PENERAPAN ANALISIS RASIO KEUANGAN SEBAGAI SARANA EVALUASI UNTUK MENILAI KINERJA KEUANGAN PADA PT. PRIMA ALLOY STEEL UNIVERSAL TBK SIDOARJO Rika Fitriah, Mahsina, Arief Rahman Prodi Akuntansi, Fakultas Ekonomi, Universitas Bhayangkara Surabaya richa.f@yahoo.com ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana analisis rasio keuangan sebagai sarana evaluasi untuk menilai kinerja keuangan pada PT. Prima Alloy Jenis data yang digunakan adalah data primer dan data sekunder. Pengambilan data ini dilakukan dengan survey pendahuluan, penelitian lapangan, yaitu observasi interview, dan dokumentasi. Penelitian ini menggunakan metode analisis deskriptif kualitatif. Berdasarkan analisis yang dilakukan diketahui bahwa untuk analisis rasio keuangan, perusahaan sudah menggunakan tiga alat analisis rasio keuangan yang digunakan sebagai menilai kinerja keuangan dengan kondisi yang cukup baik walaupun seharusnya perusahaan harus menggunakan empat rasio keuangan untuk menilai kinerja keuangan supaya laporan keuangan menjadi akurat. Kata kunci : Analisis Rasio Keuangan, Rasio Likuiditas, Rasio Solvabilitas, Rasio Profitabilitas, Rasio Aktivitas. ABTRACK This study aims to determine how financial ratio analysis as an evaluation tool to assess the financial performance of PT. Prima Alloy Steel Universal Tbk Sidoarjo. This research object is a manucfaturing company. The type of data used are primary data and secondary data. This data collection is done by a preliminary survey, field reseacrh, interviews, observation and documentation. This study is using descriptive qualitative analysis method. Based analysis is found that for the analysis of financial ratios, the company already uses three tools used financial performance with a reasonable condition although the company should have to use four financial ratios to assess the financial performance so that the financial statement be accurate. Keyword: Financial Ratio Analysis, Liquidity Ratios, Solvency Ratios, Profitability Ratios, Activity Ratios and Financial Performance. 223
PENDAHULUAN Suatu kegiatan bisnis (usaha), akuntansi dibutuhkan guna menjalankan aktifitas perusahaannya dan juga menjembatani antar pihak pimpinan dengan pihak lain yang berkepentingan dengan perusahaan. Melalui proses akuntansi maka akan dihasilkan laporan keuangan yang akan dipakai untuk mengkomunikasikan data keuangan atau aktifitas perusahaan. Dalam hal laporan keuangan suudah menjadi kewajiban setiap perusahaan untuk membuat dan melaporkan keuangan perusahaannya pada suatu periode tertentu. Pembuatan laporan keuangan dibuat sesuai dengan kaidah keuangan yang berlaku agar mampu menunjukkan kondisi dan posisi keuangan yang sesungguhnya. Laporan keuangan juga harus dibuat sesuai dengan aturan yang berlaku sehingga mudah dibaca, dipahami, dan dimengerti oleh pihak yang berkepentingan terutama pihak pemilik usaha dan manajemen. Untuk mengetahui perkembangan posisi keuangan atau untuk mengetahui tingkat kesehatan keuangan perusahaan, dapat digunakan dengan cara menganalisis laporan keuangan. Menganalisis laporan keuangan diperlukan perhitungan rasio-rasio keuangan yang mencerminkan aspek-aspek tertentu.analisis rasio keuangan dapat memberikan penilaian terhadap kinerja keuangan perusahaan. Penilaian kinerja keuangan merupakan salah satu cara yang dapat dilakukan oleh pihak manajemen agar dapat memenuhi kewajibannya terhadap para penyandang dana dan juga untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan oleh perusahaan. Permasalahan yang dihadapi oleh perusahaan terkait dengan penilaian kinerja yakni perusahaan hanya menggunakan analisis rasio likuiditas, solvabilitas, dan kolektibilitas. Karena perusahaan menganggap dengan menggunakan tiga analisis tersebut sudah dapat mengetahui laporan keuangan tersebut secara akurat. Tetapi terkait dengan adanya hutang pada bank guna pelaksanaan modal kredit, perusahaan harus melakukan pembatasan rasio keuangan terutama pada rasio likuiditas yang sesuai dengan persyaratan dalam perjanjian yang sebelumnya. Berdasarkan uraian diatas maka penulis tertarik melakukan penelitian dengan judul Penerapan Analisis Rasio Keuangan Sebagai Sarana Evaluasi Untuk Menilai Kinerja Keuangan Pada PT. Prima Alloy Steel Universal Tbk Sidoarjo". 224
Analisis Rasio Keuangan Analisis laporan keuangan merupakan penelaahan terhadap hubunganhubungan dan kecenderungan terhadap laporan keuangan untuk menilai apakah posisi, keuangan, hasil opersi, dan perkembangan perusahaan itu memuaskan atau tidak. Menurut Harahap (2009:297), rasio keuangan merupakan angka yang diperoleh dari hasil perbandingan dari satu akun laporan keuangan dengan akun lainnya yang mempunyai hubungan yang relevan dan signifikan. Sedangkan menurut Riyanto (2003:327) mengemukakan bahwa analisis laporan keuangan adalah dengan menghubungkan elemen elemen dari berbagai aktiva satu dengan yang lainnya, elemen elemen dari berbagai pasiva satu dengan lainnya serta menghubungkan elemen elemen dari aktiva dan pasiva dalam neraca pada suatu saat tertentu akan dapat diperoleh banyak gambaran mengenai posisi atau keadaan finansial suatu perusahaan. Analisis rasio keuangan sendiri dimulai dengan laporan keuangan dasar yaitu dari neraca (balance sheet), perhitungan rugi laba (income statement), dan laporan arus kas (cash flow statement). Perhitungan rasio keuangan akan lebih jelas jika dihubungkan antara lain dengan menggunakan pola historis perusahaan tersebut, yang dilihat perhitungannya pada sejumlah tahun guna menentukan apakah perusahaan membaik atau memburuk atau melakukan perbandingan dengan perusahaan lain dalam industri yang sama. Jenis-Jenis Rasio Keuangan 1. Rasio Likuiditas (Liquidity Ratio) Rasio likuiditas merupakan rasio yang mengukur kemampuan perusahaan memenuhi kewajiban jangka pendeknya. Untuk dapat memenuhi kewajibannya yang sewaktu-waktu ini, maka perusahaan harus mempunyai alat-alat untuk untuk membayar yang berupa aset-aset lancar yang jumlahnya harus juh lebih besar dari pada kewajiban-kewajiban yang harus segera dibayar berupa kewajiban-kewajiban lancar. Secara umum rasio likuiditas ada dua yaitu : Current Ratio Rasio ini merupakan perbandingan antara aset lancar dengan hutang lancar. Rumus yang digunakan adalah sebagai berikut: 225
Aset Lancar Current Ratio = x 100% Hutang Lancar Quick Ratio (Rasio Cepat) Rasio ini merupakan perbandingan antara aset lancar dikurangi persediaan dengan kewajiban lancar. Rumus yang digunakan adalah sebagai berikut: Aset Lancar - Persediaan Quick Ratio = x 100% Aktiva lancar 2. Rasio Solvabilitas Rasio solvabilitas merupakan rasio yang mengukur seberapa jauh perusahaan dibiayai oleh kewajiban atau pihak luar dengan kemampuan perusahaan yang digambarkan oleh ekuitas. Setiap penggunaan utang oleh perusahaan akan berpengaruh terhadap rasio dan pengembalian. Rasio ini dapat digunakan untuk melihat seberapa resiko keuangan perusahaan. Mengenai rasio-rasio leverage sebagaimana yang diutarakan, menurut Riyanto (2010: 333), dapat dilihat pada uraian sebagai berikut: Rasio Hutang atas Harta ( Debt Ratio) Rasio ini merupakan perbandingan antara total kewajiban dengan total aset. Rumus yang digunakan adalah sebagai berikut: Debt to Equity Ratio Total Kewajiban Debt Ratio = x 100% Total Aset Menurut Siegel & Shim dikutip dari buku Pengantar Manajemen Keuangan, Fahmi (2013:73) mendefinisikannya sebagai: Ukuran yang dipakai dalam menganalisis laporan keuangan untuk memperlihatkan besarnya jaminan yang tersedia untuk kreditor. Total Hutang Debt to Equity Ratio = x100% Total Modal Sendiri 226
3. Rasio Profitabilitas Rasio profitabilitas menggambarkan kemampuan perusahaan mendapatkan laba melalui semua kemampuannya dan sumber yang ada seperti kegiatan penjualan, kas, ekuitas, jumlah karyawan, jumlah cabang dan sebagainya. Mengenai rasio-rasio profitabilitas secara umum ada 3 yaitu sebagai berikut : a. Margin Keuntungan (profit margin) Menurut Harahap (2015:304), semakin besar rasio ini semakin baik karena dianggap kemampuan perusahaan dalam memperoleh laba. Rumus yang digunakan adalah sebagai berikut: Laba bersih Profit Margin = x100% Penjualan b. Tingkat pengembalian aset (Return On Assets) Menurut Harahap (2015:305), semakin besar rasionya semakin besar karena perusahaan dianggap mampu dalam menggunakan aset yang dimilikinya secara afektif untuk menghasilkan laba. Rumus yang digunakan adalah sebagai berikut: Laba bersih Return On Assets = x 100% Total Aset c. Tingkat Pengembalian Ekuitas (Return On Equity) Menurut Harahap (2015:305), semakin besar rasionya semakin bagus karena dianggap kemampuan perusahaan yang efektif dalam menggunakan ekuitasnya untuk menghasilkan laba. Rumus yang digunakan adalah sebagai berikut : 4. Rasio Aktivitas Laba bersih Return On Equity = x 100% Ekuitas Rasio aktivitas menggunakan aktivitas yang dilakukan perusahaan dalam menjalankan operasinya baik dalam menjalankan operasinya baik dalam kegiatan 227
penjualan, pembelian dan kegiatan lainnya. Rasio ini dinyatakan sebagai perbandingan penjualan dengan berbagai elemen aset. Elemen aset sebagai pengguna dana seharusnya bisa dikendalikan agar bisa dimanfaatkan secara optimal. Secara umum rasio aktivitas yang biasa digunakan perusahaan yaitu : a. Rasio Perputaran Total Aktiva (Total Assets Turn Over) Menurut Harahap (2015:309), semakin besar rasio semakin baik karena perusahaan dianggap efektif dalam mengelola asetnya. Rumus yang digunakan sebagai berikut: Penjualan Total Assets Turnover = x 100% Total Aset b. Rasio Perputaran Piutang Dagang (Receivable Turn Over) Rasio ini mengkaji tentang bagaimana suatu perusahaan melihat periode perputaran piutang yang akan terlihat (Fahmi, 2013:78). Rumus yang digunakan adalah sebagai berikut: Penjualan Receivable Turn Over = x 100% Piutang c. Rasio Perputaran Persediaan (Inventory Turnover) Menurut Harahap (2015:308), semakin besar rasio ini semakin baik karena dianggap bahwa kegiatan penjualan berjalan cepat. Rumus yang digunakan adalah sebagai berikut : Harga Pokok Penjualan Inventory Turnover = x 100% Persediaan Barang Pengertian Kinerja Keuangan Jumingan (2005:239) kinerja keuangan dapat didefinisikan sebagai berikut: "Gambaran kondisi keuangan perusahaan pada suatu periode tertentu baik menyangkut aspek penghimpunan dana maupun penyaluran dana yang biasanya diukur dengan indikator kecukupan modal, likuiditas, dan profitabilitas". 228
Hubungan Rasio Keuangan dengan Kinerja Keuangan Warsidi seperti yang dikutip oleh Fahmi (2015:50), analisis rasio keuangan merupakan instrument analisis prestasi perusahaan yang menjelaskan berbagai hubungan dan indikator keuangan, yang ditujukian untuk menunjukkan perubahan dalam kondisi keuangan atau prestasi operasi di masa lalu dan membantu menggambarkan trend pola perubahan tersebut. Fahmi (2015:50) bahwa :"To evaluate the financial condition and performance of a firm, the financial analyst needs certain yardstick. The yardstick frequently used is ratio, index, relating two pieces of financial data of to each other". METODE PENELITIAN Pendekatan ini dilakukan dengan metode kualitatif deskriptif. Untuk mengetahui kondisi keuangan perusahaan dapat dilihat dari laporan keuangan, sedangkan keberhasilan perusahaan dalam jangka panjang atau jangka pendek dapat dilakukan dalam analisis rasio keuangan sehingga dapat mengetahui bagaimana gambaran posisi keuangan dalam kondisi sehat atau tidak. Jenis Data Yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan sekunder. 1. Data primer yaitu data yang diperoleh secara langsung dari subjek penelitian dengan mengenakan alat pengukuran atau alat pengambilan data langsung pada subjek sebagai sumber informasi yang dicari. 2. Data sekunder adalah data yang diperoleh dari pihak lain, tidak langsung diperoleh oleh peneliti dari subjek penelitiannya. Sumber Data Pada penelitian ini sumber data yang diperoleh oleh peneliti berasal dari internal perusahaan khususnya bagian administrasi PT. Prima Alloy Steel Universal Tbk Sidoarjo. 229
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Tabel 1 IKHTISAR RASIO KEUANGAN PT. PRIMA ALLOY STEEL UNIVERSAL Tbk RASIO 2011 2012 2013 2014 2015 RATA- KET RATA RASIO CR 113,8% 113,3% 103,08% 100,3% 100,5% 105,8% Baik QR 63,7% 43,7% 55,3% 63,9% 56,8% 56,7% Baik DAR 70,9% 51,4% 48,9% 46,7% 52,9% 51,1% Baik DER 244,7% 106% 95,8% 87,6% 112,5% 129,3% Baik PM 1,37% 13,3% 27,5% 24,9% 112,5% 35,9% Baik ROA 1,37% 7,17% 10,9% 8,64% 3,23% 6,26% Baik ROE 3,24% 14,8% 21,4% 16,2% 6,9% 12,5% Baik TATO 97,4 77,1 39,7 24,1 21,5 52 Baik RTO 1589 1947 1052 2621 2325 1906 Baik IT 262,4 Sumber : Peneliti (2016) 229 168,4 179,7 134,6 194,8 Baik INTERPRETASI a. Rasio Likuiditas 1) Rasio Lancar (Current ratio) Rata-rata rasio PT. Prima Alloy Steel Universal Tbk untuk current ratio selama 5 tahun adalah sebesar 105,8%. Dimana dari lima tahun berturut-turut hanya tahun 2011 dan 2012 yang lebih dari rata-rata rasionya, karena semakin tinggi rasio ini dari rata-rata rasionya semakin baik. semakin besar rasio ini berarti semakin terjamin hutang-hutang perusahaan kepada kreditur. Hal ini disebabkan karena perusahaan terlalu banyak mempergunakan hutangnya tersebut yang digunakan dalam kegiatan operasionalnya. Oleh karena itu, sebaiknya perusahaan tidak terlalu banyak menggunakan hutangnya dalam menunjang kegiatan operasionalnya dan seharusnya perusahaan lebih meningkatkan kualitas pelayanan dan menaikkan kualitas produknya supaya produk tersebut dapat mencapai target penjualannya dan perusahaan tidak terlalu banyak menambah hutangnya serta perusahaan dapat memenuhi kewajiban jangka pendeknya. 230
2) Rasio Cepat (Quick Ratio) Rata-rata rasio PT. Prima Alloy Steel Universal Tbk untuk quick ratio selama 5 tahun adalah sebesar 56,7%. Dimana dari lima tahun berturut-turut hanya tahun 2011, 2014, dan 2015 yang lebih dari rata-rata rasionya, karena semakin tinggi rasio ini dari rata-rata rasionya semakin baik dan bisa dilakukan bahwa posisi perusahaan baik. Penurunan dari tahun 2011 ke 2012 dan tahun 2014 ke 2015 disebabkan karena adanya kenaikan hutang lancar yang tidak sebanding dengan aktiva lancarnya dan perusahaan dalam kegiatan perusahaan terlalu banyak menggunakan hutang dari pada asetnya. Tetapi perusahaan tetap bisa beroperasi dan mendapatan laba yang terus naik dalam periode-periode tertentu. Oleh karena itu, perusahaan harus tetap menaikkan pelayanan yang optimal kepada pelanggan supaya perusahaan bisa mendapatkan laba yang tinggi dan perusahaan bisa mengurangi hutang lancarnya. b. Rasio Solvabilitas 1) Rasio Hutang atas Harta (Debt to Asset Ratio) Rata-rata rasio PT. Prima Alloy Steel Universal Tbk untuk Debt to Asset Ratio selama 5 tahun adalah sebesar 51,1%. Dimana dari lima tahun berturut-turut hanya tahun 2013 dan 2014 yang kurang dari rata-rata rasionya, karena semakin kecil rasio ini dari rata-rata rasionya semakin baik. Apabila semakin tinggi rasio hutang maka semakin banyak kewajiban atau beban yang harus ditanggung oleh perusahaan. Penurunan dari tahun 2011 sampai tahun 2014 diakibatkan karena adanya kenaikan total utang dari total aktiva. Ini dapat diartikan bahwa kegiatan perusahaan lebih banyak dibiayai oleh aset dari pada hutang atau pinjaman. Semakin tinggi utang perusahaan maka semakin sulit untuk memperoleh tambahan pinjaman karena dikhawatirkan perusahaan tidak mampu menutupi hutangnya dengan aktiva yang dimilikinya.oleh karena itu, sebaiknya perusahaan selalu menjaga agar Debt to Asset Ratio rendah sehingga perusahaan tidak terlalu banyak menggunakan hutang di dalam melakuan kegiatan perusahaan. 2) Rasio Hutang atas Modal (Debt to Equity Ratio) Rata-rata rasio PT. Prima Alloy Steel Universal Tbk untuk Debt to Equity Ratio selama 5 tahun adalah 129,3%. Dimana dari lima tahun berturut-turut dari 231
tahun 2011 sampai 2014 kurang dari rata-rata rasionya, semakin kecil rasio dari rata-ratanya semakin baik. Karena dapat menunjukkan bahwa perusahaan mempunyai kemampuan membayar hutang perusahaan dengan baik. Penurunan dari tahun 2011 sampai tahun 2014 disebabkan oleh adanya kenaikan jumlah kewajiban perusahaan dan total equity perusahaan dari awal periode hingga akhir periode perusahaan. Oleh sebab itu, perusahaan harus mengoptimalkan penjualannya supaya mendapatkan laba yang lebih baik dan perusahaan bisa menurunkan jumlah hutangnya. c. Rasio Solvabilitas 1) Margin Keuntungan (profit margin) Rata-rata rasio PT. Prima Alloy Steel Universal Tbk untuk Debt to Equity Ratio selama 5 tahun adalah sebesar 35,9%. Dimana dari lima tahun berturut-turut hanya tahun 2015 yang melebihi dari rata-rata rasionya. Penyebab penurunan pada tahun 2013 ke tahun 2014 disebabkan karena perusahaan kurang mampu menghasilkan laba bersih dari penjualannya. Artinya perusahaan kurang efektif dalam mengoperasionalkan penjualannya. Sebaiknya yang harus dilakukan perusahaan yakni perusahaan harus efektif dalam mengoperasionalkan penjualannya seperti menaikkan produk pelayanannya supaya perusahaan mendapatkan laba bersih yang lebih baik. 2) Retrun On Asset Rata-rata rasio PT. Prima Alloy Steel Universal Tbk untuk Debt to Equity Ratio selama 5 tahun adalah sebesar 6,26%. Dimana dari lima tahun berturut-turut hanya tahun 2012, 2013, 2014 yang melebihi dari rata-rata rasionya, karena semakin kecil rasio ini dari rata-rata rasionya semakin baik. Penurunan dari tahun 2012 ke tahun 2013, dan penurunan pada tahun 2013 ke tahun 2014 disebabkan karena perusahaan masih belum optimal dalam mengelola aktivanya. Artinya, bahwa perusahaan belum mampu mengelola asetnya dengan baik. Oleh karena itu, perusahaan harus mengoptimalkan keuntungan yang diperoleh dan meminimalkan resiko atas investasi yang dilakukan serta perusahaan harus mampu menggunakan asetnya supaya perusahaan mendapatkan laba yang maksimal dan perusahaan 232
harus lebih banyak mengelola asetnya supaya tidak banyak kegiatan perusahaannya dibiayai oleh hutang. 3) Return On Equity Rata-rata rasio PT. Prima Alloy Steel Universal Tbk untuk Debt to Equity Ratio selama 5 tahun adalah sebesar 12,5%. Dimana dari lima tahun berturut-turut hanya tahun 2012, 2013, 2014 yang melebihi dari rata-rata rasionya, karena semakin kecil rasio ini dari rata-rata rasionya semakin baik. Penurunan dari tahun 2013 ke tahun 2014 dan tahun 2014 ke tahun 2015 disebabkan karena adanya kenaikan kas yang berlebihan sehingga terjadi penurunan pada laba bersihnya dan terjadi kenaikan pada hutangnya. Oleh sebab itu, sebaiknya perusahaan harus mengontrol kinerja perusahaanya sehingga perusahaan selalu berada pada tingkat efisiensi yang bisa menghasilkan laba yang maksimal dengan demikian kinerja perusahaan yang dicapai akan selalu meningkat. d. Rasio Aktivitas 1) Perputaran Total Aktiva (Total Asset Turn Over) Rata-rata rasio PT. Prima Alloy Steel Universal Tbk untuk Debt to Equity Ratio selama 5 tahun adalah sebesar 52. Dimana dari lima tahun berturut-turut hanya tahun 2012, 2013yang melebihi dari rata-rata rasionya, karena semakin besar rasio ini dari rata-rata rasionya semakin baik. Penurunan dari tahun 2011 sampai tahun 2015 disebabkan karena perusahaan tidak mampu menggunakan keseluruhan aset secara efektif dan efisien yang berakibat pada penurunan penjualan. Seharusnya langkah yang harus dilakukan oleh perusahaan supaya tidak terjadi penurunan yakni dengan perusahaan menggunakan seluruh aset yang dimiliki perusahaan secara efektif dan benar supaya penjualannya akan meningkat dan akan mendapatkan laba yang tinggi. 2) Rasio Perputaran Piutang (Receivable Turn Over) Rata-rata rasio PT. Prima Alloy Steel Universal Tbk untuk Debt to Equity Ratio selama 5 tahun adalah sebesar 1906. Dimana dari lima tahun berturut-turut hanya tahun 2012, 2013, 2014 yang melebihi dari rata-rata rasionya, karena semakin besar rasio ini dari rata-rata rasionya semakin baik. Penurunam dari tahun 2012 ke tahun 2013 dan tahun 2014 ke tahun 2015 diakibatkan karena adanya 233
kenaikan piutang dalam periode tertentu. Kenaikan piutang ini diakibatkan karena perusahaan lebih banyak melakukan kegiatan perusahaannya yang dibiayai oleh piutang dari pihak luar. Oleh sebab itu, seharusnya perusahaan tidak menggunakan banyak piutang yang digunakan dalam kegiatan perusahaannya akan tetapi perusahaan harus menaikkan angka penjualannya dengan cara memperbaiki produk serta pelayanan yang lebih baik. 3) Rasio Perputaran Persediaan (Inventory Turn Over) Rata-rata rasio PT. Prima Alloy Steel Universal Tbk untuk Debt to Equity Ratio selama 5 tahun adalah sebesar 194,8. Dimana dari lima tahun berturutturut hanya tahun 2012, 2013, 2014 yang melebihi dari rata-rata rasionya, karena semakin besar rasio ini dari rata-rata rasionya semakin baik. Penurunan dari tahun 2011 sampai 2013 dan tahun 2015 disebabkan karena perusahaan cenderung tidak melakukan pengendalian pembelian bahan baku dengan baik, dimana perusahaan sering melakukan pembelian melebihi jumlah maksimal sehingga terjadi penumpukan bahan baku digudang dan mengakibatkan rata-rata persediaan melebihi jumlah bahan baku yang digunakan. Seharusnya yang harus dilakukan perusahaan yakni dapat mengendalikan pembelian bahan baku yang akan dibeli. Sehingga perusahaan dapat memprediksi seberapa besar jumlah bahan baku yang akan dibeli oleh perusahaan dan jumlah bahan baku yang akan dibeli menjadi terkendali, serta biaya pembelian bahan baku tersebut akan berkurang. SIMPULAN Berdasarkan perhitungan analisis rasio dari tahun 2011 sampai 2015, dapat disimpulkan bahwa: Rasio likuiditas pada perusahaan menggambarkan kondisi yang kurang baik, dikarenakan adanya kenaikan pada kewajiban lancar lebih besar dibandingkan dengan kenaikan aktiva lancar, lalu pada rasio solvabilitas juga menunjukkan penurunan dan kenaikan dalam setiap tahunnya dikarenakan perusahaan tidak terlalu banyak dibiayai oleh kreditur, kemudian pada rasio profitabilitas dalam kondisi kurang stabil karena terjadi kenaikan dan penurunan pada laba dan pada rasio aktivitas kondisinya kurang stabil artinya dari tahun ke 234
tahun perusahaan mengalami peningkatan dan penurunan. Ini dapat menunjukkan bahwa perusahaan dalam keadaan kurang baik. SARAN Untuk meningkatkan kinerja keuangan pada perusahaan yang lebih akurat seharusnya perusahaan selalu meningkatkan pengawasan operasional dan memaksimalkan memberikan pelayanan yang baik serta perusahaan seharusnya menggunakan empat rasio keuangan guna menilai kinerja keuangannya supaya perusahaan mendapatkan hasil analisis yang lebih akurat. DAFTAR PUSTAKA. Fahmi, Irham 2015, Pengantar Manajemen Keuangan, Alfabeta, Bandung. Fitriani, Wahyuning, 2014, Penerapan Analisis Rasio Keuangan Terhadap Penilaian Kinerja Keuangan Pada PT. Indofood Sukses Makmur Tbk, Skripsi, Universitas Bhayangkara Surabaya. Harahap, Sofyan Syafri 2015, Analisis Kritis Atas Laporan Keuangan, Rajawali Pers, Jakarta. Jumingan, 2011, Analisis Laporan Keuangan, PT. Bumi Aksara, Jakarta. Munawir, S. 2010. Analisa Laporan Keuangan. Edisi Keempat. Liberty Yogyakarta. Yogyakarta. Riyanto, Bambang, 2005, Dasar-Dasar Pembelajaran Perusahaan, BPFE, Yogyakarta. Yin, Robert K, 2009, Studi kasus : Desain dan Metode, Terjemahan PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta. 235