BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Mata merupakan salah satu panca indera yang paling penting dalam kehidupan manusia, dengan mata, manusia bisa menikmati keindahan alam ciptaan Tuhan yang begitu luar biasa (Dokter Sehat, 2016). Oleh karena itu kita harus menjaga dan merawat mata kita agar terhindar dari penyakit. Berbagai macam penyakit dapat terjadi pada mata salah satunya adalah katarak. Menurut WHO tahun (2012) dalam infodatin (2014), secara global penyebab utama gangguan penglihatan adalah gangguan reflaksi yang tidak terkoreksi (myopia, hyperopia dan astigmatisme) sebesar 42%, penyakit katarak Sebesar 33 % dan glaukoma sebesar 2%, sedangkan 18 % tidak dapat di tentukan, AMD sebesar 1%, kekeruhan kornea sebesar 1%, retinopati diabetik 1%, trachoma sebesar 1% dan 1% akibat gangguan penglihatan semenjak anak-anak. Katarak merupakan penyebab kebutaan dan gangguan penglihatan yang terbanyak. Pada tahun 2002 didapatkan lebih dari 17 juta (47,8%) penderita katarak dari 37 juta penduduk yang mengalami kebutaan. Angka kebutaan ini akan terus meningkat sampai sekitar 40 juta pada tahun 2020 (WHO) dalam (Budiono et al, 2013). Menurut Rita Polana dalam Beritasatu (2013), Indonesia sampai saat ini merupakan negara dengan jumlah penderita buta katarak tertinggi kedua di Asia Tenggara, mencapai 1,5% atau 2 juta jiwa. Setiap tahunnya bertambah 240.000 orang yang terancam mengalami kebutaan. Sebagai perbandingan angka kebutaan: Bangladesh (1%), India (0,7%) dan Thailand (0,3%). Survei Kemenkes menunjukkan, penyebab utama kebutaan di Indonesia 1
2 adalah penyakit katarak (0,78%), glaukoma (0,12%), kelainan refraksi (0,14%) dan penyakit terkait usia lanjut (0,38%). Menurut Riskesdas (2013) dalam Infodatin (2014) menyatakan bahwa Kalimantan selatan menempati urutan ke 28 dari 33 provinsi di Indonesia dengan angka 1,4%. Penderita katarak tertinggi sebesar 3,7% di tempati oleh provensi Sulawesi Utara sedangkan yang terendah sebesar 0,9% ditempati oleh DKI Jakarta. Berdasarkan data yang diperoleh dari RSUD Dr. H. Moch. Ansari Saleh Banjarmasin, menunjukkan bahwa katarak merupakan penyakit mata yang paling sering dilakukan pemeriksaan di poliklinik mata. Jumlah penderita katarak yang melakukan pemeriksaan mata di RSUD Dr. H. Moch. Ansari Saleh Banjarmasin tahun 2013 berjumlah 1035 orang, tahun 2014 berjumlah 1638 orang, tahun 2015 berjumlah 2232 orang dan untuk tahun 2016 dari bulan Januari sampai dengan bulan Oktober berjumlah 1767 orang. Jumlah pasien yang melakukan operasi katarak dari bulan Januari sampai November tahun 2016 berjumlah 309 orang. Operasi katarak merupakan satu-satunya cara untuk mengobati katarak dan menurunkan resiko kebutaan sehingga operasi katarak semakin ditingkatkan menjadi tiga kali lipat untuk mengimbangi peningkatan jumlah penderita katarak. Hal ini dapat terwujud dengan deteksi dini dan penatalaksanaan secara cepat dan tepat (Budiono et al, 2013). Menurut Sjamsuhidajat (2005), Operasi atau pembedahan adalah semua tindakan pengobatan yang menggunakan cara invasif dengan membuka atau menampilkan bagian tubuh dan pada umumnya dilakukan dengan membuat sayatan, pada bagian tubuh yang akan ditangani, lalu dilakukan tindakan perbaikan dan diakhiri dengan penutupan dan penjahitan luka.
3 Prosedur pembedahan (operasi) dapat memberikan suatu reaksi emosional seperti ketakutan, marah, gelisah dan kecemasan bagi pasien sebelum menghadapinya. Respon paling umum pada pasien pre operasi salah satunya adalah respon psikologi (kecemasan), secara mental penderita yang akan menghadapi pembedahan harus dipersiapkan karena selalu ada rasa cemas dan takut terhadap penyuntikan, nyeri luka, anesthesia, bahkan terdapat kemungkinan cacat atau mati (Sjamsuhidajat, 2005). Kecemasan yang dialami pasien mempunyai bermacam-macam alasan diantaranya adalah: cemas menghadapi ruangan operasi dan peralatan operasi, cemas menghadapi body image yang berupa cacat anggota tubuh, cemas dan takut mati saat di bius, cemas bila operasi gagal, cemas masalah biaya yang membengkak. Beberapa pasien yang mengalami kecemasan berat terpaksa menunda jadwal operasi karena pasien merasa belum siap mental menghadapi operasi (Sawitri et al, 2008). Upaya yang dapat dilakukan untuk membuat pasien merasa tidak cemas salah satunya adalah dukungan keluarga. Diharapkan keluarga selalu memberi dukungan kepada pasien pre operasi katarak, sehingga pasien merasa tenang dan kecemasan pasien dapat berkurang. Dukungan keluarga merupakan salah satu bentuk dari terapi keluarga, melalui keluarga berbagai masalah kesehatan bisa muncul sekaligus dapat diatasi. Dengan adanya dukungan keluarga mempermudah penderita dalam melakukan aktivitasnya berkaitan dengan persoalan-persoalan yang dihadapinya juga merasa dicintai dan bisa berbagi beban, mengekspresikan perasaan secara terbuka dapat membantu dalam menghadapi permasalahan yang sedang terjadi (Susilawati, 2013).
4 Hasil studi pendahuluan yang dilakukan peneliti pada tanggal 14-16 November tahun 2016 di poliklinik mata RSUD Dr. H. Moch. Ansari Saleh Banjarmasin, dengan menggunakan metode wawancara oleh peneliti sebanyak 10 orang pasien yang akan melaksanakan operasi katarak 6 (60%) orang diantaranya menyatakan tidak cemas karena keluarga mendukung, 4 (40%) orang menyatakan cemas karena keluarga kurang mendukung. Hal ini didukung dari hasil kesimpulan penelitian Arifin et al, (2015) menunjukkan, ada hubungan yang signifikan antara dukungan keluarga dengan kecemasan, yang mana dukungan keluarga yang baik akan mampu mengurangi kecemasan dan dukungan keluarga yang kurang baik tentunya juga berpengaruh kurang baik terhadap kecemasan. Kecemasan merupakan perasaan yang paling umum pada pasien pre operasi katarak. Dukungan keluarga sangat diperlukan pada kondisi demikian, dukungan ini tidak hanya dari suami atau isteri tapi dari seluruh keluarga dan lingkungan sekitar. Mendengarkan pasien jika ingin bercerita, mengungkapkan perasaan, emosi dan perubahan hidup yang dialami merupakan salah satu bentuk dukungan kepada pasien. Keluarga harus memiliki keyakinan bahwa dengan memberikan dukungan dan selalu siap membantu pasien akan berdampak baik bagi pasien. Berdasarkan uraian data di atas dan studi pendahuluan, maka penulis ingin meneliti dengan judul Hubungan Dukungan Keluarga Dengan Kecemasan Pada Pasien Pre Operasi Katarak Di Poliklinik Mata RSUD Dr. H. Moch. Ansari Saleh Banjarmasin Tahun 2017.
5 1.2 Rumusan Masalah 1.2.1 Berdasarkan latar belakang di atas dapat di rumuskan masalah penelitian Apakah ada hubungan dukungan keluarga dengan kecemasan pada pasien pre operasi katarak di Poliklinik Mata RSUD Dr. H. Moch. Ansari Saleh Banjarmasin Tahun 2017?. 1.3 Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan Umum Mengentahui hubungan dukungan keluarga dengan kecemasan pada pasien pre operasi katarak di Poliklinik Mata RSUD Dr. H. Moch. Ansari Saleh Banjarmasin Tahun 2017. 1.3.2 Tujuan Khusus 1.3.2.1 Mengindentifikasi dukungan keluarga pada pasien yang akan menjalani operasi katarak di Poliklinik Mata RSUD Dr. H. Moch. Ansari Saleh Banjarmasin Tahun 2017. 1.3.2.3 Mengindentifikasi kecemasan pada pasien yang akan menjalani operasi katarak di Poliklinik Mata RSUD Dr. H. Moch. Ansari Saleh Banjarmasin Tahun 2017. 2.3.2.3 Menganalisis hubungan dukungan keluarga dengan kecemasan pada pasien pre operasi katarak di Poliklinik Mata RSUD Dr. H. Moch. Ansari Saleh Banjarmasin Tahun 2017. 1.4 Manfaat Penelitian 1.4.1 Bagi Keluarga Keluarga sebagai orang terdekat bagi pasien yang akan menjalani operasi akan mengetahui pentingnya dukungan keluarga untuk membantu pemulihan pasien, sehingga prosedur operasi katarak yang akan dijalani baik pre operasi sampai dengan post operasi akan berjalan dengan lancar.
6 1.4.2 Bagi Institusi Pendidikan Hasil penelitian ini dapat menjadi salah satu referensi di perpustakaan agar dapat digunakan untuk menambah wawasan dan informasi bagi mahasiswa/mahasiswi Universitas Muhammadiyah Banjarmasin. 1.4.3 Bagi Instansi Terkait Sumber bahan pertimbangan bagi Rumah Sakit maupun Dinas Kesehatan pentingnya dukungan keluarga terhadap kecemasan pada pasien pre operasi katarak. 1.4.4 Bagi Peneliti Selanjutnya Memberikan masukan dalam melaksanakan penelitian lebih lanjut dan diharapkan bagi peneliti selanjutnya agar dapat meneliti variabel lain yang mempengaruhi kecemasan pada pasien pre operasi katarak. 1.5 Keaslian Penelitian 1.5.1 Aprilia Mega Sabrina (2015), Universitas Muhammadiyah Banjarmasin Fakultas Keperawatan dan Ilmu Kesehatan dengan judul hubungan dukungan keluarga dengan tingkat kecemasan pasien pre operasi fraktur di ruang bedah orthopedi RSUD Ulin Banjarmasin tahun 2015. Metode ini menggunakan survei analitik dengan rancangan cross sectional. Populasi seluruh pasien pre operasi fraktur elektif yang telah terjadwal dioperasi pada bulan seluruh pasien pre operasi fraktur elektif di Ruang Bedah Orthopedi RSUD Ulin Banjarmasin yang dijadwalkan operasi pada bulan Januari-Februari 2015 berjumlah 43 orang. Sampel sebagian populasi berjumlah 34 orang, teknik sampling accidental sampling. Kesimpulan ditemukan adanya hubungan dukungan keluarga dengan tingkat kecemasan pasien pre operasi fraktur di Ruang bedah Orthopedi RSUD Ulin Banjarmsin.
7 Penelitian yang akan dilakukan peneliti berjudul Hubungan Dukungan Keluarga Dengan Kecemasan Pada Pasien Pre Operasi Katarak Di Poliklinik Mata RSUD Dr. H. Moch. Ansari Saleh Banjarmasin Tahun 2017. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya terletak pada variabel, populasi, sampel, tempat dan waktu penelitian.