PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDJAR NOMOR : 1 TAHUN 1970 DEWAN PERWAKILAN RAKJAT DAERAH KABUPATEN BANDJAR

dokumen-dokumen yang mirip
PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN DAERAH TINGKAT II BADUNG. Nomor : 1 Tanggal : Seri : A Nomor : 1

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Oleh:PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA. Nomor:74 TAHUN 1958 (74/1958) Tanggal:11 AGUSTUS 1958 (JAKARTA)

KAMI, PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Dimuat dalam Lembaran Daerah Djawa Tengah Tahun 1972 Seri B Nomor 5

LEMBARAN DAERAH TINGKAT I BALI (PENGUMUMAN RESMI DAERAH TINGKAT I BALI)

PERATURAN DAERAH TINGKAT II BANDJAR NOMOR : 1 TAHUN 1961 DEWAN PERWAKILAN RAKJAT DAERAH GOTONG ROJONG DAERAH TINGKAT II BANDJAR

LEMBARAN DAERAH PROVINSI BALI

BAB I OBJEK, DJUMLAH DAN TERUTANGNJA PADJAK. Pasal 1

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 1958 TENTANG PENEMPATAN TENAGA ASING DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

Undang-undang 1946, No. 22 PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Dimuat dalam Lembaran Daerah Djawa Tengah Tahun 1972 Seri B Nomor 10

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 41 TAHUN 1964 TENTANG PERUBAHAN DAN TAMBAHAN PERATURAN PEMERINTAH NO

LEMBARAN DAERAH PROPINSI BALI (PENGUMUMAN RESMI DAERAH PROPINSI BALI) No. 29 tahun Mei 1969

DEWAN PERWAKILAN RAKJAT DAERAH SEMENTARA KOTA BESAR SURAKARTA Menetapkan peraturan daerah sebagai berikut :

LEMBARAN DAERAH TINGKAT I BALI (PENGUMUMAN RESMI DAERAH TINGKAT I BALI)

DEWAN PERWAKILAN RAKJAT DAERAH KOTAPRADJA S U R A K A R T A. PERATURAN-DAERAH Kotapradja Surakarta tentang padjak potong hewan. Pasal 1.

LEMBARAN DAERAH PROPINSI BALI (PENGUMUMAN RESMI DAERAH PROPINSI BALI)

LEMBARAN DAERAH PROVINSI BALI

UNDANG-UNDANG UAP TAHUN 1930 (STOOM ORDONANTIE 1930) (Stb. No.225 TAHUN 1930)

LEMBARAN DAERAH PROPINSI BALI (PENGUMUMAN RESMI DAERAH PROPINSI BALI)

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 1953 TENTANG

LEMBARAN DAERAH PROPINSI BALI

Tambahan Lembaran Kota Besar Ska no. 5 th. Ke III tg. 1 Djuni 1953 No. 5

LEMBARAN DAERAH TINGKAT I BALI

Tambahan Lembaran Kota Besar Ska. No. 4 th. Ke IV tgl. 1 Djuni PERATURAN DAERAH KOTA BESAR SURAKARTA. No. 4 TAHUN 1954.

Tambahan Lembaran Kota Besar Ska no. 5 th. Ke III tg. 1 Djuni 1953 No. 5. PERATURAN DAERAH KOTA BESAR SURAKARTA No. 12 TAHUN 1953, TENTANG AIR MINUM.

LEMBARAN DAERAH PROPINSI BALI (PENGUMUMAN RESMI DAERAH PROPINSI BALI)

PERATURAN DAERAH KOTA TASIKMALAYA NOMOR : 19 TAHUN 2003 TENTANG PAJAK PARKIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA TASIKMALAYA

LEMBARAN DAERAH PROPINSI BALI

PEMERINTAH KABUPATEN JEMBER

Tambahan Lembaran Kota Besar Ska. No. 5 th. Ke V tg. 1 Mei No. 1. PERATURAN DAERAH KOTA BESAR SURAKARTA No. 4 TAHUN 1955

LEMBARAN DAERAH PROPINSI BALI

Tambahan Lembaran Kota Besar Surakarta Nomor 3 Tahun Ke VI Tanggal 27 Agustus 1956 PERATURAN DAERAH KOTA BESAR SURAKARTA NOMOR 4 TAHUN 1956

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN DAERAH TINGKAT I BALI

PEMERINTAH KABUPATEN MUKOMUKO

LEMBARAN DAERAH PROVINSI BALI

PEMERINTAH KABUPATEN CILACAP

LEMBARAN DAERAH KOTA TANGERANG

PERATURAN DAERAH KOTA BAUBAU NOMOR 5 TAHUN 2011 TENTANG BEA PEROLEHAN HAK ATAS TANAH DAN BANGUNAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA BAUBAU,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 1967 TENTANG PENANAMAN MODAL ASING DENGAN RACHMAT TUHAN JANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

KABUPATEN CIANJUR NOMOR : 63 TAHUN : 2002

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TRENGGALEK,

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN CIREBON

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SUMEDANG NOMOR 10 TAHUN 2006 SERI B PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUMEDANG NOMOR 11 TAHUN 2005 TENTANG PAJAK PARKIR

BUPATI KUDUS PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUDUS NOMOR 8 TAHUN 2012 TENTANG RETRIBUSI PENGGANTIAN BIAYA CETAK KARTU TANDA PENDUDUK DAN AKTA CATATAN SIPIL

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

PEMERINTAH KABUPATEN REJANG LEBONG

PAJAK PENERANGAN JALAN

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA No. 95 TAHUN KAMI, PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 14 TAHUN 2003 TENTANG PAJAK RESTORAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KOTAWARINGIN BARAT

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANAH LAUT NOMOR 9 TAHUN 2009 TENTANG PAJAK PENERANGAN JALAN DAN KETENAGALISTRIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN PURWAKARTA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN DAERAH TINGKAT II BIAK NUMFOR NOMOR 6 TAHUN 1998 TENTANG PAJAK PENERANGAN JALAN

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN DAERAH TINGKAT II CIREBON NOMOR : 9 TAHUN 1996 SERI A. 1 PERATURAN DAERAH KABUPATEN TINGKAT II CIREBON NOMOR : 2 TAHUN 1993

PERATURAN DAERAH KABUPATEN NGAWI NOMOR 19 TAHUN 2010 TENTANG PAJAK BEA PEROLEHAN HAK ATAS TANAH DAN BANGUNAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIGI NOMOR : 16 TAHUN 2010 TENTANG PAJAK BEA PEROLEHAN HAK ATAS TANAH DAN BANGUNAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Dimuat dalam Lembaran Daerah Djawa Tengah Tahun 1972 Seri B Nomor 10 DENGAN RACHMAT TUHAN JANG MAHA ESA DEWAN PERWAKILAN RAKJAT DAERAH GOTONG ROJONG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN DAERAH TINGKAT II PASIR NOMOR: 2 TAHUN: 1999 SERI: A NOMOR: 02

PENGUMUMAN RESMI DAERAH PROPINSI BALI) No. 43 tahun Djuli 1969 DEWAN PERWAKILAN RAKJAT DAERAH GOTONG ROJONG DAERAH KABUPATEN BANGLI

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN INDRAMAYU NOMOR : 7 TAHUN 2008 SERI C.1

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUKAMARA NOMOR : 13 TAHUN 2004 T E N T A N G PAJAK PENERANGAN JALAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SUKAMARA,

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN WAKATOBI

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 17 TAHUN 2009

KEPUTUSAN BUPATI KEPALA DAERAH TINGKAT II MANOKWARI NOMOR : 433 TAHUN 1998 T E N T A N G

Tambahan Lembaran Kotapraja Surakarta Nomor 1 Tahun Ke VII Tanggal 1 April 1957 Nomor 2

BUPATI BANGLI PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANGLI NOMOR 11 TAHUN 2011 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN DAERAH TINGKAT II GARUT

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BERAU

PERATURAN DAERAH KABUPATEN OGAN KOMERING ULU NOMOR 18 TAHUN 2010 TENTANG BEA PEROLEHAN HAK ATAS TANAH DAN BANGUNAN

Dimuat dalam Lembaran Daerah Djawa Tengah Tahun 1972 Seri B Nomor 8

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN PURWAKARTA

DEWAN PERWAKILAN RAKJAT DAERAH PERALIHAN DAERAH SWATANTRA TINGKAT KE-II GARUT. Menetapkan Peraturan Daerah jang berikut:

BUPATI KUDUS PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUDUS NOMOR TAHUN TENTANG RETRIBUSI PENGGANTIAN BIAYA CETAK KARTU TANDA PENDUDUK DAN AKTA CATATAN SIPIL

BUPATI BANGKA TENGAH

PEMERINTAH KABUPATEN SLEMAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN SLEMAN NOMOR 16 TAHUN 2013 TENTANG RETRIBUSI PERPANJANGAN IZIN MEMPEKERJAKAN TENAGA KERJA ASING

PERATURAN DAERAH KOTA TASIKMALAYA NOMOR : 7 TAHUN 2003 TENTANG PAJAK RESTORAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA TASIKMALAYA

PEMERINTAH KABIJPATEN DAERAH TINGKAT II GRESIK PERATURAN DAERAH KABUPATEN DAERAH TINGKAT II GRESIK NOMOR 2 TAHUN 1992 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN PONOROGO PERATURAN DAERAH KABUPATEN PONOROGO NOMOR 8 TAHUN 2010 TENTANG PAJAK PENERANGAN JALAN

QANUN KABUPATEN BIREUEN NOMOR 12 TAHUN 2010 TENTANG PAJAK RESTORAN BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DENGAN RAHMAT ALLAH YANG MAHA KUASA BUPATI BIREUEN,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI GUNUNGKIDUL,

PERATURAN DAERAH PROPINSI DAERAH ISTIMEWA ACEH NOMOR 44 TAHUN 2001 TENTANG PAJAK PENGAMBILAN DAN PEMANFAATAN AIR BAWAH TANAH DAN AIR PERMUKAAN

BUPATI PULANG PISAU PROVINSI KALIMANTAN TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN PULANG PISAU NOMOR 5 TAHUN 2015

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BELITUNG TIMUR NOMOR 14 TAHUN 2013 TENTANG RETRIBUSI PERPANJANGAN IZIN MEMPEKERJAKAN TENAGA KERJA ASING

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG BARAT NOMOR 1 TAHUN 2011 TENTANG BEA PEROLEHAN HAK ATAS TANAH DAN BANGUNAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TEMANGGUNG NOMOR 19 TAHUN 2012 TENTANG PAJAK PARKIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TEMANGGUNG,

PEMERINTAH KABUPATEN KUTAI BARAT

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIAK NOMOR 14 TAHUN 2002 TENTANG PAJAK RESTORAN DENGAN RAKHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SIAK,

NO. PERDA NOMOR 2 TAHUN 2011 PERDA NOMOR 17 TAHUN 2016 KET 1. Pasal 1. Tetap

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 1948 TENTANG PENGAWASAN PERBURUHAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

LEMBARAN DAERAH PROPINSI BALI

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PENAJAM PASER UTARA NOMOR 3 TAHUN 2011 TENTANG PAJAK SARANG BURUNG WALET DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Tambahan Lembaran Kota Besar Ska No. 2 th. Ke IV tg. 1 April 1954 No. 1

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANJAR NOMOR 06 TAHUN 2004 TENTANG PAJAK PARKIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANJAR,

Tambahan Lembaran Kota Besar Surakarta No. 6 th. ke III tgl. 1 Djuli No. 2. PERATURAN DAERAH KOTA BESAR SURAKARTA No. 11 TAHUN 1953.

Transkripsi:

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDJAR NOMOR : 1 TAHUN 1970 DEWAN PERWAKILAN RAKJAT DAERAH KABUPATEN BANDJAR Menetapkan Peraturan Daerah Sebagai Berikut : PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDJAR TENTANG PADJAK BANGSA ASING BAB I SUBJEK, OBJEK, STATUS, KEBANGSAAN, TEMPAT TINGGAL. Pasal 1 Dengan nama PADJAK BANGSA ASING dikenakan padjak atas orang-orang bangsa asing jang berkediaman dalam Daerah Kabupaten Bandjar. Pasal 2 (1) Jang dimaksud dengan bangsa asing ialah mereka mempunjai Kewarganegaraan Indonesia berdasarkan Undang-Undang Kewarganegaraan Republik Indonesia (Undang-Undang Nomor 62 Tahun 1958 Lembaran Negara Tahun 1958: 113); (2) Untuk melakukan Peraturan Daerah ini seorang wanita jang kawin dianggap mempunjai kebangsaan atau kewarganegaran suaminya sedjak saat perkawinan; (3) Untuk melakukan Peraturan Daerah ini hubungan antara wanita Warga Negara Indonesia dengan laki-laki bangsa asing jang oleh masyarakat dipandang sebagai hidup bersama, dianggap djuga sebagai kawin seperti maksud ajat (2); (4) Anak-anak jang belum tjukup umur, termasuk djuga anak angkat, dianggap sebagai mempunjai kebangsaan ajahnja atau ajah angkatnja; (5) Anak-anak jang belum tjukup umur ialah mereka jang belum mencapai umur 21 tahun, ketjuali mereka jang sebelum umur itu telah kawin ; (6) Seorang wanita, setelah putusnja perkawinan tetap memiliki kebangsaan atau kewarganegaraan jang diperoleh dalam perkawinan itu, ketjuali djika ia kawin lagi dengan seorang laki-laki jang mempunjai kewarganegaraan atau kebangsaan jang berlainan dengan suami terdahulu, atau dalam satu tahun setelah pemutusan perkawinannja memberikan pernjataan bahwa ia akan kembali lagi kepada kebangsaan atau kewarganegaraannja jang semula; (7) Dalam hal terdapat keragu-raguan atau perselisihan tentang kebangsaan atau kewarganegaraan diputuskan oleh Pengadilan Negeri setempat. Pasal 3 (1) Jang dimaksud dengan Kepala Keluarga ialah : a. Suami, untuk istri dan anak-anak, anak-anak tiri, anak-anak angkat dan anak-anak lainnja yang belum tjukup umur jang merupakan keluarga sedarah atau smenda dari bekas suaminja; 1

b. Wanita dewasa jang tidak (lagi) bersuami atau djanda untuk anak-anak, anak-anak tiri, anak-anak angkat dan anak-anak lainnja jang belum tjukup umur jang merupakan keluarga sedarah atau semenda dari bekas suaminja; c. Laki-laki atau wanita, jang meskipun belum cukup umur tetapi sudah mempunjai pendapat sendiri, dan atau tidak dapat membuktikan bahwa kehidupan ditanggung orang tuannja; d. Laki-laki atau wanita jang sudah (pernah) kawin, djuga dalam hal umur mereka kurang dari 21 tahun; e. Laki-laki atau wanita dengan perdjandjian menurut pasal 140 Kitab Undang-Undang Hukum Sipil atau perdjandjian-perdjandjian jang mempunyai kekuatan Hukum Sipil untuk dirinja sendiri; f. Laki-laki atau wanita jang sudah tjukup umur, bagi dirinja masing-masing; g. Wali untuk anak-anak dimaksud pada pasal 6 ajat (3); h. Wanita kawin jang hidup terpisah menurut hukum, dimaksud pada pasal 6 ajat (2). (2) Yang dimaksud dengan anggota keluarga ialah : a. Istri dan anak-anak, anak-anak tiri, anak-anak angkat dan anak-anak lainnja jang belum tjukup umur jang kehidupannja mendjadi beban kepala keluarga dimaksud pada ajat (1) dibawah a dan b; b. Laki-laki atau wanita, jang meskipun tjukup umur, jang kehidupannja mendjadi beban kepala keluarga dimaksud pada ajat (1) dibawah a dan b dengan tjatatan keluarga sedarah atau semenda dalam garis lurus keatas tidak dapat dianggap sebagai anggauta keluarga dari seorang kepala keluarga. (3) Dalam hal-hal jang meragukan, Bupati Kepala Daerah dapat mengambil ketentuan. Pasal 4 Apakah seorang bertempat tinggal dalam Daerah Kabupaten Bandjar ditentukan menurut keadaan dengan pengertian bahwa : a. Mereka jang berada dalam Daerah Kabupaten Bandjar untuk sementara waktu tidak lebih dari tiga bulan tidak dianggap sebagai bertempat tinggal di Daerah Kabupaten Bandjar; b. Mereka jang meninggalkan Daerah Kabupaten Bandjar untuk sementara waktu masih dianggap sebagai bertempat tinggal Daerah Kabupaten Bandjar, djika berada diluar Daerah tidak melebihi waktu 12 bulan, dihitung dari saat mereka meninggalkan Daerah Kabupaten Bandjar. BAB II MASA PADJAK, WADJIB PADJAK, PENANGGUNG PADJAK. Pasal 5 (1) Pajak dikenakan setiap kali untuk masa 3 tahun berdasarkan keadaan pada awal masa itu; (2) Masa itu dinamakan masa padjak dan untuk pertama kalinja dimulai pada tanggal 1 Djanuari 1969; (3) Bagi mereka jang berkewadjiban padjaknya mulai setelah awal masa padjak, maka padjak dikenakan untuk sebagian masa padjak itu berdasarkan keadaan pada saat mereka mendjadi wadjib padjak; (4) Kewadjiban padjak dimulai pada saat bangsa asing : a. Dilahirkan dalam Daerah Kabupaten Bandjar ; b. Bertempat tinggal dalam Daerah Kabupaten Bandjar, dan 2

c. Pada saat Warga Negara Indonesia jang bertempat tinggal dalam Daerah Kabupaten Bandjar memperoleh kebangsaan asing. Berakhir pada saat seorang bangsa asing : a. Meninggalkan Daerah Kabupaten Bandjar untuk selama-lamanja; b. Meninggal dunia; c. Memperoleh kebangsaan atau kewarganegaraan Indonesia; d. Jang dianggap demikian, berdasarkan Peraturan Daerah ini untuk dirinja. Pasal 6 (1) Padjak dikenakan kepada Kepala Keluarga atau pada diri sendiri dan djika ada, untuk istri dan untuk anggauta keluarga; (2) Seorang wanita kawin jang awal pada masa padjak dimaksud pasal 5 ajat (2) atau pada saat dimaksud pasal 5 ajat (3) hidup terpisah menurut hukum dikenakan padjak tersendiri; (3) Anak-anak bangsa asing jang belum dewasa dan tidak berajah ibu dikenakan padjak pada walinja menurut tarif jang berlaku pada anak-anak. BAB III PENDAFTARAN, MEMBERITAHUKAN, MEMBERI KETERANGAN Pasal 7 (1) Mereka jang mulai mendjadi wadjib padjak diwadjibkan mendaftarkan diri dan anggauta keluarganja pada Kantor Bupati Kepala Daerah Kabupaten Bandjar dalam wilajah mana ia bertempat tinggal dalam waktu 30 hari sesudah pada saat mendjadi wadjib padjak, dengan tjatatan, bahwa bangsa asing jang semula tidak lebih dari 3 bulan berada didaerah ini, akan tetapi disebabkan apapun djuga memperpandjang waktu kediamananja hingga lebih dari 3 bulan diwadjibkan mendaftarkan diri pada saat ketentuan perpandjangan waktu dimaksud diambil; (2) Guna mengenakan padjak kepada kepala keluarga atau orang jang dianggap demikian diberikan surat pemberitahuan. Bentuk surat pemberitahuan ditetapkan oleh Bupati Kepala Daerah ; (3) Surat pemberitahuan harus diisi dengan djelas, pasti dan tidak bersjarat menurut keadaan sebenarnja, ditanda tangani dan dikembalikan kepada Bupati Kepala Daerah, dalam djangka waktu 30 hari setelah tanggal pemberitahuannja, djika dikehendaki maka diberikan surat tanda penerimaan kembali dengan tjuma-tjuma; (4) Atas permintaan tertulis dari wadjib padjak atau kuasanja Bupati Kepala Daerah dapat memperpandjang waktu jang dimaksud dalam ajat (3) dengan paling lama 2 (dua) bulan; (5) Perubahan-perubahan dalam susunan keluarga, berkenaan dengan dimulainja atau berakhirnja kewadjiban padjak, harus diberitahukan kepada Bupati Kepala Daerah setjara tertulis dalam djangka waktu 30 hari sesudah perubahn terdjadi. Pasal 8 (1) Djika diminta, kepala keluarga wadjib memberikan keterangan mengenai pemberitahuan jang dimaksud dan segala sesuatu jang berhubungan dengan itu jang diperlukan oleh Pedjabat jang dibebani dengan ketetapan padjak; (2) Djika kewadjiban-kewadjiban jang dimaksud ajat (1) dan pada pasal 7 ajat (1) dan (5) tidak sepenuhnya ditjukupi, atau djika surat pemberitahuan dimaksud pada pasal 7 ajat (3) walaupun telah ditegur dengan surat tertjatat, tidak dimasukkan dalam waktu jang ditetapkan pada teguran itu padjak ditetapkan karena teguran ditambah seratus perseratus dari djumlah padjak jang 3

ditetapkan menurut taksiran jang dianggap benar oleh pedjabat jang dibebani dengan ketentuan padjak; (3) Bupati Kepala Daerah atau Pedjabat jang ditundjuk olehnyja setelah dijakinkan oleh jang bersangkutan, berwenang atas alasan kesehatan atau kelalaian jang dapat dimanfaatkan, untuk mengurangi atau membatalkan dimaksud pada ajat (2) BAB IV KETETAPAN PADJAK Pasal 9 (1) Ketetapan padjak dilakukan oleh Bupati Kepala Daerah kepala keluarga jang pada awal masa dimaksud pada pasal 5 ajat (1) atau ajat (3) bertempat tinggal diwilajahnja; (2) Dalam hal seseorang tidak mempunjai tempat tinggal tertentu, maka ketetapan padjaknja ditetapkan oleh Gebernur Kepala Daerah Propinsi Kalimantan Selatan, wadjib padjak jang bersangkutan membajar padjaknja pada Kas Daerah jang ditetapkan (dianggap berdomisili); (3) Ketetapan padjak dilakukan selekas mungkin setelah awal masa padjak dimaksud pada pasal 5 ajat (3); (4) Dalam hal ketetapan padjak belum dapat ditetapkan, dapat dikenakan padjak sementara; (5) Ketetapan sementara dipandang sebagai ketetapan padjak dalam arti kata Peraturan Daerah ini, terketjuali ketentuan-ketentuan dimaksud pada pasal 13 dan pasal 14; (6) Dari ketetapan padjak seperti dimaksud pada ajat (3) suatu djumlah jang besarnja sama dengan ketetapan sementara tidak ditagih; (7) Djika djumlah ketetapan padjak seperti dimaksud pada ajat (3) lebih rendah dari ketetapan sementara, djumlah ketetapan seluruhnja tidak ditagih ketetapan sementara dikurangi dengan bedanja; (8) Djumlah pengurangan menurut ajat (7) dibagi rata djumlah angsuran ketetapan padjak sementara jang belum dilunasi; (9) Djika besarnja ketetapan padjak seperti dimaksud pada ajat (3) sama dengan atau lebih rendah dari pada ketetapan sementara, maka Kepala Keluarga Pasal 10 (1) Mereka jang mendjadi wadjib padjak sesudah awal masa padjak atau berakhir mendjadi wadjib padjak dalam masa padjak, padjaknja untuk tahun dalam masa perubahan terdjadi ketetapan atau dihitung kembali; (2) Penetapan atau perhitungan kembali padjak dimaksud pada ajat (1) untuk suatu tahun padjak dilakukan dengan imbangan bulan penuh jang masih ada kewadjiban wadjib padjak ; (3) Untuk melakukan ajat (2) diatas, bulan perubahan Kepala Keluarga atau anggauta jang dimulai pada tanggal 1, dianggap sebagai sebulan penuh; (4) Djika selama padjak atau sebagian masa padjak terdapat perubahan-perubahan dalam susunan keluarga jang mengakibatkan perubahan-perubahan djumlah padjak, atau permintaan tertulis Kepala Keluarga atau kuasanya, ketetapan padjak dapat dikurangi sesuai dengan ketentuan pada ajat (2) dan (3); 4

(5) Seorang anggota keluarga jang dalam masa padjak atau sebagian masa padjak mendjadi Kepala Keluarga dikenakan ketetapan padjak sesuai dengan ketetapan pada ajat (2) dan (3); (6) Djumlah padjak dibulatkan kebawah sampai djumlah rupiah penuh. (1) Tidak Dikenakan Padjak ialah : BAB V PENGETJUALIAN PERORANGAN Pasal 11 a. Orang bangsa asing jang bekerja pada Republik Indonesia dianggap sebagai pekerdja pada Pemerintah Republik Indonesia ialah mereka jang setjara teratur mendapatkan pembajaran gadjih honorarium jang langsung dibebankan keuangan negara karena melakukan pekerdjaan dalam lingkungan djabatan, dalam keuangan negara termasuk djuga keuangan daerah; b. Wakil Diplomatik, Konsulat dan lain-lain Wakil Negara Asing beserta pembantupembantunja dan mereka bekerdja pada dan bertempat kediaman bersama-sama dengan mereka, asal mereka tidak melakukan perusahaan bebas di Indonesia; c. Pegawai Sipil dan Militer dari Angkatan Darat, Angkatan Laut dan Angkatan Udara dari Negara Asing. d. Wakil Organisasi Internasional jang ditundjuk oleh Menteri Keuangan atau Menteri-Menteri lainnja; e. Orang bangsa asing jang berada didaerah ini untuk sementara waktu termasuk djuga pelancong-pelancong asal tidak melebihi djangka waktu 3 (tiga) bulan, dihitung sedjak kedatangannja di Indonesia; f. Orang bangsa asing jang mendjalankan research di Indonesia untuk kepentingan ilmu pengetahuan jang menurut keputusan Menteri jang bersangkutan tidak untuk kepentingan komersil; g. Orang bangsa asing bukan Pegawai Republik Indonesia dan djanda bekas pegawai tersebut jang menerima tundjangan atau pensiun jang dibebankan kepada keuangan negara atau pensiun Republik Indonesia atau daerah dengan sjarat bahwa mereka tidak mendapat penghasilan jang berasal dari pekerdjaan bebas atau hubungan dinas; (2) Untuk Golongan jang dimaksud pada ajat (1) pengetjualian diperluas hingga meliputi keluarga sedarah dan semenda dalam garis lurus keatas, jang kehidupannja mendjadi tanggungannja. BAB VI DJUMLAH PADJAK, KEBERATAN, TAGIHAN KEMUDIAN Pasal 12 Padjak Berdjumlah Untuk Tiap-Tiap Tahun, untuk : a. Kepala Keluarga atau orang jang dianggap sedemikian Rp. 7.500,- (tujuh ribu lima ratus rupiah ); b. Istri atau istri-istri kepala keluarga beserta anggauta keluarga jang sudah dewasa, sedemikian Rp. 5000,- (lima ribu rupiah ); c. Anak-anak jang belum tjukup umur dan anggauta keluarga selain dimaksud dibawah b diatas, tiap orang Rp. 1500,- (seribu lima ratus rupiah ); 5

Pasal 13 Ketentuan dalam ordonansi padjak pendapatan 1944, pasal 13, 14 a dan 14b mengenai keberatankeberatan terhadap ketetapan padjak berlaku sama. Pasal 14 (1) Djikalau tidak ada kelainan atau kesalahan dari pedjabat jang berwenang menetapkan padjak, ketetapan padjak itu telah dilakukan kerendahan atau diputuskan untuk tidak dikenakan padjak atau penetapan setjara salah dikurangi atau dibatalkan padjak jang kurang dipunggut dapat ditagih kemudian asalkan penetapan tagihan kemudian itu dilakukan dalam djangka waktu tiga tahun dihitung sedjak tanggal pemberian surat ketetapan, keputusan untuk tidak mengenakan ketetapan padjak; (2) Padjak jang termasuk dalam suatu ketetapan tagihan kemudian ditambah seratus perseratus dari djumlah ketetapan tagihan padjak itu ; (3) Tambahan itu tidak berhutang djika dan sepandjang tagihan kemudian itu merupakan akibat dari pemberitahuan tambahan sukarela tertulis atau tidak dari Kepala Keluarga bersangkutan ; (4) Bupati Kepala Daerah setelah dijakinkan oleh jang bersangkutan berwenang atas alasan kesehatan atau kelalaian jang dapat dimaafkan untuk mengurangi atau membatalkan tambahan jang dimaksud ajat (2). Pasal 15 Barang siapa keberatan terhadap tagihan kemudian jang dikenakan kepadanja dalam waktu 3 bulan sesudah tanggal pemberian surat ketetapan tagihan kemudian, dapat mohon banding kepada Gebernur Kepala Daerah Kalimantan Selatan. BAB VII PENAGIHAN Pasal 16 (1) Ketetapan padjak serta tambahan padjak dimuat dalam kohir kecuali ketetapan padjak jang sama dengan atau lebih rendah dari ketetapan sementara; (2) Kohir ditetapkan oleh Bupati Kepala Daerah dimaksud pada pasal 8 ajat (1) atau (2); (3) Bupati Kepala Daerah atau petugas yang mengurus pemungutan padjak jang terhitung menurut kohir jang ditetapkan olehnja dan pelaksanaan jang seksama daripada jang ditetapkan pada ajat (4); (4) Segera setelah kohir ditetapkan Kepala Keluarga diberitahukan tentang ketetapan padjak jang memuat dalam kohir itu dengan djalan pemberian surat ketetapan padjak. Tanggal pemberian ditjatat pada kohir dan pada surat ketetapan padjak. Pasal 17 (1) Ketetapan padjak hutang oleh Kepala Keluarga jang tercantum pada kohir; (2) Ketetapan padjak ditarik dalam empat angsuran bulanan jang sama besarnja, berturut-turut dan dimulai dengan bulan jang mengikuti bulan pemberian surat ketetapan padjak untuk tahuntahun dari masa padjak atau bagian dari masa padjak sampai dengan tahun penetapan. Dalam hal-hal lain, dimulai dengan bulan kedua dari tahun takwim jang bersangkutan; 6

(3) Pada tanggal 15 dari tiap-tiap dimaksud di ajat (2) djatuh satu angsuran; (4) Pembajaran angsuran jang terlambat dilakukan, dikenakan denda sebesar 5 % (lima perseratus) dari djumlah jang terlambat dibajarnja; (5) Ketetapan padjak jang ditagih sekaligus : a. Djika suatu djumlah jang lebih dari dua angsuran jang lewat tidak dibajar; b. Djika Kepala Keluarga dinjatakan pailit, begitu pula dalam hal penjitaan barang-barang bergerak atau barang-barang tak bergerak atas kuasa pemerintah atau dalam hal pendjualan barang-barang itu oleh karena penjitaan atas nama pihak ketiga; c. Djika Kepala Keluarga meninggalkan Daerah Kabupaten Bandjar untuk selama-lamanja atau untuk sementara, atau mempunjai niat sedemikian atau tidak lagi menjadi Kepala Keluarga. (6) Bupati Kepala Daerah atas permintaan tertulis dari kepala Keluarga atau kuasanja djika terdapat alasan-alasan jang mendesak dapat memperkenangkan pertundaan pembajaran. Pasal 18 (1) Padjak dapat ditagih atas barang milik Kepala Keluarga, barang-barang milik istri, milik anggauta keluarga, dan atas barang-barang milik anak-anak dimaksud pada pasal 6 ajat (3) baik barang-barang bergerak atau barang-barang tak bergerak ; (2) Daerah mempunyai hak utama atas barang-barang bergerak atau barang-barang tak bergerak jang dimaksud ajat (1); (3) Hak utama diberikan dalam ajat (2) mendahului segala hak ketjuali terhadap piutang tersebut dalam pasal 1139 nomor 1 dan nomor 4 dan pasal 1149 nomor 1 Kitab Undang-undang Hukum Sipil dan pasal 80 dan 81 Kitab Undang-Undang Hukum Dagang, djaminan panen, gadai dan hipotek jang diadakan sesudah saat itu sepandjang untuk itu diberikan suatu keterangan hipotek sebagaimana jang dimaksudkan pada ajat (6) pasal ini; (4) Hak utama dimaksud dalam ayjt (3) hilang sesudah lewat dua tahun dari tahun-tahun padjak jang bersangkutan ketjuali djikalau surat ketetapan padjak sesudah tahun takwim kedua dari suatu masa padjak. Dalam hal dimaksud terakhir hak utama hilang sesudah lewat dua tahun sedjak surat ketetapan padjak dikirimkan kepada Kepala Keluarga; (5) Dalam hal diberikan penundaan pembajaran, saat permulaan dua tahun dimaksud dalam ajat (4) diatas karena hukum diperpandjang dalam waktu penundaan dimaksud ; (6) Sebelum atau sesudahnja diadakan suatu hipotek, pemberi hipotek minta suatu keterangan bahwa hipotik mendahului hak utama padjak-padjak atas tahun-tahun sebelum diadakan hipotik itu. Keterangan itu dapat diminta dari Bupati Kepala Daerah atau petugas jang ditundjuknja dalam wilajah siapa pemberi hipotek tinggal. Bupati Kepala Daerah atau petugas jang ditundjuknja memberikan keterangan itu kalau tidak ada suatu padjak jang mendahului hipotek tersebut, atau apabila menurut pendapatnja ada djaminan bahwa padjak jang mendahului hipotik itu akan dilunasi. Dalam ketetapan itu disebutkan tahun bersangkutan dalam hal keterangan tidak diberikan maka pemberi hipotek dapat memadjukan keberatannja Kepada Bupati Kepala Daerah jang bila menurut pendapatnja terdapat alasan-alasan masih akan menjuruh memberikan keterangan itu. Terhadap oriditverband keterangan berlaku sama. Pasal 19 (1) Aturan-aturan dalam Peraturan Daerah ini tentang terhutangnja dan tentang hak utama meliputi padjak, denda dan biaja tuntutan; (2) Piutang padjak kadarluwarsa setelah lewat lima tahun dihitung : 7

a. Djika kohir ditetapkan dalam masa padjak atau bagian mana jang bersangkutan, dari awal tahun dalam masa penetapan dilakukan, bagi para padjak jang terhutang untuk tahun-tahun dari masa awal tahun takwim untuk mana padjak terhutang. b. Djika kohir ditetapkan sesudah masa padjak masa padjak atau bagian mana padjak bersangkutan, mulai awal tahun takwim dalam mana kohir ditetapkan. BAB VIII ATURAN PIDANA Pasal 20 (1) Barang siapa dengan sengadja untuk diri sendiri atau untuk orang lain mengisi surat pemberitahuan seperti dimaksud dalam pasal 7 ajat (3) dengan keterangan tidak benar atau tidak lengkap sehingga oleh karenanja daerah dapat dirugikan dapat dihukum dengan hukuman kurungan selama-lamanja 3 bulan, atau denda setinggi-tingginja seribu rupiah; (2) Ketentuan ajat (1) tidak berlaku bila jang memberitahukan atas kehendak diri sendiri melakukan lagi pemberitahuan jang benar dan lengkap, asal kedjaksaan belum mengetahui lebih dahulu dan ketetapan padjak belum ditetapkan; (3) Peristiwa jang dapat dituntut itu dianggap sebagai pelanggaran. BAB IX PERATURAN-PERATURAN ISTIMEWA PENUTUP Pasal 21 (1) Bupati Kepala Daerah atau petugas jang ditundjuknja karena djabatan atau permintaan Kepala Keluarga atau kuasanja, dapat membetulkan kesalahan tertulis dan kesalahan hitung jang terdjadi pada pembuatan kohir atau surat ketetapan berdasarkan kehilapan-kehilapan; (2) Wewenang jang diberikan ajat (1) hilang, djika telah lewat waktu dua tahun setelah tanggal pemberian surat ketetapan padjak ketjuali djika dalam waktu oleh jang bersangkutan diadjukan permohonan dengan surat untuk melaksanakan wewenang itu; (3) Bupati Kepala Daerah atau petugas jang ditundjuknja, karena djabatan dapat mengurangkan atau membatalkan ketetapan padjak jang salah. Pasal 22 Gebernur Kepala Daerah berwenang membebaskan atau mengurangkan padjak dalam hal pengenaan padjak dirasa kurang adil. Pasal 23 Untuk pendapatan padjak pendapatan djumlah padjak bangsa asing dapat dikurangkan dari pendapatan penanggung padjak sebagai beban perorangan : a. untuk tahun-tahun dari masa padjak jang sudah lampau sampai dengan tahun penetapan, dari pendapatan tahun penetapan. b. untuk tahun-tahun masa padjak lainja dari pendapatan tahun takwim bersangkutan. 8

Pasal 24 Bupati Kepala Daerah berwenang mengeluarkan surat keputusan jang diperlukan untuk melaksanakan Peraturan Daerah ini. Pasal 25 (1) Peraturan Daerah ini dapat disebut : PERATURAN PADJAK BANGSA ASING DAERAH KABUPATEN BANDJAR. (2) Peraturan Daerah ini mulai berlaku tiga puluh hari setelah tanggal pengundangannja dan berlaku surat sampai dengan tanggal 1 Djanuari 1970. BUPATI KEPALA DAERAH KABUPATEN BANDJAR, Tjap/ttd. H.A.H. BUDHIGAWIS Martapura, 6 Djuli 1970 A.n.DEWAN PERWAKILAN RAKJAT DAERAH KABUPATEN BANDJAR KETUA, Tjap/ttd. M. BASHIRI Disahkan dengan Surat Keputusan Menteri Dalam Negeri Tanggal 13 April 1971 Nomor PEMDA 10/10/33-103.- A.n. MENTERI DALAM NEGERI DIREKTUR PEMERINTAHAN DAERAH, Tjap/ttd. Drs. MACHMUDDIN NOOR. Diundangkan dalam Lembaran Daerah Propinsi Kalimantan Selatan Tanggal bulan 1971 Nomor Tahun 1971. A.n. BUPATI KEPALA DAERAH KABUPATEN BANDJAR SEKRETARIS WILAYAH / DAERAH TK II, t.t.d A.S. MADAR 9