2. Fungsi tari Tumbuh dan berkembangnya berbagai jenis tari dalam kategori tari tradisional dan tari non trasional disebabkan oleh dua faktor, yaitu faktor internal dan faktor ekternal. Faktor internal terjadi karena keinginan bangsa Indonesia sendiri berkreasi menghasilkan jenis tari dan faktor eksternal karena interaksi bangsa Indonesia dengan bangsa lain sejalan dengan periodisasi jaman kebudayaan di Indonesia. Sejarah kebudayaan di Indonesia telah melalui empat jaman (Soekmono, 1995). Pertama, jaman Prasejarah, sejak dari permulaan adanya manusia dan kebudayaan sampai kira-kira abad ke-5 Masehi. Kedua, jaman Purba, sejak datangnya pengaruh India pada abad pertama Tarikh Masehi sampai lenyapnya kerajaan Majapahit sekitar tahun 1500 Masehi. Ketiga, jaman Madya, sejak datang agama dan pengaruh Islam menjelang akhir jaman Majapahit sampai akhir abad ke- 19. Keempat, jaman Baru ( modern), sejak masuknya anasir-anasir Barat dan teknik modern kira-kira tahun 1900 sampai sekarang. Interaksi bangsa Indonesia dengan kebudayaan bangsa lain tersebut memberikan pengaruh kepada kebudayaan Indonesia termasuk tari di Indonesia. Interaksi dengan bangsa lain merupakan pemicu terjadinya pertemuan antara budaya setempat dengan budaya pendatang, sehingga terjadi proses akulturasi budaya. Hasil proses akulturasi budaya di dalam tari terlihat dari ciri gerak tari, rias busana, perlengkapan tari, prosesi pertunjukan tari, tempat pertunjukan, serta fungsi tari yang memiliki kemiripan dengan tari dari daerah atau bangsa lain. Efek positif dari proses akulturasi antara budaya Indonesia dengan budaya pendatang, jenis tari mengalami penambahan jumlah, penambahan fungsi, peningkatan kualitas bentuk, maupun modifikasi dari aspek bentuk dan fungsi. Berdasarkan bentuk dan fungsi tari dapat dikenali pada masa kapan tari tumbuh dan berkembang. jenis a. Fungsi tari primitif Pada jaman prasejarah, ketika nenek moyang bangsa kita memiliki keyakinan animisme dan dinamisme, tumbuh dan berkembang jenis tari primitif. Ciri masyarakat pada jaman prasejarah tergantung kepada alam, percaya kepada kekuatan supranatural, percaya kepada mitologi, percaya kepada kekuatan binatang totem dan percaya kepada
roh leluhur, mendorong masyarakat melakukan kegiatan menari untuk keperluan religinya maupun adat masyarakat setempat. Tari digunakan untuk sarana untuk memperoleh magis. Maka, fungsi tari untuk: 1) menyembah dan meminta perlindungan bila terjadi bencana atau wabah kepada dewa atau kepada sesuatu yang dianggap memiliki sumber kekuatan sesuai keyakinannya; 2) meminta keselamatan ketika berperang; 3) menyembuhkan penyakit; 4) meminta hujan; 5) ungkapan terima kasih; 6) upacara siklus kehidupan manusia, diantaranya kelahiran bayi, pendewasaan anak (masa akhil balik), upacara perkawinan dan upacara kematian; dan 7) ungkapan kegembiraan dan merayakan keberhasilan dalam berburu, merayakan panen. b. Fungsi tari klasik dan tari rakyat Pada masa pengaruh kebudayaan Hindu dan Budha di Indonesia tumbuh berkembang jenis tari klasik. Terkait dengan Brahmanisme dalam Hinduisme yang memiliki pengaruh yang dominan adalah sekte Shiwa yang konsepnya bahwa: (1) Shiwa sebagai penguasa dunia atau pusat konstelasi alam semesta dan, (2) Shiva Master of Dance atau Shiwa raja penari, di India dikenal dengan Shivanatharaja. Raja sebagai penguasa dunia eksistensinya adalah: (1) sebagai pengemban kekuasaan dewa di dunia, (2) untuk legitimasi dan otoritas, maka eksistensi raja perlu didukung dengan aspek ritual yang wujudnya berupa upacara, benda-benda maupun seni. Inilah yang menjadi penyebab mengapa antara upacara dengan tari tidak dapat dipisahkan. Kegiatan tari dianggap kegiatan kedewaan yang fungsinya untuk mendukung eksistensi raja sebagai manifestasi dewa di dunia. Maka, tari klasik memiliki berfungsi untuk: 1) upacara keagamaan; 2) upacara kenegaraan; 3) tontonan yang dinikmati dari sisi keindahan korografi yang memenuhi
kaidah-kaidah yang telah ditentukan oleh istana. Pada masa ini, muncul dikotomi antara tari klasik dengan tari rakyat. Jika tari klasik adalah tari yang tumbuh dan berkembang di kalangan istana maka tari rakyat adalah tari yang tumbuh dan berkembang di kalangan rakyat pedesaan atau masyarakat di luar kalangan istana. Oleh karena tumbuh dan berkembangnya kedua jenis tari tersebut di masyarakat yang berbeda. Maka, bentuk dan fungsi tarinya pun juga berbeda. Tari rakyat berfungsi untuk: 1) upacara yang berhubungan magis dan keyakinan; 2) upacara yang berhubungan dengan adat setempat; dan 3) hiburan atau ekspresi kegembiraan maupun keperluan interaksi sosial. c. Fungsi tari kreasi baru Salah satu faktor yang mendorong diciptakan tari kreasi baru adalah keinginan untuk menghasilkan tari jenis tari tradisional yang dapat ditonton oleh siapa saja, kapan saja dan dimana saja. Maka, pola tari tradisinal tari masih tetap dipertahankan. Namun pada bagian-bagian tertentu di beri modifikasi agar tarian terlihat lebih indah dan menarik tari tradisional yang menjadi sumbernya. Berdasarkan latar belakang penciptaan tari tersebut, tarian ini memiliki fungsi untuk: 1) media ekspresi estetis dan kreatifitas koreografer dalam memodikasi tari tradisional; dan 2) media tontonan bagi penonton untuk dinikmati keindahan koreografinya. 1. Fungsi tari modern Sejarah pertumbuhan dan perkembangan tari tidak terlepas dari pemikiran dan gaya hidup masyarakat pada jamannya. Pemikiran dan gaya hidup pada era moden ciri pemikiran yang logis untuk memperoleh pengetahuan yang objektif, teoritis dan analitis. Karya seni dianggap sebagai kreasi unik dari seniman. Seniman adalah orang-orang yang serius dalam memproduksi karya seni, karya seni tidak lagi dianggap memiliki satu makna yang unik, sehingga setiap orang dapat memberikan makna sendiri terhadap karya seni. Maka, bentuk estetis sangat penting dalam tari modern. Tari modern berfungsi untuk: 1) media ekspresi artistik dan estetis koreografer; dan
2) tontonan yang dinikmati keindahan koreografinya serta tampilan gaya individu dan inovasi baru yang sangat kuat dalam karya tarinya. 2. Fungsi tari postmodern Pada sub pokok bahasan jenis tari postmodern telah dijelaskan bahwa pemikiran postmodernisme merupakan tanggapan dan koreksi dari pemikiran modernisme. Tari postmodern merupakan reaksi para koreografer yang mendukung gerakan posmodernisme yang memberikan koreksi kepada modernisme. Postmodernisme merupakan sikap dan rasa tidak puas koreografer terhadap modernisme yang mendorong pemikiran baru untuk keluar dari modern menuju masa baru melalui cara berpikir kritis, mencoba memecahkan berbagai masalah kehidupan, termasuk masalah sosial budaya yang divisualisasikan dengan tema tari mengarah kepada kritik sosial, menggambarkan situasi yang berkaitan dengan perubahan kondisi yang sedang berlangsung, mencoba memecahkan masalah kehidupan sosial budaya. Jika dalam tari modern bentuk estetis tari sangat penting, maka dalam tari post modern ini dilakukan penyerhanaan bentuk dari elemen-elemen pendukung tari. Isi dan tujuan diciptakan tari dianggap lebih penting dari pada bentuk. Berdasarkan ciri tari postmodern tersebut, maka fungsi tari postmodern untuk: 1) media kritik sosial; 2) media pendidikan; 3) media terapi; 4) dan media pemecahan masalah kehidupan lainnya. 3. Fungsi tari kontemporer Fuad Hasan, Umar Kayam dan ahli lainnya telah menjelaskan pengertian seni kontemporer. Dari beberapa pendapat ahli dapat ditemukan inti sarinya bahwa seni kontemporer adalah seni yang sesuai dengan jiwa masa kini dan kondisi kreatif dari masa yang paling akhir. Oleh karena itu, tema, bentuk, gaya tari mencerminkan kondisi yang populer dari masa yang terakhir. Tari kontemporer berfungsi untuk: 1) media ekspresi pemikiran yang analitis terhadap suatu masalah yang sedang terjadi;
2) media ekspresi pemikiran kreatif untuk pemecahan masalah yang sedang terjadi, berdasarkan hasil pendalaman atau riset dari berbagai sudut pandang keilmuan; dan. Dalam konteks ini, tari kontemporer dapat berfungsi sebagai media pendidikan, media terapi atau media lainnya yang relevan digunakan untuk pemecahan masalah yang sedang terjadi. 3) media ekspresi gaya hidup dan selera masyarakat yang sedang terjadi.