Wenny Chartika. Andri Dwi Hernawan dan Abduh Ridha

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Jurnal Keperawatan, Volume X, No. 1, April 2014 ISSN

HUBUNGAN PENGETAHUAN, SIKAP, DAN SUMBER INFORMASI DENGAN UPAYA PENCEGAHAN HIV/AIDS PADA REMAJA KOMUNITAS ANAK JALANAN DI BANJARMASIN TAHUN 2016

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. diselesaikan. Pada akhir abad ke-20 dunia dihadapkan dengan permasalahan

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Human Immunodeficiency Virus (HIV) adalah virus yang mengakibatkan

BAB 1 PENDAHULUAN. kekebalan tubuh manusia. Acquired Immunodeficiency Syndrome atau AIDS. tubuh yang disebabkan infeksi oleh HIV (Kemenkes RI, 2014).

Prosiding Pendidikan Dokter ISSN: X

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dan diduga akan berkepanjangan karena masih terdapat faktor-faktor yang

BAB I PENDAHULUAN. dalam kurun waktu adalah memerangi HIV/AIDS, dengan target

1 Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN. Acquired Immune Deficiency Syndrome atau yang lebih dikenal dengan

BAB I PENDAHULUAN. Millennium Development Goals (MDGs), sebuah deklarasi global yang telah

PENGETAHUAN DAN SIKAP SISWA SMA TENTANG HIV/AIDS DI SMU NEGERI 1 WEDI KLATEN. Sri Handayani* ABSTRAK

BAB 1 PENDAHULUAN. Pandemi Acquired Immune Deficiency Syndrome (AIDS), saat ini merupakan

BAB 1 PENDAHULUAN. menjalankan kebijakan dan program pembangunan kesehatan perlu

BAB I PENDAHULUAN. sistem imun dan menghancurkannya (Kurniawati, 2007). Acquired

BAB I PENDAHULUAN. pada sejarah, United National HIV/AIDS (UNAIDS) & Word Health. diperkirakan sebanyak 1.6 juta orang diseluruh dunia.

BAB 1 PENDAHULUAN. Acquired Immune Deficiency Syndrome (AIDS) merupakan kumpulan gejala

BAB 1 PENDAHULUAN. Pembangunan kesehatan bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan

PENINGKATAN PENGETAHUAN DAN SIKAP WARGA BINAAN KASUS NARKOBA DALAM PENCEGAHAN HIV DAN AIDS DI LEMBAGA PEMASYARAKATAN KELAS IIA SEMARANG

BAB I PENDAHULUAN. meninggal akibat HIV/AIDS, selain itu lebih dari 6000 pemuda umur tahun

NASKAH PUBLIKASI FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PERILAKU KEPATUHAN PENASUN DALAM MENGIKUTI PTRM DI RSJD SUNGAI BANGKONG PONTIANAK 2015

PENGETAHUAN DAN SIKAP SISWA SMA TENTANG HIV/AIDS DI SMU NEGERI I WEDI KLATEN. Sri Handayani ABSTRAK

Pengaruh Promosi Kesehatan Tentang HIV/AIDS Terhadap Tingkat Pengetahuan Remaja

BAB I PENDAHULUAN. macam pekerjaan rumah tangga. Sedangkan HIV (Human Immuno Virus)

SKRIPSI. Skripsi ini Disusun untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Ijazah S1 Kesehatan Masyarakat. Disusun Oleh :

BAB 1 PENDAHULUAN. Immunodeficiency Virus (HIV)/ Accuired Immune Deficiency Syndrome (AIDS)

BAB I PENDAHULUAN. Human Immunodeficiency Virus (HIV) adalah virus yang awalnya

TINGKAT PENGETAHUAN SISWA SMA TENTANG HIV/AIDS DAN PENCEGAHANNYA

BAB 1 PENDAHULUAN. Human Immunodeficiency Virus (HIV) adalah retrovirus yang menginfeksi

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit HIV/AIDS merupakan suatu penyakit yang terus berkembang

GLOBAL HEALTH SCIENCE, Volume 2 Issue 1, Maret 2017 ISSN

BAB I PENDAHULUAN. Human Immunodeficiency Virus (HIV) dan Acquired Immune Deficiency

Kesehatan Reproduksi Remaja Putri di SMA Negeri 2 Takengon

2013 GAMBARAN PENGETAHUAN REMAJA TENTANG HIV/AIDS DI KELAS XI SMA YADIKA CICALENGKA

BAB I PENDAHULUAN. Bali, respon reaktif dan proaktif telah banyak bermunculan dari berbagai pihak, baik

PENGARUH PEMBERIAN PENYULUHAN TERHADAP TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG HIV/AIDS PADA REMAJA SISWA KELAS VIII SMP MUHAMMADIYAH 1 YOGYAKARTA TAHUN 2011

BAB 1 PENDAHULUAN. Immunodeficiency Syndrome (AIDS) adalah kumpulan gejala yang timbul akibat

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Human Immunodefficiency Virus (HIV) adalah virus penyebab Acquired Immune Deficiency Syndrome (AIDS) yang

HIV/AIDS. Intan Silviana Mustikawati, SKM, MPH

BAB 1 PENDAHULUAN. kekebalan tubuh manusia, sedangkan Acquired Immunodeficiency Syndrom. penularan terjadi melalui hubungan seksual (Noviana, 2013).

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang. HIV/AIDS (Human Immunodeficiency Virus/Acquired Immune Deficiency

BAB 1 : PENDAHULUAN. United Nation, New York, telah menerbitkan World Drugs Report 2015 yang

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PEMANFAATAN PROGRAM PREVENTION OF MOTHER TO CHILD TRANSMISSION

BAB I PENDAHULUAN. yang diakibatkan oleh HIV (Human Immunodeficiency Virus). Jalur transmisi

BAB I PENDAHULUAN. dari dua jenis virus yang secara progresif merusak sel-sel darah putih yang disebut

PENELITIAN HUBUNGAN PENGETAHUAN WANITA PEKERJA SEKSUAL DENGAN KEJADIAN INFEKSI MENULAR SEKSUAL. Anggia Suci W *, Tori Rihiantoro **, Titi Astuti **

BAB I PENDAHULUAN. kekebalan tubuh yang disebabkan oleh virus HIV (Human. Immunodeficiency Virus) (WHO, 2007) yang ditemukan dalam

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia dan masih sering timbul sebagai KLB yang menyebabkan kematian

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. suatu pendekatan untuk meningkatkan kemauan (willingness) dan. meningkatkan kesehatannya (Notoatdmodjo, 2010).

BAB 1 PENDAHULUAN. kesehatan masyarakat di negara berkembang, dimana penyakit IMS membuat

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Angka morbiditas dan angka mortalitas yang disebabkan oleh infeksi Human

Faktor Risiko yang Berhubungan dengan Kejadian HIV dan AIDS Di Puskesmas Kassi-kassi Kota Makassar

BAB 1 : PENDAHULUAN. adalah penggunaan kondom pada hubungan seks risiko tinggi dan penggunaan

BAB I PENDAHULUAN. Sebaliknya dengan yang negatif remaja dengan mudah terbawa ke hal yang

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan HIV/AIDS di Indonesia sudah sangat mengkhawatirkan karena

BAB 1 PENDAHULUAN. pencegahan IMS yang dilaksanakan di banyak negara, nampaknya belum

BAB I PENDAHULUAN. menjadi prioritas dan menjadi isu global yaitu Infeksi HIV/AIDS.

Puskesmas Bilalang Kota Kotamobagu

BAB I PENDAHULUAN. Immuno Deficiency Syndrom) merupakan masalah kesehatan terbesar di dunia

BAB I PENDAHULUAN. Human Immunodefficiency Virus (HIV) merupakan virus penyebab

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. HIV/AIDS (Human Immunodeficiency Virus/Acquired Immune Deficiency

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN DAN SIKAP DENGAN TINDAKAN PENCEGAHAN DEMAM BERDARAH DENGUE (DBD) DI KELURAHAN MALALAYANG 2 LINGKUNGAN III

BAB 1 PENDAHULUAN. Human Immunodeficiency Virus (HIV), merupakan suatu virus yang

BAB I PENDAHULUAN. Acquired Immunodeficiency Syndrome atau Acquired Immune. rusaknya sistem kekebalan tubuh manusia akibat infeksi virus HIV 1.

BAB I PENDAHULUAN. (HIV/AIDS) merupakan masalah kesehatan di seluruh dunia. World Health

HUBUNGAN DUKUNGAN KELOMPOK SEBAYA DENGAN KUALITAS HIDUP ODHA DI YAYASAN LANTERA MINANGKABAU SUPPORT PADANG TAHUN 2016

BAB I PENDAHULUAN. generasi baik secara kualitas maupun kuantitas. sesuatu yang mengarah pada aktivitas positif dalam pencapaian suatu prestasi.

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN HIV DAN

57 2-TRIK: Tunas-Tunas Riset Kesehatan

Jurnal Kesehatan Masyarakat

BAB I PENDAHULUAN sebanyak 1,1 juta orang (WHO, 2015). menurut golongan umur terbanyak adalah umur tahun dengan

BAB I PENDAHULUAN. yang mengakomodasi kesehatan seksual, setiap negara diharuskan untuk

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang

*Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi Manado. Kata kunci: Status Tempat Tinggal, Tempat Perindukkan Nyamuk, DBD

BAB 1 PENDAHULUAN. Human Imunnodeficiency Virus (HIV)/ Acquired Imunne Deficiency

PERAN CERAMAH TERHADAP TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG AIDS PADA SISWA KELAS XI SMK NEGERI 4 SURAKARTA SKRIPSI

HUBUNGAN PAPARAN MEDIA INFORMASI DENGAN PENGETAHUAN PENYAKIT DEMAM BERDARAH DENGUE PADA IBU-IBU DI KELURAHAN SAMBIROTO SEMARANG

PERBEDAAN PENGETAHUAN HIV/AIDS PADA REMAJA SEKOLAH DENGAN METODE PEMUTARAN FILM DAN METODE LEAFLET DI SMK BINA DIRGANTARA KARANGANYAR

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Human Immunodeficiency Virus (HIV) merupakan virus golongan

Universitas Tribhuwana Tunggadewi Malang 2)

BAB 1 PENDAHULUAN. Sasaran pembangunan milenium (Millennium Development Goals/MDGs)

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENGETAHUAN PERAWAT DENGAN PERILAKU PENCEGAHAN PENULARAN DARI KLIEN HIV/AIDS DI RUANG MELATI 1 RSUD DR MOEWARDI SURAKARTA

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN, PERAN KELUARGA DAN SUMBER INFORMASI (MEDIA) DENGAN PERILAKU SEKSUAL REMAJA PRANIKAH DI SMP 1 PARANG KABUPATEN MAGETAN

FAKTOR FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PENGETAHUAN BIDAN TENTANG PENULARAN HIV/AIDS PADA PROSES PERSALINAN DI RUMAH SAKIT UMUM PUSAT H

2015 GAMBARAN PENGETAHUAN SISWA SISWI KELAS XI TENTANG PENYAKIT MENULAR SEKSUAL DI SMA NEGERI 24 BANDUNG

BAB 1 PENDAHULUAN. Menurut Profil Kesehatan Sumatera Utara Tahun 2013, salah satu penyakit

BAB 1 PENDAHULUAN. sosial yang utuh bukan hanya bebas penyakit atau kelemahan dalam segala aspek

HUBUNGAN JENIS MEDIA INFORMASI DENGAN PENGETAHUAN TENTANG HIV/AIDS PADA REMAJA DI DESA X KECAMATAN PARAKAN KABUPATEN PTEMANGGUNG ARTIKEL

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Ikatan Dokter Indonesia (IDI) tahun 2013 menjelaskan. HIV atau Human Immunodefisiensi Virus merupakan virus

BAB I PENDAHULUAN. HIV atau Human Immunodeficiency Virus adalah sejenis virus yang

Kata kunci: Status Tempat Tinggal, Tempat Perindukkan Nyamuk, DBD, Kota Manado

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Human Immunodeficiency Virus (HIV) (Depkes RI, 2006). Seseorang yang telah

BAB I PENDAHULUAN. (AIDS) pada tahun 1981 telah berkembang menjadi masalah kesehatan. (UNAIDS) dalam laporannya pada hari AIDS sedunia tahun 2014,

Transkripsi:

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN, SIKAP, AKSES INFORMASI HIV/AIDS DAN DUKUNGAN KELUARGA DENGAN PERILAKU PENCEGAHANHIV/AIDS PADA PENGGUNA NAPZA SUNTIK DI KOTA PONTIANAK 1 2 2 Wenny Chartika. Andri Dwi Hernawan dan Abduh Ridha THE RELATIONSHIP BETWEEN KNOWLEDGE, ATTITUDE, INFORMATION ACCESS OF HIV/AIDS AND FAMILY SUPPORT TO THE PREVENTIVE BEHAVIOR OF HIV/AIDS ON THE INJECTING DRUG USERS IN PONTIANAK 1 2 Fakultas Ilmu Kesehatan, Universitas Muhammadiyah Pontianak, 2013. email : wenny_chartika@yahoo.com Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Pontianak ABSTRAK Kota Pontianak merupakan kota dengan kasus terbanyak HIV/AIDS di Kalimantan Barat, berdasarkan laporan Dinas Kesehatan Kota Pontianak kasus HIV(+) adalah sampai dengan Agustus 2010 jumlah kasus HIV(+) 1.268 kasus, kemudian meningkat menjadi 1.588 kasus HIV(+) sampai dengan September 2011, dan terus meningkat sampai dengan Oktober 2012 jumlah kasus HIV (+) menjadi 1.786 kasus. Sedangkan pada tahun 2012 jumlah kasus HIV/AIDS secara kumulatif mencapai 2.740 kasus. Tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara pengetahuan, sikap, akses informasi HIV/AIDS, dan dukungan keluarga dengan perilaku napza suntik di Kota Pontianak. Jenis penelitian ini adalah penelitian observasional yang bersifat analitik, dengan pendekatan cross sectional, sampel dalam penelitian ini berjumlah 68 responden. Uji statistik yang digunakan adalah Chisquare (X²), dengan derajat ketepatan 95% (á = 0,05). Berdasarkan hasil analisis bivariat diperoleh tidak ada hubungan antara pengetahuan dengan perilaku pencegahan HIV/AIDS Pontianak (p value = 1,000), ada hubungan antara sikap dengan perilaku pencegahan HIV/AIDS Pontianak (p value = 0,000), Tidak ada hubungan antara akses informasi HIV/AIDS dengan perilaku napza suntik di Kota Pontianak (p value = 0,215) dan Ada hubungan antara dukungan keluarga dengan perilaku pencegahan HIV/AIDS Pontianak (p value = 0,009). Diharapkan Dinas Kesehatan Kota Pontianak untuk melakukan upaya intervensi pada pengguna napza suntik di Kota Pontianak dengan memberikan penyuluhan serta memberikan informasi kesehatan terkait bahaya penyalahgunaan narkoba dan bahaya HIV/AIDS Kata Kunci : Pengetahuan, Sikap, Akses Informasi, dukungan Keluarga, Perilaku, HIV/AIDS ABSTRACT Pontianak is a city with the most of HIV/AIDS cases in West Borneo, based on the data from Pontianak Health Department the cases of HIV/AIDS until August 2010 reached 1.268 cases, then increased 1.588 cases until September 2011, and kept on raising until October 2012 with 1.786 cases of HIV/AIDS. Furthermore, in 2012 the cases of HIV/AIDS cumulatively reached 2.740 cases. The general purpose of this research is to obtain the relationship between knowledge, attitude, information access of HIV/AIDS and family support to the HIV/AIDS preventive behavior on the injecting drug users in Pontianak City. This research is analytic observational research with cross sectional approach, the sample in this 2 research is 68 respondents. The statistic test used was Chi-Square (X ), with accuracy degree 95% (á=0.05). Based on bivariate analysis results were obtained that there was no relationship between knowledge to the preventive behavior of HIV/AIDS on the injecting drug users in Pontianak City(p value= 1.000), there was relationship between attitude to the preventive behavior of HIV/AIDS on injecting drug users in Pontianak City (p value = 0.000), there was no relationship between information access of HIV/AIDS to the preventive behavior of Jurnal Mahasiswa dan Penelitian Kesehatan - JuManTik 163

HIV/AIDS on injecting drug users in Pontianak City (p value= 0.215) and there was relationship between family support to the preventive behavior of HIV/AIDS on injecting drug users in Pontianak City (p value= 0.009). It is expected to Pontianak Health Department to do some intervention efforts to injecting drug users in Pontianak by giving counseling and also by giving health information which is related to the misapplying of drugs and risks of HIV/AIDS. Keywords : Knowledge, Attitude, Information Access, Family Support, Behavior, HIV/AIDS LATAR BELAKANG Acquired immune deficiency syndrome (AIDS) adalah sekumpulan gejala penyakit kerusakan sistem kekebalan tubuh, bukan penyakit bawaan tetapi didapat dari hasil penularan. Penyakit ini disebabkan oleh Human Immunodeficiency Virus (HIV). HIV dan AIDS ini sudah menjadi masalah internasional karena dalam waktu relatif singkat terjadi peningkatan jumlah kasus dan semakin melanda banyak negara. Sampai saat ini belum ditemukan vaksin atau obat yang relatif efektif untuk AIDS sehingga menimbulkan keresahan di dunia. selain berdampak negatif pada bidang medis, AIDS juga berdampak negatif pada bidang lainnya 1. seperti ekonomi, politik, etika, dan moral Perkembangan kasus HIV/AIDS di dunia terus meningkat setiap tahunnya. Menurut data World Health Organization (WHO), pada tahun 2011 jumlah orang yang menderita HIV mencapai 34 juta orang, sedangkan yang meninggal karena AIDS mencapai 1,8 juta di seluruh dunia. Bagian dunia yang terbanyak penderita HIV adalah Afrika dengan 22,9 juta orang. Posisi kedua Asia Tenggara dengan penderita 3,5 juta orang, sementara posisi ketiga ditempati 2 Amerika dengan 3 juta orang. Kasus HIV/AIDS di Indonesia berdasarkan laporan Ditjen PP dan PL Kemenkes Republik Indonesia hingga Juni 2011 jumlah kasus AIDS, pada tahun 2009 terdapat 3.863 kasus, kemudian meningkat menjadi 4.158 kasus pada tahun 2010 dan terus meningkat sampai dengan juni 2011 kasus AIDS dikumulatifkan menjadi 26.483 kasus, terus meningkatnya kasus HIV/AIDS setiap tahunnya di Indonesia menjadi masalah serius. Adapun urutan sepuluh besar kasus AIDS tertinggi dari 10 Propinsi yang melapor, pada urutan pertama kasus AIDS adalah DKI Jakarta dengan 3.997 kasus, urutan kedua yaitu papua dengan 3.938 kasus, dan di urutan ketiga adalah jawa barat dengan 3.809 kasus. Sedangkan Kalimantan Barat menempati urutan ketujuh dengan jumlah kasus 1.125 kasus. Tingginya jumlah kasus HIV/AIDS di Kalimantan Barat patut menjadi perhatian, karena pada setiap tahunnya kasus HIV/AIDS di Kalimantan Barat mengalami peningkatan secara signifikan. Secara kumulatif pada tahun 2010 HIV (+) 2.751 kasus, AIDS 1.450 kasus dan meninggal 347 kasus; kemudian sampai September tahun 2011 HIV (+) 3.335 kasus, AIDS 1.610 kasus dan meninggal 374 kasus; dan terus meningkat sampai Oktober 2012 HIV (+) 3.709 kasus, AIDS 1.782 kasus, dan 3. meninggal 511 kasus Jumlah kasus di Kalimantan Barat secara kumulatif telah mencapai 5.491 kasus terdari dari penderita HIV(+) berjumlah 3.709 kasus dan penderita AIDS berjumlah 1.782 kasus. Penyebaran HIV/AIDS Provinsi Kalimantan Barat tergolong tinggi dan cepat 164 Jurnal Mahasiswa dan Penelitian Kesehatan - JuManTik

persebarannya yang disebabkan karena industri seks komersial yang makin berkembang dan seiring dengan tingginya tingkat penyalahgunaan Napza (jarum suntik) yang menempatkan Kalimantan Barat di posisi ketujuh di Indonesia, memprihatinkan Kalimantan Barat yang mempunyai kepadatan penduduk yang cukup kecil tetapi angka kasus HIV/AIDS yang 4 cukup tinggi. Laporan triwulan Kemenkes RI sampai dengan Juni 2011 menunjukan data 5 provinsi di Indonesia dengan kasus AIDS terbanyak pada pengguna Napza suntik yang terbesar berturut-turut adalah DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa Timur, Sulawesi selatan dan Bali. Sedangkan kumulatif kasus AIDS di Indonesia pada pengguna Napza suntik berjumlah 9.597 orang dan di Kalimantan Barat jumlah kasus AIDS pada pengguna napza suntik berjumlah 197 kasus (Kemenkes RI, 2011). Di Kota Pontianak estimasi pengguna napza suntik (penasun) sebanyak 235 orang sampai dengan juni 5 2012 Kota Pontianak merupakan kota dengan kasus terbanyak HIV/AIDS di Kalimantan Barat, berdasarkan laporan Dinas Kesehatan Kota Pontianak kasus HIV(+) adalah sampai dengan Agustus 2010 jumlah kasus HIV(+) 1.268 kasus, kemudian meningkat menjadi 1.588 kasus HIV(+) sampai dengan September 2011, dan terus meningkat sampai dengan Oktober 2012 jumlah kasus HIV (+) menjadi 1.786 kasus. Berdasarkan data kasus di Kota Pontianak, jumlah kasus HIV/AIDS secara kumulatif mencapai 2.740 kasus sampai dengan Oktober 2012. Kelompok beresiko pengguna napza suntik (penasun)/idu memberikan andil yang cukup bermakna terhadap perkembangan kasus baru di Kota Pontianak. Di mana data mengenai jumlah pengguna napza suntik di Kota pontianak lebih bersifat sebagai fenomena gunung es. Sangat mungkin, jumlah yang sebenarnya jauh lebih besar dari yang diketahui selama ini. Tingginya prevalensi kasus HIV/AIDS pada kelompok pengguna napza suntik cepat atau lambat akan menyebar pada populasi lainnya dikarenakan beberapa faktor, antara lain karena kebiasaan pinjam meminjam jarum suntik tanpa disetrilkan terlebih dahulu, sehingga dengan mudah memindahkan darah yang terinfeksi HIV ke pecandu lainnya; karena kaitan yang erat antara pekerja seks dan seks bebas, dan karena belum adanya 6 upaya pencegahan yang efektif. 7 Menurut Green (1980) dalam, perilaku dipengaruhi oleh 3 faktor utama, yakni : faktor predisposisi (predisposing factor) yang mencakup pengetahuan dan sikap masyarakat terhadap kesehatan, tingkat pendidikan; faktor pemungkin (enabling factor) mencakup ketersediaan sarana dan prasarana atau fasilitas kesehatan bagi masyarakat; dan faktor penguat (reinforcing factor) seperti dukungan keluarga, tokoh agama, dan petugas termasuk petugas kesehatan. Perubahan perilaku biasanya diawali dengan perubahan pengetahuan dan perubahan sikap. Penularan dan penyebaran HIV/AIDS sangat berhubungan dengan perilaku manusia, sehingga pencegahannya perlu memperhatikan faktor perilaku, dalam perilaku pencegahan HIV/AIDS ini dipengaruhi oleh faktor predisposisi (predisposing factor) yang mencakup pengetahuan penasun terhadap pencegahan Jurnal Mahasiswa dan Penelitian Kesehatan - JuManTik 165

HIV/AIDS dan sikap penasun terhadap pencegahan HIV/AIDS; faktor pemungkin (enabling factor) mencakup akses informasi HIV/AIDS, dan faktor penguat (reinforcing factor) mencakup dukungan keluarga. 6 Penelitian ini sejalan penelitian mengenai faktor-faktor yang berhubungan dengan dengan praktek mencegah penularan HIV/AIDS di kalangan pengguna napza suntik di Kampung Bali, Jakarta. Pada penelitian tersebut variabel yang digunakan adalah pendidikan, pengetahuan, sikap, tersedianya jarum suntik steril, tersedianya carian pemutih, kelompok sebaya, dukungan petugas, dukungan keluarga, dan media informasi. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara pengetahuan, sikap, akses informasi HIV/AIDS, dan dukungan keluarga dengan perilaku napza suntik di Kota Pontianak. METODOLOGI PENELITIAN Dalam penelitian ini desain yang digunakan adalah diskriptif observasional dengan pendekatan cross sectional atau potong lintang. Cross sectional merupakan suatu penelitian yang mengobservasi dan mencari hubungan antara variabel bebas dan 8 variabel terikat pada saat bersamaan. Variabel bebas pada penelitian ini adalah pengetahuan, sikap, akses informasi HIV/AIDS, dan dukungan keluarga sedangkan variabel terikat pada penelitian ini adalah perilaku pencegahan HIV/AIDS pada pengguna napza suntik di Kota Pontianak. Banyaknya sampel dalam penelitian ini berjumlah 68 responden. Analisis data dalam penelitian ini mencakup analisa univariat dan bivariat. Analisis univariat dilakukan untuk mengambarkan distribusi dan persentase dari variabel bebas dan variabel terikat, sedangkan analisa bivariat dilakukan untuk mengetahui ada tidaknya hubungan antara variabel bebas dengan variabel terikat. Pada analis bivariat akan dilakukan pengujian data secara statistik untuk melihat ada tidaknya hubungan antara dua variabel. Uji statistik yang digunakan dalam penelitian ini adalah uji melalui uji Chi Square dengan tingkat kepercayaan 95% dan level signifikan 5%. HASIL DAN PEMBAHASAN Tabel 1 Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden di Kota Pontianak Umur n % 17-21 tahun 12 17,6 22-26 tahun 22 32,4 27-31 tahun 22 32,4 32-37 tahun 12 17,6 Pendidikan SD 5 7,4 SMP 10 14,7 SMA 37 54,4 PT 16 23,5 Pekerjaan Pengangguran 8 11,8 Swasta 40 58,8 Wiraswasta 10 14,7 Mahasiswa 8 11,8 PNS 2 2,9 Pada tabel 1 Berdasarkan tabel V.3 dari 68 responden diperoleh sebagian responden berumur 22-26 tahun dan 27-31 tahun (32,4%), sebagian berpendidikan SMA (54,4%). sebagian besar berkerja swasta (58,8%) 166 Jurnal Mahasiswa dan Penelitian Kesehatan - JuManTik

Tabel 2 Distribusi Frekuensi Analisa Univariat Responden di Kota Pontianak Pengetahuan n % Kurang Baik 38 55,9 Baik 30 44,1 Sikap Tidak Mendukung 33 48,5 Mendukung 35 51,5 Akses Informasi Tidak Pernah 33 48,5 Pernah Mengakses 35 51,5 Dukungan keluarga Tidak Mendukung 31 45,6 Mendukung 37 54,4 Perilaku Pencegahan HIV/AIDS Tidak Melakukan 31 45,6 Melakukan 37 54,4 Pada tabel 2 diketahui bahwa, dari 68 responden diperoleh sebagian berpengetahuan kurang baik (55,9%), sebagian besar sikap responden mendukung perilaku pencegahan HIV/AIDS (51,5%), sebagian besar pernah mengakses informasi mengenai HIV/AIDS (51,5%), sebagian besar dukungan keluarga mendukung perilaku pencegahan HIV/AIDS (54,4%) dan sebagian besar berperilaku mencegah HIV/AIDS (54,4%). Tabel 3 Hubungan antara pengetahuan, sikap, akses informasi HIV/AIDS, dan dukungan keluarga dengan perilaku pencegahan HIV/AIDS pada pengguna napza suntik di Kota Pontianak Variabel Perilaku pencegahan HIV/AIDS Tidak Melakukan melakukan Total n % n % n % Pengetahuan Kurang baik 17 44,7 21 55,3 38 100 1,000 Baik 14 46,7 16 53,3 30 100 Sikap Tidak mendukung 24 72,7 9 27,3 33 100 Mendukung 7 20,0 28 80,0 35 100 p 0,000 Akses informasi Tidak pernah 12 36,4 21 36,6 33 100 0,215 Pernah 19 54,3 16 45,7 35 100 mengakses Dukungan keluarga Tidak 20 64,5 11 35,5 33 100 0,009 mendukung Mendukung 11 29,7 26 70,3 35 100 PEMBAHASAN Hubungan antara pengetahuan dengan perilaku pencegahan HIV/AIDS pada pengguna napza suntik di Kota Pontianak Hasil uji Chi Square diperoleh nilai p value 1,000 (> 0,05) sehingga Ha ditolak (Ho diterima), maka dapat disimpulkan tidak ada hubungan antara pengetahuan dengan perilaku pencegahan HIV/AIDS pada pengguna napza suntik di Kota Pontianak. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Kurniawati (2008) yang menyatakan tidak terdapat hubungan yang signifikan antara pengetahuan tentang HIV/AIDS dengan perilaku menghindari HIV/AIDS pada anak jalanan di Kota Yogyakarta dengan nilai p value = (0,484). Berdasarkan analisis peritem tabel diperolehhampir seluruh responden menjawab dengan benar mengenai pengertian HIV (97,1%) dan sebagian besar responden menjawab salah mengenai perilaku seks seorang penasun yang belum mempunyai suami/istri, yang dapat mencegah HIV/AIDS (61,76%). 7 Menurut, pengetahuan berasal dari kata tahu yang berarti seseorang tersebut m e m p u n y a i c a k r a w a l a t e r t e n t u. Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Yang dimaksud dengan penginderaan adalah melakukan pengamatan oleh indera seperti Jurnal Mahasiswa dan Penelitian Kesehatan - JuManTik 167

penglihatan dan pendengaran. Penglihatan adalah pengenalan objek melalui mata (melihat), sedangkan pendengaran adalah menangkap bunyi atau suara dengan indera pendengaran. Pengetahuan yang didasari dengan pengetahuan dapat diukur dari kemampuan orang tersebut dapat mengungkapkan hal yang diketahui dalam jawaban, baik lisan maupun tulisan. Jawaban tersebut merupakan reaksi dari stimulus berupa pertanyaan yang disampaikan, baik lisan maupun tulisan. Indikator pengetahuan tentang HIV/AIDS di antaranya yaitu mempunyai kemampuan menjelaskan tentang pengertian, penyebab, gejala, penularan, pencegahan, dan pengobatan mengenai HIV/AIDS. Ti d a k a d a h u b u n g a n a n t a r a pengetahuan dengan perilaku pencegahan HIV/AIDS pada pengguna napza suntik di Kota Pontianak, hal ini disebabkan karena proporsi responden yang tidak melakukan pencegahan HIV/AIDS berpengetahuan kurang (44,7%) dan pengetahuan baik (46,7%) dan dari 68 responden diperoleh sebagian berpengetahuan kurang baik (55,9%). Hubungan antara sikap dengan perilaku napza suntik di Kota Pontianak. Hasil uji Chi Square diperoleh nilai p value 0,000 (< 0,05) sehingga Ha diterima (Ho ditolak), maka dapat disimpulkan bahwa ada hubungan antara sikap dengan perilaku napza suntik di Kota Pontianak. Dengan RP 3,636 (1,815-7,284) berarti bahwa sikap tidak mendukung berisiko 3,636 kali tidak melakukan perilaku pencegahan HIV/AIDS dibandingkan yang sikapnya mendukung. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Khaulah (2004) yang menyatakan secara statistik hubungan ini sangat bermakna dengan nilai p value = 0,003 terlihat bahwa proporsi responden yang praktek mencegahnya baik lebih besar pada responden yang menunjukan sikap positif (35,6%) dibandingkan dengan sikap negatif (9,6%). Sikap merupakan reaksi atau respon yang masih dari seseorang terhadap suatu stimulus atau objek. Sikap secara nyata menunjukan konotasi adanya kesesuaian reaksi terhadap stimulus tertentu yang dalam kehidupan seharihari merupakan reaksi yang bersifat emosional terhadap stimulus sosial. 7 Menurut, menyatakan sikap itu merupakan kesiapan atau kesediaan untuk bertindak, dan bukan merupakan pelaksanaan motif tertentu. Sikap merupakan suatu tindakan atau aktivitas, akan tetapi merupakan predisposing tindakan suatu perilaku. Sikap itu masih merupakan reaksi tertutup, bukan merupakan kesiapan untuk bereaksi terhadap objek di lingkungan tertentu sebagai suatu penghayatan terhadap objek. Berdasarkan analisis peritem tabel diperoleh hampir seluruh responden menjawab tidak setuju mengenai Kekebalan tubuh seorang akan terus menerus menurun jika menderita HIV/AIDS (82,4%) dan sebagian besar responden menjawab setuju mengenai tertelan air ludah (liur) penderita HIV/AIDS walaupun sedikit bisa tertular Human Immunodeficiency Virus (67,6%). Proporsi responden yang tidak melakukan pencegahan HIV/AIDS cenderung sikapnya tidak mendukung (72,7%) lebih besar jika dibandingkan dengan sikapnya 168 Jurnal Mahasiswa dan Penelitian Kesehatan - JuManTik

yang mendukung (20,0%). Berdasarkan tabel V.10 dari 68 responden diperoleh sebagian besar sikap responden mendukung perilaku pencegahan HIV/AIDS (51,5%). Mengingat ada hubungan antara sikap dengan perilaku pencegahan HIV/AIDS Pontianak, maka diharapkan responden untuk selalu bersikap positif mengenai perilaku pencegahan HIV/AIDS. Hubungan antara akses informasi kesehatan dengan perilaku pencegahan HIV/AIDS pada pengguna napza suntik di Kota Pontianak Hasil uji Chi Square diperoleh nilai p value 0,215 (> 0,05) sehingga Ha ditolak (Ho diterima), maka dapat disimpulkan tidak ada hubungan antara akses informasi HIV/AIDS dengan perilaku pencegahan HIV/AIDS Pontianak. Penelitian ini sejalan dengan penelitian Khaulah (2004) menyimpulkan bahwa tidak ada perbedaan proporsi dalam praktek mencegah yang baik terhadap penularan HIV/AIDS pada responden yang terpapar media massa dibandingkan responden yang tidak terpapar media massa, dengan nilai p value = 0,055. Media promosi kesehatan adalah semua sarana atau upaya untuk menampilkan pesan atau informasi yang ingin disampaikan oleh komunikator, baik itu melalui media cetak, elektronik dan media luar ruang, sehingga sasaran dapat meningkat pengetahuannya yang akhirnya dapat merubah perilaku kearah positif terhadap 8 kesehatan. Paparan informasi terhadap media massa seperti surat kabar, televisi, radio, selebaran dan poster dapat mempengaruhi tingkat pengetahuan sesorang dalam memahami sesuatu hal, begitu pula yang dihadapi oleh para pengguna napza suntik di wilayah Kota Pontianak, aksesabilitas informasi HIV/AIDS ini juga akan mempengaruhi tingkat pengetahuan penasun dalam pemahaman mengenai cara pencegahan HIV/AIDS, semakin banyak terpapar informasi khususnya tentang pencegahan HIV/AIDS maka tingkat pengetahuan penasun juga akan bertambah yang nantinya akan mempengaruhi sikap dan perilakunya. Berdasarkan analisis peritem tabel diperoleh hampir seluruh responden menjawab iya mengenai apakah anda pernah mendapatkan informasi mengenai pemakaian napza dan pencegahan HIV/AIDS dari keluarga dan teman (91,2%) dan sebagian kecil menjawab tidak mengenai apakah anda pernah mengakses informasi mengenai HIV/AIDS melalui media massa (32,35%). Tidak ada hubungan antara akses informasi HIV/AIDS dengan perilaku napza suntik di Kota Pontianak, hal ini disebabkan kerena proporsi responden yang tidak melakukan pencegahan HIV/AIDS pernah mengakses informasi mengenai HIV/AIDS (54,3%) dan tidak pernah mengakses informasi mengenai HIV/AIDS (36,4%). Hubungan antara dukungan keluarga dengan perilaku pencegahan HIV/AIDS Pontianak. Hasil uji Chi Square diperoleh nilai p Jurnal Mahasiswa dan Penelitian Kesehatan - JuManTik 169

value 0,009 (< 0,05) sehingga Ha diterima (Ho ditolak), maka dapat disimpulkan bahwa ada hubungan antara dukungan keluarga dengan perilaku pencegahan HIV/AIDS pada pengguna napza suntik di Kota Pontianak. Dengan RP 2,170 (1,240-3,799) berarti bahwa dukungan keluarga tidak mendukung berisiko 2,170 kali tidak melakukan perilaku pencegahan HIV/AIDS dibandingkan yang sikapnya mendukung. Hasil penelitian ini 6 sejalan dengan penelitian yang menyatakan secara statistik hubungan antara dukungan keluarga dengan praktek mencegah penularan HIV/AIDS terdapat hubungan yang signifikan, dengan nilai p value = 0,018. Dukungan keluarga terdiri atas informasi atau nasihat verbal dan atau nonverbal, bantuan nyata atau tindakan yang diberikan oleh keakraban sosial atau didapat karena kehadiran mereka dan mempunyai manfaat emosional atau efek perilaku bagi 9 pihak penerima. Sebagai satu diantara fungsi pertalian/ ikatan sosial segi fungsionalnya mencakup dukungan emosional, mendorong adanya ungkapan perasaan, memeberi nasihat atau informasi, pemberiaan material. Sebagai fakta sosial yang sebenarnya sebagai/kognisi individual dukungan yang dirasakan melawan dukungan yang diterima. Dukungan keluarga terdiri atas informasi atau nasihat verbal dan atau nonverbal, bantuan nyata atau tindakan yang diberikan oleh keakraban sosial atau didapat karena kehadiran mereka dan mempunyai manfaat emosional atau efek perilaku bagi pihak 9 penerima. Proporsi responden yang tidak melakukan pencegahan HIV/AIDS cenderung dukungan keluarga tidak mendukung (64,5%) lebih besar jika dibandingkan dengan dukungan keluarga yang mendukung (29,7%). Berdasarkan tabel V.7 dari 68 responden diperoleh sebagian besar dukungan keluarga mendukung perilaku pencegahan HIV/AIDS (54,4%). Berdasarkan analisis peritem diperoleh bahwa dukungan emosional sebagian besar responden menjawab iya mengenai apakah keluarga mendengarkan keluhankeluhan yang anda sampaikan (70,6%) dan sebagian besar menjawab tidak mengenai keluarga memaklumi bahwa kondisi anda saat ini sebagai suatu musibah (55,9%). Sebagian besar responden dukungan penghargaan menjawab iya mengenai apakah keluarga menanyakan kepada anda masalah apa yang dihadapi selama anda menjadi pengguna napza suntik (69,12%) dan sebagian besar menjawab tidak mengenai keluarga membimbing anda untuk berhenti menggunakan napza suntik (45,6%). Analisis peritem diperoleh bahwa dukungan instrumental sebagian besar responden menjawab iya mengenai apakah keluarga bersedia membiayai biaya pengobatan dan perawatan jika anda tertular HIV/AIDS (61,76%) dan sebagian besar menjawab tidak mengenai keluarga menyediakan fasilitas yang anda butuhkan untuk berhenti menggunakan napza suntik (61,76%). Analisis peritem diperoleh dukungan informatif bahwa sebagian besar responden menjawab iya mengenai apakah keluarga mengingatkan anda tentang perilakuperilaku beresiko yang memperburuk kondisi anda (69,12%) dan sebagian besar menjawab tidak mengenai keluarga pernah memberikan penjelasan mengenai bahaya HIV/AIDS (42,65%). Mengingat ada hubungan antara 170 Jurnal Mahasiswa dan Penelitian Kesehatan - JuManTik

dukungan keluarga dengan perilaku napza suntik di Kota Pontianak, maka diharpakan keluarga responden untuk selalu mendukung responden dalam upaya pencegahan HIV/AIDS yang meliputi dukungan emosioanl, penghargaan, instrumental dan informatif. KESIMPULAN 1. sebagian berpengetahuan kurang baik (55,9%), sebagian besar responsen mendukung perilaku pencegahan HIV/AIDS (51,5%), sebagian besar pernah mengakses informasi mengenai HIV/AIDS (51,5%), sebagian besar dukungan keluarga mendukung perilaku pencegahan HIV/AIDS (54,4%) dan diperoleh sebagian besar berperilaku mencegah HIV/AIDS (54,4%). 2. Tidak ada hubungan antara pengetahuan dengan perilaku pencegahan HIV/AIDS Pontianak (p value = 1,000). 3. Ada hubungan antara sikap dengan perilaku pencegahan HIV/AIDS pada pengguna napza suntik di Kota Pontianak (p value = 0,000). 4. Tidak ada hubungan antara akses informasi HIV/AIDS dengan perilaku napza suntik di Kota Pontianak (p value = 0,215). 5. Ada hubungan antara dukungan keluarga dengan perilaku pencegahan HIV/AIDS Pontianak (p value = 0,009). SARAN Bagi Dinas Kesehatan Diharapkan Dinas Kesehatan Kota Pontianak untuk melakukan upaya intervensi Pontianak dengan memberikan penyuluhan serta memberikan informasi kesehatan terkait bahaya penyalahgunaan narkoba dan bahaya HIV/AIDS. Serta melibatkan pendidik sebaya untuk menjangkau temanteman pengguna napza suntik yang belum pernah terjangkau oleh Dinas Kesehatan maupun Instansi terkait agar dapat menumbuhkan sikap positif terhadap perilaku pencegahan HIV/AIDS dan lebih gencar lagi mengajak pengguna napza suntik untuk mengurangi dampak buruk dari pemakaian napza (Harm Reduction) salah satunya mengikuti program layanan rumatan metadhone. Dan menyediakan sarana dan prasarana rehabilitasi untuk pengguna napza suntik di Kota Pontianak. Bagi Pengguna Napza Suntik Para pengguna napza suntik lebih meningkatkan pengetahuan tentang cara pencegahan HIV/AIDS dan menjaga perilaku seperti tidak bergantiganti pasangan seksual, menggunakan kondom saat berhubungan seks, tidak menggunakan jarum suntik bergantian dengan teman, rutin memeriksakan kesehatan diri terutama pemeriksaan HIV/AIDS dengan tes VCT, dan mengikuti rehabilitasi dan berhenti menggunakan napza suntik dengan mengikuti program layanan rumatan metadhone. Jurnal Mahasiswa dan Penelitian Kesehatan - JuManTik 171

Bagi Peneliti Selanjutnya Diharapkan untuk peneliti selanjutnya agar penelitian ini dapat dikembangkan lebih jauh lagi untuk mendapatkan hasil emipirik yang lebih kuat lagi yaitu dengan menambah variabel lain yang diperkirakan dapat mempengaruhi perilaku pencegahan HIV/AIDS dengan melakukan penelitian, seperti, mengenai hubungan antara faktor perilaku teman sebaya dan lingkungan tempat tinggal dengan perilaku pencegahan HIV/AIDS pada pengguna napza suntik di Kota Pontianak Notoatmodjo, Soekidjo, 2007. Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku. PT. Renika Cipta, Jakarta. Notoatmodjo, Soekidjo. 2005. Promosi Kesehatan Teori dan Aplikasi. Rineka Cipta. Jakarta. Nursalam, M., dan Kurniawati, Ninuk D. 2011. Asuhan Keperawatan pada Pasien Terinfeksi HIV/AIDS. Jakarta: Salemba Medika. DAFTAR PUSTAKA Widoyono, 2008. Penyakit Tropis. Semarang: Erlangga WHO. 2011. Jumlah Kasus HIV/AIDS di Dunia. http ://www.who.int. (diakses 11 Februari 2012) Kemenkes RI 2011. Laporan triwulan Ditjen Pemberantasan Penyakit Menular dan Penyehatan Lingkungan (P2PL) Juni 2011 IFPPD, 2013. HIV/AIDS di Kalimantan Barat. http: //www.ifppd.org/detail/ kalbardetails. ( diakses 11 Februari 2013) Yayasan Pontianak Plus. 2012. Laporan Jumlah Pengguna Napza Suntik Tahun 2012. Pontianak. Khaulah, Wahyuni. 2004. Faktor faktor yang berhubungan dengan praktek mencegah penularan HIV/AIDS di kalangan pengguna napza suntik di Kampung Bali. Tesis. FKM Universitas Indonesia. Jakarta (tidak dipublikasikan) 172 Jurnal Mahasiswa dan Penelitian Kesehatan - JuManTik