BAB I PENDAHULUAN. Pengertian pemerintah menurut Siregar dalam buku yang berjudul Akuntansi

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Setiap lembaga pemerintahan tentunya tidak terlepas dengan adanya Belanja

KEBIJAKAN LRA A. TUJUAN

KEBIJAKAN AKUNTANSI NO. 07 AKUNTANSI BELANJA

BULETIN TEKNIS NO. 04 PENYAJIAN DAN PENGUNGKAPAN BELANJA PEMERINTAH. Mei 2007

BULETIN TEKNIS NO. 04 PENYAJIAN DAN PENGUNGKAPAN BELANJA PEMERINTAH

PENGUJIAN TERHADAP KETEPATAN KLASIFIKASI ANGGARAN

BAB III PEMBAHASAN. 3.1 Tinjauan Teori

BAB I PENDAHULUAN. Kemajuan suatu bangsa sangat dipengaruhi oleh peran dan kinerja

STRUKTUR APBD DAN KODE REKENING

LAPORAN REALISASI ANGGARAN

LAPORAN REALISASI ANGGARAN BERBASIS KAS

5.1. KINERJA KEUANGAN MASA LALU

KEBIJAKAN AKUNTANSI BEBAN DAN BELANJA

Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kabupaten Merangin. Gambaran Pengelolaan Keuangan Daerah dan Kerangka Pendanaan

BAB III GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH SERTA KERANGKA PENDANAAN

BAB I PENDAHULUAN. yang cakupannya lebih sempit. Pemerintahan Provinsi Jawa Barat adalah salah

LAPORAN REALISASI ANGGARAN UNTUK TAHUN YANG BERAKHIR SAMPAI DENGAN 31 DESEMBER 2014

RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KABUPATEN (REVISI) GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH

BAB I PENDAHULUAN. provinsi, dan pemerintahan kabupaten/kota. Pemerintahan yang lebih luas

BAB III KEBIJAKAN UMUM PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH

BAB III GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH SERTA KERANGKA PENDANAAN

LAPORAN REALISASI ANGGARAN BERBASIS KAS

LAPORAN REALISASI ANGGARAN UNTUK TAHUN YANG BERAKHIR SAMPAI DENGAN 31 DESEMBER 2014

BAB I PENDAHULUAN. untuk menerapkan akuntabilitas publik. Akuntabilitas publik dapat diartikan sebagai bentuk

LAPORAN KEUANGAN BERBASIS AKRUAL SEKRETARIAT DAERAH KABUPATEN MUKOMUKO CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN

BAB III KEBIJAKAN UMUM PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Akuntansi sektor publik memiliki peran utama untuk menyiapkan laporan. keuangan sebagai salah satu bentuk pelaksanaan akuntabilitas publik.

Bab 1 PENDAHULUAN. dilanjutkan dengan pertanyaan penelitian, tujuan, motivasi, dan kontribusi

ANGGARAN PENDAPATAN & BELANJA NEGARA DIANA MA RIFAH

BUPATI TASIKMALAYA PERATURAN BUPATI TASIKMALAYA NOMOR 37 TAHUN 2008 TENTANG

BUPATI TRENGGALEK PROVINSI JAWA TIMUR

Grafik 5.1. Realisasi Pendapatan Daerah Provinsi Kaltara Tahun Anggaran Sumber: Hasil Olahan, 2016

PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN LOMBOK TIMUR NOMOR 7 TAHUN 2009 TENTANG POKOK POKOK PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH DI KABUPATEN LOMBOK TIMUR

Jumlah Anggaran PENDAPATAN - LRA , PENDAPATAN ASLI DAERAH (PAD) - LRA Pendapatan Retribusi Daerah - LRA

KABUPATEN SUBANG N E R A C A DINAS KEPENDUDUKAN DAN CATATAN SIPIL PER 31 DESEMBER TAHUN 2015 DAN TAHUN 2014

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dilakukan oleh Pemda untuk melaksanakan wewenang dan tanggung jawab

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 tahun 2006 mengenai

STANDAR AKUNTANSI PEMERINTAHAN PERNYATAAN NO. 02 LAPORAN REALISASI ANGGARAN

BAB III GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH SERTA KERANGKA PENDANAAN

BAB II KEBIJAKAN AKUNTANSI BEBAN DAN BELANJA

CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN BAB I PENDAHULUAN

PEMERINTAH PROVINSI LAMPUNG. LAPORAN REALISASI ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA UNTUK TAHUN YANG BERAKHIR SAMPAI DENGAN Desember 2015 dan 2014

KOREKSI KESALAHAN, PERUBAHAN KEBIJAKAN AKUNTANSI, PERUBAHAN ESTIMASI AKUNTANSI, DAN OPERASI YANG TIDAK DILANJUTKAN

KEBIJAKAN AKUNTANSI BEBAN, BELANJA DAN TRANSFER

-1- KEBIJAKAN AKUNTANSI PENDAPATAN-LRA, BELANJA, TRANSFER DAN PEMBIAYAAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

B U P A T I S U K A B U M I PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUKABUMI NOMOR 21 TAHUN 2013

Q A N UN KABUPATEN ACEH TENGGARA NOMOR 02 TAHUN 2013

1.3 Sistematika penulisan catatan atas laporan SKPD

BUPATI GARUT PROVINSI JAWA BARAT

-1- KOREKSI KESALAHAN, PERUBAHAN KEBIJAKAN AKUNTANSI, PERUBAHAN ESTIMASI AKUNTANSI, OPERASI YANG TIDAK DILANJUTKAN, DAN PERISTIWA LUAR BIASA

LAPORAN REALISASI ANGGARAN

BAB II TINJAUAN/KAJIAN PUSTAKA. mencapai tujuan penyelenggaraan negara. dilakukan oleh badan eksekutif dan jajaranya dalam rangka mencapai tujuan

BUPATI LUMAJANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN LUMAJANG NOMOR 5 TAHUN 2014 T E N T A N G

BUPATI GARUT PROVINSI JAWA BARAT

BUPATI JEPARA PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEPARA NOMOR 16 TAHUN 2012 TENTANG ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH TAHUN ANGGARAN 2013

PEMERINTAH KABUPATEN BLITAR

BAB IV ANALISA HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

BUPATI GARUT PROVINSI JAWA BARAT

PSAP NO. 01: PENYAJIAN LAPORAN KEUANGAN PSAP NO. 02: LAPORAN REALISASI ANGGARAN PSAP NO. 07: AKUNTANSI ASET TETAP

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

PERATURAN DAERAH KABUPATEN MAJALENGKA

PEMERINTAH ACEH NERACA Untuk Tahun Yang Berakhir Tanggal 31 Desember 2011 dan 2010

PEMERINTAH ACEH NERACA Per 31 Desember 2012 dan 2011

BAB III KEBIJAKAN AKUNTANSI TRANSFER

PERATURAN DAERAH KABUPATEN LUMAJANG NOMOR 5 TAHUN 2013 T E N T A N G ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH TAHUN ANGGARAN 2013

PEMERINTAH KABUPATEN LUMAJANG

STANDAR AKUNTANSI PEMERINTAHAN PERNYATAAN NO.

BUPATI JAYAPURA PROVINSI PAPUA

CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN DINAS PERHUBUNGAN KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA PEMERINTAH KABUPATEN MUKOMUKO

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. dan seluruh transaksi yang dilakukan oleh RSJD Dr. RM. Soedjarwadi Provinsi

JUMLAH ASET LANCAR , ,94

CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN BADAN LINGKUNGAN HIDUP DAERAH (BLHD) PROVINSI BANTEN

LAPORAN REALISASI ANGGARAN (LRA) Oleh : Nathasia dan Susanti

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Standar Akuntansi Pemerintahan (SAP), pengertian belanja modal

BAB IV KEBIJAKAN AKUNTANSI

PENJELASAN POS-POS LRA

LAPORAN REALISASI ANGGARAN

BAB VII AKUNTANSI BELANJA YANG MASIH HARUS DIBAYAR

DINAS KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN Untuk Tahun yang Berakhir Tanggal 31 Desember 2016 Dengan Angka Perbandingan Tahun

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Istilah sistem menimbulkan gambaran mental tentang komputer dan program.

BAB III PELAKSANAAN KERJA PRAKTEK

BAB I PENDAHULUAN. Keuangan pada tahun Pelaksanaan reformasi tersebut diperkuat dengan

BUPATI GARUT PROVINSI JAWA BARAT

STANDAR AKUNTANSI PEMERINTAHAN PERNYATAAN NO. 03 LAPORAN ARUS KAS

Lampiran 1 LAPORAN REALISASI ANGGARAN BADAN PERENCANAAN DAN PEMBANGUNAN KOTA MEDAN TAHUN ANGGARAN 2013 (dalam rupiah) NO.

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KARANGANYAR NOMOR 14 TAHUN 2011 TENTANG ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH TAHUN ANGGARAN 2012

BAB II LANDASAN TEORI. diterapkan dalam menyusun dan melaporkan keuangan pemerintah. Sedangkan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang berkaitan dengan variabel yang digunakan. Selain itu akan dikemukakan hasil

LAPORAN ARUS KAS STANDAR AKUNTANSI PEMERINTAHAN BERBASIS AKRUAL PERNYATAAN NO. 03 PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

3.2. Kebijakan Pengelolalan Keuangan Periode

PERATURAN BUPATI PANDEGLANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PANDEGLANG,

BAB III Gambaran Pengelolaan Keuangan Daerah dan Kerangka Pendanaan

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. tugas pembantuan dengan prinsip otonomi seluas-luasnya dalam sistem dan. daerah sebagai penyelenggara pemerintah daerah.

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN TUBAN Nomor 09 Tahun 2012 Seri A

WALIKOTA MAGELANG RANCANGAN PERATURAN DAERAH KOTA MAGELANG NOMOR TAHUN 2013 TENTANG ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH TAHUN ANGGARAN 2014

KEPALA DESA LEBAKWANGI PERATURAN DESA LEBAKWANGI NOMOR 7 TAHUN 2017 T E N T A N G

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pengertian pemerintah menurut Siregar dalam buku yang berjudul Akuntansi Sektor Publik (2015:2) merupakan organisasi sektor publik yang mengelola dana masyarakat. Berkaitan dengan tugasnya mengelola dana masyarakat, pemerintah dituntut untuk menerapkan akuntansi sebagai dasar dalam pengelolaan dana tersebut. Pengertian akuntansi dalam sektor publik juga diungkapkan oleh Siregar dalam buku Akuntansi Sektor Publik (2015:3), yaitu aktivitas akuntansi yang diterapkan dan dilakukan terhadap kejadian dan transaksi keuangan organisasi sektor publik termasuk pemerintahan. Akuntansi dilingkup pemerintahan harus diterapkan agar pengelolaan dana publik dapat dilakukan dengan baik dan dapat dipertanggungjawabkan secara baik pula kepada publik. Penerapan akuntansi ini harus dilakukan di seluruh struktur pemerintahan baik pusat maupun daerah. Pemerintah pusat bertugas untuk mengelola dana publik yang tertuang dalam APBN, sedangkan pemerintah daerah bertugas untuk mengelola dana publik yang tertuang dalam APBD. Dalam lingkup pemerintah daerah, dana yang tertuang dari APBD itu disalurkan kembali kepada struktur pemerintahan di daerahnya untuk dikelola. Salah satu struktur pemerintahan daerah yang menerapkan akuntansi dalam rangka mengelola dana publik adalah Dinas Pendidikan Kota Bandung. Dana publik yang diterima dari APBD Kota Bandung ini dikelola dan digunakan untuk 1

2 kebutuhan dalam rangka menjalankan tugas pokok di bidang pendidikan. Berdasarkan aturan akuntansi pemerintahan yang berlaku, langkah awal yang dilakukan agar pengelolaan dana publik dapat dilaksanakan dan dipertanggungjawabkan dengan baik adalah dengan membuat perencanaan anggaran. Perencanaan anggaran adalah kegiatan menyusun rencana pendapatan, belanja dan pembiayaan untuk suatu jangka waktu tertentu. Proses perencanaan anggaran ini menyangkut proses penentuan jumlah alokasi dana untuk mendukung terlaksananya tugas pokok dari Dinas Pendidikan Kota Bandung. Dalam mengelola keuangan termasuk pembuatan rencana anggaran ini dilakukan dengan klasifikasi anggaran yang tepat agar pengendalian anggaran, pengukuran dan pelaporan kinerja angggara tercipta dengan baik. Klasifikasi anggaran yang terdapat dalam rencana anggaran Dinas Pendidikan Kota Bandung ini berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 yang kemudian dijabarkan dalam Permendagri No 13 Tahun 2006 sebagaimana telah diubah dengan Permendagri Nomor 59 Tahun 2007 serta perubahan kedua dengan adanya Permendagri Nomor 21 Tahun 2011. Perubahan kedua tersebut terbagi atas dua macam yaitu belanja langsung dan belanja tidak langsung. Kelompok belanja langsung merupakan belanja yang dianggarkan terkait secara langsung dengan pelaksanaan program dan kegiatan. Kelompok belanja langsung terdiri dari : 1. Belanja pegawai untuk pengeluaran honorarium atau upah dalam melaksanakan program dan kegiatan pemerintahan daerah.

3 2. Belanja barang dan jasa digunakan untuk pengeluaran pembelian/pengadaan barang yang nilai manfaatnya kurang dari satu tahun dan/atau pemakaian jasa dalam melaksanakan program dan kegiatan pemerintahan daerah. Pembelian barang dan jasa mencakup belanja barang pakai habis, material, jasa kantor, premi asuransi, perawatan kendaraan bermotor, sewa rumah/gedung/gudang/parkir, sewa sarana mobilitas, sewa alat berat, sewa perlengkapan dan peralatan kantor, makanan dan minuman, pakaian dinas dan atributnya, pakaian kerja, pakaian khusus dan hari-hari tertentu, perjalanan dinas, perjalanan dinas pindah tugas dan pemulangan pegawai. 3. Belanja modal digunakan untuk pengeluaran yang dilakukan dalam rangka pembelian/pengadaan atau pembangunan aset tetap berwujud yang mempunyai nilai manfaat lebih dari satu tahun untuk digunakan dalam kegiatan pemerintahan, seperti dalam bentuk tanah, peralatan dan mesin, gedung dan bangunan, jalan, irigasi dan jaringan, dan aset tetap lainnya. Kelompok belanja yang selanjutnya adalah kelompok belanja tidak langsung. Kelompok belanja tidak langsung merupakan belanja yang dianggarkan tidak terkait secara langsung dengan pelaksanaan program dan kegiatan. Kelompok ini terdiri dari : 1. Belanja pegawai merupakan belanja kompensasi, dalam bentuk gaji dan tunjangan, serta penghasilan lainnya yang diberikan kepada pegawai negeri sipil yang ditetapkan sesuai dengan ketentuan perundang-undangan.

4 2. Belanja bunga digunakan untuk menganggarkan pembayaran bunga utang yang dihitung atas kewajiban pokok utang (principal outstanding) berdasarkan perjanjian pinjaman jangka pendek, jangka menengah, dan jangka panjang. 3. Belanja subsidi digunakan untuk menganggarkan bantuan biaya produksi kepada perusahaan atau embaga tertentu agar harga jual produksi barang atau jasa yang dihasilkan dapat terjangkau oleh masyarakat banyak. 4. Belanja hibah bersifat bantuan yang tidak mengikat atau tidak secara terus menerus dan harus digunakan sesuai dengan persyaratan yang ditetapkan dalam naskah perjanjian hibah daerah. 5. Bantuan sosial digunakan untuk menganggarkan pemberian bantuan dalam bentuk uang atau barang kepada masyarakat yang bertujuan untuk peningkatan kesejahteraan masyarakat. Bantuan sosial diberikan tidak secara terus menerus dan tidak berulang setiap tahun anggaran, selektif dan memiliki kejelasan peruntukan penggunaannya. 6. Belanja bagi hasil digunakan untuk menganggarkan dana bagi hasil yang bersumber dari pendapatan provinsi kepada kabupaten/kota atau pendapatan kabupaten/kota kepada pemerintah desa atau pendapatan pemerintah daerah tertentu kepada pemerintah daerah lainnya sesuai dengan ketentuan perundang-undangan. 7. Bantuan keuangan digunakan untuk menganggarkan bantuan keuangan yang bersifat umum atau khusus dari provinsi kepada kabupaten/kota, pemerintah desa, dan kepada pemerintah daerah lainnya atau dari pemerintah

5 kabupaten/kota kepada pemerintah desa dan pemerintah daerah lainnya dalam rangka pemerataan dan/atau peningkatan kemampuan keuangan. 8. Belanja tidak terduga merupakan belanja untuk kegiatan yang sifatnya tidak biasa atau tidak diharapkan berulang seperti penanggulangan bencana alam dan bencana sosial yang tidak diperkirakan sebelumnya, termasuk pengembalian atas kelebihan penerimaan daerah tahun-tahun sebelumnya yang telah ditutup. Proses pembuatan rencana anggaran perlu memperhatikan beberapa hal yang harus diperhatikan agar rencana anggaran yang dibuat itu baik dan ketika proses pelaksanaan dapat terealisasi sesuai dengan yang direncanakan serta dapat dipertanggungjawabkan. M. Nafarin menyebutkan dalam buku Penganggaran Perusahaan (2007:12) bahwa hal-hal yang mempengaruhi pembuatan rencana anggaran diantaranya: 1. Pengetahuan tentang tujuan dan kebijakan umum organisasi/perusahaan, seperti memahami visi, misi dan tujuan dari organisasi tersebut. 2. Data-data waktu yang lalu, seperti data-data organisasi di tahun-tahun sebelumnya. Data ini nantinya dijadikan sebagai bahan informasi. 3. Kemungkinan perkembangan kondisi. 4. Pengetahuan tentang strategi. 5. Kemungkinan adanya perubahan kebijaksanaan pemerintah. 6. Penelitian untuk pengembangan perusahaan / organisasi Perencanaan anggaran pada Dinas Pendidikan Kota Bandung tentu perlu juga memperhatikan hal-hal yang mempengaruhi proses penyusunan anggaran

6 termasuk perencanaan anggaran seperti yang dipaparkan sebelumnya. Implementasi hal-hal tersebut diharapkan untuk membuat perencanaan yang dibuat dapat berjalan dengan lebih baik. Berdasarkan hasil wawancara yang peneliti lakukan kepada Kepala Sub Bagian Keuangan yaitu Bapak Drs. Abd. Gaos, M.Pd, ketika peneliti bertanya apakah hal-hal yang mempengaruhi penyusunan anggaran itu diperhatikan juga dalam proses pembuatan perencanaan anggaran di Dinas Pendidikan Kota Bandung? Jawaban yang diberikan oleh Kepala Sub Bagian Keuangan Dinas Pendidikan Kota Bandung adalah seharusnya hal-hal yang mempengaruhi penyusunan anggaran itu memang diterapkan karena dinilai berpengaruh pada rencana anggaran. Akan tetapi, jika melihat kinerja keuangan di Dinas Pendidikan Kota Bandung, poin-poin tersebut nampaknya masih ada yang belum diperhatikan. Sesuai dengan yang diungkapkan M. Nafarin (2007), salah satu poin yang dimaksud adalah data-data di waktu yang lalu berupa data-data kinerja keuangan yaitu data laporan keuangan Dinas Pendidikan Kota Bandung tahun sebelumnya. Laporan keuangan dapat dijadikan sebagai bahan informasi dan pembelajaran karena berisikan pertanggungjawaban kinerja keuangan Dinas Pendidikan Kota Bandung berdasarkan klasifikasi anggaran secara keseluruhan yang berupa belanja tidak langsung dan belanja langsung. Pada saat Dinas Pendidikan Kota Bandung membuat rencana anggaran, poin ini belum sepenuhnya diperhatikan. Hal ini berdampak pada saat dilakukan evaluasi, rencana anggaran meningkat dari tahun sebelumnya tetapi tidak diikuti

7 dengan capaian kinerja keuangan yang meningkat pula. Selain itu juga, terlihat dari adanya anggaran yang sisa dan persentase realisasi rencana anggaran yang belum tercapai semua. Keberadaan sisa anggaran dan belum tercapainya realisasi rencana anggaran menunjukkan bahwa kinerja keuangannya juga dapat dikatakan belum optimal. Ungkapan Kasubag Keuangan ini juga diperkuat dengan data perencanaan anggaran serta laporan keuangan selama enam tahun terakhir yaitu: Tabel 1.1 Perencanaan Anggaran Dinas Pendidikan Kota Bandung Tahun 2010-2015 Sumber: Dinas Pendidikan Kota Bandung (diolah)

8 Tabel 1.2 Laporan Keuangan Dinas Pendidikan Kota Bandung Tahun 2010-2015 Sumber: Laporan Keuangan Dinas Pendidikan Kota Bandung (diolah) Berdasarkan kedua tabel diatas, dapat dilihat pada tabel 1.1 bahwa setiap tahunnya perencanaan anggaran pada Dinas Pendidikan Kota Bandung mengalami peningkatan. Namun, jika melihat pada tabel 1.2 realisasi anggaran dari tahun 2011 hingga 2015 persentasenya menurun dan otomatis sisa anggaranya meningkat. Apabila hal ini dikaitkan dengan ungkapan Kasubag Keuangan Dinas Pendidikan Kota Bandung, dapat dikatakan bahwa perencanaan anggaran pada Dinas Pendidikan Kota Bandung belum optimal. Berdasarkan latar belakang diatas, penulis bermaksud untuk mengadakan penelitian lebih lanjut yang pembahasannya dituangkan dalam bentuk skripsi

9 dengan judul Pengaruh Laporan Keuangan terhadap Perencanaan Anggaran Dinas Pendidikan Kota Bandung 1.2 Identifikasi Masalah Berdasarkan uraian pada latar belakang diatas, maka penulis mengidentifikasiakan masalah sebagai berikut: 1. Belum diperhatikannya hal yang mempengaruhi penyusunan anggaran termasuk perencanaan anggaran yaitu data-data di waktu yang lalu berupa data yang berkaitan dengan keuangan dari Dinas Pendidikan Kota Bandung. 2. Masih adanya sisa anggaran dan belum tercapainya realisasi rencana anggaran yang menyebabkan kinerja keuangan pada Dinas Pendidikan Kota Bandung belum optimal. 1.3 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah untuk penelitian ini adalah: 1. Seberapa besar pengaruh belanja langsung terhadap perencanaan anggaran pada Dinas Pendidikan Kota Bandung? 2. Seberapa besar pengaruh belanja tidak langsung terhadap perencanaan anggaran pada Dinas Pendidikan Kota Bandung? 3. Seberapa besar pengaruh belanja langsung dan belanja tidak langsung terhadap perencanaan anggaran pada Dinas Pendidikan Kota Bandung?

10 1.4 Tujuan Penelitian Adapun tujuan yang ingin dicapai oleh Penulis dalam penelitian ini antara lain: 1. Untuk mengetahui besarnya pengaruh belanja langsung terhadap perencanaan anggaran pada Dinas Pendidikan Kota Bandung. 2. Untuk mengetahui besarnya pengaruh belanja tidak langsung terhadap perencanaan anggaran pada Dinas Pendidikan Kota Bandung. 3. Untuk mengetahui besarnya pengaruh belanja langsung dan belanja tidak langsung terhadap perencanaan anggaran pada Dinas Pendidikan Kota Bandung. 1.5 Kegunaan Penelitian 1.5.1 Kegunaan Teoritis Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai bahan masukan dan kontribusi bagi pengembangan ilmu pengetahuan kita dalam wawasan keilmuan yang berkaitan dengan laporan keuangan dan perencanaan anggaran yang dimana kedua teori tersebut berdasarkan referensi yang relevan. 1.5.2 Kegunaan Praktis 1. Bagi Peneliti Mengembangkan wawasan peneliti, terlebih dalam rangka menerapkan hasil-hasil studi mengenai pengaruh laporan keuangan

11 terhadap perencanaan anggaran dengan melakukan penelitian pada Dinas Pendidikan Kota Bandung. 2. Bagi Instansi Penelitian ini dapat dijadikan bahan masukan serta evaluasi pada Dinas Pendidikan Kota Bandung yang berkaitan dengan pengaruh laporan keuangan terhadap perencanaan anggaran. 1.6 Kerangka Pemikiran Teori yang dijadikan grand teori adalah Keuangan Negara merujuk pada UU No. 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara. Keuangan Negara adalah semua hak dan kewajiban negara yang dapat dinilai dengan uang, serta segala sesuatu baik berupa uang maupun berupa barang yang dapat dijadikan milik negara berhubung dengan pelaksanaan hak dan kewajiban tersebut. Operasional teori dalam penelitian ini adalah Akuntansi Pemerintahan merujuk pada teori Revrisond Baswir (1998) yang dikutip dalam buku Rachmat yang berjudul Akuntansi Pemerinahan (2010:45) Akuntansi pemerintahan adalah bidang akuntansi yang berkaitan dengan lembaga pemerintahan dan lembagalembaga yang tidak bertujuan mencari laba. Operasionalisasi variabel yang digunakan adalah Laporan Keuangan dan Perencanaan Anggaran yang keduanya merujuk pada PSAP (Pernyataan Standar Akuntansi Pemerintahan) yang berlaku di Indonesia diatur dalam Peraturan Pemerintah No 71 Tahun 2010 Tentang Standar Akuntansi Pemerintahan. SAP (Standar Akuntansi Pemerintahan) adalah prinsip-prinsip akuntansi yang

12 diterapkan dalam menyusun dan menyajikan laporan. SAP dinyatakan dalam bentuk PSAP (Pernyataan Standar Akuntansi Pemerintahan). PSAP juga menjelaskan mengenai karakteristik kualitatif laporan keuangan adalah: 1. Relevan 2. Andal 3. Dapat dibandingkan 4. Dapat dipahami Adapun unsur laporan keuangan khususnya dalam laporan realisasi anggaran adalah sebagai berikut: 1. Pendapatan-LRA Penerimaan oleh Bendahara Umum Negara/Daerah atau entitas pemerintah lainnya yang menambah saldo anggaran lebih dalam periode tahun anggaran yang bersangkutan yang menjadi hak pemerintah dan tidak perlu dibayar kembali oleh pemerintah 2. Belanja Semua pengeluaran oleh Bendahara Umum Negara/Daerah yang mengurangi saldo anggaran lebih dalam periode tahun anggaran yang bersangkutan yang tidak akan diperoleh pembayarannya kembali oleh pemerintah. Belanja diklasifikasikan berdasarkan jenis belanja sebagai belanja tidak langsung dan belanja langsung.

13 3. Transfer Penerimaan atau pengeluaran uang oleh suatu entitas pelapor dari/kepada entitas pelaporlain, termasuk dana perimbangan dan dana bagi hasil. 4. Pembiayaan Setiap penerimaan/pengeluaran yang tidak berpengaruh pada kekayaan bersih entitas yang perlu dibayar kembali dan/atau akan diterima kembali. Perencanaan sebagai acuan bagi penganggaran pada dasarnya adalah proses untuk menyusun rencana pendapatan, belanja dan pembiayaan untuk suatu jangka waktu tertentu. perencanaan (termasuk penganggaran) merupakan tahap awal dari serangkaian aktivitas (siklus) pengelolaan keuangan daerah. Teori hubungan antara variabel x terhadap variabel y yaitu laporan keuangan terhadap perencanaan anggaran menggunakan teori dari Syafri dalam buku Analisis Kritis Atas Laporan Keuangan (2008:201) yang menyebutkan bahwa laporan keuangan menjadi bahan informasi bagi para pemakainya sebagai salah satu bahan dalam proses pengambilan keputusan. Termasuk ketika akan mengambil keputusan mengenai perencanaan suatu anggaran. Karena salah satu informasi yang dibutuhkan dalam menentukan perencanaan anggaran adalah dari laporan keuangan. Untuk lebih jelasnya, model kerangka pemikiran dipaparkan dalam gambar sebagai berikut:

14 Gambar 1 Kerangka Pemikiran 1.7 Hipotesis Berdasarkan kerangka pemikiran diatas, hipotesis pada penelitian ini adalah: 1. Hipotesis X 1 H o : Belanja langsung tidak berpengaruh secara signifikan terhadap perencanaan anggaran H a : Belanja langsung berpengaruh secara signifikan terhadap perencanaan anggaran 2. Hipotesis X 2 H o : Belanja tidak langsung tidak berpengaruh secara signifikan terhadap perencanaan anggaran H a : Belanja tidak langsung berpengaruh secara signifikan terhadap perencanaan anggaran

15 3. Hipotesis X H o : Belanja langsung dan belanja tidak langsung tidak berpengaruh secara signifikan terhadap perencanaan anggaran H a : Belanja langsung dan belanja tidak langsung berpengaruh secara signifikan terhadap perencanaan anggaran