KARAKTERISASI PLASMA NUTFAH KAMBING LOKAL SECARA EX-SITU

dokumen-dokumen yang mirip
POTENSI KERAGAMAN SUMBERDAYA GENETIK KAMBING LOKAL INDONESIA

PERTUMBUHAN ANAK KAMBING KOSTA SELAMA PERIODE PRASAPIH PADA INDUK YANG BERUMUR LEBIH DARI 4 TAHUN

TINJAUAN PUSTAKA. sangat populer di kalangan petani di Indonesia. Devendra dan Burn (1994)

Petunjuk Teknis POTENSI PLASMA NUTFAH KAMBING LOKAL INDONESIA

PENDAHULUAN. Latar Belakang. Kambing merupakan hewan-hewan pertama yang didomestikasi. oleh manusia. Diperkirakan pada mulanya pemburu-pemburu membawa

FLUKTUASI BOBOT HIDUP KAMBING KACANG INDUK YANG DIKAWINKAN DENGAN PEJANTAN BOER DARI KAWIN SAMPAI ANAK LEPAS SAPIH

PENAMPILAN REPRODUKSI KAMBING INDUK: BOER, KACANG DAN KACANG YANG DISILANGKAN DENGAN PEJANTAN BOER

KARAKTERISASI SIFAT-SIFAT KUANTITATIF KAMBING KOSTA JANTAN DI KABUPATEN PANDEGLANG PROVINSI BANTEN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kambing Ettawa (asal india) dengan Kambing Kacang yang telah terjadi beberapa

Fahrul Ilham ABSTRAK PENDAHULUAN

TERNAK KAMBING 1. PENDAHULUAN 2. BIBIT

KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 359/Kpts/PK.040/6/2015 TENTANG PENETAPAN RUMPUN KAMBING SABURAI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kambing Kacang merupakan kambing asli Indonesia dengan populasi yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kambing Kacang dengan kambing Ettawa. Kambing Jawarandu merupakan hasil

Potensi dan Keragaman Karakter Kambing Kacang, Peranakan Ettawa (PE) dan Gembrong di Bali

KARAKTERISTIK MORFOLOGI KAMBING PE DI DUA LOKASI SUMBER BIBIT

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Bahan dan Alat Pendataan dan Identifikasi Domba Penelitian

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Persebaran Kambing Peranakan Ettawah (PE) galur lainnya dan merupakan sumber daya genetik lokal Jawa Tengah yang perlu

PRODUKTIVITAS KAMBING KACANG PADA KONDISI DI KANDANGKAN: 1. BOBOT LAHIR, BOBOT SAPIH, JUMLAH ANAK SEKELAHIRAN DAN DAYA HIDUP ANAK PRASAPIH

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 07/Permentan/OT.140/1/2008 TANGGAL : 30 Januari 2008

MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA. KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1055/Kpts/SR.120/10/2014 TENTANG

REPRODUKSI AWAL KAMBING KACANG DAN BOERKA-1 DI LOKA PENELITIAN KAMBING POTONG

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. merupakan kambing tipe dwiguna yaitu sebagai penghasil daging dan susu (tipe

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kambing merupakan salah satu jenis ternak ruminansia kecil yang telah

Bibit kerbau Bagian 3 : Sumbawa

KARAKTERISASI MORFOLOGI DOMBA ADU

TEKNIK PEMILIHAN BIBIT KAMBING DAN DOMBA

KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR 2389/Kpts/LB.430/8/2012 TENTANG PENETAPAN RUMPUN DOMBA SAPUDI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERTANIAN,

III BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Ternak yang digunakan dalam penelitian ini adalah kerbau lokal betina

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kambing Boer berasal dari Afrika Selatan dan telah menjadi ternak yang terregistrasi

II. TINJAUAN PUSTAKA

KARAKTERISASI MORFOMETRIK DAN ANALISIS FILOGENI PADA ENAM SUB POPULASI KAMBING LOKAL INDONESIA

PENDAHULUAN. potensi besar dalam memenuhi kebutuhan protein hewani bagi manusia, dan

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kambing merupakan mamalia yang termasuk Ordo Artiodactyla, Subordo

KARAKTERISTIK RUMPUN DOMBA PALU DI WILAYAH LEMBAH PALU SULAWESI TENGAH (Characteristic of Palu Sheep Family In Palu Valley Region Central Sulawesi)

II KAJIAN KEPUSTAKAAN. karena karakteristiknya, seperti tingkat pertumbuhan cepat dan kualitas daging cukup

SIFAT-SIFAT KUANTITATIF KAMBING KACANG BETINA SEBAGAI SUMBER BIBIT DI KECAMATAN LEMAHSUGIH KABUPATEN MAJALENGKA

I. PENDAHULUAN. potensi alam didalamnya sejak dahulu kala. Beragam sumber daya genetik hewan

Bibit sapi potong - Bagian 3 : Aceh

Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner 2005

KARAKTERISTIK MORFOLOGIK KAMBING SPESIFIK LOKAL DI KABUPATEN SAMOSIR SUMATERA UTARA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kambing Boer berasal dari Afrika Selatan, yang merupakan hasil persilangan

BUPATI BADUNG PERATURAN BUPATI BADUNG NOMOR 62 TAHUN 2012 TENTANG TATA CARA PENGELUARAN BIBIT SAPI BALI SENTRA TERNAK SOBANGAN

PERFORMANS DAN KARAKTERISTIK AYAM NUNUKAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. nutfah (Batubara dkk., 2014). Sebagian dari peternak menjadikan kambing

KARAKTERISTIK PRODUKTIVITAS KAMBING PERANAKAN ETAWAH

Bibit sapi potong Bagian 7 : Sumba Ongole

TINJAUAN PUSTAKA Klasifkasi Kambing

KARAKTERISTIK MORFOLOGI DAN PRODUKSI KAMBING BOER, KACANG DAN PERSILANGANNYA PADA UMUR 0 3 BULAN (PRASAPIH)

MATERI DAN METODE. Lokasi dan Waktu

BAB III MATERI DAN METODE sampai 5 Januari Penelitian ini dilakukan dengan metode survei, meliputi

Karakteristik Sifat Kualitatif Domba Di Ex Upt Pir Nak Barumun Kecamatan Aek Nabara Barumun Kabupaten Padanglawas. Aisyah Nurmi

IDENTIFIKASI SIFAT-SIFAT KUALITATIF DAN UKURAN TUBUH PADA ITIK TEGAL, ITIK MAGELANG, DAN ITIK DAMIAKING

KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR 2841/Kpts/LB.430/8/2012 TENTANG PENETAPAN RUMPUN SAPI PERANAKAN ONGOLE DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Bibit sapi Bali SNI 7355:2008

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PENETAPAN RUMPUN KAMBING MARICA SEBAGAI PLASMA NUTFAH KAMBING LOKAL ASLI SULAWESI SELATAN Oleh : M. Nuryadi

Grade Kambing Peranakan Ettawa pada Kondisi Wilayah yang Berbeda

Bibit sapi potong Bagian 1: Brahman Indonesia

SNI 7325:2008. Standar Nasional Indonesia. Bibit kambing peranakan Ettawa (PE)

TINJAUAN PUSTAKA. yang berasal dari pulau Bali. Asal usul sapi Bali ini adalah banteng ( Bos

I. PENDAHULUAN. penting di berbagai agri-ekosistem. Hal ini dikarenakan kambing memiliki

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Domba Ekor Gemuk yang secara turun-temurun dikembangkan masyarakat di

II. TINJAUAN PUSTAKA. (Chen et al., 2005). Bukti arkeologi menemukan bahwa kambing merupakan

PERFORMA TURUNAN DOMBA EKOR GEMUK PALU PRASAPIH DALAM UPAYA KONSERVASI PLASMA NUTFAH SULAWESI TENGAH. Yohan Rusiyantono, Awaludin dan Rusdin ABSTRAK

POLA PERTUMBUHAN BOBOT BADAN KAMBING KACANG BETINA DI KABUPATEN GROBOGAN (Growth Pattern of Body Weight of Female Kacang Goats in Grobogan Regency)

LAPORAN SEMENTARA ILMU PRODUKSI TERNAK POTONG PENGENALAN BANGSA-BANGSA TERNAK

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Sapi termasuk dalam genus Bos yaitu dalam Bos taurus dan Bos indicus.

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kambing merupakan mamalia yang termasuk dalam ordo artiodactyla, sub ordo

BIRTH WEIGHT, WEANING WEIGHT AND LINEAR BODY MEASUREMENT OF ONGOLE CROSSED CATTLE AT TWO GROUP PARITIES ABSTRACT

TERNAK KELINCI. Jenis kelinci budidaya

PENGANTAR. Latar Belakang. khususnya masyarakat pedesaan. Kambing mampu berkembang dan bertahan

PENDAHULUAN. sapi Jebres, sapi pesisir, sapi peranakan ongole, dan sapi Pasundan.

MATERI DAN METODE. Materi

I. PENDAHULUAN. Provinsi Lampung merupakan salah satu daerah yang memiliki potensi untuk

I PENDAHULUAN. Salah satu sumber daya genetik asli Indonesia adalah domba Garut, domba

Bibit sapi peranakan Ongole (PO)

PENDAHULUAN. Latar Belakang. Usaha diversifikasi pangan dengan memanfaatkan daging kambing

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian mengenai hubungan antara ukuran-ukuran tubuh dengan bobot

I PENDAHULUAN. pedesaan salah satunya usaha ternak sapi potong. Sebagian besar sapi potong

Bibit sapi potong Bagian 6: Pesisir

PENDAHULUAN. prolifik (dapat beranak lebih dari satu ekor dalam satu siklus kelahiran) dan

TINJAUAN PUSTAKA. Rataan sifat-sifat kuantitatif domba Priangan menurut hasil penelitian Heriyadi et al. (2002) terdapat pada Tabel 1.

Bibit sapi potong - Bagian 4 : Bali

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kambing Boerawa merupakan hasil persilangan antara kambing Boer jantan

TINJAUAN PUSTAKA Domba Lokal Domba Ekor Tipis

HASIL DAN PEMBAHASAN. Kawasan Usaha Peternakan (KUNAK) Sapi Perah berada di Kecamatan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Flemish giant dan belgian hare dan berasal dari Amerika. Kelinci ini mempunyai

TINJAUAN PUSTAKA. menurut Pane (1991) meliputi bobot badan kg, panjang badan

I. PENDAHULUAN. Kambing merupakan salah satu ternak yang banyak dipelihara dan dikembang

TINJAUAN PUSTAKA. Sapi Bali

PENDAHULUAN Latar Belakang

TINJAUAN PUSTAKA Asal Usul dan Klasifikasi Domba Bangsa Domba di Indonesia

LAJU PERTUMBUHAN PRASAPIH DAN SAPIH KAMBING BOER, KACANG DAN BOERKA-1

BAB III MATERI DAN METODE. Kambing PE CV. Indonesia Multi Indah Farm Desa Sukoharjo Kecamatan

MATERI DAN METODE. Materi

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

TINJAUAN PUSTAKA Peternakan Sapi Potong di Indonesia

Bibit domba Garut SNI 7532:2009

TINJAUAN PUSTAKA. penting diberbagai agro-ekosistem, karena memiliki kapasitas adaptasi yang

Transkripsi:

ROPOSAL USULAN KEGIATAN TAHUN ANGGARAN 2012 Judul RPTP : KARAKTERISASI PLASMA NUTFAH KAMBING LOKAL SECARA EX-SITU I. KETERANGAN UMUM 1. PROGRAM IPTEK (Sektor 16) 1.01 x 1.01 Gen 1.01 Kom. 1.01 1.01 1.01 1.01 2. NOMOR PUNAS RISTEK : 0 1 0 3 0 1 0 3 3.NAMA LEMBAGA : Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 4. NAMA UNIT ORGANISAS : Pusat Penelitian dan Pengembangan Peternakan 5. NAMA SATKER : Loka Penelitian Kambing Potong Sei Putih 6. NAMA KODE DIPA : 7. POSISI KEGIATAN DALAM DIPA : DIPA MAK Tolok Ukur 8. ALAMAT & KODE POS : Jl. Raya Pajajaran Kav. E-59 Bogor 16141 9. NOMOR TELEPON : 0251-322185 10. NOMOR FAX : 0251-328382

II. DATA USULAN KEGIATAN 1. SIFAT USULAN KEGIATAN : x Lanjutan Baru 2. TAHUN AWAL KEGIATAN DALAM PELITA VII : 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 3. JENIS KEGIATAN PENELITIAN : x Lab Lapangan 4. PENELITI/ PEN. JAWAB : Ir. Meruwald Doloksaribu 5. PERSONALIA : Peneliti/ Pelaksana : 3 6 (36) Orang-bulan Teknisi/ Pembantu Pelaksana : 2 4 (24) Orang-bulan 6. BIAYA KEGIATAN : (rupiah) SUMBER DANA 2007 2008 2009 2010 2011 2012 JUMLAH Rp. Murni BLN Jumlah 181.450.000 181.450.000 Menyetujui Kepala Loka Penelitian Kambing Potong Sumatera Utara Medan, Desember 2011 Peneliti Utama/ Penanggung Jawab Dr. Aron Batubara NIP. 19680522 199503 1 002 Ir Meruwald Doloksaribu NIP. 19611215 199303 1 001 Mengetahui, Kepala Pusat Penelitian dan Pengembangan Peternakan Dr. Bess Tiesnamurti. M.Sc NIP. 19570524 198303 2 001 2

V. ISI PROPOSAL ABSTRAK Keberhasilan program pemuliaan ternak kambing sangat bergantung kepada pengelolaan plasma nutfah kambing yang ada di Indonesia. Keragaman plasma nutfah kambing yang dimiliki merupakan bahan dasar bagi program pemuliaan. Dengan demikian pelestariaan ternak kambing secara in-situ dan eksitu perlu mendapat perhatian yang sangat penting untuk menjamin ketersediaan sumber gen-gen penting bagi keperluan program pemuliaan. Penelitian ini merupakan kegiatan menambah koleksi kambing lokal Indonesia yang belum banyak dieksplorasi karakteristiknya atau kambing lokal yang sudah mulai langka populasinya dan telah dikelompokkan kedalam kategori mengkhawatirkan (endangereed). Penelitian ini bertujuan; 1) untuk mengeksplorasi karakteristik Kosta dan Gembrong, 2) untuk mengkoleksi kambing Kosta dan Gembrong secara ek-situ. Keluaran yang diharapkan adalah 1) data karakteristik kambing Kosta dan Gembrong 2) Tersedianya koleksi kambing Kosta dan Gembrong secara ek-situ. Demikian halnya terhadap eksplorasi kambing spesifik Lokal Madina dengan kondisi keragaan morfologik tubuh yang sangat bervariasi terhadap kambing lokal yang ada, sehingga diperlukan penggalian untuk mendapatkan keragaan karakteristik morfologi tubuh dan sekaligus dalam pengelompokan kambing spesifik lokal sebagai kekayaan sumberdaya genetik secara nasional. Kata kunci : plasma nutfah, koleksi secara ek-situ dan kambing VI. LATAR BELAKANG Pelestarian dan pemanfaatan sumber daya genetik memiliki arti penting dan strategis dalam upaya mendorong terciptanya ketahanan pangan serta mencegah kemerosotan potensi kambing lokal. Ketahanan pangan bila dilihat dari aspek pengadaan daging masih mengkhawatirkan, hal ini tampak dari permintaan produk peternakan khususnya daging di Indonesia yang semakin meningkat baik untuk konsumsi dalam negeri maupun untuk tujuan ekspor dalam bentuk hidup. Banyak jenis kambing potong yang berkembang di Indonesia, tetapi umumnya didominasi oleh rumpun kambing Kacang dan Peranakan Ettawah, padahal masih banyak rumpun kambing lain seperti Marica (Sulawesi Selatan), Samosir (Propinsi Sumatera Utara), Muara (Tapanuli Utara, Sumatera Utara), Kosta (DKI Jakarta dan Banten), Gembrong (Propinsi Bali), Benggala (Nusa Tenggara Timur), dan kambing lokal lainnya yang belum teridentifikasi. Keragaman plasma nutfah kambing yang dimiliki merupakan bahan dasar bagi program pemuliaan, sehingga diperlukan adanya pengelolaan terhadap plasma 3

nutfah kambing yang ada di Indonesia meliputi kegiatan eksplorasi, karakterisasi, evaluasi, konservasi dan dokumentasi. Program pengelolaan plasma nutfah kambing telah dilakukan terhadap 8 jenis kambing lokal Indonesia, maka pada tahun ini akan dilanjutkan dengan mengeksplorasi dan mengkarakterisasi kambing Kosta dan Gembrong. Dari beberapa jenis kambing yang sudah di eksplorasi, ada yang sudah termasuk ke dalam kategori terancam sampai kritis (ISA, 1953 dalam SETIADI et al, 1997), bahkan FAO (2000) dalam SETIADI et al., (2002) meletakkan kambing Kosta dan Gembrong sebagai jenis kambing dalam status endangereed (terancam). Lokasi penyebaran kambing Kosta dilaporkan ISA (1953) dalam SETIADI et al., (2002) adalah sekitar Jakarta dan Banten dengan ciri-ciri bentuk tubuh sedang, hidung rata dan kadang ada juga yang melengkung, tanduk pendek, bulu pendek dan kebanyakan berwarna coklat tua sampai hitam. Sedangkan penyebaran kambing Gembrong hanya terdapat di kawasan timur pulau Bali terutama di Kabupaten Karangasem dengan ciri-cri rambut panjang (15-25 cm) pada seluruh permukaan tubuh, umumnya berwarna putih, orientasi tanduk tegak sampai agak melengkung kebelakang. Namun sebagai ternak asli Indonesia, ternak ini telah beradaptasi dengan kondisi setempat dan mempunyai keunggulan genetik, diantaranya tingginya effisiensi reproduksi dan produktifitas biologik. SETIADI et al., (2002) menyatakan kambing Kosta dan Gembrong mempunyai sifat prolifikasi cukup tinggi dengan litter size nya berturut-turut adalah 2,1 dan 1,68. Dengan semakin terbatasnya populasi kambing Kosta dan kambing Gembrong maka perlu dilakukan kegiatan koleksi secara ek-situ untuk menjaga kelestariannya dari kepunahan disamping mempelajari karakteristik biologisnya. 4

VII. TUJUAN KEGIATAN DAN LUARAN Tujuan Kegiatan 1. Untuk mengkarakterisasi dan koleksi plasma nutfah kambing lokal Kosta dan Gembrong secara ek-situ. 2. Untuk mengetahui keragaan karakteristik morfologi tubuh kambing spesifik lokal Madina Sumatera Utara Keluaran yang diharapkan 1. Data karakteristik dan koleksi plasma nutfah kambing Kosta dan Gembrong secara ek-situ. 2. Data keragaan karakteristik morfologi tubuh kambing spesifik lokal Madina Sumatera Utara untuk database plasma nutfah kambing nasional. 5

VIII. METODOLOGI PENELITIAN Dasar Pertimbangan. 1. Kambing Kosta merupakan salah satu jenis kekayaan keragaman genotype kambing yang ada di Indonesia yang penyebarannya berada di Propinsi Banten. Demikian halnya terhadap kambing Gembrong yang penyebarannya berada di Propinsi Bali. Kedua jenis kambing ini secara penyebaran populasi drastis mengalami penurunan populasi akibat perkembangan teknologi peternakan, dan bahkan kedua jenis kambing ini telah diambang tingkat kepunahan. Sehingga diperlukan suatu pengangan perbanyakan bibit dalam mempertahankan genotype kambing ini dalam bentuk karakterisasi plasma nutfah secara ek-situ. 2. Kabupaten Mandailing Natal (Madina) memiliki kekayaan genotype kambing yang sangat khas, berdasarkan pengamatan sepintas sangat beda dengan kambing lokal yang ada. Keberadaan kambing ini sangat jauh dari kota besar tepatnya berada di daerah pedalaman Natal dan sangat kecil kemungkinan terjadi inovasi ternologi persilangan, dan dapat dimungkinkan bahwa kambing ini merupakan jenis kambing yang sangat spesifik dibanding kambing lokal lainnya, sehingga untuk memastikan jenis spesifik lokal in diperlukan suatu eksplorasi untuk mengetahui karakteristik morfologik tubuh sebagai kekayaan database plasma nutfah kambing nasional Pada pelaksanaan Rencana Penelitian Tingkat Peneliti ini mencakup 3 kegiatan penelitian yaitu: Kegiatan 1. Koleksi Dan Karakterisasi Kambing Kosta Dan Gembrong Secara Ek-situ Kegiatan koleksi secara ek-situ dilaksanakan di Stasiun Percobaan Loka Penelitian Kambing Potong Sei Putih dengan populasi awal kambing Kosta dan Gembrong terlihat pada Tabel 1. Terbatasnya jumlah populasi ternak lokal Kosta dan Gembrong yang dimiliki secara daerah saat ini telah diambang kepunahan, sehingga Loka Penelitian Kambing Potong Sungei Putih melaksanakan kegiatan penggalian karakterisasi dalam bentuk plasma nutfah sekaligus dalam mepertahankan/multiplikasinya 6

Pemeliharaan ternak secara intensif dalam kandang, dimana untuk kambing pejantan ditempatkan secara individu, sedangkan kambing induk secara kelompok. Program perkawinan secara alami dengan memasukkan kambing pejantan dalam kelompok induk setiap hari selama dua kali siklus birahi. Pemberian sumber bahan makanan dalam bentuk konsentrat dan hijauan pakan ternak. Pemberian konsentrat sebanyak 200-500 gram per ekor per hari diberikan pada waktu pagi hari. Sedangkan hijauan pakan berupa rumput dalam bentuk potong angkut dengan jumlah pemberian berkisar antara 4-5 kg segar per ekor per hari diberikan pada waktu siang dan sore hari. Setelah pemberian hijauan pakan pada waktu siang hari dilakukan penggembalaan agar kecukupan kebutuhan pakan lebih terjamin. Pemberian air minum diberikan secara ad libitum. Parameter yang diamati adalah karakteristik morfologik kambing meliputi panjang badan, tinggi pundak, tinggi pinggul, lebar dada, lingkar dada, panjang tanduk, panjang telinga, panjang ekor dan lebar ekor (Lampiran 1). Data yang diperoleh ditabulasi dan dianalisa secara deskriptif dengan menggunakan SPSS versi 10 (SANTOSO, 2002). Pengamatan biologik yang dilaksanakan secara ek-situ antara lain bobot lahir, bobot induk saat beranak, bobot sapih, pertambahan bobot hidup harian, litter size dan mortalitas. Data yang diperoleh dianalisis dengan menggunakan metode linear dari paket SPSS versi 10 (SANTOSO, 2002). Model matematis yang digunakan adalah: Yij = µ + Ai + εij dimana : Yij = tampilan ternak pada tipe lahir ke-i µ = rataan umum Ai = pengaruh tetap tipe lahir dan sapih ke-i (i=1,2,3, ) εij = galat percobaan 7

Kegiatan 2. Keragaan karakteristik morfologi tubuh kambing spesifik lokal Madina Sumatera Utara Penelitian dilaksanakan di Natal Kabupaten Mandailing Natal Sumatera Utara melalui pengukuran Karakteristik morfologik tubuh berdasarkan kelompok umur kambing yang meliputi sifat kuantitatif menurut petunjuk BALAIN.(1992) sebagai mana yang terlampir pada Lampiran 1 dan 2. Kambing yang diamati adalah kambing yang dipelihara masyarakat setempat dengan sistem pengacakan berdasarkan sampling, jumlah ternak yang diamati minimal 25 ekor berdasarkan kelompok umur. Pada pengelompokan umur secara lapangan ditentukan dari jumlah pasangan gigi permanent yaitu: 1. Gigi susu umur < 1 tahun, 2, Umur 1,5 3 tahun (1-2 pasang gigi permanent) 3. Umur 3,5-5 tahun ( 3-4 pasang gigi permanent) 4. Umur >5 tahun ( gigi permanent mulai aus). Adapun pengelompokan berdasarkan kelompok umur adalah untuk mendapatkan keakuratan standar bobot hidup dewasa kambing dan performa keragaan karakteristik. Pada saat pelaksanaan penelitian juga akan dilakukan pengamatan prediksi produktivitas biologik kambing berdasarkan wawancara langsung terhadap peternaknya. Seluruh data yang dikumpulkan berdasarkan performa ukuran tubuh akan ditabulasi secara uji rata-rata berdasarkan T-Test, sedangkan performa penotype warna tubuh akan dianalisa secara Chi-square. IX. HASIL YANG TELAH DICAPAI Dari karakter morfologi (panjang badan, lebar dada dan lingkar dada) yang diperoleh, ternyata ukuran tubuh kambing Gembrong dan Kosta terletak antara kambing Kacang dan Peranakan ettawah (PE). Dari aspek performans menggambarkan bahwa kambing Kosta dan Gembrong ini cukup berpeluang untuk dikembangkan sebagai sumber pangan (MAHMILIA et al., 2004). Kambing berumur dibawah 1 tahun lebih rentan terhadap infeksi saluran pencernaan dibandingkan dengan kambing di atas 12 dan 24 bulan, sedangkan perbandingan tingkat resistensi pada umur 12 dan 24 bulan tidak berbeda nyata. Kambing jenis kelamin betina lebih resisten dibanding jenis kelamin jantan terhadap infeksi parasit saluran pencernaan. Kambing Kacang lebih resisten 8

dibandingkan dengan kambing Kosta dan Gembrong terhadap infeksi parasit saluran pencernaan (BATUBARA et al., 2004). Kambing lokal Indonesia Marica, Muara dan Samosir berdasarkan performans diduga berbeda dengan kambing Kacang yang pada umumnya ada di Indonesia, sehingga penelitian ini perlu dilanjutkan untuk melihat jarak kekerabatannya (jarak genetik) dengan kambing lain yang ada di tanah air. Kambing Marica yang diduga merupakan kambing lokal asli Indonesia sudah mulai terancam punah, sehingga disarankan perlu dilakukan penangkaran (koleksi-exsitu) untuk kelangsungan kekayaan sumberdaya genetik kambing nasional (BATUBARA et al., 2005). Tidak terlihat adanya perbedaan ragam dari bangsa/jenis kambing Benggala dari Propinsi Nusa Tenggara Timur yang diamati dengan menggunakan penanda mtdna dengan kambing lokal lainnya seperti kambing Kacang, Muara, Samosir, Marica. Dari empat jenis enzym pemotong menandakan bahwa bangsa kambing Benggala digunakan berasal dari satu sumber yang sama dilihat dari garis keturunan induk kambing lokal lainnya di Indonesia. (BATUBARA et al., 2007). Pengembangan database plasma nutfah kambing Indonesia sudah dilakukan pada 8 jenis kambing lokal yaitu Kosta (DKI Jakarta dan Banten), Gembrong (Propinsi Bali), Marica (Sulawesi Selatan), Muara (Tapanuli Utara, Sumatera Utara), Samosir (Propinsi Sumatera Utara), Kacang, Peranakan Ettawah dan Benggala (Nusa Tenggara Timur) (PAMUNGKAS et al., 2008). Pada koleksi dan karakterisasi plasma nutfah kambing Kosta dan Gembrong yang akan dilaksanakan pada kegiatan Tahun Anggaran 2012 adalah merupakan lajutan dari tahun sebelumnya dengan kondisi populasi saat ini dapat ditunjukkan pada Tabel 1. Berikut. 9

Tabel 1. Populasi awal kambing Kosta dan Gembrong di Stasiun Percobaan (Nopember 2011) Uraian Populasi kambing (ekor) Kosta Gembrong Betina dewasa 19 4 Betina lepas sapih 7 2 Betina belum sapih 6 2 Jantan dewasa 4 3 Jantan lepas sapih 4 0 Jantan belum sapih 3 0 Total 43 11 X. JADWAL KEGIATAN No. Kegiatan Bulan ke- Tahun 2012 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1. Persiapan 2. Pelaksanaan 3. Pengambilan data 4. Pengolahan data 5. Pelaporan/seminar 10

III. PERSONALIA (1) (2) No Nama Lengkap (6) (7) Bidang Kualifikasi Keahlian 1 Budidaya Ternak Ir. Meruwald Doloksaribu Peneliti Muda (3) Pria/Wanita (8) Alokasi Waktu (OB) Pria 12 (4) Pend. Akhir (9) Unit Kerja S1 Lolit KP, Sei Putih (4) Bid.Pendidikan (10) Nama Lembaga Peternakan Puslitbangnak 2 Nutrisi 3 Pemuliaan Ternak 4 Teknisi Ir. Junjungan, M.P. Peneliti Muda Dr. Aron Batubara. M.Sc Peneliti Muda Erwin Sihite Litkayasa Pria 12 Pria 12 Pria 12 S2 Lolit KP, Sei Putih S2 Lolit KP, Sei Putih SLTA Lolit KP, Sei Putih Peternakan Puslitbangnak Peternakan Puslitbangnak Peternakan Puslitbangnak 5 Teknisi Mikael Situmorang Teknisi kandang Pria 12 SLTA Lolit KP, Sei Putih - Puslitbangnak 6 Adm Edysam Administrasi Pria 12 SLTA Lolit KP, Sei Putih - Puslitbangnak IV. PEMBIAYAAN a. Biaya sesuai Umur Kegiatan No. URAIAN 2012 JUMLAH 1. Honor Output Kegiatan 78.450.000 78.450.000 2. Belanja Bahan 70.000.000 70.000.000 3. Belanja Perjalanan Lainnya 33.000.000 33.000.000 JUMLAH 181.450.000 181.450.000 b. Rincian biaya tahun anggaran 2012 (1). Honor Output Kegiatan No Uraian Pekerjaan Satuan Vol. Hrg. Stn. Jumlah Biaya 1. Upah Harian Lepas OH 2.615 30.000 78.450.000 Total Belanja Pegawai 65.375.000 11

(2) BELANJA BAHAN No Uraian Stn. Vol. Hrg. Stn. Jlh. Biaya 1. - Foto copy, cetak laporan PKT 1 200 2.000.000 2. - Perlengkapan kandang habis PKT 1 5.000.000 5.000.000 pakai 3. - ATK, Bahan komputer PKT 1 4.000.000 4.000.000 4. - Pakan ternak PKT 1 4.500.000 54.000.000 5. - Obat-obatan ternak 5.000.000 5.000.000 Total Belanja Bahan 32.600.000 (3). BELANJA PERJALANAN LAINNYA No Uraian Sat Vol. Nilai Satuan (Rp) Jumlah (Rp) 1. - Biaya perjalanan dinas dalam OP 2 3.000.000 6.000.000 negeri 2. - Lumpsum OH 10 300.000 3.000.000 3. -. Perjalanan antar kota OH 80 300.000 24.000.000 Total Belanja Perjalanan Lainnya 33.000.000 XI. DAFTAR PUSTAKA BATUBARA, A., S.E. SINULINGGA, F. MAHMILIA dan F.A. PAMUNGKAS. 2004. Studi tingkat infestasi parasit saluran pencernaan pada kambing Kosta, Gembrong dan Kacang. Laporan Hasil Penelitian TA. 2004. Loka Penelitian Kambing Potong Sei Putih, Sumatera Utara. BATUBARA, A., B. TIESNAMURTI, M. DOLOKSARIBU dan E. SIHITE. 2005. Koleksi ex-situ dan karaktersiasi Plasma Nutfah Kambing. Laporan akhir RPTP T.A. 2005. Loka Penelitian Kambing Potong Sei Putih, Sumatera Utara. BATUBARA, A., B. TIESNAMURTI, F.A. PAMUNGKAS, M. DOLOKSARIBU dan E. SIHITE. 2007. Koleksi ex-situ dan karaktersiasi Plasma Nutfah Kambing. Laporan akhir RPTP T.A. 2007. Loka Penelitian Kambing Potong Sei Putih, Sumatera Utara. FAO.2000. The Global Strategy for the Management of Farm Animal Genetik Resources. Food and Agricultural Organization of the United Nations. Rome, Italy. ISA, M. 1953. Beternak kambing. Cetakan ke dua. Balai Pustaka, Jakarta. 12

MAHMILIA, F., S.P. GINTING, A. BATUBARA, J. SIANIPAR dan A. TARIGAN. 2004. Karakteristik Morfologi dan Performans Kambing Gembrong dan Kambing Kosta. Laporan Hasil Penelitian T.A. 2004. Loka Penelitian Kambing Potong Sei Putih, Sumatera Utara. PAMUNGKAS, F.A, J. SIANIPAR dan E. SIHITE. 2008. Koleksi ek-situ dan karakterisasi plasma nutfah kambing. Laporan Hasil Penelitian TA. 2008. Loka Penelitian Kambing Potong Sei Putih, Sumatera Utara. SANTOSO, S. 2002. SPSS versi 10 Mengolah Data Statistik Secara Profesional. Edisi ketiga. Gramedia, Jakarta. SETIADI, B., D. PRIYANTO dan M. MARTAWIDJAJA. 1997. Komparatif Morfologik Kambing. Laporan Hasil Penelitian APBN 1996/1997. Balai Penelitian Ternak Ciawi-Bogor. SETIADI, B., B. TIESNAMURTI, SUBANDRIYO, T. SARTIKA, U. ADIATI, D.YULISTIANI dan I. SENDOW. 2002. Koleksi dan Evaluasi Karakteristik Kambing Kosta dan Gembrong Secara Ex-situ. Laporan Hasil Penelitian APBN 2001. Balai Penelitian Ternak Ciawi-Bogor. 13

Lampiran 1. KARAKTERISTIK MORFOLOGIK KAMBING KOSTA, GEMBRONG, MUARA DAN MADINA Nama Peternak:... Tanggal :... Alamat :... Lokasi :... No Keterangan Nomor Ternak 1 Jenis Kelamin 2 Gigi / Umur 3 Paritas 4 Tipe lahir / Tipe sapih 5 No. induk / no. bapak 6 Status fisiologik 7 Bobot ternak (kg) 8 Warna tubuh dominan/ warna belang/ warna kepala 9 Pola warna tubuh 10 Penyebaran belang 11 Panjang badan (cm) 12 Tinggi pundak (cm) 13 Dalam dada (cm) 14 Lingkar dada (cm) 15 Tinggi pinggul (cm) 16 Dalam pinggul (cm) 17 Lingkar pinggul (cm) 18 Tipe telinga/panjang telinga (cm) 19 Panjang tanduk (cm) 20 Orientasi tanduk 21 Garis muka / grs punggung 22 Ambing / puting 23 Skor rahang 24 Panjang ekor (cm) 25 Tebal/ lebar ekor (cm) 1 2 3 4 5 14

Lampiran 2. DAFTAR SANDI ISIAN KERAGAAN MORFOLOGIK KAMBING No Keterangan No Keterangan 1 Jenis kelamin : 8 Warna tubuh dominan/warna 1= jantan 2=betina belang/warna kepala: 1= putih 5= coklat tua 2= coklat muda 6= abu-abu 3= coklat medium 7= hitam 2 Gigi / Umur 1 = anak (0-3 bln) 2 = muda (>3-12 bln) 3 = gigi seri susu (1-1,2 th) 4 = gigi seri tetap 1 psg (>1,2-2 th) 5 = gigi seri tetap 2 psg (>2-3 th) 6 = gigi seri tetap 3 psg (>3-4 th) 7 = gigi seri tetap 4 psg (>4-6 th) 8 = gigi seri tetap aus (>6 th) Umur : tulis sesuai informasi keadaan gigi seri tetap 3 Paritas : berapa kali induk tersebut pernak beranak (1,...6) 4 Tipe lahir : jumlah anak dilahirkan, baik mati dan hidup Tipe sapih : jumlah anak dapat disapih dari setiap kelahiran 5 No induk : apabila diketahui nomor induk dari individu yang diamati No bapak : apabila diketahui nomor pejantan yang mengawini induk dari individu yang diamati 6 Status fisiologik 1= jantan dewasa 5= anak prasapih 2= induk kering 6= umur 6-7 bln 3= induk bunting 7= jantan muda 4= induk laktasi 8= lain (sebut) 7 Bobot ternak: timbang ternak diamati (kg) 4= coklat merah 8= lain (sebut) 9 Pola warna tubuh: 1= satu warna 2= camp.2 warna 3= camp. 3 warna 4= totol-totol 5= belang besar 6= ikat pinggang 7= perut putih 8= campuran 10 Penyebaran belang: 1= 1-10% 4= >30-40% 2= >10-20% 5= >40-50% 3= >20-30% 11 Panjang badan : diukur secara proyeksi dari tuber ischii sampai dengan tuberculus humeri 12 Tinggi pundak : diukur dari bagian tertinggi pundak melewati belakang scapula tegak lurus kebawah (cm) 13 Dalam dada : diukur dari tertinggi pundak sampai dengan dasar dada (cm) 14 Lingkar dada : diukur melingkar tepat di belakang scapula (cm) 15

15 Tinggi pinggul : Ukur dari bagian tertinggi sacrum tegak lurus ke tanah (cm) 16 Dalam pinggul : Ukur dari bagian tertinggi sacrum sampai dengan dasar perut (cm) 17 Lingkar pinggul: Diukur melingkar tepat didaerah pinggul (cm) 18 Tipe telinga : 1=panjang, 2=medium, 3=kecil Panjang telinga : ukur panjang telinga dari pangkal sampai ujung daun telinga bagian tengah 19 Panjang tanduk : diukur dari pangkal sampai ujung tanduk mengikuti alur tanduk (cm) 20 Orientasi tanduk : 1= lurus, 2= melengkung keluar 3= melengkung kedalam 4= tak bertanduk 21 Garis muka / garis punggung: 1= lurus 2= cembung 22 Ambing : 1=normal 2=abnormal 3=cacat Puting : sebut jumlah puting 23 Skor rahang : jarak antara gusi rahang atas dengan gigi seri (+ bila gigi lebih panjang gusi rahang atas dan bila lebih pendek) 24 Panjang ekor : diukur dari pangkal sampai ujung ekor pada bagian lateral (cm) 25 Tebal ekor/lebar ekor : ukur tebal/lebar ekor pada bagian lateral (cm) 16

Lampiran 4. Petunjuk Teknis Kegiatan Koleksi dan Karakterisasi Kambing Kosta dan Gembrong Secara Ek-situ 1. Lokasi Penelitian di lakukan di Kandang Plasma Nutfah Stasiun Percobaan Loka Penelitian Kambing Potong Sei Putih 2. Program perkawinan secara alami dengan memasukkan kambing pejantan dalam kelompok induk setiap hari selama dua kali siklus birahi atau kurang lebih 40 hari. Jika ada ternak yang melakukan perkawinan dicatat dalam buku perkawinan ternak. 3. Pencatatan data kelahiran berupa bobot induk saat melahirkan, bobot lahir anak dan Litter size dilakukan pada saat induk melahirkan. 4. Penomoran ternak berupa kalung dilakukan 1mgg setelah anak lahir dan dilanjutkan dengan penomoran ternak berupa tatoo/tag setelah anak disapih atau setelah berumur 3 bulan. 5. Penimbangan bobot badan dilakukan setiap 1 bulan sampai ternak berumur 1 (satu) tahun. 6. Pencatatan populasi ternak dilakukan pada awal bulan setiap bulannya. 7. Selain itu melakukan pencatatan pengobatan, kematian dan mutasi ternak. 8. Kontrol kesehatan dikoordinasikan dengan Tim Kesehatan Ternak. 17