BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kemandirian keuangan daerah merupakan salah satu tujuan dari otonomi daerah. Adanya otonomi daerah diharapkan masing-masing daerah dapat mandiri dalam memenuhi kebutuhan daerahnya masing-masing. Untuk menyelenggarakan otonomi daerah yang nyata dan bertanggungjawab, diperlukan kewenangan dan kemampuan menggali sumber keuangan sendiri yang didukung oleh perimbangan keuangan antara pemerintah pusat dan daerah, serta antara provinsi dan kabupaten/kota yang merupakan prasyarat dalam sistem pemerintahan daerah (Bratakusumah dan Solihin, 2001 : 169). Dalam bidang keuangan daerah, fenomena umum yang dihadapi oleh sebagian besar pemerintah daerah di Indonesia adalah relatif kecilnya peranan (kontribusi) Pendapatan Asli Daerah (PAD) didalam struktur Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD). Dengan kata lain, peranan/kontribusi penerimaan yang berasal dari pemerintah pusat dalam bentuk sumbangan dan bantuan, bagi hasil pajak dan bukan pajak, mendominasi susunan APBD (Tambunan, 2002 :2). Berdasarkan data dari www.djpk.depkeu.go.id, fenomena mengenai tingkat kemandirian keuangan daerah adalah ketergantungan pemerintah daerah yang tinggi terhadap pemerintahan pusat, yang dapat dilihat dari aspek keuangan. Ketergantungan terlihat dari relatif rendahnya Pendapatan Asli Daerah (PAD) dan
dominannya transfer dari pusat. Fenomena tersebut dapat dilihat dari data keuangan pada daerah - daerah di provinsi Riau dengan data sebagai berikut: Tabel 1.1 Perbandingan PAD dan Transfer dari Pemerintah Pusat Tahun 2006 (dalam jutaan rupiah) Transfer dari Pemerintah No Nama Kabupaten PAD Pusat 1 Kab. Bengkalis 110.688,83 2.398.658,13 2 Kab. Indragiri Hilir 36.959,54 775.888,50 3 Kab. Indragiri Hulu 11.183,49 675.979,06 4 Kab.Kuantan Singingi 21.390,33 658.375,37 5 Kab. Pelalawan 24.580,90 661.508,45 6 Kab. Rokan Hilir 71.614,67 1.535.683,14 7 Kab. Rokan Hulu 21.049,35 665.208,93 8 Kab. Siak 140.415,93 1.575.184,09 9 Kota Dumai 40.866,58 579.765,28 10 Kota Pekanbaru 104.462,32 723.134,39 Sumber : www.djpk.depkeu.go.id Begitu pula dengan keuangan daerah tersebut, adanya otonomi daerah diharapkan masing-masing daerah dapat mencapai suatu kemandirian keuangan daerah guna lebih meningkatkan pelayanan dan kesejahteraan masyarakat di daerah. Kemandirian keuangan daerah menunjukkan kemampuan pemerintah daerah dalam membiayai sendiri kegiatan pemerintahan, pembangunan dan pelayanan kepada masyarakat yang telah membayar pajak dan retribusi sebagai sumber pendapatan yang diperlukan daerah (Halim, 2007 : 232). Kemandirian keuangan daerah dapat dilihat dari besarnya PAD yang diperoleh oleh tiap Pemkab/Pemko sehingga perlu dilihat efektifitas PAD tersebut
dengan membandingkan antara PAD yang dianggarkan dengan realisasi PAD sehingga dapat diketahui kondisi riil daerah. Rasio efektifitas menggambarkan kemampuan Pemda dalam merealisasikan PAD yang direncanakan dibandingkan dengan target yang ditetapkan. Semakin tinggi rasio efektifitas, kemampuan daerah semakin baik (Halim, 2008 : 234). PAD yang memiliki porsi yang lebih besar dibandingkan dengan bantuan yang diberikan Pemerintah Pusat pada Pemkab/Pemko maka daerah tersebut dapat dikatakan mandiri. Apabila struktur PAD sudah kuat, boleh dikatakan daerah tersebut memiliki kemampuan pembiayaan yang kuat juga. Kemandirian keuangan daerah ditunjukkan oleh besar kecilnya pendapatan asli daerah (PAD) dibandingkan dengan pendapatan daerah yang berasal dari sumber lain seperti bantuan pemerintah pusat ataupun dari pinjaman. Selain PAD, kemandirian keuangan daerah juga disebabkan oleh banyak faktor diantaranya dana bagi hasil, dana alokasi umum, dan dana alokasi khusus. PAD selalu dipandang sebagai salah satu indikator atau kriteria untuk mengukur ketergantungan suatu daerah kepada pusat, pada prinsipnya semakin besar sumbangan PAD kepada APBD maka akan menunjukkan semakin kecil ketergantungan daerah kepada pusat. Dengan demikian maka suatu daerah yang kinerja keuangannya dinyatakan baik berarti daerah tersebut memiliki kemampuan keuangan untuk membiayai pelaksanaan otonomi daerah. Penelitian mengenai tingkat kemandirian keuangan daerah telah banyak dilakukan, dimana menunjukkan hasil temuan yang berbeda-beda. Penelitian yang
dilakukan Muliana (2009) menunjukkan bahwa PAD mempunyai pengaruh signifikan positif terhadap tingkat kemandirian keuangan daerah, sedangkan DAU dan DAK mempunyai pengaruh signifikan negatif terhadap tingkat kemandirian keuangan daerah kabupaten/kota di Sumatera Utara. Penelitian yang dilakukan Ersyad (2011) menunjukkan bahwa PAD mempunyai pengaruh yang signifikan positif terhadap tingkat kemandirian keuangan daerah. Penelitian yang dilakukan Julitawati (2012) menunjukkan bahwa PAD dan dana perimbangan berpengaruh terhadap kinerja keuangan pemerintah kabupaten/kota di Provinsi Aceh. Penelitian yang dilakukan Reza (2013) menunjukkan bahwa PAD berpengaruh signifikan positif terhadap tingkat kemandirian keuangan daerah, DBH dan DAU tidak berpengaruh secara signifikan terhadap tingkat kemandirian keuangan daerah, sedangkan DAK berpengaruh signifikan negatif terhadap tingkat kemandirian keuangan daerah. Dari beberapa peneliti terdahulu tersebut, maka PAD yang memiliki pengaruh yang signifikan positif terhadap kemandirian keuangan apabila daerah artinya PAD meningkat maka kemandirian keuangan daerah juga meningkat, sebaliknya jika PAD rendah maka kemandirian keuangan daerah juga rendah. DAU yang dialokasikan pemerintah terhadap tingkat kemandirian keuangan daerah, jika DAU yang dialokasikan pemerintah pusat ke daerah relatif besar maka daerah tersebut masih mengandalkan dana dari pemerintah sebagai penerimaan utamanya. DAK yang berpengaruh secara signifikan terhadap kemandirian keuangan daerah berarti semakin besar DAK yang diterima oleh daerah maka kemandirian
keuangan daerah semakin rendah, sebaliknya semakin kecil DAK yang diterima maka kemandirian keuangan semakin besar. Dana Alokasi Umum (DAU) dan Dana Alokasi Khusus (DAK) serta Dana Bagi Hasil (DBH) serta transfer lainnya dari pemerintah pusat hanya bersifat pendukung bagi pelaksanaan pembangunan di daerah. Keempat jenis dana tersebut yaitu Pendapatan Asli Daerah (PAD), Dana Alokasi Umum (DAU), Dana Alokasi Khusus (DAK), dan Dana Bagi Hasil (DBH) merupakan sumber dana daerah yang digunakan untuk menyelenggarakan pemerintahan di tingkat daerah. Dana Alokasi Umum (DAU), Dana Alokasi Khusus (DAK) dan Dana Bagi Hasil (DBH) merupakan transfer dana dari pemerintah. Transfer dana tersebut bagi pemerintah daerah merupakan sumber pendanaan dalam melaksanakan kewenangannya, sedangkan kekurangan pendanaan dapat digali dari PAD. Transfer dari pemerintah pusat merupakan sumber utama pemerintah daerah untuk membiayai operasi utamanya sehari-hari. Sehingga dengan adanya fenomena tersebut yang menyebutkan bahwa, ketergantungan pemerintah daerah yang tinggi terhadap pemerintahan pusat dengan keadaan lebih besarnya transfer dana dari pemerintah pusat dibandingkan pendapatan asli daerah ingin maka ingin dilakukan pengujian terhadap keadaan tersebut. Penelitian terdahulu tersebut memiliki perbedaan hasil penelitian sehingga dengan adanya perbedaan hasil yang didapatkan, oleh karena itu penulis merasa tertarik untuk melakukan penelitian sejenis dengan mengambil sampel pada pemerintahan Kabupaten / Kota di Provinsi Riau.
Berdasarkan uraian di atas penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul : Pengaruh Rasio Efektifitas Pendapatan Asli Daerah, Dana Alokasi Umum, Dana Alokasi Khusus serta Dana Bagi Hasil terhadap Tingkat Kemandirian Keuangan pada Pemerintahan Kabupaten/Kota di Provinsi Riau. 1.2. Perumusan Masalah Berdasarkan uraian yang telah dikemukakan sebelumnya, maka yang menjadi rumusan masalah dalam penulisan ini adalah : Apakah Rasio Efektifitas Pendapatan Asli Daerah, Dana Alokasi Umum, Dana Alokasi Khusus, dan Dana Bagi Hasil berpengaruh terhadap tingkat Kemandirian Keuangan Daerah pada pemerintahan Kota/Kabupaten di Provinsi Riau baik secara parsial maupun simultan? 1.3. Tujuan Penelitian Tujuan Penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah Rasio Efektifitas Pendapatan Asli Daerah, Dana Alokasi Umum, Dana Alokasi Khusus, dan Dana Bagi Hasil berpengaruh terhadap tingkat Kemandirian Keuangan Daerah pada pemerintahan Kota/Kabupaten di Provinsi Riau baik secara parsial maupun simultan.
1.4. Manfaat Penelitian Manfaat Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi pihakpihak yang berkepentingan antara lain : bagi peneliti, bagi pemerintah daerah, dan bagi peneliti selanjutnya. 1.4.1. Bagi peneliti, penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan masukan dan menambah pengetahuan dan wawasan peneliti mengenai pengaruh Rasio Efektivitas Pendapatan Asli Daerah, Dana Alokasi Umum dan Dana Alokasi Khusus Terhadap Tingkat Kemandirian Keuangan Daerah pada Pemerintahan Kabupaten/Kota di Provinsi Riau serta untuk membandingkan teori yang didapat dari studi kuliah dengan yang sebenarnya. 1.4.2. Bagi Pemerintah Daerah, hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi sumbangan pemikiran mengenai Rasio Efektivitas Pendapatan Asli Daerah, Dana Alokasi Umum, Dana Alokasi Khusus serta pengaruhnya terhadap tingkat kemandirian keuangan daerah. 1.4.3. Bagi penelitian selanjutnya, diharapkan penelitian ini dapat menjadi sumbangan pemikiran yang dapat membantu penelitian selanjutnya khususnya tentang tingkat kemandirian keuangan daerah.