SeminarNasional Peternakan dan Veteriner 1998 PERSILANGAN AYAM PELUNG JANTAN DENGAN AYAM BURAS BETINA UNTUK MENINGKATKAN AYAM BURAS PEDAGING BENNY GUNAWAN, DESMAYATI ZAINuDDIN, TIKE SARTmA, danabubakar Balai Penelitian Ternak, P.O. Box 221, Bogor 16002 Kata kunci Tersilangan, ayam buras, pedaging ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk menghasilkan ayam buras dengan pertumbuhan cepat yaitu bobot badan lebih besar dari 1 kg per ekor pada umur 12 minggu, tanpa mengubah spesifikasi produksi. Telah digunakan sebanyk 567 ekor ayam buras F1 persilangan (Pelung jantan x Buras betina) dan 199 ekor ayam buras murni (Buras jantan x Buras betina), umur satu hari dari 7 periode penetasan. Pakan yang diberikan dibagi dalam tiga fase yaitu pakan starter 1, komersial (protein 21%, energi 3.000 kkal/kg) untuk ayam umur (1-21) hari ; pakan starter 11 (protein 19%, energi 2.900 kkal/kg) untuk ayam umur (22-42) hari dan pakan grower (protein 17",,. energi 2900 kkal/kg) untuk ayam umur (43-84) hari. Parameter yang diukur dan dihitung yaitu pertumbuhan (bobot badan) ayam secara individu setiap minggu, konsumsi pakan, konversi pakan, mortalitas ayam, persentase bobot karkas, uji organoleptik daging ayam buras dan analisis ekonomi (perhitungan B/C rasio). Pengamatan dilakukan selama 12 minggu. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pertumbuhan ayam buras persilangan F1 lebih tinggi daripada ayam buras murni, konsumsi pakan selama 12 minggu antara ayam buras persilangan F1 tidak berbeda nyata dengan ayam buras murni, tetapi efisiensi penggunaan pakan ayam persilangan lebih baik dibandingkan buras murni. Persentase bobot karkas tidak berbeda nyata antara kedua galur ayam buras. Galur dan jenis kelamin ayam tidak berpengaruh nyata dimana daging bagian dada lebih disukai daripada bagian paha. B/C rasio ayam buras persilangan F1 lebih tinggi (1,31) dibandingkan ayam buras murni (1,2). PENDAHULUAN Ayam buras merupakan jenis ayam yang banyak dipelihara di Indonesia, terutama di daerah pedesaan. Ayam buras yang terdapat di Indonesia sangat beragam penanipilannya, clan penyebarannya cukup luas baik di kota maupun di desa (MANSJOER dan MARTOYO, 1977). Permintaan konsumen terhadap ayam buras potong (pedaging) makin meningkat. Hal ini tercermin dari semakin menjamurnya usaha-usaha ayam bakar atau ayam buras goreng. Permintaan ayam buras potong di DKI saja telah mencapai 70.000 ekor per hari (NATAAMIJAYA, 1993). Hal ini menunjukkan ballwa ayam buras memiliki potensi yang sangat baik untuk dikembangkan, terutama untuk meningkatnyn gizi masyarakat dan menaikkan pendapatan keluarga. Walaupun harga daging ayam buras lebih tinggi dari ayam ras, tetapi dengan semakin meningkatnya pendapatan dan kesejahteraan masyarakat perkotaan menyebabkan makin banyaknya masyarakat memilih dan mengkonsumsi daging ayam buras yang rasa clan aromanya belum dapat digantikan oleh produk ayam ras broiler maupun ras petelur. Permintaan ayam buras yang semakin meningkat bila tidak diimbangi dengan usaha peningkatan produksi, akan menyebabkan terkurasnya ayam-ayam buras Indonesia yang merupakan aset nasional bangsa kita. Olell sebab itu usalia-usaha ke arah peningkatan produksi 348
Seminar Nasional Peternakan dan Veteriner 1998 seperti program persilangan akan membantu mempercepat peningkatan pertumbuhan ayam buras pedaging. NATAAMIJAYA (1993) melaporkan bahwa perkawinan antara ayam Pelting jantan (F3) clan ayam buras betina menghasilkan ayam persilangan yang dapat mencapai bobot badan 1.700 gram pada umur 15 minggu lebih tinggi dari ayam buras (875 gram) dan Pelung (1.460 gram), sedangkan ISKANDAR et al. (1998) mengemukakan bahwa bobot badan ayam buras clan ayam Pelung pada umur 12 minggu kurang dari 1 kg per ekor. Begitu pula YLJWONO et al. (1995) melaporkan bahwa pemeliharaan ayam buras secara intensif bobot badan yang diperoleh pada umur 12 minggu sebesar 798 gram, clan menurut (DESMAYATI dan ISKANDAR, 1989) ayam buras pada umur 16 minggu diperoleh bobot badan 1.261 gram per ekor. Dengan rendahnya pertumbuhan ayam buras, program persilangan menggunakan pejantan ayam Pelung (yang mempunyai bobot badan relatif lebih besar) dapat meningkatkan pertumbuhan ayam buras persilangan F1, sehingga bobot badan 1 kg per ekor pada umur 12 minggu dapat dicapai. Perhitungan ekonomi dari pemeliharaan ayam buras secara intensif sebanyak 300 ekor ayam buras pedaging sampai umur 12 minggu dapat memberikan keuntungan sebesar Rp 155.472,- per bulan (SUKARDI, 1991). Penelitian ini bertujuan untuk menghasilkan ayam buras dengan pertumbuhan cepat (bobot badan lebih besar dari 1 kg pada umur 12 minggu) tanpa mengubah spesifikasi produksi. BAHAN DAN METODOLOGI PENELITIAN Ayam Pelung jantan dewasa (umur di alas 8 bulan) dikawinkan dengan ayam buras betina produkstif (dalam periode produksi telur) menggunakan teknologi Inseminasi Buatan (IB). Sebagai kontrol dilakukan pula perkawinan di dalam ayam buras (buras jantan dengan buras betina). Ayam-ayam buras dewasa dipilih berdasarkan umur (f 5 bulan) dan bobol badan di alas 1,2 kg per ekor untuk ayam buras betina, sedangkan untuk pejantan ayam buras dan Pelung yang berumur di alas 7 Man clan sudah mempunyai taji. Induk ayam buras dan pejantan ditempatkan dalam kandang batere individual. Sedangkan anak ayam hasil silangan maupun buras murni ditempatkan dalam kandang brooder berlantai kawat dengan kepadatan 10 ekor per meter persegi sampai umur 6 minggu, kemudian umur 6 sampai 12 minggu ditempatkan dalam kandang postal dengan kepadatan yang sama. Pakan dan air minum diberikan adlibitum. Pakan yang diberikan dibagi dalam tiga fase yaitu pakan starter komersial (protein 21%, energi 3.000 kkal ME) untuk ayam umur (1-21) hari, pakan starter (protein 19%, energi 2.900 kkal ME) untuk umur (22-42) hari, dan pakan grower (protein 17%, energi 2.900 kkal ME) untuk umur (43-84) hari (Lampiran 1). Sebanyak 567 ekor F1 persilangan (Pelung x Buras) clan 199 ekor ayam buras murni (Buras x Buras) dari 7 periode penetasan ("hatching") digunakan sebagai materi penelitian. Pengamatan dan pengukuran parameter terhadap : A. Pertumbuhan (bobot badan) ayam setiap minggu, mulai umur satu hari sampai dengan 12 minggu (penimbangan dilakukan secara individual), konsumsi pakan, perhitungan konversi pakan, mortalitas ayam, persentase bobot karkas (termasuk kaki, kepala dan hati-ampela), uji organoleptik daging ayam buras, clan perhitungan B/C rasio. Data produktivitas ayam buras dianalisis menggunakan t-test (STEEL clan TORRIE, 1989). 349
Seminar Nasional Peternakan dan Veteriner 1998 B. Pengujian organoleptik dilakukan pada karkas ayam sebanyak 32 ekor (16 ekor F1 Pelung Buras (PB) dan 16 ekor Buras murni (BB). Untuk analisis organoleptik diambil sampel bagian dada dan paha (50% jantan dan 50% betina) dari masing-masing galur. Parameter organoleptik yang diukur adalah penampakan, aroma, warna, keempukan daging, dan rasa daging ayam setelah perebusan. Panelis digunakan sebanyak 15 orang untuk tiga kali pengujian yaitu pengujian pada hari pertama menggunakan daging ayam PB (jantan dan betina), hari kedua daging ayam BB (jantan dan betina) dan hari ketiga daging ayam broiler (jantan dan betina) sebagai pembanding. Metode penilaian oleh panelis dengan memberikan nilai (score) yaitu angka 5 = sangat suka ; 4 = suka ; 3 = biasa; 2 = tidak suka ; I = sangat tidak suka. Analisis data menggunakan analisis varian non parametrik (STEEL dan TORRIE, 1989). C. Analisis Finansial Ayam Buras Pedaging umur 12 minggu. Perhitungan analisis finansial untuk mengetahui profitability dan B/C rasio berdasarkan Input (pengeluaran) dan Output (penerimaan) dengan patokan harga bagan pakan dan hargajual saat ini (Maret/April 1998). Produktivitas ayam buras HASIL DAN PEMBAHSAN Produktivitas ayam buras persilangan (PB) dan buras murni (BB) selama 12 minggu pertumbuhan disajikan pada Tabel 1. Dari Tabel 1, ditunjukkan bahwa rataan bobot badan nyata (P<0,05) lebih tinggi dan konversi pakan lebih efisien pada ayam buras persilangan (PB) dibandingkan ayam buras murni (BB). Pertambahan bobot badan hasil penelitian ini masih lebih tinggi dari pada yang dilaporkan ISKANDAR et al. (1998), baik pada ayam buras persilangan maupun ayam buras murni yang masing-masing adalah 844 gram/ekor dan 704 gram/ekor dibandingkan dengan 987,22 gram/ekor dan 891 gram/ekor. Konsumsi pakan selama 12 minggu penelitian tidak berbeda nyata antara ayam buras PB dan BB, tetapi konversi pakan ayam PB (3,33) nyata (P<0,05) lebih efisien daripada ayam buras BB (3,86). Rataan konsumsi pakan ayam buras PB sebanyak 3.272 gram/ekor dan ayam buras BB 3.409 gram/ekor. Jumlah konsumsi pakan ini tidak berbeda jauh dengan konsumsi pakan yang dilaporkan ISKANDAR et al. (1998) yaitu sebanyak 3.245 gram/ekor pada ayam buras murni dan 3.348 gram/ekor pada ayam buras silangan Pelung. Angka nilai konversi pakan pada penelitian ini masih lebih kecil (lebih efisien) dibandingkan dengan yang dilaporkan ISKANDAR et al. (1998) yaitu 4,20 pada ayam buras murni dan 4,79 pada ayam buras silangan Pelung, serta hasil penelitian MUHARLIEN (1995) disitasi SULISTIYONO (1997) bahwa nilai konversi pakan ayam buras umur 12 minggu sebesar 4,56 sampai 4,61. Rataan persentase bobot karkas pada umur 12 minggu, tidak menunjukkan perbedaan nyata antara ayam buras PB dan ayam buras BB yaitu antara 86-87%. Pengujian organoleptik daging ayam buras Hasil rataan penilaian oleh panelis terhadap penampakan, aroma, warna, keempukan dan rasa daging ayam buras disajikan pada Tabel 2. Hasil analisis statistik terhadap uji organoleptik daging ayam pada tabel 2 menunjukkan bahwa galur dan jenis kelamin ayam tidak berpenganlh nyata (P<0,05) terhadap kriteria penampakan, aroma, warna, keempukan dan rasa daging ayam hasil silangan (PB) dengan buras murni (BB) dan broiler (Br). Macanl daging (di antara daging dada dan paha) tidak berpengaruh 350
Seminar Nasional Peternakan dan Veteriner 1998 nyata (P>0,05) terhadap aroma, tetapi berpengaruh nyata (P<0,05) terhadap penampakan, wama, keempukan maupun rasa daging ayam, di mana daging ayam bagian dada lebih disukai dibandingkan bagian paha. Daging ayam bagian dada mempunyai struktur yang lebih baik dan lebih empuk serta mengandung lemak, dan tidak banyak aktivitas daripada bagian paha. Tabel 1. Rataan bobot badan, konsumsi pakan, konversi pakan, bobot karkas, crossbred (PB) dnn buras murni (BB) selama 12 minggu penelitian Keterangan : Hurufsuperskrip yang berbeda pada baris yang sama menunjukkan perbedaan nyata (P<0,05) Menurut WINARNO (1993), daging ayam yang berlemak rasanya lebih gurili dibandingkan dengan daging ayam yang tidak berlemak. Hasil penelitian ABUBAKAR et al. (1997) menunjukkan bahwa preferensi selera konsumen terhadap warna, aroma, keempukan dan penampakan daging ayam persilangan ayam buras dan ayam ras HNN tidak nyata dipengaruhi (P>0,05) oleh galur ayam, pakan dan interaksinya. Selanjutnya SOEPARNO (1994) menyatakan bahwa rasa dan kelezatan daging ayam dipenganihi oleh genetis ayam itu sendiri serta perbandingan antara kadar lemak dnn daging yang dihasilkan. Analisis finansial usaha ternak ayam buras mortalitas ayam bums Uraian Galur Ayam Buras Pelung Buras (PB) Buras Buras (BB) Bobot doe (gram/ekor) 27,12 27,21 SD 1,49 1,21 Cv 5,48 4,43 Bobot 12 minggu (gram/ekor) 1014,34' 918,57a SD 50,97 96,69 Cv 5,03 9,44 Pertambahan Bobot Badan (PBB) 987,22' 891,36 - SD 51,44 86,59 Cv 5,21 9,71 Konsumsi pakan (gram/ekor) 3272,86-3409,368 SD 168,23 155,00 Cv 5,14 9,71 Konversi pakan (gram/gram) 3,33' 3,86- SD 0,29 0,45 Cv 8,73 11,70 Mortalitas (ekor;%) (85;14,99) (56;28,14%) Bobot karkas Jantan (%) 87,098 86,348 SD 0,93 1,57 Cv 1,10 1,82 Betina (%) 86,47-86,038 SD 1,14 0,85 Cv 1,31 0,99 Untuk mengetahui analisis usaha ayam buras pedaging yang dipelihara selama 12 minggu (market weight), maka dibandingkan antara ayam buras persilangan (PB) dnn ayam buras murni (BB) yang disajikan pada Tabel 3. 35 1
SeminarNasional Peternakan clan Veteriner 1998 Tabel 2. Rataan nilai pengujian organoleptik daging ayam p~da bagian dada dan paha dari tiga galur ayam Kriteria Crossbred (PB) Galur Ayam Buras Murni (BB) Broiler (Br) Pengujian Jantan Betina Jantan Betina Jantan Betina 1. Penampakan Dada 3,13 3,22 3,33 3,40 3,00 3,13 Paha 2,80 2,68 2,84 2,35 2,73 2,46 2. Aroma Dada 3,26 3,42 3,58 3,24 3,08 3,20 Paha 3,15 3,11 3,02 2,80 3,00 2,95 3. Warna Dada 3,46 3,33 3,22 3,37 2,64 2,93 Paha 2,68 2,53 2,53 2,33 2,91 2,68 4. Keempukan Dada 3,62 3,28 3,44 3,20 3,24 2,80 Paha 3,11 3,08 2,91 2,77 2,82 2,51 5. Rasa Dada 3,37 3,31 3,28 3,06 2,71 3,04 Paha 2,86 3,13 2,82 2,64 2,71 2,68 Tabel 3. Analisis finansial usaha ternak ayam buras pedaging persilangan (Pelung x buras murni (Buras x Buras) umur 12 minggu, (Rp/ekor) Buras) dan ayam Galur Ayam Buras Pelung x Buras (PB) Buras x Buras (BB) 1. Penerimaan (Rp) Penjualan ayam hidup 9126 8271 Penjualan pupuk 60 60 Total penerimaan (Rp) 9186 8331 II. Pengeluaran (Rp) a) Biaya Tetap Kandang & peralatan per tiga bulan 300 300 b) Biaya tidak tetap " doc 1500 1250 " Pakan 4201,60 4389,10 " Obat dan vaksin 500 500 " Kapur, sekam dan pasir 200 200 " Tenaga kerja 300 300 Total pengeluaran (Rp) 7001,60 6939,10 Keuntungan per ekor (Rp) 2194,40 1391,90 (31,19%) (20,06%) B/C ratio 1,31 1,20 Dari Tabel 3 ditunjukkan bahwa biaya pakan ayam buras PB sebesar 60% clan ayam buras BB 63% dari total biaya produksi. Hasil penelitian ini hampir sama dengan hasil penelitian SIREGAR et al. (1980) dan YUWONO et al. (1995), bahwa biaya pakan besarnya sekitar 60% dari biaya operasional produksi. Perhitungan jumlah keuntungan per ekor dari ayam buras PB diperoleh sebanyak Rp 2l84,40,- (31,92%) yang lebih tinggi dari ayam buras BB Rp 1391,90,- (20,06%), dengan B/C rasio masing-masing adalah 1,31 dan 1,20. Hal ini disebabkan bobot badan yang 352
Seminar Nasional Peternakan dan Veteriner 1998 dicapai oleh ayam buras PB lebih berat dibandingkan ayam buras BB pada umur yang sama, sedangkan konsumsi pakan tidak berbeda nyata. Nilai keuntungan yang diperoleh pada penelitian ini masih lebih tinggi dibandingkan dengan laporan YUWONo et al. (1995) bahwa keuntungannya antara Rp 78,- sampai Rp 706,- pada ayam buras jantan yang diberi ransum berbeda kandungan nutrisinya selama dua bulan pengamatan (umur 2 bulan sampai 4 bulan). KESIMPULAN 1. Pertumbuhan ayam buras crossbred (PB) lebih tinggi daripada ayam buras murni (BB) pach umur 12 minggu. 2. Konsumsi pakan antara ayam buras PB tidak berbeda nyata dengan ayam buras BB, tetapi efisiensi penggunaan pakan dari ayam PB lebih baik dibandingkan ayam buras BB. 3. Persentase bobot karkas tidak berbeda nyata antara kedua galur ayam buras. 4. Galur dan jenis kelamin ayam, tidak berpengaruh nyata terhadap penampakan, aroma, warna, keempukan maupun rasa daging ayam. 5. Macam daging ayam tidak berpengaruh nyata terhadap penampakan, warna, keempukan dan rasa daging, dimana daging ayam bagian dada lebih disukai daripada bagian palia. 6. Analisis finansial (B/C ratio) ayam buras PB lebih tinggi daripada ayam buras BB. DAFTAR PUSTAKA ABuBAKAR, R. DHARSANA, dan A.G. NATAAMIJAYA. 1997. Preferens i dan Nilai Gizi Daging Ayam Hasil Persilangan (Pejantan Buras dengan Betina Ras) dengan Pemberian Jenis Pakan yang Berbeda (Laporan hasil penelitian Balitnak 1995/1996). DESMAYATI Z. dan S. IsKANDAR. 1989. Ransurn ayam pedaging komersial dicampur dengan dedak padi yang diberikan pada anak ayam kanipung (buras). Pros. Pengembangan Peternakan di Ssumatera dalam Menyongsong Era Tinggal Landas. Fak. Pet. Universitas Andalas, Padang. hal. 619-630. ISKANDAR, S., DESMAYATI Z., S. SASTRODIHARDJO, T. SARTIKA, P. SETIADI, dan T. SUSANTI. 1998. Respon pertumbuhan ayam kampung dan silangan pelung terhadap ransum berbeda kandungan protein. Jurnal Ilmu Ternak dan Veteriner 3(1) : 8-14. MANSJOER, S.S. dan H. MARTOJO. 1977. Produktivitas Ayam Kampung dan ayam Persilangan F I (Kampung x RIR) pada pemeliharaan dalam kandang. Seminar I I1mu dan Industri Perunggasan. Pusat Penelitian dan Pengembangan Ternak. Bogor. NATAAMIJAYA, A.G., P. SITORUS, I.A.K. BINTANG, HARYONO, dan E. BuNYAMIN. 1993. Pert umbuhan badan ayam silangan (Pelung x Kampung) yang dipelihara di pedesaan. Prosiding Seminar Nasional Pengembangan Ternak Ayam Buras melalui Wadah Koperasi Menyongsong PJPT II. UNPAD. Bandung. hal. 232-235. SntEGAR, A.P., M. SABRANI, dan PRAMONO. 1980. Teknik Beteniak Ayant Pedaging di Indonesia. Penerbit Margie Grup. Jakarta. SOEPARNO. 1994. Ilmu dan Teknologi Daging. Cetakan Kedua. Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta. STEEL, R.G.D. dan J.H. TORRIE. 1989. Prinsip dan Prosedur Statistika. Suatu Pendekatan Biometrik. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta. 35 3
Seminar NasionalPeternakan dan Peteriner 1998 SUKARDI. 1991. Beternak ayam buras sebagai usaha sampingan. Prosiding Seminar Pengembangan Peternakan dalam Menunjang Pengembangan Ekonomi Nasional, 4 Mei 1991. Fakultas Peternakan UNSOED, Purwokerto. SULISTIYONO, A. 1997. Pengaruh kepadatan Kandang Terhadap Penampilan Ayam Kampung Pada Pemeliharaan Intensif Umur 2 Minggu Sampai 12 Minggu. Skripsi. Fakultas Peternakan Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta. WINARNO, F.G. 1993. Pangan Gizi, Teknologi dan Konsumen. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta. YuwoNo, D.M., SUBIHARTA, W. DIIRDIOPRATOMO, dan MuRYANTo. 1995. Analisa usaha pemelillaraan ayam buras muda untuk tujuan produksi ayam potong. Prosiding Pertemuan Ilmiah Komunikasi dan Penyaluran Hasil Penelitian. Sub Balai Penelitian Ternak Klepu.
SeminarNasionalPeternakan dan Veteriner 1998 Lampiran 1. Susunan ransutn ayam buras periode pertumbulian (umur 1 hari s/d 12 minggu) Bahan pakan Ransum 1 (doc - 21 hari) Ransum 2 (2242 hari) Ransuin 3 (43-84 hari) (% dalam ransum) Pakan starter komersial 0 74,48 - Pakan finisher komersial - - 69,55 Dedak halus - 25,06 30,35 Minyak sayur - 0,46 0,10 Suryamix - 0,025 0,025 Lisin - 0,020 0,020 Starbio - 0,020 0,020 Total 100 100 100 Harga ransuin (Rp/kg) 1592 1325 1237 Kandungan zat-zat nutrisi berdasarkan perhitungan: Protein kasar (%) 21 19 17 Energi (kkal 2900 MEI - - 3000 - - - - Keterangan: Perhitungan berdasarkan harga bahan pakan pada bulan Maret/April 1998