BAB II. Tinjauan Pustaka

dokumen-dokumen yang mirip
II. TINJAUAN PUSTAKA. Ukuran dari bakteri ini cukup kecil yaitu 0,5-4 mikron x 0,3-0,6 mikron

PENANGANAN DAN PENCEGAHAN TUBERKULOSIS. Edwin C4

Materi Penyuluhan Konsep Tuberkulosis Paru

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Tuberkulosis Dapat Disembuhkan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Mycobacterium tuberculosis dan menular secara langsung. Mycobacterium

Tema Lomba Infografis Community TB HIV Care Aisyiyah 2016

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA. paru,tetapi juga dapat mengenai organ tubuh lainnya. Kuman Mycobacterium

melebihi 40-70%, pencahayaan rumah secara alami atau buatan tidak dapat menerangi seluruh ruangan dan menyebabkan bakteri muncul dengan intensitas

S T O P T U B E R K U L O S I S

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PATOFISIOLOGI, DIAGNOSIS, DAN KLASIFIKASI TUBERKULOSIS. Retno Asti Werdhani Dept. Ilmu Kedokteran Komunitas, Okupasi, dan Keluarga FKUI

BAB I PENDAHULUAN. Dan untuk mengenang jasanya bakteri ini diberi nama baksil Koch,

APA ITU TB(TUBERCULOSIS)

TINJAUAN PUSTAKA. Mycobacterium tuberculosis. Bakteri ini berbentuk batang bersifat aerobik, tahan

BAB I PENDAHULUAN. TB (Mycobacterium Tuberculosis) (Depkes RI, 2011). Mycobacrterium tuberculosis

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Lampiran 1. Denah Rumah Tahanan Negara Kelas I Tanjung Gusta Medan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. jumlah kematian per tahun. Kematian tersebut pada umumnya

Dasar Determinasi Pasien TB

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Tuberkulosis (TB) adalah penyakit infeksi menular langsung yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

I. PENENTUAN AREA MASALAH

II. TINJAUAN PUSTAKA. penting untuk terbentuknya tindakan seseorang. Berdasarkan penelitian

BAB II. Meningkatkan Pengetahuan dan, Mirandhi Setyo Saputri, Fakultas Farmasi UMP, 2014

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Tuberkulosis paru (Tb paru) adalah penyakit infeksius. 5 Tb paru ini bersifat menahun

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. oleh kuman TBC ( Mycobacterium tuberculosis). Sebagian besar kuman. lainnya seprti ginjal, tulang dan usus.

KUESIONER PENGARUH PROMOSI KESEHATAN TERHADAP PERILAKU PENCEGAHAN TUBERKULOSIS PARU DI LEMBAGA PEMASYARAKATAN KELAS 1 DAN RUMAH TAHANAN KELAS 1 MEDAN

Penyebab Tuberkulosis. Tuberkulosis (TBC) adalah penyakit infeksi yang menular langsung, disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis

BAB II KAJIAN PUSTAKA. oleh kuman TB (Mycobacterium tuberculosis). Sebagian besar kuman TB menyerang

KUESIONER PENELITIAN SKRIPSI HUBUNGAN PENGETAHUAN PENDERITA TENTANG TUBERKULOSIS PARU DENGAN PERILAKU KEPATUHAN MINUM OBAT

Penemuan PasienTB. EPPIT 11 Departemen Mikrobiologi FK USU

Dasar Determinasi Kasus TB

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN. Berdasarkan laporan WHO (World Health Organisation) pada tahun 2014,

BAB I PENDAHULUAN. penyakit infeksi yang disebabkan oleh Mycobacterium Tuberculosis. Penyakit ini

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Dasar Determinasi Kasus TB. EPPIT 12 Departemen Mikrobiologi FK USU

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. di kenal oleh masyarakat. Tuberkulosis disebabkan oleh Mycobacterium

SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP) : Kp. Kebon kelapa RT 06/04 Desa Cimandala, Kec. Sukaraja, Bogor Hari / Tanggal : Senin, 7 November 2016

BAB I PENDAHULUAN. Tuberkulosis (TB) adalah penyakit yang disebabkan oleh Mycobacterium

INOVASI KEPERAWATAN PENCEGAHAN DAN PERAWATAN TBC ANAK. Perawatan dapat diartikan sebagai suatu kegiatan merawat. Keperawatan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Tuberkulosis adalah penyakit menular yang disebabkan oleh

BAB 7 KESIMPULAN DAN SARAN

BAB 1 PENDAHULUAN. Penyakit TB paru merupakan penyakit menular langsung yang disebabkan

6. Umur Responden :...Tahun

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

SKRIPSI ANALISIS FAKTOR RISIKO KEJADIAN PENYAKIT TUBERKULOSIS PADA ANAK DI BALAI BESAR KESEHATAN PARU MASYARAKAT SURAKARTA

SAFII, 2015 GAMBARAN KEPATUHAN PASIEN TUBERKULOSIS PARU TERHADAP REGIMEN TERAPEUTIK DI PUSKESMAS PADASUKA KECAMATAN CIBEUNYING KIDUL KOTA BANDUNG

BAB XXV. Tuberkulosis (TB) Apakah TB itu? Bagaimana TB bisa menyebar? Bagaimana mengetahui sesorang terkena TB? Bagaimana mengobati TB?

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. dunia. Penyakit TBC banyak menyerang usia kerja produktif, kebanyakan dari

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Mengapa Kita Batuk? Mengapa Kita Batuk ~ 1

BAB I PENDAHULUAN. Mycobacterium Tuberculosis dan paling sering menginfeksi bagian paru-paru.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN. bertambah, sedangkan insiden penyakit menular masih tinggi. Salah satu penyakit

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang yakni

BAB 3 KERANGKA TEORI DAN KERANGKA KONSEP. TB Paru

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. oleh bakteri Mycobacterium tuberculosis. Bakteri Mycobacterium tuberculosis

BAB I PENDAHULUAN.

A. Kesimpulan. Berdasarkan hasil dan pembahasan penelitian diatas, dapat disimpulkan beberapa hal antaralain lain:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kepatuhan menurut Trostle dalam Simamora (2004), adalah tingkat perilaku

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. (Thomas, 2004). Ada beberapa klasifikasi utama patogen yang dapat

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan masyarakat di dunia termasuk Indonesia. World. Health Organization (WHO) dalam Annual report on global TB

BAB II KAJIAN PUSTAKA. pemeriksaan dahak penderita. Menurut WHO dan Centers for Disease Control

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif. Penelitian dilaksanakan di Balai Kesehatan Paru Masyarakat Wilayah

II. TINJAUAN PUSTAKA. di daerah urban, lingkungan yang padat, dibuktikan dengan adanya

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Penyakit TB disebabkan oleh kuman TB (Mycobacterium tuberculosis).

BAB II LANDASAN TEORI

I. PENDAHULUAN. Tuberkulosis (TB) adalah suatu penyakit infeksi menular yang disebabkan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

HUBUNGAN STATUS GIZI DAN KELEMBABAN UDARA DENGAN KEJADIAN TB PARU DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS PUTRI AYU KOTA JAMBI TAHUN 2014

BAB III RESUME KASUS

LEMBAR PERMOHONAN MENJADI RESPONDEN. Saya sebagai mahasiswa program studi D III keperawatan, Fakultas ilmu

BAB I PENDAHULUAN. (laki-laki, perempuan, tua, muda, miskin, kaya, dan sebagainya) (Misnadiarly,

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. penyakit infeksius yang menyerang paru-paru yang secara khas ditandai oleh

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

GAMBARAN PRAKTIK PENCEGAHAN PENULARAN TB PARU DI KELUARGA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS KEDUNGWUNI I KABUPATEN PEKALONGAN ABSTRAK

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Tuberkulosis adalah penyakit yang disebabkan oleh Mycobacterium

BAB I PENDAHULUAN. A.Latar Belakang. Tuberkulosis paru adalah penyakit menular langsung yang disebabkan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. bakteri Mycobacterium Tuberkulosis (KemenKes, 2014). Kuman tersebut

II. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Sulianti (2004) Tuberculosis adalah penyakit menular yang disebabkan oleh

SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP) PENANGANAN PENYAKIT TUBERCULOSA PARU (TBC) TUGAS

MACAM-MACAM PENYAKIT. Nama : Ardian Nugraheni ( C) Nifariani ( C)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Mycobacterium tuberculosis (TBC). Meskipun dapat menyerang hampir semua organ

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

Lampiran 1 KUESIONER. DATA KHUSUS A. Perilaku Pengetahuan 1. Apakah saudara/saudari tahu penyakit Tuberkulosis Paru? Universitas Sumatera Utara

GAMBARAN KONDISI FISIK RUMAH PASIEN PENDERITA PENYAKIT TUBERKULOSIS PARU DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS TASIKMADU KARANGANYAR NASKAH PUBLIKASI

Transkripsi:

BAB II Tinjauan Pustaka A. Tuberkulosis paru 1. Definisi TB Paru merupakan suatu penyakit menular yang disebabkan oleh kuman Mycobacterium Tuberkulosis. Kuman Tuberkulosis dapat masuk ke dalam tubuh manusia melalui udara pernafasan ke dalam paru-paru, kemudian menyebar dari paru ke bagian tubuh lain melalui peredaran darah,sistem saluran limfe, saluran nafas (bronchus), atau langsung ke organ tubuh lainnya. 1 2. Etiologi Kuman Mycobacterium Tuberkulosis berbentuk batang tipis, lurus atau agak bengkok, bergranular atau tidak mempunyai selubung, tetapi mempunyai lapisan luar tebal yang terdiri dari lipoid (terutama asam mikolat) dan berukuran panjang 1-4 mikron dan tebal 0,3-0,6 mikron. Kuman ini mempunyai sifat istimewa yaitu tahan terhadap pencucian warna dengan asam dan alkohol yang disebut pula sebagai Basil Tahan Asam (BTA) serta tahan terhadap zat kimia dan fisik. Di dalam jaringan tubuh, kuman TB juga tahan dalam keadaan kering dan dingin, yang bersifat dormant (tidur) selama beberapa tahun dan aerob. Gambar Bakteri Mycobacterium Tuberkulosis

Kuman TB cepat mati apabila terkena sinar matahari langsung tetapi dapat bertahan hidup dalam beberapa jam ditempat gelap dan lembab (bisa berbulan-bulan), namun tidak tahan terhadap sinar atau aliran udara yang 90% udara bersih dari kontaminasi bakteri yang memerlukan 40 kali pertukaran udara per jam. 7 3. Cara penularan Daya penularan dari seorang penderita TB Paru ditentukan oleh banyaknya kuman didalam paru-paru dan sebaran kuman di udara yang dikeluarkan bersama dahak (droplet infection). Kemudian, tanpa sadar dan tanpa sengaja orang lain akan menghirup udara yang mengandung kuman TB itu hingga masuk ke paru-paru dan menyebar ke bagian tubuh lainnya. 8 Penderita dengan banyak kuman terlihat langsung BTA(+) dalam mikroskop adalah sangat menular, sedangkan penderita yang kumannya tidak terlihat langsung dengan mikroskop pada sediaan dahaknya adalah sangat tidak menular. Sebagian besar orang terinfeksi antara 80-90%, belum tentu menjadi sakit tuberkulosis. Untuk sementara waktu kuman yang ada dalam tubuh berada dalam keadaan dormant (tidur) dan keberadaan kuman tersebut dapat diketahui hanya dengan test tuberkulin (mantoux test). Penderita tuberkulosis menjadi sakit paling cepat adalah 3-6 bulan setelah terinfeksi dan mereka yang tidak menjadi sakit tetap mempunyai resiko menderita tuberkulosis sepanjang hidupnya. 10 Cara penularan TB Paru melalui percikan dahak (droplet) pada penderita tuberkulosis BTA(+) sebagai sumber penularan, pada waktu penderita tuberkulosis batuk atau bersin. Droplet yang mengandung kuman tuberkulosis dapat bertahan di udara pada suhu kamar selama beberapa jam, sekali batuk menghasilkan 3000 percikan dahak. Umumnya penularan terjadi dalam ruangan dimana percikan dahak berada dalam waktu yang lama. (10)

Risiko penularan setiap tahun Annual Risk Of Tuberculosis Infection (ARTI) di Indonesia cukup tinggi dan bervariasi antara 1-3%. Pada daerah yang terdaftar dalam ARTI sebesar 1% berarti setiap tahun dia antara 1000 penduduk, 10 orang terinfeksi dan sebagian besar orang yang terinfeksi tidak menderita tuberkulosis, hanya sekitar 10% yang terinfeksi menderita tuberkulosis. Dari keterangan tersebut dapat diperkirakan bahwa pada daerah dengan ARTI 1% maka diantara 100.000 penduduk rata-rata terjadi 100 penderita setiap tahun, yang dimana 50 penderita adalah BTA Positif. 12 4. Gejala dan tanda Gejala dan tanda tuberkulosis paru adalah sebagai berikut: 2,7 a. Gejala umum : 1. batuk terus-menerus dan berdahak lebih dari tiga minggu 2. nyeri dada 3. batuk berdarah 4. sesak nafas b. Gejala lain : 1. berkeringat pada malam hari tanpa panas 2. anoreksia 3. badan lemah 4. nafsu makan menurun 5. berat badan menurun 6. malaise 7. demam tinggi lebih dari sebulan 8. riwayat kontak person penderita Tuberkulosis Gejala-gejala tersebut diatas dijumpai pula pada penyakit paru selain tuberkulosis. Oleh sebab itu setiap orang yang datang ke UPK dengan gejala tersebut diatas harus dianggap sebagai seorang Suspek tuberkulosis atau tersangka penderita TBC dan perlu dilakukan pemeriksaan dahak secara mikroskopis langsung. (7)

5. Diagnosis TB Paru Diagnosis tuberkulosis paru pada orang dewasa dapat ditemukannya BTA Positif pada pemeriksaan dahak secara mikroskopis. Hasil pemeriksaan dinyatakan positif apabila sedikitnya dua dari tiga spesimen hasilnya positif. Bila hanya ada satu spesimen yang positif perlu diadakan pemeriksaan lebih lanjut yaitu foto rontgen dada atau pemeriksaan dahak Sewaktu, Pagi, Sewaktu (SPS) diulang : a. Kalau hasil rontgen mendukung tubrkulosis paru maka penderita di diagnosis sebagai penderita tuberkulosis paru BTA Positif. b. Kalau hasil rontgen tidak mendukung tuberkulosis paru, maka pemeriksaan dahak di ulangi dengan SPS lagi. Apabila fasilitas memungkinkan, maka dapat dilakukan pemeriksaan lain, misalnya biakan. Bila tiga spesimen dahak hasilnya negatif, diberikan antibiotik spektrum luas (kotrimoksasol dan amoksisilin) selama 1 sampai 2 minggu, bila tidak ada perubahan, namun gejala klinis tetap mencurigakan tuberkulosis paru, ulangi pemeriksaan dahak SPS. 1) Kalau hasil SPS positif, maka didiagnosis sebagai penderita tuberkulosis paru BTA Positif. 2) Kalau hasil SPS tetap negatif, dilakukan pemeriksaan foto rontgen dada, untuk mendukung diagnosis tuberkulosis paru. a. Bila hasil rontgen mendukung tuberkulosis paru, didiagnosis sebagai penderita tuberkulosis paru BTA negatif rontgen positif. b. Bila hasil rontgen tidak mendukung tuberkulosis paru, penderita tersebut bukan tuberkulosis paru. UPK yang tidak memiliki fasilitas rontgen, penderita dapat dirujuk untuk foto rontgen dada. (7)

Gambar Alur diagnosis tuberkulosis paru pada orang dewasa Tersangka Penderita TB-Paru (Suspek TB-Paru) Periksa dahak Sewaktu, Pagi, Sewaktu (SPS) Hasil BTA + + + + + - Hasil BTA + - - Hasil BTA - - - Periksa Rontgen Dada Pemberian antibiotik spektrum luas Hasil mendukung TBC Hasil tidak mendukung TBC Tidak ada perbaikan Ada perbaikan Ulangi periksa dahak SPS Penderita TB BTA Positif Hasil BTA + + + + + - + - - Hasil BTA - - - Periksa Rontgen Dada Hasil mendukung TBC Hasil Rontgen negatif TB Paru BTA Negatif Rontgen Negatif Bukan TB, Penyakit Lain Sumber : 2 Pada saat ini uji tuberkulin tidak mempunyai arti dalam menentukan diagnosis TB Paru pada orang dewasa, sebab sebagian besar masyarakat sudah terinfeksi dengan Mycobacterium Tuberkulosis yang menyebabkan prevalensi TB paru tinggi. Apabila

hasil uji tuberkulin positif menunjukkan bahwa yang bersangkutan pernah terpapar dengan Mycobacterium Tuberkulosis. Di lain pihak hasil uji tuberkulin dapat negatif meskipun orang tersebut menderita tuberkulosis, misalnya penderita HIV/AIDS, manultrisi berat, TB Paru milier dan morbili. (7) 6. Klasifikasi Penyakit Tuberkulosis Paru Tuberkulosis paru adalah tuberkulosis yang menyerang jaringan paru tidak termasuk pleura ( Selaput Paru ). Berdasarkan hsil pemeriksaan dahak, TB Paru dibagi dalam : a. Tuberkulosis Paru BTA Positif Sekurang-kurangnya 2 dari 3 spesimen dahak SPS hasilnya BTA positif. Dan 1 spesimen dahak SPS hasilnya BTA positif dan foto rontgen dada menunjukkan gambaran tuberkulosis aktif. b. Tuberkulosis Paru BTA Negatif Pemeriksaan 3 spesimen dahak SPS hasilnya BTA negatif dan foto rontgen dada menunjukkan gambaran tuberkulosis aktif. TB paru BTA negatif Rontgen positif dibagi berdasarkan tingkat keparahan penyakitnya, yaitu bentuk berat dan ringan. c. Tuberkulosis Ekstra Paru Tuberkulosis yang menyerang organ tubuh lain selain paru, misalnya pleura, selaput otak, selaput jantung, kelenjar limfe, tulang persendian, kulit, usus, ginjal, saluran kncing, alat kelamin, dan lain-lain. 7. Pencegahan Mencegah lebih baik daripada mengobati. Kalimat tersebut merupakan kalimat yang sering diucapkan dalam mencegah penyakit TB di dalam lingkungan masyarakat. Berikut upaya pencegahan yang harus dilakukan adalah :

a. Penderita tidak menularkan kepada orang lain 1. Menutup mulut pada waktu batuk dan bersin dengan sapu tangan atau tissu. 2. Tidur terpisah dari keluarga terutama pada dua minggu pertama pengobatan. 3. Tidak meludah disembarang tempat, tetapi dalam wadah yang diberi lysol, kemudian dibuang dalam lubang dan ditimbun dalam tanah. 4. Menjemur alat tidur secara teratur pada pagi hari. 5. Membuka jendela pada pagi hari, agar mendapatkan udara bersih dan sinar matahari yang cukup agar kuman TB Paru dapat mati. b. Masyarakat tidak tertular dari penderita TB Paru 1. Tidur dan istirahat yang cukup. 2. Tidak merokok dan minum-minuman yang mengandung alkohol. 3. Meningkatkan daya tubuh dengan makan-makanan yang begizi. 4. Rutin membuka jendela pada pagi hari dan mengusahakn sinar matahari masuk dalam ruangan dan kamar tidur. 5. Imunisasi BCG pada saat bayi. 6. Segera periksa kembali apabila muncul batuk kembali lebih dari tiga minggu. 7. Menjalankan perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS). Tanpa pengobatan, setelah lima tahun, 50% dari penderita TB Paru akan meninggal, 25% akan sembuh sendiri dengan daya tahan tubuh yang tinggi, dan 5% sebagai kasus kronik yang tetap menular. 8. Tipe penderita TB Paru Tipe penderita berdasarkan riwayat pengobatan sebelumnya ada beberapa tipe panderita yaitu:

1. Kasus baru Penderita yang belum pernah diobati dengan OAT atau sudah pernah menelan OAT kurang dari satu bulan (30 dosis harian). 2. Kambuh (Relaps) Penderita tuberkulosis yang sebelumnya pernah mendapat pengobatan tuberkulosis dan dinyatakan sembuh, kemudian kembali lagi berobat dengan hasil pemeriksaan dahak BTA positif. 3. Pindahan (Transfer in) Penderita yang pengobatan di suatu kabupaten lain dan kemudian pinah berobat ke kabupaten ini. Penderita pindahan tersebut harus membawa surat rujukan atau pindah. 4. Setelah lalai (pengobatan setelah default atau drop out) Penderita berobat paling kurang 1 bulan, dan berhenti 2 bulan atau lebih, kemudian datang kembali berobat. Umumnya penderita tersebut kembali dengan hasil pemeriksaan dahak BTA positif. 5. Lain-lain a. Gagal Penderita BTA positif yang masih tetap positif atau kembali menjadi positif pada akhir bulan ke 5 (satu bulan sebelum akhir pengobatan atau lebih). Sedangkan penderita dengan hasil BTA negatif Rontgen positif menjadi BTA positif pada akhir bulan ke 2 pengobatan b. Kasus kronis Penderita dengan hasil pemeriksaan masih BTA positif setelah selesai pengobatan ulang kategori 2. B. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Kejadian TB Paru Suatu penyakit yang sangat dipengaruhi oleh tiga faktor yaitu bibit penyakit (agent), penjamu (host), dan lingkungan (environment)

1. Bibit Penyakit (Agent) Agent adalah penyebab suatu penyakit yang ada di dalam tubuh manusia, dan membutuhkan tempat untuk berkembang biak. Agent yang mempengaruhi penularan penyakit tuberkulosis adalah kuman Mycobacterium tuberkulosis. 2. Penjamu (Host) Host atau penjamu adalah manusia atau hewan hidup. Host untuk kuman tuberkulosis paru adalah manusia. Beberapa faktor host yang mempengaruhi penularan penyakit tuberkulosis paru adalah : a. Jenis kelamin Dari catatan statistik meski tidak selamanya konsisten, mayoritas penderita tuberkulosis paru adalah wanita. Hal ini masih memerlukan penyelidikan dan penelitian lebih lanjut, baik pada tingkat behavioural, tingkat kejiwaan, sistem pertahanan tubuh, maupun tingkat molekuler. Untuk sementara, diduga jenis kelamin wanita merupakan faktor risiko yang masih memerlukan evidence pada masing-masing wilayah, sebagai dasar pengendalian atau dasar manajemen. 1 b. Umur Variabel umur berperan dalam kejadian penyakit tuberkulosis paru, risiko untuk mendapatkan tuberkulosis paru dapat dikatakan seperti halnya kurva normal terbalik, yakni tinggi ketika awalnya, menurun karena diatas 2 tahun hingga dewasa memiliki daya tahan terhadap tuberkulosis paru dengan baik. Puncaknya tentu dewasa muda dan menurun kembali ketika seseorang atau kelompok menjelang usia tua. Namun di Indonesia diperkirakan 75% penderita TB paru adalah usia produktif yaitu 15 hingga 50 tahun. 1 c. Kondisi sosial ekonomi WHO menyebutkan 90% penderita tuberkulosis paru di dunia menyerang kelompok dengan sosial ekonomi lemah atau

miskin. Kondisi sosial ekonomi itu sendiri, mungkin tidak hanya berhubungan secara langsung, namun dapat merupakan penyebab tidak langsung seperti adanya kondisi status gizi yang buruk, serta rumah tinggal yang tidak sehat, dan akses terhadap pelayanan kesehatan juga menurun kemampuannya. Menurut perhitungan rata-rata penderita tuberkulosis kehilangan 3 samapai 4 bulan waktu kerja dalam waktu setahun, dan juga kehilangan penghasilan setahun secara total mencapai 30% dari pendapatan rumah tangga. 1 d. Imunitas Kekebalan dibagi menjadi dua macam, yaitu : kekebalan alamiah dan buatan. Kekebalan alamiah didapatkan apabila seseorang pernah menderita tuberkulosis paru dan secara alamiah tubuh membentuk antibodi, sedangkan kekebalan buatan diperoleh sewaktu seseorang diberi vaksin BCG (Bacillis Calmette Guerin). Tetapi bila kekebalan tubuh lemah maka kuman tuberkulosis paru akan mudah menyebabkan penyakit tuberkulosis paru. e. Status gizi Apabila kualitas dan kuantitas gizi yang masuk dalam tubuh cukup akan berpengaruh pada daya tahan tubuh sehingga tubuh akan tahan terhadap infeksi kuman tuberkulosis paru. Namun apabila keadaan gizi buruk maka akan mengurangi daya tahan tubuh terhadap penyakit ini, karena kekurangan kalori dan protein serta kekurangan zat besi, dapat meningkatkan risiko tuberkulosis paru. 3. Lingkungan (Environment) Environment atau lingkungan adalah segala sesuatu yang berada di luar diri manusia (host). Faktor lingkungan memegang peranan penting dalam penularan, terutama lingkungan rumah yang tidak memenuhi syarat. Lingkungan rumah merupakan salah satu faktor

yang memberikan pengaruh besar terhadap status kesehatan penghuninya. Syarat-syarat yang dipenuhi oleh rumah sehat secara fisiologis yang berpengaruh terhadap kejadian tuberkulosis paru antara lain : a. Kepadatan Penghuni Rumah Ukuran luas ruangan suatu rumah erat kaitannya dengan kejadian tuberkulosis paru. Secara statistik bahwa kejadian tuberkulosis paru paling besar diakibatkan oleh keadaan rumah yang tidak memenuhi syarat pada luas ruangannya. Semakin padat penghuni rumah akan semakin cepat pula udara di dalam rumah tersebut mengalami pencemaran. Karena jumlah penghuni yang semakin banyak akan berpengaruh terhadap kadar oksigen dalam ruangan tersebut, begitu juga kadar uap air dan suhu udaranya. Rumah yang sehat harus mempunyai ruangan khusus untuk tidur agar terhndar dari penyakit pernafasan yang mudah menular, maka ukuran ruang tidur minimal 8 m 2 dan dianjurkan tidak untuk lebih dari 2 orang tidur kecuali anak di bawah umur 5 tahun. 13,14 Dengan meningkatnya kadar CO2 di udara dalam rumah, maka akan memberi kesempatan tumbuh dan berkembang biak lebih bagi Mycobacterium tuberkulosis. Dengan demikian, tidak terdapatnya pembagian ruang tidur atau tidak tersedianya ruang tidur tersendiri akan mempercepat kuman yang terhisap oleh penghuni rumah melalui saluran pernafasan. 5 b. Kelembaban Rumah Kelembaban sangat berpengaruh terhadap keadaan rasa nyaman pada orang yang berada di dalam rumah dan juga sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan mikroba pathogen seperti tuberkulosis paru yang bersifat menyukai tempat yang lembab dan tidak kering. Kelembaban udara berdasarkan persyaratan kesehatan rumah tinggal berkisar antara 40% sampai 70 % dan suhu ruangan

yang ideal antara 18 0 C 30 0 C. 14 Hal ini perlu diperhatikan karena kelembaban di dalam rumah akan mempengaruhi berkembangbiaknya mikroorganisme termasuk Mycobacterium Tuberculosis. Kelembaban dapat terjadi, karena air yang naik dari tanah kemudian merembes ke dinding dan bocor melalui atap, kelembaban yang tinggi dapat menyebabkan lantai dan dinding selalu basah. 13 c. Ventilasi Jendela dan lubang ventilasi sangat diperlukan dalam rumah sebagai pengganti udara ruangan yang sudah terpakai dan juga sebagai lubang pencahayaan dari luar, menjaga aliran udara di dalam rumah tersebut tetap segar. Suatu ruangan dengan kepadatan penghuni yang tinggi dibutuhkan pengaturan sirkulasi udara yang cukup baik sehingga menjamin kesehatan penghuninya. Berdasarkaan Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.829/Menkes/SK/VII/1999 tentang persyaratan kesehatan perumahan, luas lubang ventilasi alamiah yang permanen minimal 10% luas lantai rumah. 13,14 Risiko menderita TB paru 5 kali lebih tinggi pada orang yang tinggal pada suatu rumah yang ventilasi rumahnya tidak memenuh syarat kesehatan. Ventilasi dan jendela sangat bermanfaat utuk sirkulasi pergantian udara dalam rumah serta mengurangi kelembaban. Keringat manusia dan pernafasan juga mempengaruhi kelembaban, semakin banyak manusia dalam satu ruangan maka kelembaban rumah ruangan tersebut sangat tinggi. Kelembaban pada suatu ruangan tertutup dimana banyak terdapat manusia didalamnya lebih tinggi dibandingkan kelembaban diluar ruangan. Ventilasi dan jendela yang tidak baik dapat juga menyebabkan udara tidak nyaman (kepengapan, bronchitis, asma kambuh) dan udara kotor (penularan penyakit saluran pernafasan). 5

d. Jendela Jendela sangat penting pada suatu tempat tinggal, karena jendela merupakan ventilasi yang mempunyai fungsi ganda. Fungsi pertama sebagai lubang keluar masuknya udara sehingga ruangan didalamnya tidak terasa pengap, fungsi kedua sebagai lubang masuknya cahaya dari luar (matahari) yang akan masuk kedalam ruangan melalui jendela yang terbuka atau jendela kaca, sehingga di dalam rumah tidak gelap dan dapat menciptakan temperatur udara dan kelembaban pada ruangan. Oleh karena itu, suatu rumah yang memenuhi syarat kesehatan adalah jendela harus ada dan rajin membuka pada pagi dan siang hari, terutama pada rumah tinggal yang ventilasinya kurang. e. Pencahayaan Pencahayaan yang dimaksud adalah pencahayaan sinar matahari, sebab cahaya matahari selain berguna untuk menerangi ruang juga mempunyai daya untuk membunuh bakteri. Pencahayaan secara langsung dan tidak langsung dapat menerangi seluruh ruangan dengan minimal intensitas 60 lux dan tidak menyilaukan. 13,14 Pada perumahan bila menggunakan satuan lux, maka intensitasnya berkisar antara 50 sampai 100 lux, misalnya; kamar tidur 100 lux atau dapat lebih tinggi tergantung dari kenyamanan penghuni kamar tidur, kamar mandi 100 lux, ruang makan 100 lux dan ruang belajar sebaiknya tidak kurang dari 100 lux. Jadi pada suatu rumah apabila tidak terdapat pencahayaan yang cukup akan menyebabkan kuman-kuman berkembangbiak dan tumbuh secara pathogen, misalnya basil tuberkulosis paru. Dan rumah yang tidak pernah dimasuki cahaya sinar matahari mempunyai resiko menderita tuberkulosis 3 sampai 7 kali dibandingkan dengan rumah yang dimasuki cahaya sinar matahari. 15

f. Lantai rumah Lantai merupakan dinding penutup ruangan bagian bawah dengan konstruksi lantai rumah harus rapat air dan selalu kering agar mudah dibersihkan dari kotoran dan debu, dan juga untuk menghindari naiknya tanah yang dapat menyebabkan kelembaban dalam ruangan meningkat. Sehingga, perlu dilapisi dengan yang kedap air (disemen, dipasang tegel, teraso dan lain-lain) untuk mencegahnya air yang masuk ke dalam rumah, maka lantai rumah sebaiknya dinaikkan 20 cm dari permukaan tanah. 15 Komponen yang harus dipenuhi rumah sehat memiliki lantai kedap air dan tidak lembab. Jenis lantai tanah memiliki peran terhadap proses kejadian TB paru, melalui kelembaban dalam ruangan. Lantai tanah cenderung menimbulkan kelembaban, pada musim panas lantai menjadi kering sehingga dapat menimbulkan debu yang berbahaya bagi penghuninya. 13 g. Dinding Dinding berfungsi sebagai pelindung, baik dari gangguan hujan maupun angin serta melindungi dari pengaruh panas dan debu dari luar serta menjaga kerahasiaan (privacy) penghuninya. Beberapa bahan pembuat dinding adalah dari kayu, bambu, pasangan batu bata atau batu dan sebagainya. Tetapi dari beberapa bahan tersebut yang paling baik adalah pasangan batu bata atau tembok (permanen) yang tidak mudah terbakar dan kedap air sehingga mudah dibersihkan. 14 Dinding pada ruang tidur dan ruang keluarga harus dilengkapi dengan sarana ventilasi yang memiliki fungsi sebagai pengatur udara, karena dinding memberikan kontribusi terjadinya kelembaban dan temperatur yang memungkinkan suatu bibit penyakit akan mati atau berkembangbiak, seperti kuman mycobacterium tuberkulosis tumbuh pada kelembaban dan temperatur tertentu. 13

C. Kerangka Teori dan Konsep 1. Kerangka Teori Kepadatan hunian kamar tidur Kelembaban ruang keluarga Kontak dengan penderita TB paru BTA (+) Pencahayaan ruang keluarga Ventilasi rumah Kuman TB Di Udara Infeksi Mycobacterium Tuberculosis Kejadian TB Paru pada orang dewasa Jenis Lantai rumah Imunitas Tubuh Dinding rumah Keberadaan daun jendela Karakteristik a. Umur b. Jenis kelamin c. Imunisasi d. Status gizi Gambar 2.1 Kerangka Teori Sumber : 2

2. Kerangka Konsep Variabel bebas Variabel terikat Kepadatan hunian kamar tidur Kelembaban ruang keluarga Pencahayaan ruang keluarga Ventilasi rumah Jenis Lantai rumah Dinding rumah Keberadaan daun jendela Variabel Penganggu - Umur - Jenis Kelamin - Status gizi - Imunisasi Kejadian Tuberkulosis paru Gambar 2.2 Kerangka Konsep D. Hipotesis 1. Ada hubungan antara kepadatan hunian kamar tidur dengan kejadian tuberkulosis paru. 2. Ada hubungan antara kelembaban ruang keluarga dengan kejadian tuberkulosis paru. 3. Ada hubungan antara pencahayaan ruang keluarga dengan kejadian tuberkulosis paru. 4. Ada hubungan antara ventilasi rumah dengan kejadian tuberkulosis paru. 5. Ada hubungan antara lantai rumah dengan kejadian tuberkulosis paru. 6. Ada hubungan antara dinding rumah dengan kejadian tuberkulosis paru. 7. Ada hubungan antara keberadaan daun jendela dengan kejadian tuberkulosis paru.