DAFTAR ISI.. HALAMAN JUDUL. HALAMAN PRASYARAT GELAR SARJANA LEMBAR PENGESAHAN.. HALAMAN PENETAPAN PANITIA UJIAN UCAPAN TERIMKASIH ABSTRACT...

dokumen-dokumen yang mirip
BAB V A. KESIMPULAN. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan untuk penyusunan karya

BAB I Pendahuluan. Pariwisata merupakan sebuah industri yang menjanjikan. Posisi pariwisata

BAB I PENDAHULUAN. menerus meningkat, memerlukan modal yang besar jumlahnya. Pengembangan kepariwisataan merupakan salah satu alternatif yang

BAB I PENDAHULUAN. pendapat yang menganggap bahwa perkembangan sektor pariwisata selama ini

BAB I PENDAHULUAN. Yogyakarta terletak antara 70 33' LS ' LS dan ' BT '

BAB I PENDAHULUAN. Gejala Pariwisata telah ada semenjak adanya perjalanan manusia dari suatu

PEMANFAATAN POTENSI WARISAN BUDAYA PURA MEDUWE KARANG DI DESA KUBUTAMBAHAN KABUPATEN BULELENG SEBAGAI TEMPAT TUJUAN PARIWISATA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Tinggalan budaya masa lalu sebagai hasil kreativitas merupakan buah

BAB I PENDAHULUAN. berbagai pelosok tanah air termasuk daerah Bali, sesungguhnya sudah sejak lama

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ashriany Widhiastuty, 2013

BAB I PENDAHULUAN. satu alternatif pembangunan, terutama bagi negara atau daerah yang memiliki

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Kota selalu menjadi pusat peradaban dan cermin kemajuan suatu negara.

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pariwisata merupakan salah satu industri strategis jika ditinjau dari segi

BAB I PENDAHULUAN. Sebuah wilayah atau daerah mempunyai banyak Bangunan serta Benda Cagar

BERITA DAERAH KABUPATEN KARAWANG PERATURAN BUPATI KARAWANG

PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2010 TENTANG CAGAR BUDAYA

BAB I PENDAHULUAN. Industri pariwisata semakin dikembangkan oleh banyak negara karena

logo lembaga S

BAB I PENDAHULUAN. kegiatan sosial dan ekonomi. Menurut undang undang kepariwisataan no 10

Potensi Budaya Indonesia Dan Pemanfaatannya

BAB I PENDAHULUAN. antara lain berupa keanekaragaman hayati, keunikan budaya tradisional, keindahan

BAB I. PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

RENCANA TINDAK PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH PER KEMENTERIAN/LEMBAGA II.L.040.1

BERITA DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

WALIKOTA BATU PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN WALIKOTA BATU NOMOR 73 TAHUN 2016 TENTANG

2 Indonesia, baik pada masa lalu, masa kini, maupun yang akan datang, perlu dimanfaatkan sebagai modal pembangunan. Sebagai karya warisan budaya masa

BUPATI HUMBANG HASUNDUTAN PROVINSI SUMATERA UTARA

tersendiri sebagai destinasi wisata unggulan. Pariwisata di Bali memiliki berbagai

BAB I PENDAHULUAN. menarik wisatawan untuk berkunjung ke suatu daerah tujuan wisata. Salah satu

PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN BELITUNG TIMUR NOMOR 1 TAHUN 2016 TENTANG DESA WISATA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

RUMAH LIMAS PALEMBANG WARISAN BUDAYA YANG HAMPIR PUNAH

BAB I PENDAHULUAN. berkaitan erat dengan pelestarian nilai-nilai kepribadian dan. pengembangan budaya bangsa dengan memanfaatkan seluruh potensi

BAB V KESIMPULAN. dituliskan dalam berbagai sumber atau laporan perjalanan bangsa-bangsa asing

BAB I PENDAHULUAN. Di Negara Indonesia ini banyak sekali terdapat benda-benda

PENGEMBANGAN MASJID AGUNG DEMAK DAN SEKITARNYA SEBAGAI KAWASAN WISATA BUDAYA

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. diperoleh beberapa kesimpulan sebagai berikut :

BAB I PENDAHULUAN. dan masih banyak lagi. Gelar kota pariwisata dapat diraih karena memang

BAB I PENDAHULUAN PENELITIAN ARTEFAK ASTANA GEDE. dan terapit oleh dua benua. Ribuan pulau yang berada di dalam garis tersebut

Undang-undang untuk mengatur pelindungan, pengembangan, dan pemanfaatan tinggalan purbakala. Oleh Junus Satrio Atmodjo

2016 LIMBAH KAYU SEBAGAI BAHAN CINDERAMATA SITU LENGKONG PANJALU CIAMIS

BAB I PENDAHULUAN 1. BAB I

BAB I PENDAHULUAN. Pasal 1 ayat (1) UUD 1945 menyebutkan bahwa: Negara Indonesia ialah

BAB I PENDAHULUAN. peningkatan kualitas masyarakat dan dapat menambah rasa cinta tanah air

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN CIAMIS TAHUN : 2013 NOMOR : 19 PERATURAN DAERAH KABUPATEN CIAMIS NOMOR 19 TAHUN 2013 TENTANG

NUR END NUR AH END JANU AH AR JANU TI AR

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Ketentuan dalam pasal 32 ayat (1) Undang-Undang Dasar Negara Republik

BAB I PENDAHULUAN. perekonomiannya melalui industri pariwisata. Sebagai negara kepulauan,

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha

BAB II DESKRIPSI LOKASI OBJEK PENELITIAN. Batang Hari. Candi ini merupakan peninggalan abad ke-11, di mana Kerajaan

BAB I PENDAHULUAN. negaranya untuk dikembangkan dan dipromosikan ke negara lain.

BAB I PENDAHULUAN. wisatawan menuju daerah tujuan wisata. Terdapat dua fungsi dari atraksi

BAB I PENDAHULUAN. Ruang Publik Yaroana Masigi berada di tengah-tengah permukiman

Tujuan Pembelajaran. Mahasiswa mampu memahami tinjauan kebijakan pariwisata Mahasiswa mengidentifikasi interaksi wisatawan

BAB I PENDAHULUAN. membentang luas lautan yang merupakan pesisir utara pulau Jawa. Kabupaten

I.PENDAHULUAN. provinsi di Indonesia. Sebagai bagian dari Indonesia, Lampung tak kalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Jumlah remaja di Indonesia memiliki potensi yang besar dalam. usia produktif sangat mempengaruhi keberhasilan pembangunan daerah,

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Pariwisata merupakan industri global yang bersifat fenomenal. Pariwisata penting bagi negara karena menghasilkan devisa dan

2015 PENGEMBANGAN RUMAH BERSEJARAH INGGIT GARNASIH SEBAGAI ATRAKSI WISATA BUDAYA DI KOTA BANDUNG

BAB I PENDAHULUAN. sosial budaya, pendidikan serta hubungan-hubungan yang lain dalam usaha ikut

biasa dari khalayak eropa. Sukses ini mendorong pemerintah kolonial Belanda untuk menggiatkan lagi komisi yang dulu. J.L.A. Brandes ditunjuk untuk

PERATURAN DAERAH PROPINSI DAERAH TINGKAT I BALI NOMOR 3 TAHUN 1991 T E N T A N G PARIWISATA BUDAYA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. pemandangan alam seperti pantai, danau, laut, gunung, sungai, air terjun, gua,

BAB I PENDAHULUAN. Moses, 2014 Keraton Ismahayana Landak Universitas Pendidikan Indonesia repository.upi.edu perpustakaan.upi.edu

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia salah satu negara yang sangat unik di dunia. Suatu Negara

P E L E S T A R I A N CAGAR BUDAYA OLEH KEPALA BPCB GORONTALO ZAKARIA KASIMIN

PERATURAN DESA NITA NOMOR 5 TAHUN 2014 TENTANG PENGEMBANGAN DESA WISATA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA DESA NITA,

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. dengan keanekaragaman budaya dan kesenian yang berbeda-beda di masing-masing

I. PENDAHULUAN. manusia terutama menyangkut kegiatan sosial dan ekonomi. Peranan sektor

CAGAR BUDAYA. Kab. Boyolali, Provinsi Jawa Tengah. Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB 3 LANDASAN TEORI

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 L atar Belakang

TABEL 5.1 RENCANA PROGRAM, KEGIATAN, INDIKATOR KINERJA, KELOMPOK SASARAN DAN PENDANAAN INDIKATIF DINAS KEBUDAYAAN DAN PARIWISATA KABUPATEN LAMONGAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

17. URUSAN WAJIB KEBUDAYAAN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. untuk mengembangkan serta menggalakan dunia kepariwisataan kini semakin giat

Universitas Kristen Maranatha BAB 1 PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. Pariwisata telah menjadi salah satu industri terbesar di dunia, dan ini merupakan

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kondisi Pariwisata di Indonesia

U R A I A N JUMLAH PENDAPATAN 358,000, BELANJA BELANJA TIDAK LANGSUNG 24,813,456, BELANJA LANGSUNG 83,453,407,405.00

BAB I PENDAHULUAN. ternilai harganya, baik yang berupa budaya materi (tangible) maupun budaya non materi

BAB I PENDAHULUAN. standar hidup serta menstimulasikan sektor-sektor produktif lainnya (Pendit,

GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH

BAB I PENDAHULUAN. wisata, sarana dan prasarana pariwisata. Pariwisata sudah berkembang pesat dan menjamur di

Pelestarian Cagar Budaya

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 85 TAHUN 2008

Direktorat Pelestarian Cagar Budaya dan Permuseuman Direktorat Jenderal Kebudayaan 2014

BAB I PENDAHULUAN. Kota Gudeg, Kota Pelajar, Kota Budaya dan Kota Sejarah. Dari julukan

STRATEGI PENGEMBANGAN POTENSI WISATA BUDAYA DI PURO MANGKUNEGARAN

PERATURAN DESA NITA NOMOR 5 TAHUN 2014 TENTANG PENGEMBANGAN DESA WISATA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA DESA NITA,

BAB I PENDAHULUAN. Budaya, salah satu bentuk pemanfaatan cagar budaya yang diperbolehkan adalah untuk

Transkripsi:

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL. HALAMAN PRASYARAT GELAR SARJANA LEMBAR PENGESAHAN.. HALAMAN PENETAPAN PANITIA UJIAN UCAPAN TERIMKASIH ABSTRAK. ABSTRACT... DAFTAR ISI.. DAFTAR GAMBAR. DAFTAR TABEL.. DAFTAR LAMPIRAN.. DAFTAR ISTILAH... i ii iii iv v viii i ii iv v vi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Permasalahan... 1 1.2 Tujuan Penelitian 1.2.1 Tujuan Umum... 6 1.2.2 Tujuan Khusus... 6 1.3 Manfaat Penelitian 1.3.1 Manfaat Teoretis 7 1.3.2 Manfaat Praktis. 7 1.4 Ruang Lingkup Penelitian 1.4.1 Ruang Lingkup Permasalahan 8 1.4.2 Ruang Lingkup Objek 8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI DAN MODEL PENELITIAN 2.1 Tinjauan Pustaka. 9 2.2 Konsep 2.2.1 Pemanfaatan.... 13 2.2.2 Potensi Cagar Budaya.. 14 2.2.4 Daya Tarik Wisata. 15 2.3 Landasan Teori 2.3.1 Teori Fungsional Struktural 16 2.4 Model Penelitian.. 18 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian... 20 3.2 Lokasi Penelitian.. 20 3.3 Jenis dan Sumber Data 3.3.1 Jenis Data... 21 3.3.2 Sumber Data... 22 3.4 Instrumen Penelitian. 22

3.5 Teknik Pengumpulan Data 3.5.1 Observasi... 23 3.5.2 Wawancara 24 3.5.3 Studi Kepustakaan. 25 3.6 Teknik Analisis Data 3.6.1 Analisis Kualitatif 25 3.6.2 Analisis Kuantitatif.. 26 3.6.3 Analisis SWOT. 26 3.7 Teknik Penyajian Hasil Data.. 27 BAB IV LOKASI DAN OBJEK PENELITIAN 4.1 Letak Geografis Situs Pura Taman Sari.. 29 4.2 Aspek Demografi Lingkungan Situs Pura Taman Sari... 30 4.3 Status dan Fungsi Situs Pura Taman Sari... 34 4.4 Sejarah Situs Pura Taman Sari. 38 4.5 Struktur Situs Pura Taman Sari 40 4.6 Pengelola Situs Pura Taman Sari. 43 BAB V POTENSI SITUS PURA TAMAN SARI SEBAGAI DAYA TARIK WISATA 5.1 Potensi Tangible Situs Pura Taman Sari 5.1.1 Potensi Arkeologis 47 5.1.2 Potensi Non Arkeologis 66 5.2 Potensi Intangible Situs Pura Taman Sari 5.2.1 Estetika. 70 5.2.2 Upacara (Ritual Keagamaan) 72 5.3 Faktor-faktor Pendukung Sekitar 76 BAB VI UPAYA PEMANFAATAN SITUS PURA TAMAN SARI SEBAGAI DAYA TARIK WISATA 6.1 Analisis SWOT Terhadap Situs Pura Taman Sari. 84 6.2 Meningkatkan Sumberdaya Manusia..... 97 6.3 Upaya Konservasi Cagar Budaya.. 99 6.4 Penambahan Sarana dan Prasarana... 101 6.5 Penyebar Luasan Informasi... 103 6.6 Penataan Situs Pura Taman Sari 107 6.7 Persepsi Responden Jika Situs Pura Taman Sari Dijadikan Sebagai Daya Tarik Wisata... 108 6.8 Rekomendasi Penulis Terhadap Pemanfaatan Situs Pura Taman Sari Sebagai Daya Tarik Wisata. 118 BAB VII SIMPULAN DAN SARAN 7.1 Simpulan. 122 7.2 Saran 123 DAFTAR PUSTAKA 126 LAMPIRAN. 129 i

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Permasalahan Cagar budaya sebagai hasil cipta, karsa, dan karya manusia merupakan bukti peradaban umat manusia pada masa lalu. Melalui wujud peradaban tersebut akan dapat dipetik nilai-nilai luhur yang terkandung didalamnya guna dijadikan pedoman bagi kehidupan masyarakat dewasa ini. Mengingat pentingnya peran cagar budaya, maka tidaklah mengherankan jika cagar budaya mendapat perhatian baik oleh masyarakat internasional, nasional, dan lokal. Cagar budaya memiliki beberapa nilai dan makna, yaitu nilai dan makna informatif, simbolik, estetis, dan ekonomis (Laksmi, dkk, 2011 : 1). Pentingnya cagar budaya dikaitkan dengan kepentingan ekonomi sangat terasa dewasa ini. Pemanfaatan sumberdaya arkeologi untuk kepentingan lain dalam kaitannya dengan sosial-kemasyarakatan, antara lain dapat dimanfaatkan sebagai sarana kebersamaan sekelompok masyarakat yang meyakini adanya emosional ataupun hubungan kejiwaan atau hubungan batiniah antara kelompok masyarakat dengan suatu sumberdaya arkeologi tertentu. Pemanfaatan untuk kepentingan sosial ini justru perlu dikembangkan dalam rangka mewujudkan solidaritas sosial masyarakat. Sumberdaya arkeologi dapat pula dimanfaatkan sebagai objek wisata budaya, bahkan untuk objek-objek yang masih berfungsi seperti fungsi semula, terutama makam, masjid, dan gereja kuno dapat 1

dimanfaatkan sebagai objek wisata religius atau wisata ziarah (Kasnowihardjo, 2001 : 40). Keunikan budaya dan keindahan alam Bali merupakan potensi yang sangat penting sebagai daya tarik wisata. Peninggalan arkeologi yang tersebar hampir diseluruh pelosok pulau Bali dan juga koleksinya pada museum, selalu menjadi atraksi yang sangat menarik bagi wisatawan. Peninggalan arkeologi dapat dikatakan sebagai salah satu modal dasar industri pariwisata. Hampir setiap sasaran wisata di Bali dipadukan dengan peninggalan sejarah dan purbakala. Di Bali dikatakan bahwa situs dan peninggalan arkeologi merupakan living monuments, karena saat ini warisan masa lalu tersebut masih tetap dikeramatkan dan difungsikan sebagai tempat pemujaan bagi umat Hindu. Warisan budaya adalah peninggalan yang diwariskan dari generasi yang satu kepada generasi yang lain. Warisan budaya dapat dibedakan menjadi dua macam yaitu yang bersifat kebendaan yang dapat diraba (tangible), maupun yang tidak dapat diraba (intangible). Menurut Undang-undang Republik Indonesia No. 11 Tahun 2010 tentang cagar budaya, dalam Bab VII bagian keempat terkait dengan pemanfaatan, Pasal 85 menyebutkan bahwa pemerintah, pemerintah daerah, dan setiap orang dapat memanfaatkan cagar budaya untuk kepentingan agama, sosial, pendidikan, ilmu pengetahuan, teknologi, kebudayaan, dan pariwisata. Pemerintah dan pemerintah daerah memfasilitasi pemanfaatan dan promosi cagar budaya yang dilakukan oleh setiap orang. 2

Menurut Undang-undang Nomor 10 tahun 2009 tentang kepariwisataan, kepariwisataan di Indonesia diselenggarakan dengan tujuan untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi, meningkatkan kesejahteraan rakyat, menghapus kemiskinan, mengatasi pengangguran, melestarikan alam, lingkungan dan sumberdaya, memajukan kebudayaan, mengangkat citra bangsa, memupuk rasa cinta tanah air, memperkukuh jati diri dan kesatuan bangsa dan mempererat persahabatan antar bangsa. Setiap wilayah atau daerah memiliki potensi wisata tersendiri sesuai dengan kekayaan alam dan budaya yang dimiliki di masingmasing wilayah tersebut. Dalam pemanfaatan cagar budaya sebagai daya tarik wisata di Bali, peran desa adat sangat diperlukan, terutama sebagai pengawas cagar budaya dan menjaga kesucian pura. Mensosialisasikan norma dan aturan adat kepada pengunjung atau wisatawan, seperti larangan memasuki kawasan pura apabila sedang berhalangan (bagi wanita). Hal ini dapat kita jumpai hampir pada semua objek wisata yang fungsi utamanya adalah sebagai tempat suci. Pemanfaatan cagar budaya untuk kepentingan agama, sosial, ekonomi, dan budaya harus selalu memperhatikan konsep pelestarian tinggalan arkeologi sehingga dampak negatif pemanfaatan cagar budaya dapat dihindari dan dicegah (Tim Warma UNUD, 2000 : 57). Situs cagar budaya, seperti pura yang terdapat di suatu desa adat, merupakan sarana dalam kegiatan persembahyangan. Selain sebagai sarana atau tempat pemujaan, banyak tinggalan arkeologi yang dijadikan sebagai objek wisata di Bali. Pemanfaatan situs sebagai objek dan daya tarik wisata di Bali yaitu seperti situs yang terdapat di daerah aliran sungan Pakerisan (Das Pakerisan) dan situs 3

lain yang tersebar di seluruh daerah di Bali. Pengembangan pariwisata dengan pemanfataan suatu situs sebagai daya tarik wisata dapat menjaga solidaritas masyarakat lokal terhadap keberadaan dan kelestarian suatu situs. Situs Pura Taman Sari diperkirakan berkaitan dengan sejarah Kerajaan Klungkung. Semula Kerajaan Klungkung berpusat di Gelgel dengan ibukotanya bernama Swecapura atau Linghasapura, kemudian dipindahkan ke Klungkung dengan nama ibukota Smarapura. Berdasarkan bukti-bukti sejarah, Gelgel pernah dijadikan pusat kraton atau kerajaan besar yang pernah ada di Bali selama tiga abad (1380-1686). Dalam masa peralihan pusat kerajaan di Bali sampai timbulnya pusat kerajaan yang baru di Klungkung, muncullah kerajaan-kerajaan lainnya di Bali. Pada tahun 1686-1687, istana kerajaan dipindahkan dari Gelgel ke Klungkung karena hancur, yang jaraknya sekitar 5 km dari ibukota yang lama (Ardika, dkk, 2012 : 291). Maka dari itu, terkait dengan penyampaian nilai dan makna tinggalan yang terdapat di Situs Pura Taman Sari di atas, dengan potensi yang dimiliki perlu dilakukan upaya pemanfaatan untuk menjadikan suatu cagar budaya sebagai daya tarik wisata, perlu perhatian dari masyarakat sebagai pemilik kebudayaan tersebut dan ikut serta pemerintah serta lembaga kepurbakalaan sebagai lembaga yang menaungi terkait dengan warisan budaya. Kesadaran masyarakat terhadap keberadaan tinggalan arkeologi perlu ditingkatkan guna mengeksplorasi potensipotensi yang terdapat di situs tersebut dan memfasilitasi sarana dan prasarana pariwisata, akan sangat penting artinya bagi kelangsungan industri pariwisata 4

suatu daerah. Dengan penataan suatu kawasan cagar budaya akan memberikan peluang untuk dimanfaatkan menjadi daya tarik wisata. Beberapa penelitian telah dilakukan di Situs Pura Taman Sari, namun belum ada pembahasan mengenai pemanfaatan situs sebagai daya tarik wisata. Adapun penelitian yang pernah dilakukan oleh Balai Pelestarian Cagar Budaya Bali, NTB, NTT (2014), terkait dengan laporan kegiatan tahunan berupa kegiatan data inventaris yang dilakukan BPCB hanya terfokus kepada pendeskripsian secara umum terkait dengan tinggalan dua buah meru beserta arca-arca kuno yang terdapat di Situs Pura Taman Sari. Penelitian terdahulu dilakukan oleh I Wayan Sutedja pada tahun 1980 dengan judul Suatu Deskripsi Kekunaan Pura Taman Sari Di Klungkung, dimana isi dari penelitian tersebut mengulas tentang pendeskripsian tinjauan sejarah Pura Taman Sari dan kekunaan bangunan meru beserta relief-relief yang menghiasi meru tumpang sembilan dan meru tumpang sebelas. Atas dasar uraian di atas, maka timbul suatu permasalahan untuk dibahas pada Situs Pura Taman Sari, mengingat pura tersebut sudah terdaftar sebagai cagar budaya. Beberapa permasalahan yang menjadi fokus penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Potensi apa saja yang terdapat di Situs Pura Taman Sari sebagai daya tarik wisata? 2. Upaya apa saja yang perlu dilakukan untuk pemanfaatan Situs Pura Taman Sari sebagai daya tarik wisata? 5

1.2 Tujuan Penelitian Suatu penelitian pasti ada tujuan yang ingin dicapai, demikian halnya dalam penelitian ini. Adapun tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1.2.1 Tujuan Umum Secara umum penelitian ini bertujuan untuk memberikan sumbangan data inventaris untuk penelitian selanjutnya terkait dengan upaya pemanfaatan situs sebagai daya tarik wisata. 1.2.2 Tujuan Khusus Tujuan khusus dari penelitian ini yaitu untuk menemukan jawaban dari permasalahan yang dirumuskan di atas dengan mengidentifikasi dan menjelaskan objek penelitian secara rinci sehingga dapat menjawab permasalahan yang ada di lapangan mengenai potensi cagar budaya yang ada di Situs Pura Taman Sari Klungkung. Selain itu, untuk menjawab permasalahan terkait upaya apa saja yang perlu dilakukan untuk pemanfaatan pura yang umumnya sebagai tempat suci dan kini dimanfaatkan sebagai daya tarik wisata. 1.3 Manfaat Penelitian Suatu penelitian yang dilakukan diharapkan dapat memberikan manfaat bagi kalangan akademis dan masyarakat luas. Adapun manfaat yang ingindiperoleh dalam penelitian ini, terdapat dua manfaat dalam penelitian ini yaitu manfaat teoretis dan manfaat praktis adalah sebagai berikut: 6

1.3.1 Manfaat Teoretis Manfaat teoretis dari penelitian ini yaitu memberikan sumbangan untuk pengembangan ilmu arkeologi dan ilmu pariwisata budaya. Diantaranya memberikan sumbangan teoretis tersebut dapat memberikan informasi kepada masyarakat umum dan pengelola dalam upaya memanfaatkan situs sebagai daya tarik wisata. 1.3.2 Manfaat Praktis Manfaat praktis dari penelitian ini bagi masyarakat untuk mendapatkan pengetahuan tentang tata cara pemanfaatan suatu cagar budaya yang dijadikan sebagai daya tarik wisata. Selain itu manfaat praktis dalam penelitian ini yaitu bagi pemerintah untuk menentukan kebijakan dalam hal pemanfaatan cagar budaya dan menentukan langkah-langkah pelestarian. 1.4 Ruang Lingkup Penelitian Penelitian ini memiliki suatu batasan tertentu baik mengenai pokok permasalahan maupun objek penelitian. Hal ini bertujuan agar penelitian ini lebih terarah di dalam pengambilan data di lapangan maupun dalam pengolahan datanya. Pada dasarnya suatu ruang lingkup diperlukan untuk memberikan batasan pelaksanaan operasional di lapangan, sehingga mempermudah penelitian dan penyusunan hasil penelitian. Hal tersebut penting agar tidak terjerumus dalam pencarian data yang tidak terarah (Koentjaraningrat, 1986:17). Maka dari itu, penelitian ini perlu ditentukan ruang lingkupnya, sehingga penelitian ini tidak jauh melenceng. Oleh karena itu, maka penelitian terhadap 7

Pura Taman Sari Klungkung akan dibatasi sedemikian rupa dalam ruang lingkupnya, yaitu : 1.4.1 Ruang Lingkup Permasalahan Ruang lingkup permasalahan mengarah pada pedeskripsian terkait dengan potensi atau tinggalan arkeologi yang terdapat di Situs Pura Taman Sari Klungkung, serta upaya apa saja yang harus dilakukan untuk pengembangan Situs Pura Taman Sari Klungkung yang dijadikan sebagai daya tarik wisata. 1.4.2 Ruang Lingkup Objek Ruang lingkup objek dalam penelitian ini, meliputi Situs Pura Taman Sari Klungkung yang terletak di Kelurahan Semarapura Kangin, Kecamatan Klungkung, Kabupaten Klungkung. Selain situsnya, juga diamati mengenai sarana dan prasarana pendukung pemanfaatan situs ini sebagai daya tarik wisata. 8