MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENYELESAIKAN SOAL CERITA MATEMATIKA SISWA KELAS V SDN MEJING 2 MELALUI MODEL PEMBELAJARAN CREATIVE PROBLEM SOLVING

dokumen-dokumen yang mirip
Daniel Hermawan Budiharti, S.Si, M. Pd. Universitas PGRI Yogyakarta ABSTRAK

PENINGKATAN HASIL BELAJAR OPERASI HITUNG PECAHAN MELALUI PENDEKATAN MATEMATIKA REALISTIK DI KELAS V SDN 3 GRENGGENG JURNAL SKRIPSI

THE USE OF POSITIVE NEGATIVE CARDS TO INCREASE LEARNING ACHIEVEMENT OF INTEGERS FOR FOURTH GRADE STUDENTS

PENERAPAN MODEL RME DENGAN MEDIA KONKRET DALAM PENINGKATAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA PADA SISWA KELAS V

PENGGUNAAN MODEL CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING DENGAN MEDIA BENDA KONKRET

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN SEARCH SOLVE CREATE SHARE (SSCS) UNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS VII-2 SMP NEGERI 13 PEKANBARU

MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERHITUNG PERKALIAN BILANGAN ASLI DENGAN MENGGUNAKAN MEDIA GAMBAR PADA SISWA KELAS II SDN KALIPUCANG BANTUL ARTIKEL JURNAL

PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN TEAM ASISTED INDIVIDUALIZATION UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR BAHASA INDONESIA

Noviana Kusumawati Pendidikan Matematika FKIP Universitas Pekalongan Jl. Sriwijaya No 3 Pekalongan, ABSTRAK

MENINGKATKAN TANGGUNG JAWAB SISWA MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW II PADA MATA PELAJARAN MATEMATIKA KELAS IV SD

PENERAPAN CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING (CTL) UNTUK MENINGKATKAN KUALITAS PEMBELAJARAN IPA KELAS IV SD N SABDODADI KEYONGAN

PENINGKATAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA TENTANG OPERASI HITUNG PECAHAN MELALUI PENDIDIKAN MATEMATIKA REALISTIK

Keywords: Creative Problem Solving, process skill, Natural Science

Implementasi Model Pembelajaran... (Iqbal Wahyu Perdana) 1

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TEKNIK MAKE A MATCH

LINGKUNGAN UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN PROSES DAN HASIL BELAJAR KELAS IV SD N BALANGAN II

UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR PKn MENGGUNAKAN MODEL ACTIVE LEARNING TIPE ROLE REVERSAL QUESTION PADA SISWA KELAS V SD NEGERI 14 MUARA PANAS

UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA DENGAN MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN STUDENTS TEAMS ACHIEVEMENT DIVISION

MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENULIS TEKS BERITA SISWA KELAS VIIIA SMP NEGERI 1 CANDIPURO MENGGUNAKAN PENDEKATAN SAINTIFIK DENGAN TEKNIK MIND MAPPING

Joyful Learning Journal

ARTIKEL JURNAL. Oleh: Ahmad HeruWibowo NIM

UPAYA MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA MELALUI ALAT PERAGA BLOK PECAHAN SISWA KELAS V

UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR PECAHAN MELALUI MEDIA KARTU PECAHANDI KELAS III SD NEGERI KYAI MOJO ARTIKEL JURNAL SKRIPSI

Rahmawati et al., Metode Problem Solving...

PENGGUNAAN MODEL THINK TALK WRITE

BAB III METODELOGI PENELITIAN. dari 20 siswa laki-laki dan 22 siswa perempuan.

UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI ORGANISASI KEHIDUPAN DENGAN STRATEGI PEMBELAJARAN THINK, TALK, WRITE

PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS V PADA PEMBELAJARAN MATEMATIKA MENGGUNAKAN PENDEKATAN BRAIN BASED LEARNING DI SDN 20 KURAO PAGANG

PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS VB MELALUI PENDEKATAN PAILKEM DI SDN 29 GANTING UTARA KOTA PADANG

MENINGKATKAN KETERAMPILAN HITUNG PENJUMLAHAN PADA PELAJARAN MATEMATIKA MELALUI PERMAINAN BUJUR SANGKAR AJAIB KELAS II SD 1 PEDES ARTIKEL JURNAL

UPAYA MENINGKATKAN KEAKTIFAN DAN PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIKA SISWA MELALUI CREATIVE PROBLEM SOLVING SISWA KELAS XI-IPA1 SMA NEGERI I IMOGIRI

Keywords: TAI (Team Assisted Individualization), increase, math, learning outcomes

MENINGKATKAN PARTISIPASI DAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS V DALAM PEMBELAJARAN PKn DENGAN MODEL GROUP INVESTIGATION DI SDN 05 PADANG PASIR KOTA PADANG

PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR IPA MELALUI METODE INKUIRI TERBIMBING DI KELAS V SD NEGERI TERBAHSARI ARTIKEL SKRIPSI

PENINGKATAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA MENGGUNAKAN MEDIA TIGA DIMENSI PADA SISWA KELAS V SDN TLOGOADI

Abstrak. Kata Kunci : menyimak wawancara, model think pair share, penerapan model think pair share, peningkatan kemampuan menyimak wawancara.

PENINGKATAN KETERAMPILAN BERBICARA DENGAN MENGGUNAKAN METODE DISKUSI PADA SISWA KELAS V SDN 1 BLUNYAHAN BANTUL

PENGGUNAAN MODEL ROLE PLAYING UNTUK PENINGKATAN PEMBELAJARAN MATEMATIKA BAGI SISWA KELAS IV SDN 1 LUNDONG

PENERAPAN METODE KERJA KELOMPOK UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPA SISWA KELAS V C SD NEGERI 004 TEMBILAHAN KECAMATAN TEMBILAHAN

Pendahuluan. Wardani et all, Pendekatan Kontekstual...

PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA DI KELAS IV SD NEGERI PUCANGAN

PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE GROUP INVESTIGATION DALAM PENINGKATAN PEMBELAJARAN MATEMATIKA TENTANG PECAHAN PADA SISWA KELAS V SD

Tarmini 1 SDN Maribaya 01, Kec. Kramat, Kab. Tegal Kata Kunci: Aktivitas Siswa, Hasil Belajar, Media Gelas Fakel

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOPERATIF TIPE JIGSAW UNTUK MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA MATERI POKOK HIMPUNAN SEMESTER 1 KELAS VII MTsN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Prasiklus Jumlah siswa Presentase (%) , ,33 JUMLAH

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE SCRAMBLE DALAM PENINGKATAN KETERAMPILAN MENYUSUN KALIMAT PADA SISWA KELAS IV SDN 4 PANJER

PENERAPAN BELAJAR KELOMPOK UNTUK MENINGKATKAN MINAT DAN PRESTASI BELAJAR BAHASA INDONESIA SD NEGERI KEPEK ARTIKEL JURNAL

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA DENGAN MODEL KOOPERATIF TIPE TGT DI KELAS IV SDN PARAKSARI ARTIKEL JURNAL

Peningkatan Hasil Belajar Ipa Siswa Kelas V Dengan Menggunakan Metode Inkuiri. Zaiyasni PGSD FIP UNP Padang

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

THE APPLICATION OF ACTIVE LEARNING STRATEGY INSTANT ASSESSMENT

Program Studi Pendidikan Biologi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Riau ABSTRACT

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK PAIR SHARE UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPS SISWA SDN KEBUN BUNGA 6 BANJARMASIN

UPAYA MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA SISWA DI SD N CEPIT DENGAN MENGGUNAKAN MEDIA BENDA KONGKRIT

PENINGKATAN HASIL BELAJAR SISWA DENGAN METODE KOOPERATIF TIPE GROUP INVESTIGATION MATA PELAJARAN PKN SD KOTA TEBING TINGGI

MENINGKATKAN KEAKTIFAN DAN HASIL BELAJAR IPA SISWA MELALUI METODE PICTURE AND PICTURE PADA KONSEP DAUR HIDUP

PENERAPAN TEKNIK FORMASI REGU TEMBAK DALAM PENINGKATAN PEMBELAJARAN PECAHAN MATA PELAJARAN MATEMATIKA DI KELAS V SD

PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS PUISI MELALUI METODE SINEKTIK UNTUK SISWA KELAS V SD NEGERI JLABAN

PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA MENGGUNAKAN ALAT PERAGA TEROPONG KELAS IV SD

Penerapan Pendekatan Keterampilan Proses Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Sains Pada Siswa Kelas V SDN No. 2 Sikara Kecamatan Sindue Tobata

Kata Kunci: Model Tari Bambu, Media Kartu, Hasil Belajar PKn.

ARTIKEL PENELITIAN. Oleh RANTI EFRIZAL NPM

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

PENINGKATAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA DENGAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TEAM GAME TOURNAMENT

Peningkatan Aktifitas Belajar Siswa Melalui Model Pembelajaran Jigsaw

MENINGKATKAN KEAKTIFAN DAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS VIII SMP N 4 WONOSARI MELALUI STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISONS

PENINGKATAN KETERAMPILAN MEMBACA PERMULAAN MELALUI METODE GLOBAL PADA SISWA KELAS I SD NEGERI KAPUKANDA ARTIKEL JURNAL

PENERAPAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATERI PESAWAT SEDERHANA DI SMP

Keywords: Open Ended Learning, multimedia, mathematic

PENINGKATAN KEMAMPUAN MENGHITUNG PENJUMLAHAN MELALUI METODE DEMONSTRASI. Mubarokah

Oleh: Rahmat Yulianto, Fakultas Ilmu Pendidikan, Abstrak

PENERAPAN MODEL CIRC DENGAN MEDIA ULAR TANGGA DALAM PENINGKATAN PENYELESAIAN SOAL CERITA PADA SISWA KELAS V SDN 2 KUTOSARI TAHUN AJARAN 2015/2016

PENGGUNAAN ALAT PERAGA UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS V SD NEGERI 29 PAGARALAM TENTANG SIFAT-SIFAT BANGUN RUANG

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR PKn MENGGUNAKAN ROLE REVERSAL QUESTION SISWA KELAS V SDN MINOMARTANI 6 ARTIKEL JURNAL

Penggunaan Media Gambar PENGGUNAAN MEDIA GAMBAR UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR PADA MATA PELAJARAN IPS DI SEKOLAH DASAR

Arif Darmawan* Tarto Sentono** ABSTRAK

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK PAIR SQUARE

PENERAPAN PAIKEM PADA MATERI MENJELANG PROKLAMASI KEMERDEKAAN INDONESIA (UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR)

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD DALAM PENINGKATAN PEMBELAJARAN MATEMATIKA PADA SISWA KELAS V SEKOLAH DASAR

PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH DALAM PENINGKATAN PEMBELAJARAN MATEMATIKA TENTANG PECAHAN SISWA KELAS IV SD

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

PENDAHULUAN Pembangunan di bidang pendidikan merupakan suatu hal yang penting dalam meningkatkan mutu pendidikan untuk mewujudkan

MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA TENTANG SOAL CERITA PECAHAN PADA SISWA KELAS V SEKOLAH DASAR

PENINGKATAN HASIL BELAJAR KIMIA MELALUI PERAN TUTOR SEBAYA SISWA KELAS X.A SMA

SKRIPSI. Oleh Pretty Yudharina NIM

PENINGKATAN PARTISIPASI DAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS V SDN 15 LUBUK ALUNG MELALUI PENDEKATAN REALISTIC MATHEMATICS EDUCATION (RME)

Pendahuluan. Meris et al., Meningkatkan Kemampuan Menulis...

TAHUN AJARAN 2015/2016

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

PENERAPAN TEKNIK TWO STAY TWO STRAY DENGAN MULTIMEDIA UNTUK MENINGKATKAN PEMBELAJARAN IPS TENTANG MEMPERTAHANKAN KEMERDEKAAN INDONESIA DI KELAS V SD

PENERAPAN PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL UNTUK MENINGKATKAN SIKAP DEMOKRASI PADA MATA PELAJARAN IPS SISWA KELAS III SDNEGERI PENDOWOHARJO SLEMAN

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR EKONOMI DENGAN MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN STAD

PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR SISWA MELALUI PENGGUNAAN METODE PEMBELAJARAN GROUP INVESTIGATION ¹ ) Oleh. M. Fajar Maulana 2), Pargito 3), Darsono 4)

HALAMAN PERSETUJUAN ARTIKEL PENELITIAN

UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR PKn MELALUI MODEL PEMBELAJARAN THINK PAIR SHARE

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Fatma Kumala 1, Sehatta Saragih 2, Nahor Murani Hutapea 3 No. Hp.

MENINGKATKAN KEAKTIFAN BELAJAR BILANGAN BULAT SISWA KELAS V MELALUI MODEL PEMBELAJARAN BAMBOO DANCING. Dyah Tri Wahyuningtyas

PENERAPAN MODEL ACTIVE LEARNING PERMAINAN CARD SORT UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS IV SDN 05 METRO SELATAN

Transkripsi:

MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENYELESAIKAN SOAL CERITA MATEMATIKA SISWA KELAS V SDN MEJING 2 MELALUI MODEL PEMBELAJARAN CREATIVE PROBLEM SOLVING JURNAL SKRIPSI Diajukan kepada Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Oleh: Pretty Yudharina NIM 11108247022 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR JURUSAN PENDIDIKAN PRASEKOLAH DAN SEKOLAH DASAR FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA APRIL 2015

Meningkatkan Kemampuan Menyelesaikan... (Pretty Yudharina) 1 MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENYELESAIKAN SOAL CERITA MATEMATIKA SISWA KELAS V SD NEGERI MEJING 2 MELALUI MODEL PEMBELAJARAN CREATIVE PROBLEM SOLVING IMPROVING SKILL IN SOLVING MATHEMATIC WORD PROBLEM TO FIFTH GRADE IN SDN MEJING 2 GAMPING TROUGH CREATIVE PROBLEM SOLVING MODEL Oleh: pretty yudharina, universitas negeri yogyakarta, prettyyudharina@yahoo.co.id Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan kemampuan menyelesaikan soal cerita matematika siswa kelas V Sekolah Dasar Negeri Mejing 2, Gamping Tahun Ajaran 2014/2015 melalui model pembelajaran Creative Problem Solving. Jenis penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas. Subjek penelitian adalah siswa kelas V Sekolah Dasar Negeri Mejing 2, Gamping yang berjumlah 30 siswa, terdiri dari 9 siswa putra dan 21 siswa putri. Objek penelitian adalah kemampuan menyelesaikan soal cerita matematika. Data hasil penelitian diperoleh dari observasi dan tes hasil belajar. Data yang diperoleh dianalisis secara deskriptif kuantitatif dan deskriptif kualitatif. Adapun kriteria keberhasilan penelitian tersebut ditandai dengan perolehan nilai rata-rata kelas 65 dan minimal 75% dari jumlah siswa mencapai KKM (65).Hasil penelitian menunjukkan bahwa penggunaan model pembelajaran Creative Problem Solving dapat meningkatkan kemampuan menyelesaikan soal cerita matematika siswa kelas V SD Negeri Mejing 2, Gamping. Peningkatan kemampuan menyelesaikan soal cerita matematika ditunjukkan oleh hasil tes. Pada pratindakan terdapat 30% (9 siswa) dari jumlah 30 siswa yang mencapai KKM. Hasil tes pada siklus 1 menunjukkan ada 63,33% (19 siswa) dari jumlah siswa yang mencapai KKM, sedangkan pada siklus 2 terdapat 76,67% (23 siswa) dari jumlah siswa yang mencapai KKM. rata-rata sebelum siklus sebesar 53,67, sedangkan pada akhir siklus 1 nilai rata-rata tes sebesar 64,27, dan pada akhir siklus 2 sebesar 68,07. Kata kunci: kemampuan menyelesaikan soal cerita matematika, Creative Problem Solving Abstract This study aims to improve skill in solving mathematic word problem to fifth grade in SDN Mejing 2 Gamping trough Creative Problem Solving model. This type of research is a classroom action research. The subjects were students of fifth grade in SDN Mejing 2 Gamping, amounting to 30 students, consisting of 9 males and 21 females. The object of research is the ability to solve mathematic word problems. Data were obtained from observations and test results of learning. Data were analyzed by descriptive quantitative and qualitative descriptive. The criteria for the success of the research is characterized by the acquisition value of the average grade 65 and a minimum of 75% of the number of students reached KKM (65). The results showed that the use Creative Problem Solving learning model can improve the ability to solve math word problems fifth grade students SDN Mejing 2, Gamping. Increased ability to solve math word problems shown by the results of the test. In preaction contained 30% (9 students) of the 30 students who achieve KKM. The results of tests on cycle 1 showed no 63.33% (19 students) of the number of students who reach the KKM, while the second cycle are 76.67% (23 students) of the number of students who reach the KKM. The average value before the cycle of 53.67, whereas at the end of cycle 1 the average test score of 64.27, and at the end of cycle 2 at 68.07. Keywords: skill in solving mathematic word problem, Creative Problem Solving

2 Jurnal Pendidikan Guru Sekolah Dasar Edisi 8 Tahun ke IV Mei 2015 PENDAHULUAN Kegiatan belajar mengajar mengandung arti interaksi dari berbagai komponen seperti guru, murid, sarana dan bahan ajar lainnya yang digunakan pada saat kegiatan berlangsung. Lubis (2004: 8) menyatakan bahwa kegiatan Belajar Mengajar (KBM) merupakan kegiatan interaksi antara guru dan murid, antara siswa dengan siswa dan antara siswa dengan sumber belajar lainnya dalam satu kesatuan waktu dalam mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan. Saat ini interaksi antara guru dan murid sangat kurang. Akibatnya akan memberikan pengaruh yang tidak kondusif kepada siswa dalam proses pembelajarannya, seperti siswa menjadi tidak tertantang untuk belajar, tidak fokus pada pelajaran terkait atau bahkan terkesan mengganggu jalannya proses pembelajaran. Dalam meningkatkan mutu pendidikan diperlukan perubahan pola pikir yang akan dijadikan landasan pelaksanaan pendidikan di masa yang akan datang. Peningkatan mutu pendidikan direalisasikan melalui proses pembelajaran. Pada waktu sekarang ini masih ada proses pembelajaran yang hanya terfokus pada guru, dan kurang terfokus pada siswa. Akibatnya kegiatan belajar mengajar lebih menekankan pada pengajaran bukan pada pembelajaran. Kegiatan pengajaran lebih berpihak pada kepentingan orang yang mengajar (guru), sedang kegiatan pembelajaran lebih berpihak pada orang yang belajar (siswa). Agar proses pembelajaran yang terjadi dapat berlangsung efektif maka seorang guru harus dapat mengemban tugasnya dengan baik sebagai pendidik. Kegiatan pembelajaran tidak hanya menerima informasi dari guru, tetapi mengolah informasi sebagai masukan dalam meningkatkan kemampuan. Namun, guru selama ini mengajarkan matematika dengan hanya menggunakan metode ceramah saja dan belum menggunakan metode mangajar yang bervariasi sehingga siswa kurang dapat memahami pembelajaran matematika dengan baik. Pada pembelajaran matematika tentunya siswa tidak hanya diajarkan dengan ceramah saja, melainkan siswa bisa memahami materi dengan baik yaitu dengan cara pengalaman langsung dan dapat menemukan sendiri pemecahan masalah yang ada dengan pengetahuan dan pengalaman dalam kehidupan sehari-hari siswa. Katagiri (Marsigit, 2009: 3) mengatakan bahwa berpikir matematika meliputi 3 aspek yaitu, sikap matematika, metode memikirkan matematika dan konten matematika. Sikap matematika adalah sikap yang ditunjukkan dengan adanya rasa senang untuk mempelajari matematika, sikap yang mendukung untuk mempelajari matematika, pengetahuan yang cukup untuk mempelajari matematika, rasa ingin tahu, kemauan untuk bertanya, dan kemauan untuk memperoleh keterampilan dan pengalaman matematika. Namun, pada kenyataannya siswa menganggap bahwa matematika sulit untuk dipelajari. Tentu saja hal ini akan mempengaruhi prestasi belajar matematika menjadi rendah. Kenyataan seperti ini sangat memprihatinkan mengingat

Meningkatkan Kemampuan Menyelesaikan... (Pretty Yudharina) 3 matematika sangat berpengaruh untuk memecahkan masalah di kehidupan sehari-hari. Pitadjeng (2006: 1) menyatakan bahwa banyak orang tidak menyukai matematika termasuk siswa-siswa yang masih duduk di bangku SD/MI. Kemampuan menyelesaikan soal cerita matematika juga merupakan salah satu kemampuan matematik yang juga harus dimiliki seorang siswa. Kemampuan menyelesaikan soal cerita dapat memberikan manfaat bagi siswa yaitu siswa mengetahui apa kegunaan dari pokok bahasan yang telah dipelajari. Selain itu, kemampuan siswa dalam mengambil suatu keputusan merupakan manfaat lain yang dapat diperoleh dari kemampuan menyelesaikan soal cerita. Berdasarkan data yang didapatkan dari siswa kelas V SD Negeri Mejing 2, sebanyak 7 siswa dari 30 siswa yang mampu menyelesaikan soal cerita matematika dengan baik. Itu berarti kemampuan menyelesaikan soal cerita matematika siswa kelas V SD Negeri Mejing 2 masih rendah. Kesulitan dalam menyelesaikan soal cerita merupakan suatu masalah yang perlu ditangani pemecahannya. Dengan masalah ini dikhawatirkan akan mengakibatkan siswa kurang memahami permasalahan-permasalahan dalam kehidupan sehari-hari yang berhubungan dengan matematika. Berbagai permasalahan di atas memerlukan solusi dan penanganan yang tepat agar pembelajaran dapat berlangsung dengan baik. Salah satu langkah yang diambil adalah menggunakan model pembelajaran Creative Problem Solving. Model pembelajaran berbasis Creative Problem Solving merupakan model pembelajaran yang memusatkan pada pengajaran dan keterampilan pemecahan masalah yang diikuti dengan penguatan keterampilan. Ketika dihadapkan dengan suatu masalah, siswa dapat melakukan keterampilan memecahkan masalah untuk memilih dan mengembangkan tanggapannya. Mengingat kemampuan menyelesaikan soal cerita matematika siswa kelas V SD Negeri Mejing 2 rendah, maka peneliti bermaksud menggunakan model pembelajaran Creative Problem Solving (CPS) untuk meningkatkan kemampuan menyelesaikan soal cerita siswa kelas V SD Negeri Mejing 2 Gamping. METODE PENELITIAN Jenis penelitian yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas atau Classroom Action Research (CAR). Menurut Suharsimi Arikunto (2006 : 91), Penelitian ini merupakan penelitian yang dilaksanakan secara kolaboratif. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilaksanakan di SD Negeri Mejing 2 Gamping. Penelitian ini dilaksanakan mulai bulan September tahun 2014. Subjek dan Objek Penelitian Subjek penelitian ini adalah siswa kelas V SD Negeri Mejing 2 tahun pelajaran 2014/2015 sebanyak siswa 30 anak dengan pertimbangan bahwa kemampuan menyelesaikan soal cerita matematika rendah dan guru kelas V SD Negeri Mejing 2. Objek Penelitian ini ialah kemampuan

4 Jurnal Pendidikan Guru Sekolah Dasar Edisi 8 Tahun ke IV Mei 2015 siswa dalam menyelesaikan soal cerita matematika. Teknik Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data pada penelitian ini dengan menggunakan tes dan observasi. Teknik Analisis Data Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis data deskriptif kuantitatif. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian Siklus I 1. Pertemuan 1 a) Kegiatan Awal Kegiatan awal berisi tentang kegiatan rutin seperti pembukaan (salam), berdoa, mengecek kehadiran siswa, tes penjajagan, acuan, dan apersepsi. b) Kegiatan Inti Langkah pertama yaitu penyajian materi. Guru membagikan LKS kepada setiap kelompok siswa, untuk kemudian dipelajari oleh setiap kelompok. Kemudian siswa mendengarkan penjelasan dari guru permasalahan untuk dibahas bersama kelompoknya. Setelah itu siswa dalam kelompok mengerjakan LKS secara individu (tahap klarifikasi masalah). Langkah selanjutnya adalah Dalam kelompok siswa bebas mengungkapkan pendapat masingmasing dalam menyelesaikan soal cerita dan mendiskusikannya (tahap pengungkapan pendapat). Setelah siswa bersama kelompoknya mendiskusikan jawaban, kemudian menentukan alternatif jawaban yang tepat untuk menyelesaikan permasalahan (tahap evaluasi dan pemilihan). Setelah alternatif jawaban ditentukan, setiap kelompok memilih cara yang akan digunakan untuk menyelesaikan soal cerita (tahap implementasi). c) Kegiatan Akhir Adapun kegiatan yang dilakukan adalah guru menanyakan hal-hal yang belum jelas, menyimpulkan materi pembelajaran. 2. Pertemuan 2 a) Kegiatan Awal Kegiatan awal berisi beberapa kegiatan rutin seperti pembukaan (salam), berdoa, dan mengecek kehadiran siswa, tes penjajagan, acuan dan apersepsi. b) Kegiatan Inti Langkah pertama yaitu penyajian materi. Pada kegiatan ini,siswa diberikan masalah nyata tentang jarak yang ditempuh suatu benda. Langkah selanjutnya siswa berkelompok secara heterogen. Setiap kelompok beranggotakan 6 siswa. Pada siswa kelas V, karena jumlahnya ada 30 siswa sehingga terbentuk menjadi 5 kelompok dengan setiap kelompok beranggotakan 6 siswa. Guru membagikan LKS kepada setiap kelompok siswa, untuk kemudian dipelajari oleh setiap kelompok. Kemudian siswa mendengarkan

Meningkatkan Kemampuan Menyelesaikan... (Pretty Yudharina) 5 penjelasan dari guru permasalahan untuk dibahas bersama kelompoknya. Setelah itu siswa dalam kelompok mengerjakan LKS secara individu (tahap klarifikasi masalah). Langkah selanjutnya adalah Dalam kelompok siswa bebas mengungkapkan pendapat masingmasing dalam menyelesaikan soal cerita dan mendiskusikannya (tahap pengungkapan pendapat). Setelah siswa bersama kelompoknya mendiskusikan jawaban, kemudian menentukan alternatif jawaban yang tepat untuk menyelesaikan permasalahan (tahap evaluasi dan pemilihan). Setelah alternatif jawaban ditentukan, setiap kelompok memilih cara yang akan digunakan untuk menyelesaikan soal cerita (tahap implementasi). c) Kegiatan Akhir Pada kegiatan akhir ini, siswa juga diberi soal evaluasi. Berdasarkan data hasil penelitian siklus I yang disajikan dalam tabel di atas, nilai tertinggi siswa 86 dan nilai terendah 30. Dengan nilai rata-rata kelas hanya mencapai 64,27 pada rentang nilai 0-100. Perbandingan nilai prasiklus dengan siklus I dapat dilihat pada tabel berikut ini: Aspek yang diamati Prasiklus Siklus I Tertinggi 85 90 Terendah 26 40 Rata-rata 53,23 64,27 Persentase 30% 63,33% siswa tuntas Persentase siswa belum tuntas 70% 36,67% 100 80 60 40 20 0 90 85 Tertinggi Terendah Rata-rata Gambar Diagram Perbandingan Prasiklus dengan Siklus 1 Dari data di atas dapat disimpulkan bahwa, antara nilai siswa pada prasiklus yang belum dikenai tindakan dengan siklus I yang telah dikenai tindakan mengalami kenaikan. rata-rata kelas pada saat prasiklus 53,23. Sedangkan pada saat siklus I mencapai 64,27. Evaluasi a. Pelaksanaan Observasi Dalam tahap ini dilaksanakan pemantauan terhadap pelaksanaan pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran Creative Problem Solving yang dilaksanakan dengan menggunakan alat bantu berupa lembar observasi. 26 40 64,27 53,23 Prasiklus Siklus 1

6 Jurnal Pendidikan Guru Sekolah Dasar Edisi 8 Tahun ke IV Mei 2015 b. Refleksi Berdasarkan hasil refleksi pada pertemuan pertama dan kedua siklus I, maka dapat diambil kesimpulan bahwa kekurangan-kekurangan yang muncul pada siklus I adalah sebagai berikut. 1) Selama diskusi siswa masih kesulitan mengungkapkan pendapat, atau hasil pemikiran mereka. Siswa masih cenderung malu dan takut untuk berbicara. 2) Pada kegiatan diskusi tidak semua anggota kelompok bekerja dengan baik. Ada siswa yang hanya diam dan melihat teman mereka bekerja, siswa tersebut belum tertarik untuk ikut berdiskusi dengan kelompoknya. 3) Masih ada siswa yang belum berani bertanya, mempresentasikan jawaban di depan kelas, maupun berkomentar terhadap pekerjaan teman atau kelompok lain. 4) Ada beberapa siswa yang kurang memahami materi yang sedang disampaikan oleh guru. 5) Terdapat beberapa siswa yang bermain sendiri bahkan mengganggu temannya. Berikut adalah rencana perbaikan yang akan dilaksanakan di siklus selanjutnya yaitu siklus II. 1) Saat diskusi seluruh siswa dimotivasi agar tidak takut dalam menggungkapkan pendapat. Siswa juga diberi pengertian bahwa jika pendapat yang mereka sampaikan kurang tepat tidak masalah, nanti akan diperbaiki oleh teman atau guru. 2) Kegiatan diskusi atau pengerjaan LKS dibuat kompetisi. Apabila terdapat kelompok yang selesai lebih dahulu dan jawaban benar akan diberikan penghargaan. 3) Seluruh siswa diminta untuk memperhatikan penjelasan guru, apabila terdapat siswa yang belum memperhatikan maka penjelasaannya tidak dilanjutkan. 4) Pada awal pembelajaran siswa diingatkan untuk tidak menyibukkan diri sendiri atau mengganggu temannya saat pembelajaran, apabila masih dilakukan,siswa akan mendapatkan sanksi yaitu pengurangan nilai. B.Hasil Penelitian Siklus I1 1. Perencanaan Tindakan Data yang diperoleh pada siklus I dijadikan sebagai acuan dalam melaksanakan tindakan pada siklus II, dengan tujuan agar diperoleh suatu peningkatan kemampuan menyelesaikan soal cerita matematika dengan menggunakan model pembelajaran Creative Problem Solving.

Meningkatkan Kemampuan Menyelesaikan... (Pretty Yudharina) 7 Pada tahap perencanaan, peneliti menyusun rencana tindakan yang dilaksanakanya itu sebagai berikut: a) Menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) b) Membuat media slide yang akan digunakan dalam pembelajaran dengan lebih menarik dan jelas. c) Menyusun lembar observasi yang di dalamnya menyangkut kegiatan guru dan siswa pada proses pembelajaran. d) Menyusun LKS (LembarKerjaSiswa) yang lebih lengkap dan soal-soal evaluasi. 2. PelaksanaanTindakan a. Pertemuan 1 1) KegiatanAwal Kegiatan awal berisi tentang kegiatan rutin seperti pembukaan (salam), berdoa, mengecek kehadiran siswa, tes penjajagan, acuan, dan apersepsi. 2) KegiatanInti Langkah pertama yaitu penyajian materi. Siswa diberikan penjelasan oleh guru tentang kecepatan dengan menggunakan media slide power point. Pada awal pembelajaran siswa diingatkan untuk tidak menyibukkan diri sendiri atau mengganggu temannya saat pembelajaran, apabila masih dilakukan, siswa akan mendapatkan sanksi yaitu pengurangan nilai. Seluruh siswa diminta untuk memperhatikan penjelasan guru, apabila terdapat siswa yang belum memperhatikan maka penjelasaannya tidak dilanjutkan. Kemudian siswa mendengarkan penjelasan dari guru permasalahan untuk dibahas bersama kelompoknya. Setelah itu siswa dalam kelompok mengerjakan LKS secara individu. Guru memberi penjelasan bahwa dalam mengerjakan LKS adalah kompetisi, kelompok yang berhasil menyelesaikan LKS terlebih dahulu diberi penghargaan (tahap klarifikasi masalah). Langkah selanjutnya adalah dalam kelompok siswa bebas mengungkapkan pendapat masing-masing dalam menyelesaikan soal cerita dan mendiskusikannya. Guru memotivasi siswa agar jangan malu dalam mengungkapkan pendapat, apabila jawaban kurang tepat maka akan diperbaiki oleh guru atau temannya. Guru memberikan bimbinganbimbingan dan bantuan kepada kelompok atau siswa yang mengalami kesulitan (tahap pengungkapan pendapat). Setelah siswa bersama kelompoknya mendiskusikan jawaban, kemudian menentukan alternatif jawaban yang tepat untuk menyelesaikan permasalahan (tahap evaluasi dan pemilihan). Setelah alternatif jawaban ditentukan, setiap kelompok memilih cara yang akan digunakan untuk

8 Jurnal Pendidikan Guru Sekolah Dasar Edisi 8 Tahun ke IV Mei 2015 menyelesaikan soal cerita (tahap implementasi). 3) Kegiatan Akhir Adapun kegiatan yang dilakukan adalah guru menanyakan hal-hal yang belum jelas, menyimpulkan materi pembelajaran. b. Pertemuan 2 1) Kegiatan Awal Kegiatan awal berisi pembukaan (salam), berdoa, dan mengecek kehadiran siswa, tes penjajagan, acuan dan apersepsi. 2) Kegiatan Inti Pada kegiatan ini, siswa melaksanakan langkah-langkah pembelajaran model pembelajaran Creative Problem Solving sebagai implementasi skenario pembelajaran. Langkah pertama yaitu penyajian materi. Siswa diberikan penjelasan oleh guru tentang kecepatan dengan menggunakan media slide power point. Pada awal pembelajaran siswa diingatkan untuk tidak menyibukkan diri sendiri atau mengganggu temannya saat pembelajaran, apabila masih dilakukan, siswa akan mendapatkan sanksi yaitu pengurangan nilai. Seluruh siswa diminta untuk memperhatikan penjelasan guru, apabila terdapat siswa yang belum memperhatikan maka penjelasaannya tidak dilanjutkan. Guru membagikan LKS kepada setiap kelompok siswa, untuk kemudian dipelajari oleh setiap kelompok. Setelah itu siswa dalam kelompok mengerjakan LKS secara individu. Guru memberi penjelasan bahwa dalam mengerjakan LKS adalah kompetisi, kelompok yang berhasil menyelesaikan LKS terlebih dahulu diberi penghargaan (tahap klarifikasi masalah). Langkah selanjutnya adalah Dalam kelompok siswa bebas mengungkapkan pendapat masing-masing dalam menyelesaikan soal cerita dan mendiskusikannya. Guru memotivasi siswa agar jangan malu dalam mengungkapkan pendapat, apabila jawaban kurang tepat maka akan diperbaiki oleh guru atau temannya. Guru memberikan bimbinganbimbingan dan bantuan kepada kelompok atau siswa yang mengalami kesulitan (tahap pengungkapan pendapat). Setelah siswa bersama kelompoknya mendiskusikan jawaban, kemudian menentukan alternatif jawaban yang tepat untuk menyelesaikan permasalahan (tahap evaluasi dan pemilihan). Setelah alternatif jawaban ditentukan, setiap kelompok memilih cara yang akan digunakan untuk menyelesaikan soal cerita (tahap implementasi).

Meningkatkan Kemampuan Menyelesaikan... (Pretty Yudharina) 9 3) KegiatanAkhir Aspek yang diamati Tertinggi Terendah Ratarata Persentase siswa tuntas Persentase siswa belum tuntas Pada kegiatan akhir ini, siswa juga diberi soal evaluasi untuk dikerjakan Berdasarkan data hasil penelitian siklus II yang disajikan dalam tabel di atas, nilai tertinggi siswa 96 dan nilai terendah 46. Dengan nilai ratarata kelas hanya mencapai 68,07 pada rentang nilai 0-100. Persentase siswa yang tuntas adalah 76,67% dan persentase siswa yang belum tuntas adalah 23,33%. Perbandingan nilai prasiklus, siklus I dan siklus II dapat dilihat pada tabel berikut ini: Prasiklus Siklus I Siklus II 85 90 96 26 40 46 53,23 64,27 68,07 30% 63,33% 76,67% 70% 36,67% 23,33% 100 80 60 40 20 0 Gambar Diagram Perbandingan Hasil Penelitian Dari data diatas dapat disimpulkan bahwa, antara nilai siswa pada prasiklus yang belum dikenai tindakan dengan siklus I yang telah dikenai tindakan mengalami kenaikan. rata-rata kelas pada saat prasiklus 53, 23,sedangkan pada saat siklus I mencapai 63,83. Selain itu juga, dari data di atas disimpulkan bahwa nilai siswa pada siklus II mengalami kenaikan bila dibandingkan dengan nilai siswa pada siklus I. rata-rata kelas pada siklus I yaitu 63,83, sedangkan nilai rata-rata kelas pada siklus II yaitu 68,07. Hasil penelitian pada siklus II sudah memenuhi kriteria keberhasilan penelitian yaitu nilai rata-rata kelas minimal 65 pada rentang nilai 0-100. Pembahasan 85 90 53,23 26 96 64,27 68,07 40 46 Prasiklus Siklus 1 Siklus 2 Tertinggi Terendah Rata_rata Penelitian ini merupakan penelitian tentang penggunaan model pembelajaran Creative Problem Solving untuk meningkatkan kemampuan menyelesaikan soal cerita matematika siswa kelas V SD N Mejing 2 Gamping tahun 2014/2015. Kemampuan menyelesaikan soal cerita matematika dengan model pembelajaran

10 Jurnal Pendidikan Guru Sekolah Dasar Edisi 8 Tahun ke IV Mei 2015 Creative Problem Solving pada siswa kelas V mengalami peningkatan yang cukup baik, yaitu pada siklus 1 nilai rata-rata siswa mencapai 63,83 dan pada siklus 2 mengalami peningkatan menjadi 68,07. Diperolehnya hasil di atas dimungkinkan karena dalam pembelajaran menggunakan model CPS, siswa berperan aktif dalam proses pembelajaran dan secara kreatif berusaha menemukan solusi dari permasalahan yang diajukan, saling berinteraksi dengan teman maupun guru, saling bertukar pikiran, sehingga wawasan dan daya pikir mereka berkembang. Hal ini akan banyak membantu siswa dalam meningkatkan kemampuan pemecahan masalah, sehingga ketika mereka dihadapkan dengan suatu pertanyaan, mereka dapat melakukan keterampilan memecahkan masalah untuk memilih dan mengembangkan tanggapannya tidak hanya dengan cara menghafal tanpa memperdalam dan memperluas pemikirannya. Kondisi ini didorong oleh suasana pada pembelajaran model CPS yang menuntut siswa untuk selalu aktif selama pembelajaran berlangsung, yaitu aktif untuk menemukan solusi dari masalah secara kreatif, juga aktif berinteraksi dengan siswa lain melalui kegiatan diskusi kelompok maupun diskusi kelas serta presentasi di depan kelas. Selama pembelajaran berlangsung guru bertindak sebagai fasilitator dan motivator, disamping memberikan kemudahan (fasilitas) belajar kepada siswa dan siswa berinteraksi dengan sumber-sumber belajar yang dapat mempermudah proses belajarnya. Jadi dalam pembelajaran dengan model CPS, aktivitas siswa mendominasi proses pembelajaran, atau dengan kata lain pembelajaran berpusat pada siswa. Hal ini selaras dengan saran Nasution (1995: 23) bahwa pengajaran modern hendaknya mengutamakan aktivitas siswa. Demikian pula teori belajar Bruner, yang menyatakan bahwa pembelajaran adalah siswa belajar melalui keterlibatan aktif dengan konsep dan prinsip-prinsip dalam memecahkan masalah, dan guru berfungsi sebagai motivator bagi siswa dalam mendapatkan pengalaman yang memungkinkan siswa menemukan dan memecahkan masalah. Hal tersebut relevan dengan penjabaran implikasi teori kognitif Piaget yang antara lain menyatakan bahwa dalam pembelajaran memusatkan perhatian kepada berpikir atau proses mental peserta didik, mengutamakan peran peserta didik dalam berinisiatif sendiri dan keterlibatan aktif dalam kegiatan belajar mengajar (Hidayat, 2005: 7). Pelaksanaan tindakan pada penelitian ini dilaksanakan dalam 2 siklus dan masing-masing siklus terdiri dari 2 pertemuan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kegiatan pembelajaran sudah berjalan dengan baik dan sesuai dengan indikator kinerja yang telah ditentukan. Pada siklus I, siswa sudah melaksanakan model pembelajaran Creative Problem Solving dengan baik. Hal itu dapat dibuktikan dengan hasil belajar siswa pada siklus I yang mendapatkan nilai rata-rata 64,27 yang termasuk dalam kategori baik, meskipun belum memenuhi kriteria ketuntasan minimal yaitu 65. Berdasarkan data-data tersebut, peneliti menyimpulkan bahwa pelaksanaan pembelajaran

Meningkatkan Kemampuan Menyelesaikan... (Pretty Yudharina) 11 pada siklus I masih belum berhasil. Untuk itu peneliti dan observer melaksanakan tindakan pada siklus berikutnya dengan melakukan refleksi, kekurangan-kekurangan yang muncul pada siklus I akan diperbaiki pada siklus berikutnya yaitu siklus II. Pada siklus II, hasil belajar siswa dalam pembelajaran dengan model pembelajaran Creative Problem Solving berjalan dengan sangat baik. Hal itu dapat dibuktikan pada siklus II hasil belajar siswa mengalami peningkatan yaitu mencapai 68,07 yang termasuk dalam kategori sangat baik karena sudah memenuhi kriteria ketuntasan minimal. Berdasarkan data-data tersebut, peneliti menyimpulkan bahwa pelaksanaan pembelajaran pada siklus II sudah dikatakan berhasil. Oleh karena itu peneliti menyudahi pelaksanaan tindakan hanya sampai pada siklus II. Secara keseluruhan peningkatan kemampuan menyelesaikan soal cerita matematika siswa kelas V SD Negeri Mejing 2 melalui model pembelajaran Creative Problem Solving telah mencapai titik keberhasilan. Keberhasilan pembelajaran Matematika siswa kelas V SD Negeri Mejing 2 ditandai dengan adanya peningkatan dan perubahan pada setiap siklus, Asrori (2009: 23) menyatakan bahwa pembelajaran merupakan suatu proses perubahan tingkah laku yang diperoleh melalui pengalaman individu yang bersangkutan. Dengan adanya pelaksanaan pembelajaran yang diberikan oleh guru, artinya guru telah memberikan pengalaman belajar langsung kepada setiap siswa. KESIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran Creative Problem Solving dapat meningkatkan kemampuan menyelesaikan soal cerita matematika siswa kelas V SD Negeri Mejing 2, Gamping, Sleman. Peningkatan kemampuan menyelesaikan soal cerita tersebut dapat dilihat dari hasil tes. Pada pretes terdapat 30% (9 siswa) dari jumlah 30 siswa yang mencapai KKM. Hasil tes pada siklus 1 menunjukkan ada 63,33% (19 siswa) dari jumlah siswa yang mencapai KKM, sedangkan pada siklus 2 terdapat 76,67% (23 siswa) dari jumlah siswa yang mencapai KKM. ratarata sebelum siklus sebesar 53,67, sedangkan pada akhir siklus 1 nilai rata-rata tes sebesar 64,27, dan pada akhir siklus 2 sebesar 68,07. DAFTAR PUSTAKA Asrori, H. M. (2009). Penelitian Tindakan Kelas Peningkatan Kompetensi Profesional Guru. Yogyakarta: Multi Press Marsigit. (2009). Pembudayaan Matematika di Sekolah Untuk Mencapai Keunggulan Bangsa. Diperoleh dari http://staff.uny.ac.id/marsigit_makalah _Membudayakan_Matematika_Semnas _Matematika Desember_2009.pdf Suharsimi Arikunto. (2010). Penelitian Tindakan Kelas.Jakarta: PT Bumi Aksara