Pemilihan Agama Pada Anak Dari Perkawinan Beda Agama



dokumen-dokumen yang mirip
INTERAKSI SOSIAL KELUARGA POLIGAMI SUKU KARO

BAB II GAMBARAN UMUM TENTANG LOKASI PENELITIAN. Desa Pagaran Dolok merupakan salah satu desa dari Kecamatan Hutaraja

BAB I PENDAHULUAN. Tahun 1974, TLN No.3019, Pasal.1.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. sumber daya alam yang dimiliki, tetapi juga kaya akan kebudayaan. Dengan latar

IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN Kondisi Geografis Daerah Penelitian. Kecamatan Rumbai merupakan salah satu Kecamatan di ibukota

KONFLIK PILKADES DAN PENYELESAIANNYA (Suatu Kajian Antropologi Terhadap Pilkades Periode 2008/2013 Di Desa Sosor Mangulahi Kabupaten Humbahas)

BAB II GAMBARAN UMUM

KEHIDUPAN SOSIAL EKONOMI PEMULUNG

Kedai Kopi Pada Mahasiswa

PROSES PENYELESAIAN PERCERAIAN DALAM KEMAJEMUKAN HUKUM PADA MASYARAKAT JAWA YANG BERAGAMA ISLAM. Skripsi

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara. Universitas Sumatera Utara

Bab I Pendahuluan. Dorongan beragama bagi manusia merupakan tuntutan yang tidak dapat dihindari.

BAB II GAMBARAN UMUM DESA TELUK BATIL KECAMATAN SUNGAI APIT KABUPATEN SIAK. Sungai Apit Kabupaten Siak yang memiliki luas daerah 300 Ha.

BAB I PENDAHULUAN. Pernikahan merupakan suatu institusi sosial yang diakui disetiap kebudayaan

BAB II GAMBARAN KELURAHAN TERKUL KECAMATAN RUPAT KABUPATEN BENGKALIS

BAB III GAMBARAN UMUM DESA MULYA AGUNG. Desa Mulya Agung secara geografis terletak di Kecamatan Lalan

d. bahwa dalam usaha mengatasi kerawanan sosial serta mewujudkan, memelihara dan mengembangkan kehidupan masyarakat yang

BAB II GAMBARAN UMUM SUMBUL PEGAGAN. Sumbul Pegagan adalah salah satu dari enam belas kecamatan di Kabupaten

Oleh : TIM DOSEN SPAI

IV. KEADAAN UMUM KABUPATEN KARO

TUGAS AGAMA KLIPING KERUKUNAN ANTAR UMAT BERAGAMA, ANTAR SUKU, RAS DAN BUDAYA

BAB II GAMBARAN UMUM TENTANG DESA OLAK KECAMATAN SUNGAI MANDAU KABUPATEN SIAK

(Elisabeth Riahta Santhany) ( )

BAB I PENDAHULUAN. (laki-laki dan perempuan), secara alamiah mempunyai daya tarik menarik. perkawinan antara manusia yang berlaian jenis itu.

BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia memiliki berbagai macam suku, budaya, bahasa dan agama.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Konteks Masalah

PENGETAHUAN PETANI TENTANG HAMA DAN PENYAKIT TANAMAN PADI DI KAMPUNG SUSUK, KECAMATAN MEDAN SELAYANG - KOTA MEDAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. keluarga yang bahagia dan kekal sesuai dengan undang-undang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. sarana untuk bergaul dan hidup bersama adalah keluarga. Bermula dari keluarga

BAB III DESKRIPSI ADAT SAMBATAN BAHAN BANGUNAN DI DESA KEPUDIBENER KECAMATAN TURI KABUPATEN LAMONGAN

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG KECAMATAN RUMBAI PESISIR. orang jawa yang masuk dalam Wilayah Wali Tebing Tinggi. Setelah itu

BAB I PENDAHULUAN. Perkawinan merupakan kebutuhan kodrat manusia, setiap manusia

RELASI LAKI-LAKI DENGAN PEREMPUAN MENURUT PANDANGAN ISLAM DALAM NOVEL MAHA CINTA ADAM-HAWA KARYA MUHAMMAD EL-NATSIR: SOSIOLOGI SASTRA SKRIPSI OLEH:

ORIENTASI DAN STATUS SOSIAL PEREMPUAN PELAKU PERKAWINAN TIDAK TERCATAT. M. Ridwan Nasution

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Perkawinan merupakan hal yang sakral dilakukan oleh setiap manusia

TINJAUAN HUKUM TERHADAP HAK DAN KEWAJIBAN ANAK DAN ORANG TUA DITINJAU DARI UNDANG-UNDANG NO. 1 TAHUN 1974 DAN HUKUM ISLAM. Skripsi

PROFIL DESA. Profil Kelurahan Loji. Kondisi Ekologi

NOVIYANTI NINGSIH F

BUKIT LAWANG D I S U S U N OLEH MINARTINA N. SARAGIH

BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. terletak dipinggir sungai Kundur. Sekitar tahun 70-an bupati Alamsyah

BAB I PENDAHULUAN. perkawinan di atas adalah merupakan rumusan dari Bab I Dasar Perkawinan pasal

BAB I PENDAHULUAN. umum dikenal dengan masyarakat yang multikultural. Ini merupakan salah satu

BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. A. Keadaan Geografis dan Demografis Desa Rimbo Panjang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Konversi agama merupakan suatu fenomena agama yang tidak

BAB I PENDAHULUAN. Perkawinan pada hakikatnya secara sederhana merupakan bentuk

BAB I PENDAHULUAN. budaya yang pada awalnya merupakan unsur pembentukan kepribadiannya.

BAB 1 PENDAHULUAN. Komunikasi manusia banyak dipengaruhi oleh budaya yang diyakini yaitu

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. keadaan responden berdasarkan umur pada tabel 12 berikut ini:

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia hidup juga berbeda. Kemajemukan suku bangsa yang berjumlah. 300 suku hidup di wilayah Indonesia membawa konsekuensi pada

Keterkaitan Aktifitas Ekonomi Nelayan Terhadap Lingkungan Pesisir Dan Laut SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH

BAB II METODE PENELITIAN. metode deskriptif memusatkan perhatian terhadap masalah-masalah atau fenomena

BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. dengan Kecamatan Bangkinang Barat. Hal ini disebabkan karena Salo telah

BAB 11 PROFIL DESA KOTO PERAMBAHAN. Kampar Timur Kabupaten Kampar. Menurut beberapa tokoh masyarakat, Desa

BAB II DESKRIPSI DAERAH PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Panti Sosial Asuhan Anak adalah suatu lembaga usaha kesejahteraan sosial

1. PENDAHULUAN. berdasarkan fungsi yang dilaksanakannya dalam kehidupan sehari-hari. Jika

POLA PENYIARAN RADIO BAHANA KUSUMA FM (99,5 MHz) DAN MINAT DENGAR SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Maha Esa kepada setiap makhluknya. Kelahiran, perkawinan, serta kematian

BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Medan adalah ibukota Provinsi Sumatera Utara dan menjadi kota terbesar ketiga di

Katalog BPS : BADAN PUSAT STATISTIK KOTA PALANGKA RAYA

BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Daerah tersebut merupakan daerah yang mempunyai iklim tropis dimana terdapat

BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI

BAB III PELAKSANAAN HIBAH OLEH PEWARIS PADA SAAT SAKIT YANG DISETUJUI OLEH SEBAGIAN AHLI WARIS DI DESA PEGIRIAN KECAMATAN SEMAMPIR SURABAYA

BAB I PENDAHULUAN. Perkawinan merupakan salah satu sunnatullah yang berlaku untuk semua

PEMBERIAN NAMA ORANG PADA MASYARAKAT BATAK TOBA

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB IV ANALISIS DATA

BAB II GAMBARAN UMUM DESA SIMPANG PELITA. A. Geografis dan demografis desa Simpang Pelita

STRATEGI BERTAHAN MASYARAKAT PETANI MENGHADAPI BENCANA ALAM GUNUNG SINABUNG (Studi Kasus Desa Batukarang, Kec. Payung, Kab.Karo)

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. disepakati bersama oleh pemakai bahasa sehingga dapat dimengerti (Bolinger

BAB II GAMBARAN UMUM DESA PAUH JALAN JALA TERJUN MEDAN. dengan Dusun 1 Pauh jadi kebanyakan orang orang menyebut desa ini dengan

BAB 1 PENDAHULUAN. 1960), hal Sayuti Thalib, Hukum Keluarga Indonesia, Cet. 5, (Jakarta: Penerbit Universitas Indonesia, 1986), hal. 48.

BAB II PENGESAHAN ANAK LUAR KAWIN DARI PASANGAN SUAMI ISTRI YANG BERBEDA KEWARGANEGARAAN BERDASARKAN PARTICULARS OF MARRIAGE

BAB II KONDISI WILAYAH DESA SEMPOR. membuat sungai dari sebelah barat (Sungai Sampan), sedang yang muda

I. PENDAHULUAN. Sebagai makhluk sosial, manusia akan selalu membutuhkan orang lain untuk

BAB IV GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS SUMATERA UTARA. Sistem Berladang Menetap Orang Sakai di Desa Petani Kecamatan Mandau

Tanah, dan Kepemilikan Harta Benda lainnya

DISHARMONIS PENGHUNI PADA RUMAH SUSUN SEDERHANA SEWA (RUSUNAWA) DI KOTA TEBING TINGGI

BAB I PENDAHULUAN. memiliki adat istiadat (kebiasaan hidup) dan kebudayaan masing-masing,


UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

Disusun Oleh : EVA NADIA KUSUMA NINGRUM Telah disetujui unuk mengikuti Ujian Skripsi. Menyetujui, Pembimbing Utama

BAB I. Pendahuluan. Perkawinan beda agama adalah suatu perkawinan yang dilakukan oleh

BAB I PENDAHULUAN. Erni Purnamasari, 2015 PENGARUH RELIGIUSITAS TERHADAP ETIKA PADA SISWA KELAS XI MIA 4 DAN XI IIS 2 SMA NEGERI 14 KOTA BANDUNG

AKIBAT PERKAWINAN DIBAWAH UMUR DALAM KELANGSUNGAN HIDUP. ( Studi Kasus Pengadilan Agama Blora)

BAB II. Gambaran Umum Daerah Penelitian. Wilayah Kecamatan Pergetteng getteng Sengkut terdiri dari 5 wilayah Administrasi

SOLIDARITAS PADA MASYARAKAT MARGINAL DI PERKOTAAN

MATERI 6 BENTUK DAN FUNGSI LEMBAGA SOSIAL

BAB I PENDAHULUAN. Menurut kodrat alam, manusia dimana-mana dan pada zaman apapun juga selalu

BAB II KONDISI DESA BELIK KECAMATAN BELIK KABUPATEN PEMALANG. melakukan berbagai bidang termasuk bidang sosial.

BAB IV SISTEM PERNIKAHAN ADAT MASYARAKAT SAD SETELAH BERLAKUNYA UU NO. 1 TAHUN A. Pelaksanaan Pernikahan SAD Sebelum dan Sedudah UU NO.

PENGATURAN PERKAWINAN SEAGAMA DAN HAK KONSTITUSI WNI Oleh: Nita Ariyulinda Naskah diterima : 19 September 2014; disetujui : 3 Oktober 2014

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang mempunyai beragam suku, agama dan budaya, ada

BAB I PENDAHULUAN. istri, tetapi juga menyangkut urusan keluarga dan masyarakat. Perkawinan

BAB III PETANI DAN HASIL PERTANIAN DESA BENDOHARJO. A. Monografi dan Demografi Desa Bendoharjo

SKRIPSI. Diajukan Guna Memenuhi Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Sosial Dalam Bidang Antropologi DISUSUN OLEH: RETNO JULIUS F BUKIT

BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

Transkripsi:

Pemilihan Agama Pada Anak Dari Perkawinan Beda Agama (Studi kasus proses pengambilan keputusan memilih agama di Kel. Lau Cimba dan Padang Mas Kec. Kabanjahe Kab. Karo) SKRIPSI D I S U S U N OLEH: MINARTI SURBAKTI (040905020) DEPARTEMEN ANTROPOLOGI FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2009

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK HALAMAN PERSETUJUAN Nama : Minarti Surbakti Nim : 040905020 Departemen : Antropologi Judul : Pemilihan Agama Pada Anak Dari Perkawinan Beda Agama (Studi kasus dalam proses pengambilan keputusan memilih agama di Kel. Lau Cimba dan Padang Mas Kec. Kabanjahe Kab. Karo). Medan, Februari 2009 Pembimbing Skripsi Ketua Departemen (Dra. Mariana Makmur, MA) (Drs. Zulkifli Lubis, MA) Nip. 131 476 038 Nip. 131 882 278 Dekan FISIP USU (Prof. Dr. M. Arif Nasution, MA) Nip. 131 757 010

KATA PENGANTAR Puji dan syukur kehadirat Allah Swt, karena dengan rahmat dan karunia-nya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini guna melengkapi dan memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana Antropologi pada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik. Adapun judul skripsi ini adalah Pemilihan Agama pada Anak dari Perkawinan beda Agama. Selama penulisan skripsi ini, penulis banyak menerima bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak. Dalam kesempatan ini penulis ingin menyampaikan rasa terima kasih kepada: 1. Bapak Prof. Dr. M. Arif Nasution, MA selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Sumatera Utara. 2. Bapak Drs. Zulkifli, MA selaku ketua Departemen Antropologi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Sumatera Utara. 3. Ibu Dra. Sri Emiyanti, Msi selaku dosen penasehat akademik yang telah banyak memberi masukan dan nasehat kepada penulis. 4. Ibu Dra. Mariana Makmur, MA selaku dosen pembimbing skripsi penulis yang telah banyak meluangkan waktu serta memberikan banyak pengetahuan baru yang sangat berguna bagi penulis. 5. Bapak Drs. Irfan Simatupang, Msi selaku dosen ketua penguji penulis yang telah banyak memberi masukan guna penyempurnaan skripsi ini. 6. Ibu Dra. Sri Alem Sembiring, Msi selaku dosen penguji yang juga telah memberi banyak masukan dan saran kepada penulis guna penyempurnaan skripsi ini. 7. Kepada seluruh dosen Antropologi dan dosen yang ada di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Sumatera Utara yang telah membantu penulis selama proses perkuliahan di Departemen Antropologi. 8. Kepada seluruh pegawai Antropologi dan pegawai yang ada di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Sumatera Utara yang telah membantu penulis

dalam menyelesaikan urusan administrasi selama proses perkuliahan di Departemen Antropologi. 9. Ucapan terima kasih yang sedalam-dalamnya kepada orangtua tercinta Ayahanda N. Surbakti dan Ibunda Zumiaty yang telah mengasuh, mendidik dan mendo akan ananda dengan penuh kasih sayang. Inilah persembahan yang dapat ananda berikan sebagai tanda bakti ananda. 10. Adinda tersayang Darmawan Surbakti dan Deviany Surbakti. Terima kasih do a kalian selama ini. Mbak ayu sayang kalian. 11. Keluarga besar ayah dan ibu, terima kasih atas dukungan dan do anya. 12. Sahabat-sahabat yang penulis sayangi, Icha, Uni Rika, Piepiet, Ru, Imon Tonang, Uda Badi, Mas Iwan, Diah dan Yogie Batam. Terima kasih atas kebersamaan yang telah kalian berikan selama ini. Tetap semangat ya!!!!!!! 13. Terima kasih kepada seluruh sahabat-sahabat penulis di Antropologi khususnya stambuk 2004. Medan, Februari 2009 Minarti Surbakti

ABSTRAKSI Minarti Surbakti, 2009. Pemilihan Agama pada Anak dari Perkawinan beda Agama. Studi kasus proses pengambilan keputusan memilih agama di Kelurahan Lau Cimba dan Padang Mas, Kecamatan Kabanjahe, Kabupaten Karo. Skripsi ini terdiri dari 5 bab+94 halaman+daftar pustaka+lampiran. Penelitian ini khususnya untuk pasangan yang melakukan perkawinan beda agama antara agama Kristen Protestan dengan agama Islam. Tipe penelitian yang digunakan adalah penelitian kualitatif dengan sebuah model studi kasus. Informasi dari para informan pokok diperoleh dengan melakukan wawancara mendalam dan dengan menggunakan life history method. Dalam perkawinan beda agama akan muncul berbagi persoalan-persoalan salah satunya adalah agama untuk anak-anak mereka. Sebagian besar pasangan beda agama yang ada di Kelurahan Lau Cimba dan Padang Mas telah menetapkan agama untuk anak mereka ketika lahir. Akan tetapi setelah anak mereka dewasa akan diberi kebebasan untuk memilih agama mana yang benar-benar mereka yakini. Hasil wawancara dengan para informan baik itu pasangan yang melakukan perkawinan beda agama maupun kepada anak-anak mereka diketahui faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi anak-anak tersebut dalam memilih agamanya. Faktor tersebut adalah peran ayah, peran ibu, peran kerabat orangtua, peran orangtua angkat, peran sahabat, hubungan kekasih dan peran pemuka agama. Walaupun memiliki agama yang berbeda dalam satu keluarga, mereka selalu berusaha mengutamakan perdamaian tanpa menyinggung-nyinggung masalah perbedaan agama di antara mereka. Mereka tidak pernah mengganggu saudara yang berbeda agama dengannya ketika sedang melaksanakan ibadah. Dengan demikian, sehari-hari terlihat bahwa kehidupan beragama bukanlah suatu masalah yang harus mereka besar-besarkan. Karena sebagian besar dari mereka bukanlah penganut agama yang fanatik. Di daerah tersebut masyarakatnya lebih mengutamakan hubungan baik dalam sistem adat-istiadat mereka. Jika ada anggota keluarga yang dikucilkan karena keluar dari agama yang telah mereka anut dan berpindah ke agama yang lain, hubungan tali silaturahmi mereka masih tetap bisa terjalin melalui acara adatistiadat yang mengharuskan kehadiran mereka. Jadi dalam hal ini kebudayaan atau adatistiadat yang menjadi pengikat dan menyatukan mereka. Oleh karena itu sudah seharusnya masalah perkawinan beda agama mendapat perhatian dari pemerintah. Dilarang atau disahkannya perkawinan beda agama harus benar-benar dijelaskan dalam undang-undang perkawinan agar bagi yang ingin melakukan perkawinan tersebut tidak akan berani memalsukan identitasnya dan memiliki kekuatan hukum negara.

DAFTAR ISI Lembar Persetujuan Kata Pengantar...,.....i Abstraksi.........iii Daftar Isi...... iv BAB I : Pendahuluan 1. 1. Latar Belakang Masalah......1 1. 2. Perumusan Masalah...8 1. 3. Ruang Lingkup dan Lokasi Penelitian..... 9 1. 4. Tujuan dan Manfaat Penelitian.....10 1. 5. Tinjauan Pustaka 1. 5. 1. Kerangka teori... 10 1. 5. 2. Kerangka konsep......14 1. 6. Metode Penelitian.. 15 BAB II: Gambaran Umum Masyarakat di Kelurahan Lau Cimba dan Padang Mas 2. 1. Kelurahan Lau Cimba 2. 1. 1. Sejarah Singkat Kelurahan Lau Cimba...23 2. 1. 2. Letak dan Luas wilayah Kelurahan Lau Cimba.....24 2. 1. 3. Komposisi Penduduk...25 2. 1. 4. Sarana dan Prasarana...... 27 2. 2. Kelurahan Padang Mas 2. 2. 1. Sejarah Singkat Kelurahan Padang Mas.........29 2. 2. 2. Letak dan Luas Wilayah Kelurahan Padang Mas....29

2. 2. 3. Komposisi Penduduk....31 2. 2. 4. Sarana dan Prasarana.....34 2. 2. 5. Iklim........ 35 2. 3. Gambaran Umum Masyarakat yang Melakukan Perkawinan beda Agama di Kelurahan Lau Cimba dan Padang Mas....35 BAB III: Mengenal Perkawinan Beda Agama 3. 1. Menurut Agama Islam 39 3. 2. Menurut Agama Kristen Protestan.41 3. 3. Menurut Agama Katholik... 43 3. 4. Menurut Agama Hindu dan Budha....45 BAB IV: Pemilihan Agama Pada Anak 4. 1. Timbulnya Agama pada Anak.... 53 4. 2. Perkembangan Agama pada Anak.....55 4. 3. Sifat Agama pada Anak......56 4. 4. Pemilihan Agama pada Anak dari Perkawinan beda Agama.58 4. 5. Kasus-kasus 7 Keluarga yang Melakukan Perkawinan beda Agama.63 4. 6. Pendapat Masyarakat di Kecamatan Kabanjahe Tentang Perkawinan beda Agama......83 BAB V: Penutup 5. 1. Kesimpulan......91 5. 2. Saran.... 93 DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN

1.1. Latar belakang masalah. BAB 1 PENDAHULUAN Ditinjau dari sudut Antropologi, perkawinan itu sangat penting karena perkawinan merupakan usaha untuk mengatur masyarakat. Perkawinan berawal dari ikatan antara seorang laki-laki dengan perempuan yang nantinya akan lebih berkembang lagi setelah lahirnya anak-anak. Tujuan perkawinan yang ideal adalah mewujudkan hidup bersama dalam ikatan cinta kasih serta untuk mendapatkan keturunan demi kelangsungan hidup manusia (Sukarti; 2003: 52). Di abad teknologi komunikasi ini telah menjadikan masyarakat pedesaan yang tertutup menjadi masyarakat yang terbuka, dari masyarakat yang homogen di pedesaan telah banyak berinteraksi dengan masyarakat perkotaan yang heterogen. Kemajuan di bidang teknologi modern dan pembangunan nasional telah banyak menimbulkan perubahan-perubahan di kalangan masyarakat, yang juga telah banyak mendatangkan kemajuan pada berbagai bidang kehidupan. Majunya komunikasi berarti pula telah membuka kesempatan yang lebih besar kepada anggota-anggota dari satu golongan masyarakat, baik yang namanya suku, ras, maupun agama, untuk berinteraksi dengan anggota-anggota masyarakat dari luar golongannya. Dari interaksi tersebut bukanlah suatu hal yang mustahil bila terlahir perkawinan antar suku, antar ras bahkan antar agama (Asmin; 1986: 34).

Dalam kehidupan bermasyarakat, perkawinan beda agama terjadi sebagai suatu realitas yang tidak dipungkiri. Berdasarkan ketentuan perundang-undangan yang berlaku di Indonesia, telah jelas dan tegas menyatakan bahwa sebenarnya perkawinan beda agama dilarang, karena bertentangan dengan hukum yang berlaku di Indonesia. Khususnya dalam pasal 2 UU Perkawinan no. 1 tahun 1974 yang menyatakan perkawinan adalah sah apabila dilakukan menurut agamanya masing-masing dan kepercayaannya itu. Namun dalam kenyataannya, perkawinan beda agama masih saja terjadi dan akan terus terjadi sebagai akibat interaksi sosial di antara seluruh warga negara Indonesia yang pluralis agamanya. Banyak kasus yang terjadi di dalam masyarakat, seperti perkawinan antara artis Jamal Mirdad dengan Lidia Kandau, Katon Bagaskara dengan Ira Wibowo, Yuni Shara dengan Henry Siahaan, Adi Subono dengan Chrisye, Ari Sihasale dengan Nia Zulkarnaen, Dedi Khobuser dengan Kalina, Frans dengan Amara, Sony Lauwany dengan Cornelia Agatha, dan lain-lain. Untuk mengesahkan perkawinan tersebut, mereka pergi keluar negeri seperti Singapura dan mencatatkan perkawinan mereka di Kantor Catatan Sipil negara tersebut (http://anggara.org/2007/07/05/perkawinan-beda-agama-di Indonesia/). Sebagian besar alasan mereka tetap melakukan perkawinan walaupun memiliki agama yang berbeda adalah alasan yang cukup klise yaitu karena cinta. Pada dasarnya, pasangan-pasangan tersebut mencoba untuk mencari jalan terbaik untuk menganut satu agama ketika akan membentuk rumah tangga mereka. Namun, meninggalkan agama yang sejak lahir telah diyakini dan memeluk agama baru bukanlah suatu hal yang mudah untuk dilaksanakan.

Kasus-kasus perkawinan beda agama juga telah banyak diteliti. Contohnya status perkawinan antar agama di Jakarta yang diteliti oleh Asmin (1986:81). Ia menyatakan dari sudut agama, orang-orang yang melakukan perkawinan beda agama relatif memang dapat dikatakan sebagai orang yang tidak taat kepada hukum agama. Akan tetapi hal tersebut tidak benar keseluruhannya. Banyak pasangan yang telah melakukan perkawinan beda agama tetap menjalankan perintah agamanya masing-masing secara tertib dan tekun tanpa terpengaruh oleh agama pasangannya. Kehidupan rumah tangga mereka terlihat bahagia dan rukun-rukun saja. Mereka bukanlah orang-orang yang yang tidak mengerti ajaran agama. Haruskah negara menghalangi perkawinan beda agama? Haruskah dua insan yang ingin mencari kebahagiaan hidup dalam perkawinannya kehilangan ketenteraman hanya karena perkawinan itu tidak diakui sah oleh hukum agama dan tidak terlindungi oleh hukum negara? Bagaimana pula dengan status anak-anak mereka?. Dari berbagai pertanyaan tersebut ia melihat bahwa telah sering terjadi semacam kompromi di antara calon pasangan mempelai beda agama yang hendak melangsungkan perkawinan. Di antara mereka ada kata sepakat bahwa salah seorang akan bersedia masuk (pura-pura) ke agama pasangannya agar perkawinan dapat dilangsungkan dan memperoleh status yang sah menurut undang-undang dan hukum agama. Setelah perkawinan mereka dilangsungkan dan memperoleh status yang sah, pihak yang purapura tadi dalam waktu beberapa bulan atau bahkan beberapa minggu saja setelah perkawinannya diresmikan, akan kembali lagi ke agamanya yang semula. Jadi demi status yang sah seseorang akan rela melakukan apa saja termasuk memalsukan identitasnya.

Agustina (2005) dalam tesisnya berjudul perkawinan antar agama dan hukumnya yang mengkaji tentang putusan MARI No. 1400/K/Pdt/1986. Ia mengatakan jika dipandang dari sudut agama, agama apapun melarang umatnya melakukan perkawinan beda agama. Jika tetap dilakukan perkawinan tersebut dianggap tidak syah dan tidak diakui oleh Negara. Padahal sebelum UU No. 1 Tahun 1974 berlaku sudah ada undangundang yang mengatur tentang perkawinan campuran melalui ketetapan Raja tanggal 29 Desember 1896 No. 23 (Stb. 1898 No. 58) yang disebut dengan Regeling op de Gemengde Huwelijken (GHR). Setelah berlakunya Undang-Undang Perkawinan Nasional yaitu UU No. 1 Tahun 1974, telah terjadi unifikasi di lapangan hukum perkawinan. Perkawinan campuran hanya boleh dilakukan antara dua orang yang berbeda kewarganegaraan saja. Sementara untuk perkawinan yang beda agama tidak diatur dalam undang-undang. Tidak diaturnya perkawinan antar agama dalam undang-undang telah menimbulkan kekosongan hukum terhadap perkawinan beda agama. Kajian putusan MARI (Mahkamah Agung Republik Indonesia) No. 1400/K/Pdt/1986 mencoba melihat masalah ini dan menyatakan dari salah satu keputusannya adalah memberikan wewenang kepada pihak Kantor Catatan Sipil untuk mengesahkan perkawinan bagi pasangan beda agama. Namun kenyataannya sampai saat ini belum juga terealisasikan. Contoh kasus lain, dalam disertasinya Lemire dalam Siong (1961: 41) menulis tentang larangan perkawinan akibat tingkat sosial dan perbedaan agama. Banyak orang yang melakukan peralihan agama akibat perkawinan. Di lingkungan hukum adat Minahasa seringkali terjadi perkawinan beda agama antara agama Kristen Protestan

dengan agama Islam. Masyarakatnya masih memegang kuat hukum adat dan hukum adat mereka sangat menentang perkawinan beda agama. Sistem kekerabatan Minahasa adalah patrilineal, di mana garis keturunan diambil dari pihak orangtua laki-laki (ayah). Dalam sistem ini laki-laki yang memegang kekuasaan penuh. Sehingga kebanyakan dalam hal demikian sang istri yang beralih ke agama suaminya.di kepulauan Ternate juga demikian, sering terjadi perkawinan antara agama Kristen dan bukan Kristen. Larangan perkawinan karena perbedaan susunan tingkat terdapat pula di sana-sini dalam berbagai lingkungan hukum adat misalnya di Buru (Maluku) terdapat larangan bagi perempuan untuk menikah dengan laki-laki dari tingkat yang lebih rendah, namun banyak juga perempuan yang rela diusir dan dibuang oleh keluarga demi laki-laki yang dicintainya. Sehingga larangan adat untuk mengadakan perkawinan beda agama maupun beda tingkat sosial tidak ditaati sama sekali. Perkawinan beda agama dapat ditemukan di banyak tempat di Indonesia, demikian pula pada warga masyarakat di Kabupaten Karo, khususnya di Kecamatan Kabanjahe, Kelurahan Lau Cimba dan Padang Mas. Dari data BPS (badan pusat statistik) Kecamatan Kabanjahe tahun 2007 terdapat 55 KK (kepala keluarga) yang melakukan perkawinan beda agama. Mereka pasangan suami istri yang beragama Islam dengan agama Kristen Protestan, agama Islam dengan agama Katolik, agama Islam dengan agama Budha, agama Kristen Protestan dengan agama Budha, dan lain-lain. Dalam penelitian ini, masalah yang diteliti khusus kepada pasangan suami istri beda agama yang beragama Kristen Protestan dengan agama Islam. Pasangan ini dipilih karena jumlah mereka lebih banyak dibandingkan jumlah pasangan beda agama yang lain.

Masyarakat Karo bukan hanya menganut agama Islam, Kristen Protestan, Katolik, Budha dan Hindu tetapi juga masih banyak yang menganut agama lokal (aliran kepercayaan) yang disebut dengan pemena yang tidak bisa dipisahkan dengan kebudayaan Karo. Oleh karena itu, pemena merupakan bentuk kepercayaan umum di Kabupaten Karo yang sudah diyakini masyarakatnya sejak lama. Namun masuknya agama Islam, Kristen Protestan, Katolik, Budha dan Hindu tidak menyebabkan terjadinya konflik karena terdapat kesamaan substansi ajaran antara agama lokal dengan agamaagama tersebut yaitu sama-sama menerangkan pengayaan spiritual (Hidayat: 2003). Bahkan perkawinan beda agama yang mereka jalani mendapat perlindungan dari budaya lokal mereka yaitu adanya sistem kekerabatan di daerah ini yang termodifikasi dari hubungan perkawinan. Sistem kekerabatan yang bertumpu pada konsep rakut sitelu yang menegaskan bahwa semua orang yang ada dalam satu kampung (kuta) berada dalam satu ikatan kekerabatan yang besar. Adanya perkawinan beda agama kadangkala menimbulkan konflik dalam hubungan kekerabatan mereka. Namun hubungan kekerabatan mereka masih dapat terjalin melalui konsep rakut sitelu tersebut yang harus tetap melibatkan mereka dalam upacara adat-istiadat. Konsep rakut sitelu sama halnya dengan hula-hula di Tapanuli Utara, atau kahanggi di Tapanuli Selatan. Kartini Kartono (1985; 63) mengatakan bahwa dari suatu perkawinan terciptalah kesatuan anggota keluarga yang terdiri dari seorang ayah, ibu dan anak. Anak, keluarga dan masa depan bangsa merupakan tiga hal penting yang saling berkaitan. Keluargalah yang mempunyai kedudukan kunci yang sentral, karena perkembangan anak dimulai dan dimungkinkan dalam lingkungan keluarga. Keluarga merupakan tempat di mana setiap individu dibesarkan, sejak individu lahir sampai datang masanya ia meninggalkan rumah

untuk membentuk keluarga sendiri. Di dalam keluargalah hubungan manusia yang paling awal terjadi, sebelum mengenal lingkungan yang lebih luas. Sebagai lembaga pembentukan pribadi, mental dan karakter, keluarga juga harus mampu merangkap kepentingan masing-masing anggotanya. Dalam hal ini peran dan tanggung jawab orang tua merupakan faktor yang utama, mereka merupakan pimpinan sekaligus pengambil keputusan. Selain itu orang tua juga dijadikan acuan atau contoh oleh anaknya, baik itu dalam hal kebiasaan, sifat, cara bicara, cara bertindak dan sebagainya. Hal ini akan lebih besar pengaruhnya karena pada umumnya seorang anak lebih banyak menghabiskan waktunya tinggal bersama keluarga, saat si anak masih berusia balita (Hatta, 2002: 49). Seorang anak yang lahir dari perkawinan beda agama, ketika ia telah dewasa dan mengerti akan masalah-masalah hidup yang ia hadapi akan mempertanyaka hal ini. Mengapa agama orang tuanya berbeda dan agama siapa yang harus ia pilih?. Ketika akan memilih agamanya sendiri, akan banyak sekali faktor-faktor dan pemikiran yang mempengaruhi si anak. Sampai pada akhirnya ia akan benar-benar mengambil satu keputusan apakah ia tetap memilih agama yang telah ditetapkan orang tuanya sejak lahir atau memilih agama yang baru atau agama di luar agama orang tuanya. Seorang anak memilih agamanya sendiri yang ia yakini benar-benar bisa menjadi pedoman dan pegangan dalam hidupnya karena telah timbul emosi keagamaan dalam dirinya, yaitu getaran jiwa yang mendorong seseorang melakukan tindakan-tindakan yang bersifat keagamaan/religi yang akan terjadi ketika ia telah dewasa dan mampu menyikapi masalah dalam hidupnya (Koentjaraningrat,1986: 179).

Anak-anak yang lahir dari perkawinan beda agama yang ada di Kelurahan Lau Cimba dan Padang Mas sebagian aktif mengikuti kegiatan-kegiatan yang berhubungan dengan keagamaan mereka. Kegiatan-kegiatan tersebut seperti ikut kebaktian di Gereja, sekolah minggu bagi yang beragama Kristen Protestan dan mengikuti pengajian dan remaja mesjid bagi yang beragama Islam. Hal ini terjadi karena walaupun orang tua mereka memiliki agama yang berbeda tetapi tetap menghargai agama lain dan tetap menjalankan kehidupan beragama yang semestinya. Namun sebagian lagi ada yang tidak aktif mengikuti kegiatan-kegiatan tersebut bahkan seperti tidak peduli. Hal ini terjadi karena mereka melihat orang tua yang juga tidak terlalu peduli dengan hal tersebut.oleh karena itu penelitian ini dilakukan untuk melihat bagaimana anak-anak dari perkawinan beda agama tersebut memilih agamanya dan menjalankan kehidupan beragamanya. 1. 2. Perumusan masalah. Dari semua yang telah di uraikan dalam latar belakang masalah, maka yang dapat dijadikan sebagai perumusan masalah adalah sebagai berikut: - Bagaimana proses pemilihan agama pada anak dari perkawinan beda agama? 1. 3. Ruang lingkup masalah dan lokasi penelitian. Untuk mendapatkan data yang diinginkan, maka ruang lingkup penelitian ini adalah: - Apa alasan pasangan-pasangan suami istri tersebut mau melakukan perkawinan beda agama?. - Agama siapa yang akan dianut oleh anak-anak mereka ketika baru lahir?. - Agama siapa yang akan dianut oleh anak-anak mereka ketika telah dewasa?. - Mengapa seorang anak memilih agamanya sendiri?.

- Faktor apa saja yang mempengaruhi seorang anak dalam memilih agamanya?. - Apakah mereka aktif menjalankan kegiatan-kegiatan keagamaan mereka?. - Apa tanggapan masyarakat terhadap perkawinan beda agama?. Lokasi penelitian dilakukan di Kelurahan Lau Cimba dan Padang Mas, Kecamatan Kabanjahe, Kabupaten Karo. Di daerah ini penduduknya sudah sangat heterogen, dalam arti terdiri dari banyak suku bangsa yang memberi peluang besar untuk dapat dikatakan sebagai masyarakat yang majemuk. Dari 28% jumlah penduduk Kec. Kabanjahe yang telah menikah, 1,03% adalah jumlah pasangan suami istri yang melakukan perkawinan beda agama. Pasangan suami istri yang melakukan perkawinan beda agama tersebut 27 KK tinggal di Kelurahan Lau Cimba, 24 KK tinggal di Kelurahan Padang Mas, 3 KK tinggal di Kelurahan Gung Negeri dan 1 KK tinggal di Kelurahan Gung Leto ( BPS Kec, Kabanjahe 2007). 1. 4. Tujuan dan Manfaat Penelitian. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gejala-gejala apa saja yang timbul dari perkawinan beda agama khususnya mengetahui bagaimana pemilihan agama pada anak dari hasil perkawinan beda agama. Penelitian ini juga bermanfaat menambah pengetahuan masyarakat tentang masalah-masalah dalam perkawinan beda agama serta sebagai pedoman masyarakat untuk memikirkan lebih jauh lagi bila ingin melakukan perkawinan dengan pasangan yang beda agama. 1. 5. Tinjauan pustaka. 1. 5. 1. Kerangka teori.

Dalam meneliti persoalan tentang agama, Berger (1991) menggabungkan antara aspek sains dan aspek kemanusiaan. Pengetahuan dan agama dipahaminya sebagai konstruksi sosial, bukan pengetahuan yang objektif dari kenyataan (jika sains) atau dari Tuhan (jika agama) yang terlepas dari manusianya, masyarakat dan sejarah. Fungsi agama tidak bisa sampai ke tingkat kebenaran universal. Esensi agama adalah kemampuan manusia untuk melewati nature biologisnya masuk kepengalaman rohaniah atau spiritual melalui konstruksi makna yang dianggap objektif, moralis dan mencakup segalanya. Makna agama bukan hanya fakta sosial tetapi juga suatu fenomena kehidupan manusia yang berupa kerinduan dan usaha untuk terangkat dari pengalaman nyata seharihari. Kemampuan orang beragama itu bervariasi dari sekedar khusyuk, ikhlas, rasa mendapat ampunan, rahmat dan kasih sayang Tuhan sampai kepada yang mampu merasakan dekat dan dekat sekali, bahkan bersatu dengan-nya. Edward B. Tylor dalam Bahtiar (2003: 200) menyatakan bahwa memahami budaya sebagai kata kerja merupakan keseluruhan yang meliputi pengetahuan, kepercayaan, seni, moral, hukum, adat-istiadat serta kemampuan dan kebiasaan lainnya yang diperoleh manusia sebagai anggota masyarakat. Budaya juga merupakan cara berfikir dan cara merasa yangmenyatakan dirinya dalam seluruh segi kehidupan sekelompok manusia yang membentuk kesatuan sosial (masyarakat) dalam suatu ruang dan waktu. Budaya bersifat dinamis, tidak statis. Sedangkan sebagai kata benda, budaya memiliki kaitan yang erat terhadap agama. Budaya dan agama dapat melahirkan sintesis budaya yang bernafaskan agama. Agama merupakan pedoman untuk kepentingan hidup manusia dalam menjalankan fungsi dan kewajibannya sebagai hamba Tuhan. Sementara budaya merupakan olah fikir dan hasil cipta, karsa dan karya manusia.

Clifford Geertz (1992) menganggap agama sebagai sebuah sistem budaya yang mampu mengubah sebuah tatanan masyarakat dan dapat membentuk karakter masyarakat. Agama juga merupakan makna dari gerakan atau simbol yang biasa berbeda dari penampilannya. Kehidupan suatu suku bangsa atau agama tidak boleh dijelaskan hanya dari struktur yang tampak saja. Pengetahuan mengenai struktur yang tampak itu mencakup pencarian makna dan maksud di balik semua kehidupan dan pemikiran. Hal itu sangat penting karena kebudayaan hanyalah konteks makna yang dipahami bersama atau struktur arti yang mapan. Walaupun disadari pula bahwa simbol juga menduduki peran penting dalam kebudayaan. Dari studinya di Jawa dan Bali, suatu masyarakat yang kompleks, yang telah dipengaruhi oleh Hindu, Budha, animisme, Islam dan kebudayaan Barat, tidak seperti suku Nuer atau Azande yang diteliti oleh Evans-Pritchard. Geertz sampai ke suatu pandangan bahwa masyarakat juga dibentuk oleh agamanya. Ia juga melihat agama sebagai fakta budaya, bukan sebagai kebutuhan sosial ataupun ketegangan ekonomi. Yang dimaksud dengan agama sebagai sistem budaya adalah: 1. Sebuah sistem simbol yang berperan. 2. Membangun suasana hati dan motivasi yang kuat, pervasif, dan tahan lama di dalam diri manusia. 3. Merumuskan konsepsi tatanan kehidupan yang umum. 4. Membungkus konsepsi-konsepsi tersebut dengan suatu aura faktualitas semacam itu sehingga suasana hati dan motivasi tampak realistik secara unik. Agama merumuskan konsep tentang tatanan kehidupan yang umum, memberi suatu arti yang mutlak, suatu tujuan pesanan yang besar pada dunia. Maka dalam agama, pada

suatu sisi berdiri konsepsi tentang dunia, dan pada sisi lain berdiri serangkaian suasana hati dan motivasi yang dibimbing oleh ide-ide moral. Dalam proses pemilihan agama, seseorang mengalami proses yang berbeda dengan orang lain. Zakiyah Darajat (1979: 42) mengatakan bahwa tiap-tiap pemilihan agama itu melalui proses kejiwaan sebagai berikut: 1. Masa tenang pertama: sebelum mengalami pemilihan agama dan bersikap acuh tak acuh terhadap agama. 2. Masa ketidaktenangan: yang berlangsung jika masalah agama telah mempengaruhi batinnya sehingga mengakibatkan terjadinya kegoncangan yang berkecamuk dalam bentuk rasa gelisah, putus asa, panik, tegang dan sebagainya. Pada masa ini biasanya orang menjadi perasa, cepat tersinggung dan mudah terkena sugesti. Akhirnya terjadilah proses pemilihan terhadap agama lain. 3. Masa pemilihan agama: setelah konflik batin mencapai puncaknya, maka terjadilah peristiwa pemilihan agama itu sendiri. Karena kemantapan batin telah terpenuhi oleh pilihan yang dianggap serasi ataupun timbulnya rasa pasrah. Hidupnya kini berubah menjadi tenang dan berserah diri kepada Tuhan. 4. Masa tenang dan tentram: yang ditimbulkan oleh kepuasan terhadap keputusan yang telah diambil. Sehingga merasa aman, damai dalam hati, dan segala dosa merasa diampuni Tuhan. 5. Masa ekspresi pemilihan agama: tingkat terakhir dari penentuan pemilihan agama itu adalah pengungkapan dari sikap menerima terhadap konsep baru (ajaran agama) yang diyakininya tadi, maka tingkah laku dan sikap hidupnya diselaraskan dengan ajaran dan peraturan agama yang dipilihnya tersebut.

Ada tiga faktor penting mengapa seorang anak harus memilih agama yang benarbenar mampu menjadi pedoman hidupnya (Siahaan; 199: 43): 1. Agama memberi bimbingan dalam kehidupan manusia sejak masih anak-anak, di masa dewasa sampai kepada hari tua agar bermoral luhur dan berperikemanusiaan. 2. Agama dapat menolong manusia sejak masa anak-anak agar menjadi sseseorang yang tabah, sabar dan fikirannya terbuka dalam menghadapi problem dan kesukaran. 3. Agama dapat membimbing anak-anak agar hidup tenang dan jiwanya lebih tentram. Dengan demikian anak-anak akan merasa bahwa Tuhan turut campur dan bersedia menolong mereka untuk menanggulangi masalah yang dihadapi dalam mencapai cita-cita mereka. Ketiga hal di atas dianggap sangat penting, sehingga si anak bisa mengerti dan tahu maksud dari kita memeluk dan mempercayai suatu agama yang dianut. Agama merupakan jalan ataupun sumber dari segala kebahagiaan dan kelestarian seluruh mahkluk. Dengan agamalah mereka dapat mengarungi hidup dan kehidupan ini dengan baik, tanpa itu tidak akan mungkin. Dengan syarat ataupun aturan yang tertera dalam ajaran agama itu manusia dapat hidup rukun, damai, sejahtera, tenteram dan bahagia (Mahali; 1983: 124). 1. 5. 2. Kerangka konsep. 1. Perkawinan; ikatan lahir batin antara seorang laki-laki dengan perempuan sebagai suami istri dengan tujuan membentuk keluarga (rumah tangga) yang bahagia berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa. Dalam penelitian ini perkawinan beda

agama yaitu perkawinan yang dilaksanakan antara seorang laki-laki dengan seorang perempuan yang mempunyai agama yang berbeda. 2. Agama; pedoman hidup manusia yang dijadikan sarana hubungan antara manusia dengan Tuhan dalam bentuk ibadah. 3. Keluarga; unit terkecil dalam masyarakat yang terdiri dari ayah, ibu dan anak yang mempunyai berbagai pekerjaan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya 4. anak; seseorang yang belum mencapai umur 18 tahun atau belum pernah melangsungkan perkawinan, ada di bawah kekuasaan orang tuanya. 5. pemilihan agama; dalam masalah ini pemilihan agama adalah pengambilan keputusan yang dilakukan seorang anak untuk menentukan pilihannya tentang keyakinan beragama, yaitu ikut agama ayahnya, ibunya atau mermilih agamanya sendiri. 1. 6. Metode Penelitian. Dalam penelitian ini, tipe penelitian yang digunakan adalah penelitian kualitatif dengan sebuah model studi kasus. Studi kasus adalah strategi penelitian yang terfokus pada pemahaman terhadap sesuatu yang dinamis yang melibatkan satu kasus atau lebih dengan tingkat analisa yang berbeda-beda dan dapat memberikan gambaran terhadap suatu masalah. Ketika menggunakan model studi kasus, masalah yang diteliti adalah suatu realitas sosial yang benar-benar terjadi di masyarakat sehingga masalah tersebut dapat dideskripsikan dari awal sampai akhir. Oleh karena itu penelitian ini menggunakan model studi kasus `alasannya adalah agar dapat lebih memahami dan mengerti permasalahan penelitian sehingga mampu memberikan satu gambaran yang lebih dalam tentang gejala-gejala yang ada dalam perkawinan beda agama.