ANALISA PERANCANGAN KELISTRIKAN PADA MESIN SPOT WELDING STASIONER

dokumen-dokumen yang mirip
Percobaan 6 Kendali 3 Motor 3 Fasa Bekerja Secara Berurutan dengan Menggunakan Timer Delay Relay (TDR)

Percobaan 1 Hubungan Lampu Seri Paralel

Percobaan 8 Kendali 1 Motor 3 Fasa Bekerja 2 Arah Putar dengan Menggunakan Timer Delay Relay (TDR)

BAB IV PERHITUNGAN DAN PEMBAHASAN. Diketahui : Ditanya : m Al : 200g : 0,2kg Q :... (Joule) c Al

Pengaruh Variasi Waktu dan Tebal Plat Pada Las Titik terhadap Sifat Fisis dan Mekanis Sambungan Las Baja Karbon Rendah

SMP kelas 9 - FISIKA BAB 3. KEMAGNETAN DAN INDUKSI ELEKTROMAGNETLatihan Soal 3.2

BAB II LANDASAN TEORI. 2.1 Ohm meter. Pada dasarnya ohm meter adalah suatu alat yang di digunakan untuk

1. Dalam suatu ruang terdapat dua buah benda bermuatan listrik yang sama besar seperti ditunjukkan pada gambar...

Laporan Praktikum Fisika Transformator. Disusun Oleh : 1 Bindra Jati. (02) 2 Dwi Puspita A. (07) 3 Lida Puspita N. (13) 4 Mutiara Salsabella.

FISIKA LAPORAN PENGAMATAN INDUKSI ELEKTROMAGNETIK (LILITAN & TRANSFORMATOR) Oleh: Wisnu Pramadhitya Ramadhan/36/XII-MIPA 6

Perlengkapan Pengendali Mesin Listrik

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III PERANCANGAN DAN PEMBUATAN ALAT

MAKALAH. TIMER / TDR (Time Delay Relay)

1. Menerapkan konsep kelistrikan dan kemagnetan dalam berbagai penyelesaian masalah dan produk teknologi

LEMBAR KERJA SISWA (LKS) /TUGAS TERSTRUKTUR - - INDUKSI ELEKTROMAGNET - INDUKSI FARADAY DAN ARUS

BAB III PERANCANGAN DAN PEMBUATAN ALAT

TRAFO. Induksi Timbal Balik

Pengaruh Variasi Arus dan Tebal Plat pada Las Titik terhadap Sifat Fisis dan Mekanis Sambungan Las Baja Karbon Rendah

LEMBAR DISKUSI SISWA MATER : INDUKSI ELEKTROMAGNETIK IPA TERPADU KELAS 9 SEMESTER 2

MAKALAH INDUKTANSI DAN TRANSFORMATOR

BAB III METODE PROSES PEMBUATAN

: Dr. Budi Mulyanti, MSi. Pertemuan ke-12 CAKUPAN MATERI 1. TRANSFORMATOR 2. TRANSMISI DAYA 3. ARUS EDDY DAN PANAS INDUKSI 4. GGL INDUKSI KARENA GERAK

BAB I KOMPONEN DAN RANGKAIAN LATCH/PENGUNCI

Percobaan 5 Kendali 3 Motor 3 Fasa Bekerja Secara Berurutan

MODUL 10 DASAR KONVERSI ENERGI LISTRIK. Motor induksi

BAB IV PENGUJIAN DAPUR BUSUR LISTRIK

Kegiatan Belajar 2 : Memahami cara mengoperasikan peralatan pengendali daya tengangan rendah


BAB II LANDASAN TEORI

BAB IV PEMILIHAN KOMPONEN DAN PENGUJIAN ALAT

Teknologi Rekayasa Limbah Transformator Las Listrik

BAB II TRANSFORMATOR DAYA DAN PENGUBAH SADAPAN BERBEBAN. Tenaga listrik dibangkitkan dipusat pusat listrik (power station) seperti

Evaluasi Belajar Tahap Akhir F I S I K A Tahun 2005

TUGAS PERTANYAAN SOAL

Gerak Gaya Listrik (GGL) Electromotive Force (EMF)

Gambar 2.1. Kecenderungan posisi sebuah magnet

Percobaan 3 Kendali Motor 3 Fasa 2 Arah Putar

5.5. ARAH GGL INDUKSI; HUKUM LENZ

4.3 Sistem Pengendalian Motor

Pengaruh variasi kampuh las dan arus listrik terhadap kekuatan tarik dan struktur mikro sambungan las TIG pada aluminium 5083

PRINSIP KERJA ALAT UKUR

BAB III PERANCANGAN ALAT

BAB I PENDAHULUAN. Pengelasan adalah suatu proses penggabungan antara dua. logam atau lebih yang menggunakan energi panas.

BAB II LANDASAN TEORI

CONTOH SOAL TEORI KEJURUAN KOMPETENSI KEAHLIAN : TEKNIK INSTALASI TENAGA LISTRIK

PRINSIP KERJA ALAT UKUR PRAKTIKUM FISIKA DASAR II

REWINDING MOTOR INDUKSI 3 FASA JENIS IMC (INDUCTION MOTOR CAGE) DI PT. HOLCIM INDONESIA Tbk CILACAP PLANT

DTG1I1. Bengkel Instalasi Catu Daya dan Perangkat Pendukung KWH METER DAN ACPDB. By Dwi Andi Nurmantris

BAB I PENDAHULUAN. logam menjadi satu akibat adanya energi panas. Teknologi pengelasan. selain digunakan untuk memproduksi suatu alat, pengelasan

BAB II LANDASAN TEORI

UNIT III MENJALANKAN MOTOR INDUKSI TIGA FASE DENGAN MAGNETIC CONTACTOR

TRANSFORMATOR. Program Pendidikan Fisika Sekolah Tinggi Keguruan dan Ilmu Pendidikan Surya, Tangerang 2014

e. muatan listrik menghasilkan medan listrik dari... a. Faraday d. Lenz b. Maxwell e. Hertz c. Biot-Savart

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III PERENCANAAN DAN PEMBUATAN ALAT. perancangan pembuatan simulasi listrik, Pada perancangan sistem simulasi ini di

STUDI KOMPARASI KUALITAS HASIL PENGELASAN PADUAN ALUMINIUM DENGAN SPOT WELDING KONVENSIONAL DAN PENAMBAHAN GAS ARGON

UNIVERSITAS DIPONEGORO PERANCANGAN DAN PEMBUATAN MESIN LAS TITIK, BRAZING, DAN SOLDERING JINJING UNTUK INDUSTRI RUMAHAN TUGAS AKHIR

Apa itu Kontaktor? KONTAKTOR MAGNETIK / MAGNETIC CONTACTOR (MC) 11Jul. pengertian kontaktor magnetik Pengertian Magnetic Contactor

TOPIK 9 ELEKTROMAGNETIK

BAB II DASAR TEORI. Iwan Setiawan, Wagiman, Supardi dalam tulisannya Penentuan Perpindahan

BAB III PERANCANGAN PROTOTIPE

DAFTAR ISI DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN. pemasangan atau pembuatan barang-barang elektronika dan listrik.

BAB II LANDASAN TEORI. Resistansi atau tahanan didefinisikan sebagai pelawan arus yang

Pengenalan Simbol-sismbol Komponen Rangkaian Kendali

INDUKSI ELEKTROMAGNETIK

Induksi Elektromagnetik

BAB III PERANCANGAN SISTEM

HANDOUT KENDALI MESIN LISTRIK

SMA/MA IPA kelas 12 - FISIKA IPA BAB 7 GAYA GERAK LISTRIK INDUKSILatihan Soal 7.1

I. PENDAHULUAN. Dalam dunia industri saat ini tidak lepas dari suatu konsruksi bangunan baja

Induksi Elektromagnet

NASKAH PUBLIKASI DESAIN PROTOTIPE MOTOR INDUKSI 3 FASA

Dasar Konversi Energi Listrik Motor Arus Searah

LISTRIK STATIS. Listrik statis adalah energi yang dikandung oleh benda yang bermuatan listrik.

Transformator adalah suatu alat listrik yang dapat memindahkan dan mengubah energi listrik dari satu

Analisa Kekuatan Tarik Baja Konstruksi Bj 44 Pada Proses Pengelasan SMAW dengan Variasi Arus Pengelasan

PENGENALAN TEKNIK PENGENDALI ALAT LISTRIK INDUSTRI

STUDI KOMPARASI KUALITAS PRODUK PENGELASAN SPOT WELDING DENGAN PENDINGIN DAN NON-PENDINGIN ELEKTRODA

ALAT UKUR BESARAN LISTRIK. Jenis dan Prinsip Kerjanya

ANALISIS PENGARU ARUS PENGELASAN DENGAN METODE SMAW DENGAN ELEKTRODA E7018 TERHADAP KEKUATAN TARIK DAN KETANGGUHAN PADA BAJA KARBON RENDAH ABSTRAK

Hilman Herdiana Mahasiswa Diploma 3 Program Studi Teknik Listrik Jurusan Teknik Elektro Politeknik Negeri Bandung ABSTRAK

i : kuat arus listrik (A) a : jarak dari kawat berarus (m)

BAB II LANDASAN TEORI

LATIHAN FISIKA DASAR 2012 LISTRIK STATIS

OPTIMALISASI KUALITAS TEGANGAN TRANSFORMATOR DISTRIBUSI UNTUK PELANGGAN PLN BERDASAR PADA WINDING RATIO

Rencana Pelaksanaan Pembelajaran

DESAIN PROTOTIPE MOTOR INDUKSI 3 FASA ABSTRAKSI

SILABUS PEMBELAJARAN

BAB III PEMBAHASAN. Gambar 2. Portable Spot Welding (PSW)

TEKNOLOGI TEPAT GUNA MEMBUAT GENSET MENGGUNAKAN SEPEDA MOTOR

BAB II DASAR TEORI 2.1 PLC

BAB III PERANCANGAN SISTEM

Rancang Bangun Generator Portable Fluks Aksial Magnet Permanen Jenis Neodymium (NdFeB)

Desain Dan Analisis Sistem Kontrol Beban Lebih Pada Listrik Rumah Tinggal Dengan Multi Grup

Transformator (trafo)

NASKAH PUBLIKASI DESAIN GENERATOR AXIAL KECEPATAN RENDAH MENGGUNAKAN 8 BUAH MAGNET PERMANEN DENGAN DIMENSI 10 X 10 X 1 CM

STUDI PENGGUNAAN SISTEM PENDINGIN UDARA TEKAN UNTUK MENINGKATKAN EFISIENSI TRANSFORMATOR PADA BEBAN LEBIH

Transkripsi:

ANALISA PERANCANGAN KELISTRIKAN PADA MESIN SPOT WELDING STASIONER Yudi Sushendi 1, Achirul Sholeh 1, Riski Maulana 1,* 1 Teknik Elektro, Sekolah Tinggi Teknologi Texmaco, Jl. Raya Cipeundeuy Pabuaran Km. 3,5 Cipeundeuy- Subang, Jawa Barat 41272. E-mail : Riski.maulana@gmail.com * ABSTRAKS Spot welding ( las titik ) termasuk las tahanan listrik jenis ini merupakan metode yang banyak dan sederhana, konsentrasi arus ditentukan oleh luas kontak antara elektroda dan benda kerja, dan penggunaan mesin spot welding dalam dunia fabrikasi cukup penting, spot welding yang digunakan pada umumnya berskala besar dan hanya digunakan pada suatu pengelasan saja, maka dari itu dibutuhkan suatu mesin spot welding bersekala kecil. Dengan alasan tersebut maka kelistrikan pada mesin spot welding menggunakan material-material industri seperti, relay berfungsi untuk pengunci TDR ( time delay relay ) yang mana fungsinya untuk memberi dan memutuskan tegangan secara otomatis kepada transformator dimana cara kerja transformator dapat mengkonversikan dari energi listrik menjadi panas dengan arus yang dihantarkan pada elektroda yaitu 284 Ampere yang mana mampu mengelas berbahan berjenis kawat dengan diameter 0,5 mm dan 1 mm dengan waktu yang dibutuhkan adalah 10 detik dan mampu menurunkan penggunaan daya KWh sekitar 0,01 KWh per 10 detik dan sangat efesiensi untuk penggunan idustri rumahan. Kata kunci : Spot welding, Kelistrikan, Penggunaan Kwh. 1.1 Latar Belakang 1. PENDAHULUAN Spot welding merupakan sebuah proses penyambungan dua buah kawat atau lebih pada titik-titik terpisah pada permukaan kawat, resistansi dari aliran arus pada kawat menimbulkan panas, kemudian terjadi kenaikan tempratur pada permukaan kontak kawat hingga mencapai titik lebur kawat,ditambah dengan adanya penekenan dari elektroda mesin spot weldingsehingga menyatu dan terbentuklah nuget las. Pengunaan mesin spot welding dalam dunia fabrikasi cukup penting, spot welding yang digunakan pada umumnya bersekala besar dan hanya digunakan pada suatu pengelasan saja, maka dari itu dibutuhkan suatu mesin spot welding bersekala kecil. Berdasarkan hasil rancangan dan percobaan diharapkan mesin spot welding dapat digunakan dalam skala industry rumahan seperti pembuatan, tong sampah, serok dan lainlain. 1.2 Konversi Energi Suatu energi manfaatnya baru akan dapat terlihat apabila energi tersebut mengalami suatu perubahan bentuk dari enegi satu ke dalam energi yang lainnya, seperti yang kita ketahui bahwa energi-energi memiliki suatu hukum yang sering disebut dengan hukum kekalan energi, bunyi hukum dari hukum kekekalan energi adalah energi tidak dapat diciptakan dan tidak dapat dimusnahkan, tetapi energi dapat berubah bentuk dari bentuk satu kebentuk yang lainnya. 1.3 Pengelasan Pengelasan merupakan salah satu bagian yang tak terpisahkan dari proses manufaktur. Proses pengelasan (welding) merupakan salah satu teknik penyambungan logam dengan atau tanpa tekanan dan dengan atau tanpa logam tambahan sehingga menghasilkan sambungan yang kotinu. Sedangkan definisi menurut Deutche Industrieand Normen (DIN), las adalah ikatan metalurgi pada sambungan logam atau logam paduan yang dilaksanakan dalam keadaan melting atau cair (Wiryosumarto, 1996). 1.4 Relay Relay adalah komponen listrik yang bekerja berdasarkan prinsip induksi medan elektromagnetis, Jika sebuah penghantar dialiri oleh arus listrik, maka disekitar penghantar tersebut timbul medan magnet, medan magnet yang dihasilkan oleh arus listrik tersebut selanjutnya diinduksikan kelogam ferromagnetis. 18

1.5 Prinsip Kerja Timer Delay Relay Perinsip kerja timer menggunakan induksi magnet dan menggunakan rangkaian elektronika, timer dengan prinsip induksi magnet bekerja seperti prinsip motor induksi, sedangkan timer yang menggunakan prinsip elektronika memiliki rangkaian R dan C yang dihubungkan secara seri dan parerel, jika tegangan telah mengisi penuh maka relay timer akan terhubung dan lama waktu tunda berdasarkan besar kecilnya pengisisan kapasitor bagian input timer diberi simbol kumparan keluarannya dalam bentuk kontak-kontak normally open dan nprmally close sebagaian timer memiliki 8 buah kaki 2 diantaranya merupakan kaki coil ( timer pada contoh untuk kaki 2 dan 7 ) kaki yang lain akan terpasang NO dan NC,kaki 1 akan NC dengan 4 dan NO dengan kaki 3 sedangkan kaki 8 akan NC dengan kaki 5 dan NO dengan kaki 6. 1.6 Transformator Gambar 1. TDR (Time Delay Relay) Transformator adalah induksi bersama (mutualinduction) antara dua rangkaian yang dihubungkan oleh fluks magnet. Dalam bentuk yang sederhana, transformator terdiri dari dua buah kumparan yang secara listrik terpisah tetapi secara magnet dihubungkan oleh suatu alur induksi. Kedua kumparan tersebut mempunyai mutualinduction yang tinggi. Jika salah satu kumparan dihubungkan dengan sumber tegangan bolak-balik, fluks bolak-balik timbul didalam inti besi yang dihubungkan dengan kumparan yang lain menyebabkan atau menimbulkan GGL (gaya gerak listrik) induksi (sesuai dengan induksi elektromagnet) dar ihukum faraday. Gambar 2. Transormator Berdasarkan hukum Faraday yang menyatakan magnitude dari electro motive force (emf) proporsional terhadap perubahan fluks terhubung dan hukum Lenz yang menyatakan arah dari emf berlawanan dengan arah fluk ssebagai reaksi perlawanan dari perubahan fluks tersebut. Hubungan antara tegangan primer, jumlah lilitan primer, tegangan sekunder, dan jumlah lilitan sekunder, dapat dinyatakan dalam persamaan : Keterangan : Vp = tegangan primer ( Volt ). Vs = teganagan sekunder ( Volt ). Np = jumlah lilitan primer. Ns = jumlah lilitan sekunder. Vp : Vs = Np : Ns (1) 19

2. METODE 2.1 Perancangan Kelistrikan Mesin Spot Welding Perancangan skema rangkaian pengunci relay menggunakan software fluidsim dimana hasil rancangan nantinya dapat disimulasikan secara langsung menggunakan software fluidsim. +24V 1 2 3 R1 R1 T1 R1 T1 5 0V 2 3 Gambar 3. Sistem Pengunci Relay Gambar 3 adalah sebuah rangkaian pengunci relay yang barfungsinya untuk pengunci relay dan meberikan arus input untuk mengoprasikan T1 ( relay with switch-off delay ). 1 Gambar 4. Kelistrikan Mesin Spot welding Rangkaian kelistrikan pada mesin spot welding, dimana arus input dari tegangan 220 V, dan bilamana tombol push button ditekan maka R1 ( relay ) sebagai rangkaian pengunci akan memberikan arus masukan pada T1 ( timer ), yang mana T1 ( timer ) akan bekerja sesuai setingan yang sudah ditentukan, maka arus listrik akan mengalir pada transformator ( trafo ) dan terjadilah konversi energi panas. Yang dimaksud gulungan per volt yaitu sejumlah gulungan kawat yang disesuaikan untuk tegangan sebesar 1 Volt. untuk menetapkan besaran jumlah gulungan per volt dipakai ketentuan : Dapat dirumuskan : gpv = f/o (2) Keterangan : gpv = jumlah gulungan per volt. F = frekuensi listrik ( 50hz ). O = luas irisan teras diukur dengan cm². ( hasil kali dari lebar dan tinggi tempat gulungan ). 20

Maka : Lilitan/Volt = Keterangan : = lilitan F = Frekuensi ( 50 Hz ). A = Luas Penampang ( cm² ). Mencari gulungan per volt dapat dirumuskan : ( cm² ) (3) A = T x L (4) = 9,5 x 6,5 = 61,75 cm² Mencari gulungan primer : Gpv = =, = 0,809 gulungan per volt Vp = 220 Volt (5) Np = Vp x Gpv = 220 x 0,809 = 177,98 gulungan ( 178 ) Vs = 5 Volt output keluaran dari transformator Mencari arus sekunder ( Is ) dapat dirumuskan : = Is x 5 = 220 x 4 Is = = 176 Ampere. Mencari lilitan sekunder ( Ns ) dapat dirumuskan : = = = (7) Ns x 220 = 178 x 5 Ns = = 4,04 lilitan Dalam perancangan perhitungan adalah 4,04 lilitan sekunder dan perancangan pada lilitan sekuder adalah 6 lilitan. Mencari tegangan sekunder ( Vs ) dapat dirumuskan : = (8) Vs x 178 = 220 x 6 Vs = = 7,42 Volt. Mencari arus sekunder ( Is ) dapat dirumuskan : = (9), Is x 7,42 = 220 x 4 Is =, = 118,59 Ampere. (6) 21

3. HASIL DAN PEMBAHASAN 3.1 Peralatan yang Digunakan Dalam Proses Pengujian. Termometer Kawat berdiameter 0,5 mm dan 1 mm Tang ampere Voltmeter Pada transformator menggunakan lilitan sekunder ( Ns ) yang memakai plat berbahan tembaga dengan : Panjang : 2,5 meter Lebar : 2,5 cm Tebal : 0,5 mm Hasil dari arus sekunder ( Is ) dengan mengunakan tang ampere sebagai alat yaitu : 284 Ampere. Mencari tegangan sekunder ( Vs ) dapat dirumuskan : = Vs x 284 = 160 x 4 Vs = = 2,25352 Volt. (10) Tabel 1. Perbandingan antara Perhitungan dan Pengukran Perbandingan Perhitungan Pengukuran Tegangan sekunder ( Vs ) 7,24 V 2,25 V Arus primer ( Is ) 118,54 A 284 A Lilitan sekunder ( Ns ) 4 6 Tegangan primer ( Vp ) 220 V 160 V Bahan Gambar Tempratur Terukur C Waktu yang dibutuhkan ( t ) Arus Las Ampere ( A ) kawat 58 C 10 detik 284 A Ukuran 0,5 mm & 0,5 mm 22

Tabel 2. Pengujian Hasil kawat 58 C 10 detik 284 A Ukuran 1,0mm & 1,0 mm Gambar 5. Hasil Pengelasan Untuk bahan kawat berukuran diameter 0,5 milimeter dalam jangaka perhitungan waktu 10 detik, bilamana waktu melebihi dari 10 detik akan menyebabkan patah dibagian dibagian pengelasan pada bahan tersebut, jika kurang waktu dari 10 detik akan menyebabkan penegelasan tidak akan menempel dengan sempurna. Harga per KWH :., = 604,7 (11) = Rp. 604.7 / KWH Posisi KWH sebelum pengujian 50.59 dan setelah pemakaian atau pengujian mesin spot welding dengan waktu 10 detik tercatat 50.58, jadi penggunaan KWH oleh mesin spot welding yaitu 50.59-50.58 = 0,01 23

KWH, bila dilihat dari pemakaian mesin spot welding dalam 1 x spot dengan waktu ( 10 detik ) maka dapat dirumuskan : Penggunaan KWH x Harga per KWH = 0,01 KWH x Rp. 604,7 = Rp. 6,047 10 detik = Rp. 6,047( dalam 1 x spot ). 4. KESIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah dilakukan, maka dapat disimpulkan bahwa : 1. Hasil perancangan kelistrikan mesin spot welding dapat digunakan untuk proses idustry rumahan, dari energy listrik yang dirubah oleh traformator yang menghasilkan panas yang diteruskan ketembaga (elektroda ). Dengan hasil pengujian maka diperoleh performa dari kelistrikan mesin spot welding dengan hasil rancangan yaitu, tegangan input 220 Volt dan Tegangan output 2,25 Volt dengan ampere output 284 ampere mampu untuk mengelas bahan jenis kawat berukuran diameter 0.5 milimeter dengan minimum pemakain mesin spot welding dengan waktu kurang dari 10 detik, dan untuk bahan kawat berukuran diameter 1 milimeter diharuskan waktu 10 detik, bila kurang dari waktu yang sudah ditentukan maka hasil tidak akan maksimal. 2. Pada mesin spot welding ini pengunaan dayanya yang sangat efesien, dalam 1 x spot dengan waktu 10 detik mampu menurunkan pengunaan daya sebanyak 0.01 KWH dengan nominal rupiah sebesar Rp.6,047 per 1x spot, maka cocok dengan industry rumahan dengan jenis bahan yaitu kawat. 5. DAFTAR PUSTAKA 1. Archie, W. Et al. (1996). Prinsip-PrinsipKonversi Energi. Jakarta : Erlangga. 2. Barry G. Et al. (2006). Elektronika Praktis. Jakatra : Pradnya Paramita 3. Wiryosumarto, H. (1996). Teknologi Pengelasan Longam. Jakarta : Pradnya Paramita. 4. Panitia PUIL. (2000). Persyaratan Umum Instalasi Listrik 2000 ( PUIL 2000 ). Jakarta : Yayasan PUIL 5. Sutrisno. (1986). Elektronika Teori dan Penerapannya. Bandung : ITB. Terbitan Pertama. 6. Yurianto. (1990). Metode Prancangan Mesin Las Titik, Brazing, dan Soldering Jinjing untuk Indstri Kecil. 24