TINJAUAN PUSTAKA. kacang-kacangan lainnya yang dibuat secara tradisional dengan bantuan jamur

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. oleh terpenuhinya kebutuhan gizi dalam makanannya. Pada usia 6 bulan pertama,

I PENDAHULUAN. Bab ini menguraikan mengenai : (1.1.) Latar Belakang, (1.2.) Identifikasi

BAB I. PENDAHULUAN. harus diberi perhatian khusus karena menentukan kualitas otak bayi kedepan.

BAB 1 PENDAHULUAN. Salah satu masalah gizi di Indonesi adalah gizi kurang yang disebabkan

I. PENDAHULUAN. Tempe merupakan produk pangan tradisional Indonesia berbahan dasar kacang

BAB I PENDAHULUAN. kuning melalui proses fermentasi jamur yaitu Rhizopus oryzae, Rhizopus stolonifer, atau Rhizopus oligosporus. Tempe dikenal sebagai

I. PENDAHULUAN. Makanan pendamping ASI (MP-ASI) adalah makanan atau minuman yang

PENDAHULUAN. (3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (4) Manfaat Penelitian, (5) Kerangka Pemikiran,

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Manusia merupakan salah satu unsur yang sangat dibutuhkan dalam unsur

I PENDAHULUAN. Pada pendahuluan menjelaskan mengenai (1) Latar Belakang, (2)

FORMULASI BUBUR BAYI INSTAN DENGAN SUBSTITUSI TEPUNG TEMPE DAN TEPUNG LABU KUNING SEBAGAI ALTERNATIF MAKANAN PENDAMPING ASI

1 I PENDAHULUAN. yang cukup baik terutama kandungan karbohidrat yang tinggi.

I. PENDAHULUAN. dan dikenal dengan nama latin Cucurbita moschata (Prasbini et al., 2013). Labu

I PENDAHULUAN. Penelitian merupakan sebuah proses dimana dalam pengerjaannya

I PENDAHULUAN. selain sebagai sumber karbohidrat jagung juga merupakan sumber protein yang

I. PENDAHULUAN. Makanan pendamping ASI (MP-ASI) adalah makanan atau minuman yang

BAB I PENDAHULUAN. didalamnya terkandung senyawa-senyawa yang sangat diperlukan untuk

BAB I PENDAHULUAN. dapat digunakan sebagai pangan, pakan, maupun bahan baku industri.

BAB I PENDAHULUAN. Protein (KEP). KEP merupakan suatu keadaan seseorang yang kurang gizi

TINJAUAN PUSTAKA. Daging ayam juga merupakan bahan pangan kaya akan gizi yang sangat. diperlukan manusia. Daging ayam dalam bentuk segar relatif

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. disukai oleh masyarakat mulai dari anak-anak, remaja, dewasa, hingga

BAB I PENDAHULUAN. mencapai ton, beras ketan diimpor dari Thailand dan Vietnam, sedangkan

A. Bubur Beras Instan

PERBANDINGAN TEPUNG SINGKONG DENGAN TEPUNG TALAS DAN KONSENTRASI SERBUK TEH HIJAU TERHADAP KARAKTERISTIK COOKIES (KUE KERING) BERBASIS UMBI- UMBIAN

BAB I PENDAHULUAN. menggunakan bantuan kapang golongan Rhizopus Sp. Menurut Astawan

TINJAUAN PUSTAKA. Kacang merah atau kacang jogo tergolong pangan nabati. Kacang merah

I. PENDAHULUAN ton (US$ 3,6 juta) (Jefriando, 2014). Salah satu alternatif pemecahan

II. TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Kekurangan Energi Protein (KEP) merupakan salah satu. permasalahan gizi di Indonesia (Herman, 2007). Balita yang menderita KEP

KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR: 224/Menkes/SK/II/2007 TENTANG SPESIFIKASI TEKNIS MAKANAN PENDAMPING AIR SUSU IBU (MP-ASI)

I. PENDAHULUAN. Bab ini akan menguraikan mengenai: (1.1) Latar belakang, (1.2) Identifikasi

I PENDAHULUAN. (6) Hipotesis Penelitian dan (7) Tempat dan Waktu Penelitian. Indonesia memiliki beraneka ragam jenis umbi-umbian yang belum

BAB I PENDAHULUAN. Protein (KEP). KEP merupakan suatu keadaan seseorang yang kurang gizi

BAB 1 PENDAHULUAN. namun WHO menetapkan remaja (adolescent) berusia antara tahun.

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Dadih merupakan hasil olahan susu fermentasi yang berasal dari Sumatera Barat, Jambi dan Riau.

TINJAUAN PUSTAKA. berat kering beras adalah pati. Pati beras terbentuk oleh dua komponen yang

1 I PENDAHULUAN. Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian, dan (7) Waktu dan Tempat Penelitian.

BAB I PENDAHULUAN. berarti bagi tubuh. Menurut Dewanti (1997) bahan-bahan pembuat es krim

BAB I PENDAHULUAN. gurih, berwarna cokelat, tekstur lunak, digolongkan makanan semi basah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Sayur-sayuran dan buah-buahan adalah jenis komoditi pertanian yang mempunyai

I PENDAHULUAN. dapat diperoleh di pasar atau di toko-toko yang menjual bahan pangan. Abon dapat

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. penganekaragaman produk pangan, baik berupa serealia (biji-bijian), tahun terjadi peningkatan konsumsi tepung terigu di

PEMANFAATAN TEPUNG UMBI GARUT (Maranta arundinaceae L.) DALAM PEMBUATAN BUBUR INSTAN DENGAN PENCAMPURAN TEPUNG TEMPE SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PENGARUH KONSENTRASI NATRIUM METABISULFIT (Na2S2O5) DAN LAMA PERENDAMAN TERHADAP KARAKTERISTIK TEPUNG KECAMBAH KEDELAI

BAB I PENDAHULUAN. difermentasikan menggunakan kapang rhizopus ( ragi tempe ). Selain itu

SIFAT ORGANOLEPTIK, OVERRUN, DAN DAYA TERIMA ES KRIM YANG DIBUAT DARI CAMPURAN SUSU KEDELAI DAN SUSU SAPI DENGAN PERBANDINGAN YANG BERBEDA

I. PENDAHULUAN. Ubi jalar (Ipomoea batatas L) merupakan salah satu hasil pertanian yang

BAB I PENDAHULUAN. tahun 1960-an ubi jalar telah menyebar hampir di seluruh Indonesia

4. HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Kadar Air (%) Tempe Dengan Penambahan Tepung Belut dan Variasi Konsentrasi Usar Tempe

I. PENDAHULUAN. Jamur tiram putih (Pleurotus ostreatus) merupakan salah satu jenis sayuran sehat

4. HASIL DAN PEMBAHASAN. Purata Kadar Protein Tempe ( mg / ml ± SE) pada Perlakuan Variasi Penambahan Inokulum Tempe dan Tepung Belut

I. PENDAHULUAN. dimanfaatkan sebagian kecil masyarakat (Chasanah dkk., 2013).

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebagai negara berkembang selalu berupaya melakukan

1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. banyak disukai oleh segala kalangan dari anak-anak, remaja maupun orang

5.1 Total Bakteri Probiotik

I PENDAHULUAN. 6. Hipotesis Penelitian, dan 7. Waktu dan Tempat Penelitian. keperluan. Berdasarkan penggolongannya tepung dibagi menjadi dua, yaitu

BAB I PENDAHULUAN. menyebabkan beras ditempatkan sebagai makanan pokok yang strategis.

BAB I PENDAHULUAN. Kacang tolo adalah salah satu jenis kacang-kacangan yang sudah

BAB I PENDAHULUAN. alternatif pengganti beras dan sangat digemari oleh masyarakat Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Dilihat dari letak geografis, Indonesia merupakan negara yang terletak pada

I PENDAHULUAN. Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian dan (7) Tempat dan Waktu Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. yang rentan mengalami masalah gizi yaitu kekurangan protein dan energi.

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu produk olahan susu di Indonesia yang berkembang pesat

I. PENDAHULUAN. Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian, dan (7) Tempat dan Waktu Penelitian.

PENGARUH KONSENTRASI SENYAWA PHOSPAT DAN PERBANDINGAN AIR PEREBUSAN TERHADAP KARAKTERISTIK TEPUNG INSTAN HANJELI (Coix lacryma-jobi L.).

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. antara kacang-kacangan tersebut, kedelai paling banyak digunakan sebagai bahan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. menjadi pasar kedelai terbesar di Asia. Sebanyak 50% dari konsumsi kedelai

TINJAUAN PUSTAKA. pisang raja berasal dari kawasan Asia Tenggara dan pulau-pulau pasifik barat. Selanjutnya

BAB I PENDAHULUAN. berbentuk semi padat yang biasa dikonsumsi sebagai makanan selingan

I. PENDAHULUAN. baik yang diolah maupun yang tidak diolah, yang diperuntukkan sebagai

PEMBERIAN MP ASI SETELAH ANAK USIA 6 BULAN Jumiyati, SKM., M.Gizi

I PENDAHULUAN. Bab ini akan membahas mengenai : (1) Latar Belakang Penelitian,

I PENDAHULUAN. berlebihan dapat disinyalir menyebabkan penyakit jantung dan kanker. Menurut

I PENDAHULUAN. Hipotesis Penelitian dan (7) Tempat dan Waktu Peneltian.

I PENDAHULUAN. Pemikiran, 1.6 Hipotesis Penelitian, dan 1.7 Tempat dan Waktu Penelitian.

I PENDAHULUAN. Bab ini menguraikan mengenai: (1) Latar Belakang, (2) Identifikasi Masalah,

BAB I PENDAHULUAN. Bab I Pendahuluan

I PENDAHULUAN. Pemikiran, (6) Hipotesa Penelitian, dan (7) Tempat dan Waktu Penelitian.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Lemak dan minyak adalah golongan dari lipida (latin yaitu lipos yang

BAB I PENDAHULUAN. Produk olahan yang paling strategis untuk dikembangkan dalam. rangka menunjang penganekaragaman (diversifikasi) pangan dalam waktu

BAB I PENDAHULUAN. produk-produk fermentasi. Proses fermentasi mampu meningkatkan nilai gizi

BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN

Penggolongan minyak. Minyak mineral Minyak yang bisa dimakan Minyak atsiri

I PEDAHULUAN. Pemikiran,(6) Hipotesis Penelitian, dan (7) Tempat dan Waktu Penelitian.

BAB I PENDAHULUAN. mamalia seperti sapi, kambing, unta, maupun hewan menyusui lainnya.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Tempe merupakan makanan khas Indonesia yang cukup populer dan

I PENDAHULUAN. Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian, dan (7) Tempat dan Waktu Penelitian.

PENGARUH PERENDAMAN DALAM LARUTAN GULA TERHADAP PERSENTASE OLIGOSAKARIDA DAN SIFAT SENSORIK TEPUNG KACANG KEDELAI (Glycine max)

BAB I PENDAHULUAN. mempertahankan hidup. Pemenuhan kebutuhan pangan dapat dilakukan dengan

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Jagung merupakan palawija sumber karbohidrat yang memegang peranan penting kedua setelah beras.

kabar yang menyebutkan bahwa seringkali ditemukan bakso daging sapi yang permasalahan ini adalah berinovasi dengan bakso itu sendiri.

I PENDAHULUAN. terbesar di dunia. Hampir 60% produksi kakao berasal dari pulau Sulawesi yakni

Transkripsi:

TINJAUAN PUSTAKA Tempe Tempe adalah bahan makanan hasil fermentasi kacang kedelai atau jenis kacang-kacangan lainnya yang dibuat secara tradisional dengan bantuan jamur Rhizopus oligosporus. Mempunyai ciri-ciri berwarna putih, tekstur kompak dan flavor spesifik. Warna putih dan tekstur yang kompak disebabkan adanya miselia jamur yang tumbuh pada permukaan biji kedelai dan saling menghubungkan antara biji-biji kedelai tersebut. Adanya degradasi komponen-komponen dalam kedelai dapat menyebabkan terbentuknya flavor spesifik setelah fermentasi (Kasmidjo, 1990). Tempe kedelai adalah produk makanan hasil fermentasi biji kedelai oleh kapang tertentu, berbentuk padatan kompak dan berbau khas serta berwarna putih atau sedikit keabu-abuan. Komposisi kimia tempedapat dilihat pada Tabel 1. Tabel 1. Komposisi kimia tempe dalam 100 g bahan Komposisi Kandungan Energi 201 kkal Protein 20,80 g Lemak 8,80 g Karbohidrat 13,50 g Kalsium 155,00 mg Fosfor 326 mg Besi 4,00 mg Vit. B1 0,19 mg Vit. C 0,0 mg BDD 100 g Sumber: Departemen Kesehatan RI, 2004 4

5 Komposisi protein, lemak, dan karbohidrat tempe tidak banyak berubah dibandingkan dengan kedelai. Namun karena adanya enzim pencernaan yang dihasilkan oleh kapang tempe, maka protein, lemak, dan karbohidrat pada tempe menjadi lebih mudah dicerna di dalam tubuh dibandingkan yang terdapat pada kedelai. Proses fermentasi yang terjadi pada tempe berfungsi untuk mengubah senyawa makromolekul kompleks yang terdapat pada kedelai (seperti protein, lemak, dan karbohidrat) menjadi senyawa yang lebih sederhana seperti peptida, asam amino, asam lemak dan monosakarida (Bastian, dkk., 2012). Salah satu cara untuk memperpanjang umur simpan tempe adalah dengan mengolahnya menjadi tepung formula tempe. Manfaat pembuatan tepung ini antara lain mudah dicampur dengan tepung lain untuk meningkatkan nilai gizinya dan mudah disimpan dan diolah menjadi makanan yang cepat dihidangkan. Tepung formula tempe merupakan makanan terolah dengan bahan utama tempe yang kemudian difomulasikan dengan bahan pendukung lain, dirancang sebagai makanan tambahan untuk mengatasi gangguan pencernaan (diare) dan efektif untuk memperbaiki status penderita gizi buruk, bahkan menghentikan infeksi saluran cerna anak pada usia 6-24 bulan (Oktavia, 2012). Uji organoleptik dilakukan untuk mendeteksi keberadaan rasa pahit terhadap tepung kedelai. Hasil penelitian menunjukkan bahwa senyawa penyebab timbulnya rasa pahit terdapat pada fraksi lemak kasar. Minyak kasar ini mempunyai bilangan asam, peroksida, dan Triobarbituric acid (TBA) yang tinggi, sehingga diduga penyebab timbulnya rasa pahit adalah senyawa hasil degradasi atau oksidasi trigliserida (Mukhtadi, dkk., 1993).

6 Tepung tempe mempunyai aroma khas langu. Timbulnya aroma langu disebabkan adanya aroma khas dan kuat dari tempe oleh kapang R. Oligosporus, spesies kapang yang utama dalam pembuatan tempe yang mempengaruhi aktivitas protease dan lipase yang tinggi, amiliolitiknya rendah menghasilkan antioksidan yang mengakibatkan tempe mempunyai aroma yang khas yaitu langu (Koswara, 1995). Labu Kuning Labu Kuning (Cucurbita moschata) merupakan salah satu bahan pangan lokal yang dapat diolah menjadi tepung sehingga dapat digunakan sebagai bahan MP-ASI. Sebuah penelitian di Malaysia menunjukkan bahwa bubur bayi berbahan dasar beras yang diperkaya dengan kombinasi tepung pisang dan labu kuning mengandung betakaroten tertinggi dibanding bubur bayi yang diperkaya tepung kacang-kacangan, tepung kacang-kacangan yang dikecambahkan selama 48 jam, atau tepung susu skim. Selain itu, protein yang terkandung dalam tepung labu kuning memiliki daya cerna sebesar 99% sehingga sesuai untuk dikonsumsi bayi (Elvizahro, 2011). Warna kuning cerah yang dihasilkan berasal dari substitusi tepung labu kuning serta penambahan minyak kelapa sawit. Tepung labu kuning dan minyak kelapa kelapa sawit mengandung betakaroten yang berwarna oranye. Semakin panjang ikatan betakaroten, maka semakin oranye warna bahan makanan. Warna oranye tersebut dapat berkurang apabila dilakukan pemanasan bahan makanan (Oktavia, 2012). Salah satu faktor yang paling penting dalam suatu makanan adalah kandungan gizinya. Labu kuning merupakan salah satu jenis tanaman pangan

7 yang memiliki kandungan gizi cukup tinggi dan lengkap. Secara lengkap komposisi kimia labu kuning dapat dilihat pada Tabel 2. Tabel 2. Komposisi kimia labu kuning dalam 100 g bahan Komposisi Kandungan Energi 26 kkal Protein 0,60 g Lemak 0,10 g Karbohidrat 6,70 g Kalsium 14,00 mg Fosfor 25 mg Besi 1,00 mg Vit. A 20 RE Vit. B1 0,02 mg Vit. C 18,0 mg BDD 83 g Sumber: Departemen Kesehatan RI, 2004 Labu kuning mempunyai kandungan karbohidrat yang cukup tinggi sehingga berpotensi untuk diolah menjadi tepung labu kuning. Tepung labu kuning mempunyai kualitas tepung yang baik karena mempunyai sifat gelatinisasi yang baik, sehingga dengan demikian dapat membentuk adonan dengan konsistensi, kekenyalan, viskositas, maupun elastisitas yang baik. Tepung labu kuning dapat dimanfaatkan sebagai sustitusi tepung dalam pembuatan cake, roti kering, kudapan, ataupun lauk-pauk. Selain itu, tepung labu kuning ini juga dapat dimanfaatkan sebagai formula dalam makanan bayi (Hendrasty, 2003). Makanan Pendamping ASI Yang dimaksud dengan makanan tambahan adalah makanan untuk bayi selain ASI atau susu botol, sebagai penambah kekurangan dari ASI atau susu pengganti ASI. Oleh karena mulai umur 6 bulan ASI sudah tidak dapat lagi memenuhi seluruh kebutuhan bayi, maka bayi perlu mendapat makanan

8 tambahan. Guna makanan tambahan adalah untuk memenuhi kebutuhan bayi terhadap zat-zat gizi untuk keperluan pertumbuhan dan perkembangan bayi sehingga pada umur 6 bulan ke atas bayi sudah terbiasa dengan makanan tersebut (Husaini dan Anwar, 2001). Makanan tambahan bayi sebaiknya memiliki beberapa kriteria berikut. 1. Memiliki nilai energi dan kandungan protein yang tinggi. 2. Memiliki nilai suplementasi yang baik serta mengandung vitamin dan mineral yang cocok. 3. Dapat diterima oleh pencernaan bayi dengan baik. 4. Harganya relatif murah. 5. Sebaiknya dapat diproduksi dari bahan-bahan yang tersedia secara lokal. 6. Bersifat padat gizi. 7. Kandungan serat kasar atau bahan lain yang sukar dicerna dalam jumlah yang sedikit. (Krisnatuti dan Yenrina, 2000). Sifat umum produk MP-ASI yang dikehendaki adalah padat energi dan padat gizi. Komponen gizi yang dibutuhkan bayi antara lain karbohidrat, protein, lemak, vitamin dan mineral. Serat makanan yang terlalu banyak dapat menganggu pencernaan bayi. Selain itu produk bayi tidak boleh bersifat kamba (bulky) karena akan cepat memberi rasa kenyang pada bayi. Sifat kamba umumnya terdapat pada bahan sumber karbohidrat (Astawan, 2000). Makanan tambahan untuk bayi harus mempunyai sifat fisik yang baik, yaitu rupa dan aroma yang layak. Selain itu, makanan pendamping ASI ini juga harus memenuhi persyaratan khusus tentang jumlah zat-zat gizi yang diperlukan

9 bayi seperti protein, energi, lemak, vitamin, mineral, dan zat-zat tambahan lainnya. Persyaratan MP-ASI menurut SNI 01-7111.4-2005 disajikan pada Tabel 3 berikut. Tabel 3. Persyaratan MP-ASI menurut SNI 01-7111.4-2005 Komposisi Per 100 g Energi 80 kkal Protein 8-22 g Lemak 6-15 g Air 4,0 g Abu 3,5 g Serat pangan 5 g Vitamin A 250-700 RE Vitamin C 27 mg Vitamin D 3-10 µg Vitamin E 4 mg Vitamin K 10 µg Natrium 48,5 mg Kalsium 200 mg Besi 5 mg Seng 2,5 mg Iodium 45 µg Jenis-jenis bubur bayi yang ada di pasaran saat ini adalah sebagai berikut: 1. Dietetic food Dietetic food adalah bubur ayam yang diperkaya dengan vitamin dan mineral lengkap yang dibutuhkan untuk pertumbuhan. Dietetic food dirancang khusus untuk membantu pengobatan bayi dan anak yang sedang menderita diare, gangguan pertumbuhan dan gangguan kenaikan berat badan. Dietetic food dibuat dengan formula bebas laktosa, akan tetapi mengandung polimer glukosa yang tinggi. Oleh karena itu, produk ini dapat digunakan untuk membantu masalah lactose intolerance, malabsorbsi lemak dan

10 malabsorbsi glukosa yang biasanya diikuti dengan diare, kekurangan kalori, protein, dan masalah penyerapan gizi lainnya. 2. Bubur beras Bubur beras dibedakan menjadi dua formula, bubur beras putih dengan kacang hijau dan bubur beras merah. Kedua makanan ini tidak termasuk kepada makanan sapihan lengkap, oleh karena itu dalam penyajiannya harus ditambah dengan susu. Bubur beras juga dilengkapi dengan vitamin dan mineral sehingga dapat memenuhi kebutuhan makanan padat pertama secara optimal. Bubur beras dirancang untuk konsumsi masyarakat menengah ke bawah dan dianjurkan sebagai makanan padat pertama untuk bayi. Bubur beras merah yang ada di pasar contohnya adalah Cerelac, Milna, Promina. 3. Bubur susu dan bubur tim ayam Bubur susu dan bubur tim ayam, keduanya termasuk ke dalam formula makanan bayi lengkap. Makanan ini dibuat dari bahan-bahan alami bermutu tinggi dengan komposisi seimbang. Baik bubur susu maupun bubur tim ayam dirancang untuk memenuhi kebutuhan konsumsi dari masyarakat golongan menengah ke atas. Bubur susu berfungsi untuk menunjang ASI dan memperkenalkan makanan padat pertama bagi bayi yang telah berumur empat bulan ke atas. Bubur tim ayam dengan kandungan protein hewani yang cukup tinggi (21%) sangat membantu dalam penyediaan asam amino esensial tubuh. (Fatmawati, 2004)

11 Bahan-Bahan Penyusun Bubur Bayi Instan Tepung beras Pemanfaatan beras sebagai bahan dasar pembuatan makanan bayi telah banyak dilakukan dan bahkan dianjurkan sebagai serealia pertama yang diperkenalkan pada bayi karena komposisi kimia beras cukup baik bila dibandingkan dengan serealia lainnya. Komposisi kimia tepung beras dapat dilihat pada Tabel 4. Tabel 4. Komposisi kimia tepung beras per 100 g bahan. Komposisi Kandungan Energi 364 kkal Protein 7 g Lemak 0,5 g Karbohidrat 80 g Kalsium 5 mg Fosfor 140 mg Besi 0,8 mg Vit.A 0 RE Vit.C 0 mg Vit.B 0,12 mg Air 12 g Sumber: Departemen Kesehatan RI, 2004 Kadar amilosa pada pati beras dibagi menjadi empat golongan yaitu (1) kadar amilosa tinggi 25 33%, (2) kadar amilosa menengah 20 25%, (3) kadar amilosa rendah 9 20%, dan (4) kadar amilosa sangat rendah <9%. Semakin kecil kandungan amilosa berarti semakin besar kandungan amilopektin maka poduk bersifat lekat. Adanya formulasi pemanasan akan menyebabkan pati tergelatinisasi. Suhu dimana granula pati mulai mengembang di dalam air panas disebut suhu gelatinisasi. Umumnya suhu gelatinisasi pati beras antara 68-78 o C (Winarno, 2004).

12 Susu skim Susu skim adalah bagian susu yang tinggal setelah krim diambil sebagian atau seluruhnya. Susu skim mengandung semua zat makanan dari susu kecuali lemak dan vitamin-vitamin yang larut dalam lemak. Aroma produk yang ditambah susu skim dapat meningkat akibat adanya kandungan laktosa dalam susu skim tersebut (Buckle, dkk., 1985). Susu skim mengandung lemak dengan jumlah yang sangat rendah. Komposisi kimia susu skim dapat dilihat pada Tabel 5. Tabel 5. Komposisi kimia susu skim dalam 100 g bahan Komposisi Kandungan Energi 362 kkal Protein 3,50 g Lemak 1 g Karbohidrat 52 g Kalsium 1300 mg Fosfor 1030 mg Besi 0,6 mg Vit A 0 Vit. C 7 mg Vit. B 0,35 mg Air 3,5 g Sumber: Departemen Kesehatan RI, 2004 Tepung gula Tepung gula yang ditambahkan pada MP-ASI selain memberikan rasa manis juga meningkatkan energi. Namun penggunaannya harus dibatasi karena kadar kemanisan yang tinggi menyebabkan anak menjadi kenyang sehingga konsumsi zat gizi menjadi rendah. Selain itu gula juga dapat berfungsi untuk membentuk susunan, komposisi, dan butiran produk menjadi halus dan lembut, serta mampu mengontrol penyebaran (Winarno, 2004).

13 Minyak nabati Makanan bayi harus menghasilkan energi yang cukup tinggi. Hal ini dapat dicapai dengan melakukan penambahan lemak dan gula. Lemak dapat diberikan sampai kandungannya dapat menyediakan energi sebanyak 25% atau maksimum sebanyak 10 g/produk. Untuk bayi, sebaiknya digunakan lemak nabati dan lemak yang mengandung asam lemak tak jenuh. Selain sebagai sumber energi lemak berfungsi untuk memperbaiki cita rasa atau memberikan rasa gurih (Krisnatuti dan Yenrina, 2000). Bubur Instan Bubur merupakan makanan dengan tekstur yang lunak sehingga mudah untuk dicerna. Bubur dapat dibuat dari beras, kacang hijau, beras mentah, ataupun dari beberapa campuran penyusun (Ratnawati, 1995). Bubur instan merupakan bubur yang telah mengalami proses pengolahan lebih lanjut sehingga dalam penyajiannya tidak diperlukan proses pemasakan. Penyajian bubur instan dapat dilkukan hanya dengan menambahkan air panas ataupun susu sesuai dengan selera (Fellow dan Ellis 1992). Bubur instan diperoleh dengan melakukan instanisasi terlebih dahulu pada komponen penyusun bubur yaitu dengan memasak komponen penyusun yang telah berbentuk tepung menjadi adonan kental dan dikeringkan. Hasil pengeringan dihaluskan sehingga menghasilkan tepung yang berukuran 60 mesh. Bahan tepung yang diperoleh telah bersifat instan dan dikemas menjadi bubur instan. Proses instanisasi produk akhir dalam teknologi pembuatan makanan bayi merupakan tahapan penting karena berfungsi untuk mempermudah penyajian, pengemasan, dan memperpanjang umur simpan. Apabila ditempatkan pada permukaan air yang

14 tidak dipanaskan, maka bubuk akan segera tenggelam dan terdispersi tanpa pengadukan. Bubuk harus mempunyai kemampuan yang tinggi dalam menyerap air, tenggelam, dan terdispersi (Hartomo dan Widiatmoko 1993). Untuk mengetahui daya terima bubur bayi instan dilakukan uji organoleptik. Uji organoleptik dilakukan oleh 15 panelis terhadap warna, aroma, rasa dan tekstur bubur bayi instan. Panelis pada penelitian ini adalah ibu-ibu yang memiliki anak balita. Pemilihan ibu-ibu sebagai panelis karena ibu yang menentukan makanan apa yang diberikan kepada bayinya. Menurut Winarno (1995) dalam Fernando (2008), makanan tambahan/sapihan bukan saja harus diterima oleh bayi tetapi juga harus diterima oleh ibunya. Kadar protein bahan makanan yang tinggi meningkatkan daya ikat terhadap air sehingga semakin tinggi kadar protein maka kadar air juga akan semakin tinggi. Semakin sedikit kadar air yang terdapat dalam bahan makanan maka umur simpan atau masa simpan makanan tersebut akan lebih panjang bila dibandingkan dengan bahan makanan lain yang memiliki kadar air lebih banyak (Winarno, 2004). Densitas kamba dihitung dengan mengetahui besarnya nilai massa partikel bubuk yang menempati suatu unit volume tertentu. Adanya perbedaan nilai densitaskamba disebabkan sifat fisik dan kimia bahan seperti ukuran dan bentuk partikel, gaya tarik menarik antar partikel bubuk dan penyebaran partikel, kadar air dan jumlah lemak yang ditambahkan atau diperkaya pada bubuk MP-ASI. Nilai densitas kamba dari berbagai makanan berbentuk bubuk umumnya antara 0,3-0,8 g/cm 3 (Wiratakusumah, dkk., 1992).