RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 23/PUU-XVI/2018 Larangan Penggunaan Telepon dan Aplikasi Global Positioning System (GPS) Saat Berkendara I. PEMOHON Toyota Soluna Community (TSC), dalam hal ini diwakili oleh Sanjaya Adi Putra selaku Ketua Umum dan Naldi Zen selaku Sekretaris Jenderal, selanjutnya disebut sebagai Pemohon I; Reza Aditya, selanjutnya disebut sebagai Pemohon II. Kuasa Hukum: Ade Manansyah, S.H., Victor Santoso Tandiasa, S.H., M.H., Denny Wahyudin, S.H., dkk, Kuasa Hukum, memilih domisili hukum di Kantor Hukum Ade Manansyah, S.H, beralamat di Jl. Tanah Sereal XIII No. 8 RT. 005 RW. 011 Kelurahan Tanah Sereal, Kecamatan Tambora, Kota Jakarta Barat, Provinsi DKI Jakarta, 11210, berdasarkan Surat Kuasa Khusus tertanggal 14 Maret 2018. II. III. OBJEK PERMOHONAN Pengujian materiil Penjelasan Pasal 106 ayat (1) dan Pasal 283 Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan (selanjutnya disebut UU LLAJ). KEWENANGAN MAHKAMAH KONSTITUSI Pemohon menjelaskan kewenangan Mahkamah Konstitusi untuk menguji Undang-Undang adalah: 1. Pasal 24 ayat (2) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 (UUD 1945) menyatakan: Kekuasaan kehakiman dilakukan oleh sebuah Mahkamah Agung dan badan peradilan yang di bawahnya dalam lingkungan peradilan umum, lingkungan peradilan agama, lingkungan peradilan militer, lingkungan peradilan tata usaha negara, dan oleh sebuah Mahkamah Konstitusi dan oleh sebuah Mahkamah Konstitusi ; 1
2. Pasal 24C ayat (1) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 (UUD 1945) menyatakan bahwa: Mahkamah Konstitusi berwenang mengadili pada tingkat pertama dan terakhir yang putusannya bersifat final untuk menguji undang-undang terhadap Undang-Undang Dasar, memutus sengketa kewenangan lembaga negara yang kewenangannya diberikan oleh Undang-Undang Dasar, memutus pembubaran partai politik, dan memutus perselisihan tentang hasil pemilihan umum ; 3. Pasal 10 ayat (1) huruf a Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2003 tentang Mahkamah Konstitusi sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2011 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2003 tentang Mahkamah Konstitusi (UU MK) menyatakan bahwa: Mahkamah Konstitusi berwenang mengadili pada tingkat pertama dan terakhir yang putusannya bersifat final untuk menguji undang-undang terhadap Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 ; 4. Pasal 29 ayat (1) huruf a Undang-Undang Nomor 48 Tahun 2009 tentang Kekuasaan Kehakiman berbunyi: Mahkamah Konstitusi berwenang mengadili pada tingkat pertama dan terakhir yang putusannya bersifat final untuk: a. menguji undang-undang terhadap Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945; 5. Bahwa objek permohonan adalah pengujian materiil Penjelasan Pasal 106 ayat (1) dan Pasal 283 Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan (selanjutnya disebut UU LLAJ), oleh karena itu Mahkamah berwenang untuk melakukan pengujian Undang-Undang a quo. IV. KEDUDUKAN HUKUM PEMOHON (LEGAL STANDING) 1. Berdasarkan Pasal 51 ayat (1) UU MK: Pemohon adalah pihak yang menganggap hak dan/atau kewenangan konstitusionalnya dirugikan oleh berlakunya undang-undang, yaitu: (a) perorangan WNI, (b) kesatuan masyarakat hukum adat sepanjang masih hidup dan sesuai dengan perkembangan masyarakat dan prinsip negara kesatuan RI yang diatur dalam undang-undang, (c) badan hukum publik dan privat, atau (d) lembaga Negara. ; 2
2. Berdasarkan Putusan MK Nomor 006/PUU-III/2005 dan Nomor 010/PUU/III/2005 menyatakan bahwa kerugian hak dan/atau kewenangan konstitusional harus memenuhi 5 (lima) syarat yaitu: a. adanya hak konstitusional para Pemohon yang diberikan oleh Undang- Undang Dasar Negara Republik Indonesia 1945. b. hak konstitusional para Pemohon tersebut dianggap oleh para Pemohon telah dirugikan oleh suatu Undang-Undang yang diuji. c. kerugian konstitusional para Pemohon yang dimaksud bersifat spesifik atau khusus dan aktual atau setidaknya bersifat potensial yang menurut penalaran yang wajar dapat dipastikan akan terjadi. d. adanya hubungan sebab akibat antara kerugian dan berlakunya Undang- Undang yang dimohonkan untuk diuji. e. adanya kemungkinan bahwa dengan dikabulkannya permohonan maka kerugian konstitusional yang didalilkan tidak akan atau tidak lagi terjadi. 3. Pemohon I adalah perkumpulan yang bernama Toyota Soluna Community/TSC yang didirikan dihadapan notaris Irma Imelda S.H., M.Kn dengan Akta Pendirian Nomor 01, tertanggal 17 November 2015, yang diwakili oleh Sanjaya Adi Putra menjabat sebagai Ketua Umum dan Naldi Zen menjabat sebagai Sekretaris Jenderal berdasarkan Surat Keputusan Nomor 01/KETUM/HQ-TSC/Rev-1/XII/2017 tentang Penetapan Susunan Kepengurusan Toyota Soluna Community Periode Masa Kerja 2017 s.d 2019; 4. Bahwa Pemohon I sebagai perkumpulan yang menaungi anggotanya yang memiliki kesamaan dan kecintaan terhadap Toyota Soluna serta hobby dan kegiatannya di dunia otomotif sering melakukan pertemuan dan touring anggota-anggota TSC yang dalam menjalankan kegiatannya cukup bergantung dengan penggunaan sistem navigasi yang berbasiskan satelit yang biasa disebut Global Positioning System (GPS) yang terdapat dalam telepon pintar (smartphone) karena mempermudah untuk menemukan titik pertemuan dan mempermudah dalam perjalanan saat melakukan touring melintasi antar kota antar provinsi; 5. Pemohon II adalah warga negara yang berprofesi sebagai Pengemudi Transportasi Online (Mitra Grab Car), yang dalam kesehariannya dalam untuk mencari nafkah sangat bergantung pada sistem navigasi yang 3
berbasiskan satelit yang biasa disebut Global Positioning System (GPS) yang terdapat dalam smartphone. Model aplikasi transportasi online hanya dapat dipasang dan dioperasikan melalui smartphone; 6. Bahwa saat pengguna jasa transportasi online memesan dan Pemohon II menerima pesanan maka saat itu juga GPS berfungsi untuk menentukan titik pemesanan pengguna jasa dan mengantarkan Pemohon II untuk bisa sampai ke lokasi dimana pengguna jasa tersebut berada; 7. Para Pemohon mendalilkan hak-hak konstitusionalnya dirugikan atas berlakunya Pasal UU a quo, hal ini karena ketentuan norma penjelasan Pasal 106 ayat (1) UU LLAJ terhadap frasa menggunakan telepon dalam prakteknya diperluas tafsirnya oleh aparat penegak hukum dalam hal ini termasuk menggunakan GPS. Akibatnya para pengguna GPS yang terdapat dalam smartphone menjadi terancam sanksi pidana sebagaimana diatur dalam ketentuan norma Pasal 283 UU LLAJ. Sehingga mengakibatkan ketidakpastian dalam pemberlakuannya bagi Para Pemohon dalam penggunaan Global Positioning System (GPS) yang terdapat dalam telepon pintar (smartphone) untuk penggunaannya dalam mencari nafkah dan kegiatan penyaluran hobby. V. NORMA YANG DIMOHONKAN PENGUJIAN DAN NORMA UUD 1945 A. NORMA YANG DIMOHONKAN PENGUJIAN Pengujian Materiil UU LLAJ yaitu: 1. Penjelasan Pasal 106 ayat (1): Yang dimaksud dengan "penuh konsentrasi" adalah setiap orang yang mengemudikan Kendaraan Bermotor dengan penuh perhatian dan tidak terganggu perhatiannya karena sakit, lelah, mengantuk, menggunakan telepon atau menonton televisi atau video yang terpasang di Kendaraan, atau meminum minuman yang mengandung alkohol atau obat-obatan sehingga memengaruhi kemampuan dalam mengemudikan Kendaraan. 4
2. Pasal 283: Setiap orang yang mengemudikan Kendaraan Bermotor di Jalan secara tidak wajar dan melakukan kegiatan lain atau dipengaruhi oleh suatu keadaan yang mengakibatkan gangguan konsentrasi dalam mengemudi di Jalan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 106 ayat (1) dipidana dengan pidana kurungan paling lama 3 (tiga) bulan atau denda paling banyak Rp750.000,00 (tujuh ratus lima puluh ribu rupiah) B. NORMA UNDANG-UNDANG DASAR 1945. 1. Pasal 1 ayat (3): Negara Indonesia adalah negara hukum ; 2. Pasal 28D ayat (1): Setiap orang berhak atas pengakuan, jaminan, perlindungan, dan kepastian hukum yang adil serta perlakuan yang sama di hadapan hukum. 3. Pasal 28G ayat (1): Setiap orang berhak atas perlindungan diri pribadi, keluarga, kehormatan, martabat, dan harta benda yang di bawah kekuasaannya, serta berhak atas rasa aman dan perlindungan dari ancaman ketakutan untuk berbuat atau tidak berbuat sesuatu yang merupakan hak asasi. VI. ALASAN PERMOHONAN 1. Pemohon I adalah perkumpulan yang bernama Toyota Soluna Community/TSC yang didirikan dihadapan notaris Irma Imelda S.H., M.Kn dengan Akta Pendirian Nomor 01, tertanggal 17 November 2015, yang diwakili oleh Sanjaya Adi Putra menjabat sebagai Ketua Umum dan Naldi Zen menjabat sebagai Sekretaris Jenderal berdasarkan Surat Keputusan Nomor 01/KETUM/HQ-TSC/Rev-1/XII/2017 tentang Penetapan Susunan Kepengurusan Toyota Soluna Community Periode Masa Kerja 2017 s.d 2019; 5
2. Pemohon II adalah warga negara yang berprofesi sebagai Pengemudi Transportasi Online (Mitra Grab Car), yang dalam kesehariannya dalam untuk mencari nafkah sangat bergantung pada sistem navigasi yang berbasiskan satelit yang biasa disebut Global Positioning System (GPS) yang terdapat dalam smartphone. Model aplikasi transportasi online hanya dapat dipasang dan dioperasikan melalui smartphone; 3. Bahwa perkembangan telepon jaringan bergerak (telepon seluler) sangat pesat, telepon genggam yang bersifat mobile baru mulai booming di Indonesia pada tahun 90-an. Kemudian perkembangan telepon seluler semakin pesat, bukan hanya berfungsi sebagai alat komunikasi namun juga memiliki fungsi-fungsi lain yang dapat mempermudah manusia dalam menjalani aktivitas kesehariannya. Sehingga sebutan telepon seluler berganti menjadi telepon pintar (smartphone). Salah satu bentuk perkembangan telepon seluler menjadi telepon pintar adalah masuknya teknologi GPS; 4. Bahwa teknologi GPS dapat digunakan untuk beberapa keperluan sesuai dengan tujuannya. GPS dapat digunakan oleh peneliti, olahragawan, petani, tentara, pilot, petualang, pendaki, pengantar barang, pelaut, kurir, penebang pohon, pemadam kebakaran dan orang dengan berbagai kepentingan untuk meningkatkan produktivitas, keamanan, dan untuk kemudahan. Dari beberapa pemakaian di atas dikategorikan menjadi: a. Lokasi : Digunakan untuk menentukan dimana lokasi suatu titik di permukaan bumi berada. b. Navigasi : Membantu mencari lokasi suatu titik di bumi. c. Tracking : Membantu untuk memonitoring pergerakan obyek dan membantu memetakan posisi tertentu, dan perhitungan jaringan terdekat. d. Timing : Dapat dijadikan dasar penentuan jam seluruh dunia, karena memakai jam atom yang jauh lebih presisi di banding dengan jam biasa. 6
5. Bahwa terdapatnya sistem GPS dalam telepon seluler/telepon pintar menimbulkan konsekwensi hukum dalam pemberlakuan ketentuan norma a quo, dimana penggunaan GPS yang terdapat dalam telepon seluler mengakibatkan dikenakannya sanksi pidana bagi pengemudi kendaraan bermotor yang menggunakan GPS yang terdapat di dalam telepon sebagaimana terdapat dalam ketentuan norma a quo; 6. Para Pemohon mendalilkan frasa melakukan kegiatan lain atau dipengaruhi oleh suatu keadaan yang mengakibatkan ganguan konsentrasi dalam mengemudi di Jalan yang terdapat dalam ketentuan Norma Pasal 283 UU LLAJ yang memuat sanksi pidana yang terkait dengan ketentuan norma Pasal 106 ayat (1) UU LLAJ juga telah menimbulkan penafsiran yang dapat dimaknai lain dan/atau dapat dimaknai sesuai dengan keinginan dari penegak hukum. Dimana maksud dari kegiatan lain atau dipengaruhi oleh suatu keadaan yakni salah satunya adalah kegiatan menggunakan telepon dapat dipidana dengan pidana kurungan paling lama 3 (tiga) bulan atau denda paling banyak Rp750.000,00 (tujuh ratus lima puluh ribu rupiah) termasuk menggunakan GPS melalui telepon; 7. Bahwa ketentuan norma Pasal 283 UU LLAJ dalam bagian penjelasan hanya menyebutkan cukup jelas, artinya maksud dari frasa melakukan kegiatan lain atau dipengaruhi oleh suatu keadaan yang mengakibatkan gangguan konsentrasi dalam mengemudi dijalan salah satunya adalah kegiatan menggunakan telepon sebagaimana terdapat dalam Penjelasan Pasal 106 ayat (1) UU LLAJ. Ketentuan a quo tidak memberikan penjelasan lebih lanjut dalam hal apa (kriteria kondisi) penggunaan telepon yang dapat mengakibatkan gangguan konsentrasi dalam mengemudi di jalan. VII. PETITUM 1. Mengabulkan permohonan Pemohon untuk seluruhnya; 2. Menyatakan Penjelasan Pasal 106 ayat (1) terhadap frasa menggunakan telepon serta Pasal 283 terhadap frasa melakukan kegiatan lain atau dipengaruhi oleh suatu keadaan yang mengakibatkan ganguan 7
konsentrasi dalam mengemudi di Jalan bertentangan dengan UUD 1945 dan tidak mempunyai kekuatan hukum mengikat sepanjang tidak dimaknai dikecualikan untuk penggunaan sistem navigasi yang berbasiskan satelit yang biasa disebut Global Positioning System (GPS) yang terdapat dalam telepon pintar (smartphone). 3. Memerintahkan amar putusan Mahkamah Konstitusi yang mengabulkan permohonan Pemohon untuk dimuat dalam Berita Negara. Atau apabila Majelis Hakim Mahkamah Konstitusi berpendapat lain mohon putusan yang seadil-adilnya (ex aequo et bono). 8