penelitian adalah portal 2 dimensi (plane frame) ditunjukkan pada Gambar 4. Pembebanan pada portal meliputi beban terpusat ( Gambar 5) dan beban merata (Gambar 6). Dalam hal ini akan ada 2 perlakuan, pada tahap pertama portal hanya menerima beban terpusat dan tahap berikutnya hanya menerima beban merata. Untuk semua perlakuan tetap memperhitungkan beban mati dari struktur. Obyek dari penelitian ini adalah pengaruh beban luar yang bekerja pada portal terhadap momen ultimit (terfaktor) yang terjadi dengan membandingkan dua kondisi, yaitu: 1. Kondisi 1 (Normal) Menghitung momen ultimit berdasarkan panjang balok dari pusat ke pusat kolom. 2. Kondisi 2 (Pengaruh Member Offset) Menghitung momen ultimit berdasarkan panjang bersih balok (menggunakan f asilitas member offset dari Program STAAD.Pro V8i). Pemilihan beban terpusat dan beban merata yang bekerja di balok didasarkan pada beban minimum (terkecil) yang menyebabkan penggunaan tulangan lebih besar dari luas tulangan minimum yang diperlukan (ρ > ρ min ). Jika beban yang bekerja pada balok hanya menyebabkan penggunaan tulangan minimum (ρ < ρ min ), maka tidak ada pengaruhnya dari sisi ekonomis. Pembebanan terpusat mengalami kenaikan sebesar 25% secara berturut-turut, demikian pula untuk beban merata naik sebesar 12,5 %. Pembebanan untuk masing-masing tipe beban ditampilkan pada tabel 1. Variabel dalam penelitian ini terbagi menjadi 2: a. Variabel bebas (independent variable) dalam penelitian ini adalah panjang balok. b. Variabel tak bebas (dependent variable) dalam penelitian ini adalah jenis dan besar beban, dimensi struktur, perletakan. Tabel 1. Taraf pembeban Beban Terpusat (ton) Kondisi 1 Kondisi 2 Beban Merata (ton/m) 2,500 1,000 3,125 1,125 3,750 1,250 2,500 1,000 3,125 1,125 3,750 1,250 Gambar 4. Geometri portal (ukuran dalam cm) 35

Gambar 5. Portal dengan beban terpusat Gambar 6. Portal dengan beban merata HASIL DAN PEMBAHASAN Portal dengan Beban Terpusat Hasil analisa portal 2 dimensi akibat beban terpusat menunjukkan kecenderungan pengurangan (reduksi) nilai momen terfaktor, yang mana balok pada kondisi 1 (memperhitungkan panjang bersih balok) mempunyai momen terfaktor yang lebih kecil dibanding balok pada kondisi 1 (memperhitungkan panjang balok dari pusat ke pusat kolom). Hal ini berlaku untuk semua balok, pada level 1 dan level 2. Pengurangan nilai momen terfaktor terjadi pada semua taraf pembebanan terpusat yang bekerja pada portal. Untuk balok level 1, rata-rata pengurangan sebesar 6,070 % untuk beban hidup dan 6,811 % untuk beban kombinasi. Sedangkan untuk balok level 2 rata-rata pengurangan sebesar 4,895 % untuk beban hidup dan 6,252 % untuk beban kombinasi. 36

Tabel 2. Momen ultimit akibat beban terpusat 2,5 ton Level Balok 1 Pengaruh Momen Ultimit (knm) Selisih Kondisi 1 Kondisi 2 (knm) Prosentase Beban Mati 11,727 10,589 1,138 10,747 Beban Hidup 36,592 34,498 2,094 6,070 Kombinasi (mati + hidup) 72,620 67,904 4,716 6,945 Level Balok 2 Beban Mati 7,427 6,608 0,819 12,394 Beban Hidup 19,287 18,387 0,900 4,895 Kombinasi (mati + hidup) 39,773 37,349 2,424 6,490 Sumber: Hasil analisis 33.873 knm Max: 39.773 knm -34.740 knm Max: -39.773 knm -34.740 knm -33.873 knm 48.367 knm Max: 72.620 knm -37.045 knm Max: -72.620 knm -37.045 knm -48.367 knm Gambar 7. Diagram momen akibat beban (kombinasi) 2,5 ton kondisi 1 30.223 knm Max: 37.349 knm -32.360 knm Max: -37.058 knm -32.381 knm -29.890 knm Max: 67.904 knm 40.006 knm -33.441 knm -33.335 knm -39.892 knm Max: -67.578 knm Gambar 8. Diagram momen akibat beban (kombinasi) 2,5 ton kondisi 2 37

Tabel 3. Momen ultimit akibat beban terpusat 3,125 ton Level Balok 1 Pengaruh Momen Ultimit (knm) Selisih Kondisi 1 Kondisi 2 (knm) Prosentase Beban Mati 11,727 10,589 1,138 10,747 Beban Hidup 45,740 43,122 2,618 6,071 Kombinasi (mati + hidup) 87,256 81,703 5,553 6,797 Level Balok 2 Beban Mati 7,427 6,608 0,819 12,394 Beban Hidup 24,109 22,984 1,125 4,895 Kombinasi (mati + hidup) 47,488 44,704 2,784 6,228 Sumber: Hasil analisis 40.455 knm Max: 47.488 knm -42.302 knm Max: -47.488 knm -42.302 knm -40.455 knm 58.041 knm Max: 87.256 knm -44.503 knm Max: -87.256 knm -44.503 knm -58.041 knm Gambar 9. Diagram momen akibat beban (kombinasi) 3,125 ton kondisi 1 36.208 knm Max: 44.704 knm -39.456 knm Max: -44.340 knm -39.482 knm -35.791 knm 48.101 knm Max: 81.703 knm -40.187 knm Max: -81.295 knm -40.054 knm -47.959 knm Gambar 10. Diagram momen akibat beban (kombinasi) 3,125 ton kondisi 2 38

Tabel 4. Momen ultimit akibat beban terpusat 3,750 ton Level Balok 1 Pengaruh Momen Ultimit (knm) Selisih Kondisi 1 Kondisi 2 (knm) Prosentase Beban Mati 11,727 10,589 1,138 10,747 Beban Hidup 54,888 51,747 3,141 6,070 Kombinasi (mati + hidup) 101,893 95,502 6,391 6,692 Level Balok 2 Beban Mati 7,427 6,608 0,819 12,394 Beban Hidup 28,931 27,581 1,350 4,895 Kombinasi (mati + hidup) 55,203 52,059 3,144 6,039 Sumber : Hasil Analisis 47.037 knm Max: 55.203 knm -49.863 knm Max: -55.203 knm -49.863 knm -47.037 knm 67.715 knm Max: 101.893 knm -51.960 knm Max: -101.893 knm -51.960 knm -67.715 knm Gambar 11. Diagram momen akibat beban (kombinasi) 3,750 ton kondisi 1 42.193 knm Max: 52.059 knm -46.552 knm Max: -51.622 knm -46.583 knm -41.693 knm Max: 95.502 knm 56.196 knm -46.933 knm -46.773 knm -56.025 knm Max: -95.013 knm Gambar 12. Diagram momen akibat beban (kombinasi) 3,750 ton kondisi 2 39

Momen ultimit (terfaktor) dari ketiga taraf beban di atas (2,5 t, 3,125 t dan 3,75 t) mempunyai pola yang sama jika dilihat dari kecenderungan berkurangnya momen terfaktor. Khusus untuk momen terfaktor akibat beban mati, nilainya tetap sama untuk semua taraf pembebanan karena hanya memperhitungkan berat sendiri dari struktur. Balok level 1 mempunyai momen terfaktor yang lebih besar dari balok level 2. Hal ini disebabkan karena beban terpusat yang bekerja pada balok level 1 lebih besar dari balok pada level 2. Secara prosentase, selisih momen terfaktor cenderung naik dari pengaruh beban hidup sampai kombinasi beban (mati + hidup). Untuk momen terfaktor akibat beban mati mempunyai selisih yang terbesar, yang disebabkan karena terdapat perbedaan ukuran penampang balok. Balok pada level 1 mempunyai ukuran yang lebih besar (30/50) jika dibandingkan dengan balok level 2 (25/40). Semakin besar penampang balok akan menyebabkan semakin besar pula berat sendiri (self weight). Perbedaan momen terfaktor pada balok untuk kondisi 1 dan kondisi 2 terlihat jelas pada diagram batang Gambar 13 dan Gambar 14. Portal dengan Beban Merata Dari hasil analisa portal 2 dimensi untuk beban merata, diperoleh hasil bahwa pengurangan momen terfaktor yang terjadi lebih besar dari 10%. Untuk balok level 1, rata-rata pengurangan sebesar 11, 458 % untuk beban hidup dan 11,316 % untuk beban kombinasi. Sedangkan pada balok level 2 rata-rata pengurangan sebesar 12,181 % untuk beban hidup dan 12,212 % untuk beban kombinasi. Gambar 13. Perbandingan momen terfaktor akibat beban hidup Gambar 14. Perbandingan momen terfaktor akibat beban kombinasi 40

Tabel 5. Momen terfaktor akibat beban merata 1 ton/m Level Balok 1 Pengaruh Momen Terfaktor (knm) Selisih Kondisi 1 Kondisi 2 (knm) Prosentase Beban Mati 11,727 10,589 1,138 10,747 Beban Hidup 31,721 28,460 3,261 11,458 Kombinasi (mati + hidup) 64,826 58,243 6,583 11,303 Level Balok 2 Beban Mati 7,427 6,608 0,819 12,394 Beban Hidup 31,135 27,754 3,381 12,182 Kombinasi (mati + hidup) 58,728 52,335 6,393 12,216 Sumber: Hasil Analisis 48.771 knm Max: 58.728 knm -29.582 knm Max: -58.728 knm -29.582 knm -48.771 knm 47.894 knm Max: 64.826 knm -33.333 knm Max: -64.826 knm -33.333 knm -47.894 knm Gambar 15. Diagram momen akibat beban (kombinasi) 1 ton/m kondisi 1 40.452 knm Max: 52.335 knm -26.197 knm Max: -52.335 knm -26.197 knm -40.452 knm 38.497 knm Max: 58.243 knm -29.763 knm Max: -58.243 knm -29.763 knm -38.497 knm Gambar 16. Diagram momen akibat beban (kombinasi) 1 ton/m kondisi 2 41

Tabel 6. Momen terfaktor akibat beban merata 1,125 ton/m Level Balok 1 Pengaruh Momen Terfaktor (knm) Selisih Kondisi 1 Kondisi 2 (knm) Prosentase Beban Mati 11,727 10,589 1,138 10,747 Beban Hidup 35,686 32,017 3,669 11,460 Kombinasi (mati + hidup) 71,171 63,935 7,236 11,318 Level Balok 2 Beban Mati 7,427 6,608 0,819 12,394 Beban Hidup 35,026 31,223 3,803 12,180 Kombinasi (mati + hidup) 64,955 57,886 7,069 12,212 Sumber: Hasil Analisis 53.924 knm Max: 64.955 knm -32.717 knm Max: -64.955 knm -32.717 knm -53.924 knm 52.672 knm Max: 71.171 knm -36.597 knm Max: -71.171 knm -36.597 knm -52.672 knm Gambar 17. Diagram momen akibat beban (kombinasi) 1,125 ton/m kondisi 1 44.723 knm Max: 57.886 knm -28.975 knm Max: -57.886 knm -28.975 knm -44.723 knm 42.356 knm Max: 63.935 knm -32.676 knm Max: -63.935 knm -32.676 knm -42.356 knm Gambar 18. Diagram momen akibat beban (kombinasi) 1,125 ton/m kondisi 2 42

Tabel 7. Momen terfaktor akibat beban merata 1,250 ton/m Level Balok 1 Pengaruh Momen Terfaktor (knm) Selisih Kondisi 1 Kondisi 2 (knm) Prosentase Beban Mati 11,727 10,589 1,138 10,747 Beban Hidup 39,651 35,575 4,076 11,457 Kombinasi (mati + hidup) 77,515 69,627 7,888 11,329 Level Balok 2 Beban Mati 7,427 6,608 0,819 12,394 Beban Hidup 38,918 34,692 4,226 12,181 Kombinasi (mati + hidup) 71,182 63,437 7,745 12,209 Sumber : Hasil Analisis 59.077 knm Max: 71.182 knm -35.853 knm Max: -71.182 knm -35.853 knm -59.077 knm 57.450 knm Max: 77.515 knm -39.862 knm Max: -77.515 knm -39.862 knm -57.450 knm Gambar 19. Diagram momen akibat beban (kombinasi) 1,250 ton/m kondisi 1 48.994 knm Max: 63.437 knm -31.752 knm Max: -63.437 knm -31.752 knm -48.994 knm 46.214 knm Max: 69.627 knm -35.589 knm Max: -69.627 knm -35.589 knm -46.214 knm Gambar 20. Diagram momen akibat beban (kombinasi) 1,250 ton/m kondisi 2 43

Gambar 21. Perbandingan momen terfaktor akibat beban (merata) hidup Gambar 21. Perbandingan momen terfaktor akibat beban (merata) kombinasi Pada Gambar 21 dan Gambar 22 di atas diberikan diagram batang yang memperlihatkan perbedaan momen terfaktor akibat beban merata. Jika dibandingkan dengan penurunan momen terfaktor yang terjadi antara pembebanan terpusat dan pembebanan merata, maka prosentase penurunan momen terfaktor untuk beban merata lebih besar dari penurunan yang terjadi untuk beban terpusat. Hal ini disebabkan karena pada beban merata, beban terdistribusi secara merata di sepanjang balok sehingga momen lentur yang terjadi lebih kecil. Dengan semakin kecil momen maka selisih yang terjadi semakin besar. Ini dibuktikan pada taraf pembebanan merata 1,250 t/m, apabila dijadikan beban terpusat akan menjadi 7,5 ton yang sama dengan total beban terpusat pada balok level 1 (beban 3,75 ton). Dari dua tipe pembebanan yang bekerja pada portal, selisih momen terfaktor terbesar terjadi pada beban merata dan akan terlihat dengan jelas pada analisa portal bertingkat sebagai model dari bangunan bertingkat banyak (multi history buildings). KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan 1. Hasil analisa portal 2 dimensi untuk beban terpusat dan beban merata menunjukkan bahwa dari ketiga taraf pembebanan untuk masing-masing tipe pembebanan terjadi pengurangan momen terfaktor. Momen terfaktor kondisi 2 (memperhitungkan panjang bersih balok) mempunyai nilai yang lebih kecil dibandingkan momen terfaktor kondisi 1 (memperhitungkan panjang balok dari pusat ke pusat kolom) 2. Pada portal yang menerima beban terpusat, untuk balok level 1, rata-rata pengurangan sebesar 6,070 % untuk beban hidup dan 6,811 % untuk beban kombinasi. Sedangkan untuk balok level 2 rata-rata pengurangan sebesar 4,895 % untuk beban hidup dan 6,252 % untuk beban kombinasi. 3. Pada portal yang menerima beban merata, untuk balok level 1, rata-rata pengurangan sebesar 11, 458 % untuk beban hidup dan 11,316 % untuk beban kombinasi. Sedangkan pada balok level 2 44

rata-rata pengurangan sebesar 12,181 % untuk beban hidup dan 12,212 % untuk beban kombinasi. 4. Pengurangan momen terfaktor lebih besar terjadi pada portal yang menerima beban merata. Hal ini disebabkan karena pada beban merata, beban terdistribusi secara merata di sepanjang balok sehingga momen lentur yang terjadi lebih kecil. 5. Untuk momen terfaktor akibat beban mati, nilainya tetap sama untuk semua taraf pembebanan karena hanya memperhitungkan berat sendiri dari struktur. Saran 1. Dilakukan penelitian pembebanan tidak simetri. 2. Dilakukan penelitian dengan memperhitungkan pengaruh beban lain seperti beban angin, gempa. 3. Dapat dilakukan penelitian untuk portal 3 dimensi karena pada kenyataanya struktur berbentuk 3 dimensi sehingga akan diperoleh hasil yang lebih akurat. DAFTAR PUSTAKA Alkaff, 2005, STAAD 2004 Untuk Orang Awam, Maxikom, Palembang. Alkaff, 2006, STAAD 2004 Untuk Tingkat Menengah, Maxikom, Palembang. Arfiadi. Yoyong, 2011, Analisis Struktur dengan Metode Matriks Kekakuan, Cahaya Atma Pustaka, Yogyakarta. Khurmi. R. S, 1961, Theory of Structures, S. Chand & Company ltd, New Delhi. Suhendro, 2011, Analisa Struktur Metode Matriks, Beta Offset, Yogyakarta. Park. R., Paulay.T., 1975, Reinforced Concrete Structures, Wiley, New York. Supartono F. X, Boen Teddy, 2007, Analisa Struktur Dengan Matriks, UI Press, Jakarta. Yu Hsieh, 1983, Teori Dasar Struktur Edisi Kedua, Diterjemahkan Oleh: Suryadi, Erlangga, Jakarta. 45