ANALISA PENGGUNAAN RUANGAN KAPAL PENANGKAP IKAN TUNA DI PANTAI SADENG GUNUNG KIDUL. Salim Staf Pengajar Akademi Maritim Yogyakarta (AMY) ABSTRAK

dokumen-dokumen yang mirip
2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kapal Perikanan

BAB V DASAR BERGANDA ( DOUBLE BOTTOM )

2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kapal Penangkap Ikan

Bab XII. Spesifikasi Teknis dan Gambar

SEKAT KEDAP AIR HALUAN MIRING KAPAL PENUMPANG : 5 % L M KAPAL BARANG : b = Jarak terkecil dari. ketentuan. b = 5 % L atau.

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

5 HASIL DAN PEMBAHASAN

HALAMAN JUDUL HALAMAN SURAT TUGAS

Analisis Perbandingan Perhitungan Teknis Dan Ekonomis Kapal Kayu Pelayaran Rakyat Menggunakan Regulasi BKI Dan Tradisional

5 PEMBAHASAN 5.1 Desain Perahu Katamaran General arrangement (GA)

SPESIFIKASI TEKNIS KAPAL IKAN 1 GT FRP

BAB V SHELL EXPANSION

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN

PERHITUNGAN BUKAAN KULIT SHELL EXPANTION

TEKNO EKONOMI KAPAL GILLNET DI KALIBARU DAN MUARA ANGKE JAKARTA UTARA LUSI ALMIRA KALYANA

PENGUKURAN KAPAL (Tonnage Measurement)

ANALISA TEKNIS KM PUTRA BIMANTARA III MENURUT PERATURAN KONSTRUKSI KAPAL KAYU BKI

BAB V MIDSHIP AND SHELL EXPANSION

KALOR. Peristiwa yang melibatkan kalor sering kita jumpai dalam kehidupan sehari-hari.

STUDI KELAYAKAN UKURAN KONSTRUKSI KAPAL KAYU NELAYAN DI PELABUHAN NELAYAN (PN) GRESIK MENGGUNAKAN ATURAN BIRO KLASIFIKASI INDONESIA (BKI)

Spesifikasi Teknis Kapal Ikan <5 GT (Mina Maritim 3 VL - Linggi Depan) (TIPE 2)

Awak tidak memperhatikan bangunan dan stabilitas kapal. Kecelakaan kapal di laut atau dermaga. bahaya dalam pelayaran

APLIKASI PENERAPAN PERATURAN SOLAS DALAM PERENCANAAN PERALATAN KESELAMATAN KMP LEGUNDI PADA LINTASAN MERAK-BAKAUHENI

2016, No Keputusan Presiden Nomor 65 Tahun 1980 tentang Pengesahan International Convention For The Safety of Life at Sea, 1974; 6. Peratur

BAB I PENDAHULUAN. PENDAHULUAN MT SAFINA SYUMADHANI Tanker 3600 BRT I - 1 PROGRAM STUDI D III TEKNIK PERKAPALAN PROGRAM DIPLOMA FAKULTAS TEKNIK

juga didefinisikan sebagai sebuah titik batas dimana titik G tidak melewatinya, agar kapal selalu memiliki stabilitas yang positif.

Diterima: 7 Januari 2009; Disetujui: 20 November 2009

PENDAHULUAN LATAR BELAKANG

BAB IV PEMILIHAN MATERIAL DAN INSTALASI

BAB III. Tindakan Olah Gerak menolong orang jatuh kelaut tergantung dan pada factor-factor sebagai berikut :

JURNAL TEKNIK ITS Vol. 1, No. 1 (Sept. 2012) ISSN:

FINAL KNKT Laporan Investigasi Kecelakaan Laut

Perancangan Fire Control and Safety Plan pada Kapal Konversi LCT menjadi Kapal Small Tanker

LAPORAN PEMERIKSAAN TONGKANG

2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi Pelabuhan Perikanan 2.2 Fungsi dan Peran Pelabuhan Perikanan

FINAL KNKT KOMITE NASIONAL KESELAMATAN TRANSPORTASI REPUBLIK INDONESIA

1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

EVALUASI PERBANDINGAN DRAFT KAPAL IKAN FIBERGLASS DAN KAYU BERDASARKAN SKENARIO LOADCASE, STUDI KASUS KAPAL IKAN 3GT

BAB VIII PENUTUP. bahan bakar berasal dari gas berupa: LPG. generator, boiler dan peralatan masak di dapur.

2 GAMBARAN UMUM UNIT PERIKANAN TONDA DENGAN RUMPON DI PPP PONDOKDADAP

Penangkapan Tuna dan Cakalang... Pondokdadap Sendang Biru, Malang (Nurdin, E. & Budi N.)

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Potensi hasil laut di Kabupaten Malang di pesisir laut jawa sangatlah

Studi Penggunaan Ampas Tebu Sebagai Material Inti (Core) Oleh : Windu Setiawan

Iswadi Nur Program Studi Teknik Perkapalan, Fakultas Teknik UPN Veteran Jakarta Jl. RS Fatmawati, Pondok Labu Jakarta Selatan

PRESENTASI SKRIPSI ANALISA PERBANDINGAN KEKUATAN KONSTRUKSI CORRUGATED WATERTIGHT BULKHEAD

KAPAL KAYU LAMINASI TUNA LONG LINE 40 GT Dl GALAWGAN KAPAL PT PE N SAMODERA BESAR CABANG UJ

KAPAL KAYU LAMINASI TUNA LONG LINE 40 GT Dl GALAWGAN KAPAL PT PE N SAMODERA BESAR CABANG UJ

Istilah istilah yang ada di teori bangunan kapal Istilah istilah yang ada pada konstruksi bangunan kapal Jenis-jenis kapal

MODA TRANSPORTASI LAUT. Setijadi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Triatmodjo (1996) pelabuhan (port) adalah daerah perairan

SISTIM PIPA KAPAL BERDAYA MESIN 2655 HP

Analisis Teknis dan Ekonomis Penggunaan Komposit Serabut Kelapa dan Serbuk Pohon Kelapa sebagai Isolasi Kotak Pendingin Ikan pada Kapal Ikan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

Bentuk baku konstruksi kapal rawai tuna (tuna long liner) GT SNI Standar Nasional Indonesia. Badan Standardisasi Nasional

JURNAL TEKNIK PERKAPALAN Jurnal Hasil Karya Ilmiah Lulusan S1 Teknik Perkapalan Universitas Diponegoro

BAB V RENCANA BUKAAN KULIT (SHEEL EXPANSION) Beban sisi geladak dihitung menurut rumus BKI 2006 Vol II Sect.

ANALISA TEKNIK DAN EKONOMIS VARIASI JENIS BAMBU SEBAGAI BAHAN LAMINASI UNTUK PEMBUATAN KAPAL IKAN

2016, No dengan Undang-Undang Nomor 45 Tahun 2009 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 154, Tambahan Lembaran Negara Republik I

6 KINERJA OPERASIONAL PPN PALABUHANRATU

Z = 10 (T Z) + Po C F (1 + )

PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR TENTANG GARIS MUAT KAPAL DAN PEMUATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PENGARUH FREE SURFACE TERHADAP STABILITAS KAPAL PENGANGKUT IKAN HIDUP. Oleh: Yopi Novita 1*

Lampiran 1 Peta PPN Palabuhanratu

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB V BUKAAN KULIT (SHELL EXPANSION)

2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pelabuhan Perikanan Pengertian, klasifikasi dan fungsi pelabuhan perikanan

1 Pengukuran dan analisa..., Ivan Adhiwena, FT UI, 2008 Universitas Indonesia

- - KALOR - - Kode tujuh3kalor - Kalor 7109 Fisika. Les Privat dirumah bimbelaqila.com - Download Format Word di belajar.bimbelaqila.

KESESUAIAN UKURAN BEBERAPA BAGIAN KONSTRUKSI KAPAL PENANGKAP IKAN DI PPN PALABUHANRATU JAWA BARAT DENGAN ATURAN BIRO KLASIFIKASI INDONESIA

Desain Sistem Pendingin Ruang Muat Kapal Ikan Tradisional Dengan Memanfaatkan Uap Es Kering

Resizing Bangunan Atas Kapal Double Skin Bulk Carrier (DSBC) DWT untuk Mengurangi Biaya Produksi

BAB IV ALTERNATIF PEMILIHAN BENTUK SALURAN PINTU AIR

BAB 7 KESIMPULAN DAN SARAN

4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

SPESIFIKASI TEKNIK KOMPOR GAS BAHAN BAKAR LPG SATU TUNGKU DENGAN SISTEM PEMANTIK MEKANIK KHUSUS UNTUK USAHA MIKRO

4 HASIL DAN PEMBAHASAN

WAKTU EVAKUASI MAKSIMUM PENUMPANG PADA KAPAL PENYEBERANGAN ANTAR PULAU

SAMBUTAN. Jakarta, Nopember Kepala Pusat Penyuluhan Kelautan dan Perikanan

SAMBUTAN. Jakarta, Nopember Kepala Pusat Penyuluhan Kelautan dan Perikanan

Soal :Stabilitas Benda Terapung

G U B E R N U R SUMATERA BARAT

MENGIDENTIFIKASI STRUKTUR DAN BAGIAN-BAGIAN KAPAL. NPL - Prod/K.01. Kompetensi : Bangunan dan Stabilitas Kapal

BAB III BAHAN DAN METODE

BAB VI PERHITUNGAN SISTEM PIPA

MOHAMMAD IMRON C INSTITUT PERTANIAN BOGOR FAKULTAS PERI KANAN. Oleh : KARVA IlMIAH

Lampiran 1 Posisi beberapa bagian konstruksi kapal

PEMBUATAN PETI/PALKA BERINSULASI

BAB II JENIS-JENIS KEADAAN DARURAT

Hukum Laut Indonesia

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

TEKNIK PENANGKAPAN IKAN PELAGIS BESAR MEMAKAI ALAT TANGKAP FUNAI (MINI POLE AND LINE) DI KWANDANG, KABUPATEN GORONTALO

Samudera adalah kumpulan air yang sangat banyak, menutupi hampir. 71 persen Bumi dan memisahkan benua. Jutaan tahun yang lalu ketika Bumi

BUPATI TANGERANG PROVINSI BANTEN PERATURAN BUPATI TANGERANG NOMOR 59 TAHUN 2016 TENTANG

MODUL POWER THRESHER. Diklat Teknis Dalam Rangka Upaya Khusus (UPSUS) Peningkatan Produksi Pertanian dan BABINSA

TEKNIK PENGOPERASIAN PANCING TENGGIRI DENGAN MENGGUNAKAN ALAT BANTU CAHAYA

KAPAL IKAN PURSE SEINE

SAMBUTAN. Jakarta, Nopember Kepala Pusat Penyuluhan Kelautan dan Perikanan

ANALISIS TEKNIS DAN EKONOMIS KONVERSI KAPAL TANKER SINGLE HULL MENJADI DOUBLE HULL

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

Transkripsi:

ANALISA PENGGUNAAN RUANGAN KAPAL PENANGKAP IKAN TUNA DI PANTAI SADENG GUNUNG KIDUL Salim Staf Pengajar Akademi Maritim Yogyakarta (AMY) ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan hasil ruangan dari penyusunan atau pembagian ruangan suatu kapal, mengetahui pengaruhpengaruh dari ruangan yang lain berdasarkan ketentuan dari klasifikasi dibidang perkapalan. Manfaat penelitian adalah dengan mengetahui ketentuan-ketentuan pembagian ruangan di kapal dan hal-hal lain yang mempengaruhinya, maka penentuan pembagian ruangan akan berpengaruh terhadap optimalisasi hasil tangkapan dan keselamatan dan kenyamanan pada waktu kapal beroperasi. Hasil penelitian menunjukan bahwa pada kapal penangkap ikan Tuna di Pantai sadeng kabupaten Gunung Kidul tidak dipasang sekat-sekat kedap air dan tidak memperhatikan sisi optimalisasi dari system pembagian ruangan berdasar Biro Klasifikasi Indonesia yang selanjutnya factor keselamatan dan kenyamanan pada waktu kapal beropersi tidak diperhatikan. Dengan hasil penelitian ini diharapkan pada kapal penangkap ikan tuna di Pantai sadeng dipasang sekat kedap air serta factor keselamatan dan kenyamanan kerja perlu diperhitungkan yang selanjutnya akan menghasilkan hasil tangkapan yang maksimal. PENDAHULUAN Perkembangan teknologi saat ini semakin pesat, hal ini dapat dilihat dari inovasi dan penemuan-penemuan baru diberbagai bidang. Pada bidang perkapalan umumnya dan kapal ikan kususnya untuk meningkatkan hasil tangkapan perlu diaplikasikan teknologi baik teknologi alat alat penunjang penangkapan ikan misal : fish sounder, GPS (Global Position System) dan lain lain. Selain hal hal tersebut diatas juga tidak kalah pentingnya adalah teknologi kapalnya sendiri baik itu menyangkut bahan, bentuk (model) dan yang lain. Ini semua sudah dibuatkan aturan (pedoman) yang berbentuk ketentuan ketentuan (regulasi) baik nasional (Biro Klasifikasi Indonesia ) dan Syahbandar maupun intenasional mencakup keselamatan dan keamanan serta kenyamanan, karena laut merupakan milik nasional yang berupa wilayah kedaulatan dengan batas 12 mil dari pantai diukur pada waktu 54

air surut terendah dan wilayah ZEE (Zone Economic Exclusive) sejauh 200 mil diukur dari pada saat air surut terendah. Untuk wilayah ZEE Negara yang bersangkutan berhak mengekploitasi sumber alamnya saja. Selain batas wilayah tersebut potensi dilaut selatan pulau Jawa kususnya masih sangat besar, karena yang diekploitasi baru sekitar 16 % (Iskandar Kanna : 2006). Untuk mengoptimalkan hasil tangkapan pada kapal kapal penangkap ikan tuna di Pantai Sadeng perlu kiranya pada kapal - kapal tersebut mengadopsi teknologi perkapalan dengan mengetrapkan pemasangan sekat kedap air guna mempertimbangkan penyusunan ruangan yang berkaitan dengan kenyamanan dan keselamatan para awak kapal, hasil tangkapan dan kapalnya sendiri. Sistem penyusunan ruangan ruangan tersebut tidak lepas dari penempatan sekat kedap air. Pemasangan sekat kedap air pada setiap kapal merupakan hal yang harus dilakukan mengingat manfaat yang akan dicapai. Penentuan penentuan sekat kedap air ini tergantung pada letak kamar mesin pada kapal karena bila letak kamar mesin di belakang akan berbeda dengan bila letak kamar mesin di tengah kapal. Adapun sekat kedap air akan berfungsi membatasi air yang masuk pada kapal bila sewaktu waktu kapal terjadi kecelakaan atau kejadian yang lain dan kapal akan tetap dapat di kendalikan dan tidak tenggelam. Oleh karena itu pada kapal kapal penangkap ikan tuna di Pantai Sadeng, Kecamatan Girisubo, Kabupaten Gunung Kidul perlu dipasang sekat kedap air guna menjaga agar kapal kalau terjadi kecelakaan tidak tenggelam dan hasil yang didapat dapat optimal serta pekerja (penangkap ikan ) dapat bekerja dengan aman dan selamat sampai di pantai kembali. TUJUAN PENELITIAN 1. Untuk mendapatkan letak-letak sekat kedap air pada kapal 2. Untuk mengetahui ukuran-ukuran ruangan yang ada pada kapal 3. Untuk mengetahui manfaat dari penempatan sekat-sekat kedap air. MANFAAT PENELITIAN Dengan mengetahui peletakan sekat sekat kedap air yang harus dipasang pada sebuah kapal, maka akan didapatkan ruangan ruangan pada kapal yang baik bila ditinjau dari keselamatan dan kenyamanan 55

pada waktu operasi dengan mempertimbangkan dari peraturan (regulasi) baik BKI (Biro Klasifikasi Indonesia) juga aturan aturan lain yang berkaitan dengan masalah perkapalan. ANALISA DATA DAN PEMBAHASAN Data yang diperoleh dari hasil pengamatan di lapangan adalah pada umumnya kapal-kapal penangkap ikan tuna yang beroperasi di Pantai Sadeng ada dua model penangkapan yaitu : 1. Penangkapan ikan tuna yang beroperasi untuk menangkap ikan dengan berat ikan dibawah 10 kg dengan waktu operasi rata- rata selama 4 hari sama dengan 5 hari atau diperkirakan perbekalan kapal (bahan baker dan air tawar) maupun perbekalan untuk operator akan habis/cukup bila kapal sampai di Pelabuahan pendaratan. Tetapi juga dimungkinkan ikan ikan yang tertangkap tersebut juga lebih besar atau berat. Karena ditempat penangkapan ikan atau didekat rumpon yang telah ditentukan para penangkap ikan menggunakan pancing dengan relative dalam dan ikan yang kena pancing adalah tidak ada para meter ukuran. Untuk radius penangkapan ikan kurang lebih 10 sampai dengan 20 mil. 2. Penangkap ikan tuna selain yang dibawah 10 kg, para pemancing memburu ikan tuna yang ukurannya lebih besar, disebabkan ikan tuna yang besar diatas berat 25 kg dari sisi harga bisa 3 s.d 4 kali lipat dari pada ikan tuna yang bobotnya seperti tersebut diatas. Ikan ikan yang besar ini perlu perlakuan kusus karena merupakan ikan ikan komoditas ekspor yang biasanya dibeli oleh pedagang - pedagang dari Surabaya atau Cilacap. Tempat dimana para pelaku ekpor/pabrik pengolah ikan ke luar negeri. Untuk mendapatkan ikan ikan tersebut para penangkap ikan akan lebih jauh ketengah bisa mencapai diatas 20 mil dari Pantai Sadeng, karena ikan ikan tuna yang besar memang berada agak ketengah atau di laut yang lebih dalam. Kalau kapal beroperasi untuk melakukan penangkapan yang lebih jauh, maka untuk waktu beroperasi kapal akan lebih lama dapat 2 (dua) hari lebih lama dan berakibat bahan perbekalan baik untuk kapal (bahan baker) maupun untuk operator akan lebih banyak. 3. Pada kapal kapal tersebut diatas pada umumnya menggunakan pancing jenis mini long liner dengan pancing mata tiga. Ada juga yang menggunakan satu (1) orang satu pancing dengan bantuan 56

layang layang yang di pegang oleh para pemancing. Dengan cara dan model kapal dan cara menangkap ikan tuna ini maka kenyamanan dalam melakukan penangkapan kurang nyaman dikarenakan fasilitas yang ada diatas kapal kurang nyaman berdasar tata letak (lay out) dari pembagian ruang yang ada. Adapunn susunan ruang kapal tersebut sebagai berikut : Dengan kondisi seperti data di atas jelas dari sisi kenyamanan bagi para operator kapal kurang nyaman dan dari sisi keselamatan untuk kapal kapal penangkap ikan di Pantai Sadeng tidak memenuhi syarat. Adapun kekurangan kekurangan yang ada pada kapal kapal penangkap ikan tuna di Pantai sadeng sebagai berikut : 57

1. Penempatan dari box., bila ditinjau dari sisi stabilitas dalam penempatan bok ikan dan bok es dari sisi ukuran terlalu tinggi dan terlalu lebar. Kondisi ini akan berpengaruh pada waktu kapal beroperasi. Dalam bok terisi hingga ketinggian ¾ atau sampai penuh maka bila kapal kena pengaruh gaya dari luar baik angin maupun gelombang maka berakibat kapal akan mudah oleng dan ektremnya terbalik. Selain tinggi dari box juga untuk ukuran panjang dari bok yang diisi tiga (3) box maka panjang dari ketiga box tersebut juga tidak sebanding dengan panjang kapal. 2. Kapal tidak dilengkapi dengan sekat kedap air. Baik itu sekat ceruk haluan, sekat depan dan belakang kamar mesin serta sekat ceruk buk buritan. Kondisi inis bila kapal terjadi kebocoran maka tidak ada sekat yang membatasi masuknya air. Akibat dari ini bisa kapal tenggelam. 3. Tidak ada ruang untuk istirahat Ruang istirahat hanya terdapat di bagian depan dari bok dan tidak ada perlengkapan untuk istirahat (tempat tidur, bantal, guling, dan laian lain). Para crew kapal hanya istirahat seadanya. Bagian depan yang disediakan untuk istirahat tidak dilindungi dengan dek maka kalau kapal kena hujan berakibat air akan masuk ke dalam ruang istirahat dan bila kena gelombang dan airnya muncrat maka air laut akan masuk keruang istirahat. 4. Tidak ada tempat untuk memasak (dapur) secara kusus Dimana pada waktu masak hanya dilakukan seadanya yang menempati bagian depan kapal jadi satu dengan ruang istirahat. Ini akan berakibat : a. Bila ada angin kencang berakibat tidak dapat memasak, karena kompor akan mati karena tidak ada pelindung. b. Bila ada guncangan entah itu karena gelombang atau akibat lain maka tidak bisa memasak karena kompor di dalam kapal ukuranya kecil dan tidak dilakukan pengikatan c. Bila tidak hati hati dapat berakibat terjadinya kebakaran. 5. Peletakan ruang mesin tidak sesuai dengan aturan teknis hanya menganut tersedianya ruangan yang ada dan terkesan dipaksakan dengan hasil asal jadi dan tidak memperhatikan faktor efisiensi. Letak mesin tidak ditengah atau dibelakang dan juga tidak dilengkapi dengan sekat kedap air baik bagian depan (sekat depan) 58

kamar mesin maupun sekat ceruk buritan yang sekaligus berfungsi sebagai sekat belakang kamar mesin. Dari kondisi ini kalau kapal terjadi kebocoran maka akan berakibat kapal akan tenggelam. 6. Kapal tidak dilengkapi dengan doble bottom, maka akibat yang ditimbulkan juga sama seperti pada point 5 dikarenakan kapal di ruanganya tidak ada pelindung bagian bawah bila kapal terjadi accident dan berakibat bocor maka kapal akan tenggelam. 7. Kapal tidak dilengkapi tempat untuk penyimpanan perbekalan secara layak. Tempat penyimpanan perbekalan (seperti beras, mie instant, telur dan bumbu bumbu) hanya dibungkus seadanya. Untuk perbekalan cair baik itu bahan bakar dan air tawar hanya dimasukan ke jerigen jerigen dan ditaruh pada ruang palka yang ada di belakang bok. Akibat dari ini bila terjadi benturan akibat gelombang dan yang lain maka jerigen jerigen tersebut akan pecah. 8. Tempat untuk para pekerja/ penangkap ikan kurang layak. Kalau kapal kena gelombang atau angin yang kencang maka penangkap ikan akan kurang nyaman bahkan dapat tercebur ke laut karena kapal tidak dilindungi dengan pengaman atau pegangan. 9. Tempat pengendalian (kemudi) tidak dibuatkan pelindung. Maka bila hujan dan panas, pengendali kapal akan kehujanan juga kepanasan. 10. Kapal tidak dibuat/dibangun dek kekuatan, dek atas hanya terdapat pada sebagian kecil depan dan sebagian lagi debelakang. Tepatnya diatas ruang mesin Penyelesaian/solusi Dengan data sebagai berikut : L adalah panjang seluruh kapal = 17,00 meter B adalah lebar kapal = 3,25 meter H adalah tinggi geladak = 1,90 meter Maka dapat ditentukan solusinya antara lain : 1. Penempatan sekat kedap air a. Untuk sekat ceruk depan L (jarak diukur dari haluan) = 5% x LBP = 5% x 17 m = 0,85 m 59

Dengan pertimbangan bagian depan bentuk dari kapal lancip, maka untuk mempermudah pembuatan dan mempertinggi nilai keselamatan kita buat 1,25 m di ukur dari ujung depan kapal. b. Karena letak kamar mesin di belakang maka, letak sekat kamar mesin di bagian depan di buat sepanjang 20% dari panjang kapal dan untuk kapal kapal kecil biasanya bangunan bagian belakang (Kimbul) dibuat selaras/diluruskan) dengan posisi sekat depan kamar mesin. L = 20% LBP (Length Beetwen Perpediculairs) = 20% x 17 m = 3,4 m Ruangan ini akan berfungsi sebagai ruang mesin sedangkan posisi dari ruangan ini berada di bawah dek kekuatan. Untuk ruang yang ada diatas dek kekuatan, berfungsi sebagai ruang operator. Maka pada ruang operator ini dilengkapi dengan pelindung, agar operator (pengendali) kapal dapat bekerja dengan baik. Karena tidak terkena hujan dan panas. c. Letak sekat ceruk buritan/belakang kamar mesin minimal 3 jarak gading, sedang untuk jarak gading L = 2 L + 460 (mm) = 2 x 17 + 460 = 34 + 460 = 494 mm ( I ) Bila kapal dari baja Maka jarak sekat buritan = 3 x 494 mm = 1,482 m L (Jarak gading untuk kapal kayu) Dengan angka petunjuk L (B/3 + H) 17 (3,25/3 + 1,7 ) = 17 (1,0833 + 1,9) = 17 (2,9833 ) = 50,7167 Menurut table 6a2 tentang jarak gading dan kulit luar Dari angka penunjuk 50 didapat jarak gading 355 mm Maka jarak sekat buritan = 3 x jarak gading L = 3 x 355 mm = 1.065 m Maka untuk menjaga nilai keselamatan dan demi efisiensi penggunaan ruangan di pasang /diletakan sekat ceruk buritan 1,065 m Dikarenakan letak sekat ceruk buritan sudah termasuk bagian dari panjang ruang mesin sampai belakang. 60

2. Tempat penyimpanan perbekalan Kebutuhan perbekalan bagi kapal dan operator. Berdasarkan wawancara dari crew kapal jumlah kebutuhan bahan baker untuk melaut sekitar 200 liter dan air tawar 9 gallon dengan kapasitas tiap gallon 25 liter, maka jumlah air tawar yang dibawa sekitar 225 liter. Untuk itu tempat penyimpanan dapat mempergunakan di bawah ruang muat atau di dalam double bottom. Dengan cara antara ruang untuk menyimpan air tawar dan bahan bakar harus dibatasi dengan cofferdam. Cofferdam ini berfungsi untuk membatasi agar cairan bersangkutan bila terjadi kebocoran tidak langsung bercampur antara bahan baker dan air tawar. Solusi lain adalah air tawar dapat disimpan di tangki ceruk haluan dan bahan baker disimpan di doble bottom atau sebaliknya. 3. Ruang masak (dapur) sebaiknya ditempatkan di antara sekat depan kamar mesin dan dibelakang ruang palka(ruang penyimpanan ikan). Selain hal tersebut sebaiknya kompornya tidak menggunakan kompor minyak tanah, melainkan kompor gas. Kelebihan dari kompor gas ini adalah mudah mengoperasikan dan lebih efisien tetapi dengan catatan kompor dan perlengkapanya harus diikat kuat dengan tempatnya. Tinggi double bottom adalah sebagai berikut : Bagi kapal kapal yang panjangnya kurang dari 50 meter tidak diwajibkan memasang doble bottom, tetapi demi menjaga keselamatan pelayaran dan untuk menyimpan barang barang perbekalan cair lebih baik dipasang doble bottom. Tinggi Doble Bottom : T = 350 + 45 B mm, dimana B adalah lebar kapal = 3,25 T = 350 + ( 45 x 3,25 ) = 350 + 146,25 = 496,25 mm Untuk mempermudah pemasangan dan pembuatan maka kita naikan menjadi 500 mm diukur dari bagian bawah kapal. 4. Ruang akomodasi /istirahat Ruang istirahat diletakan pada bagian depan dari ruang penyimpanan ikan. Dan dibelakang ruang gudang alat alat tangkap, serta disusun sebaik mungkin lay out dari ruang istirahat ini. Dengan tujuan operator kapal dapat beristirahat dengan baik. 5. Ruang untuk menyimpan perlengkapan alat alat tangkap 61

Posisi dari penyimpanan alat alat tangkap ini adalah di antara didepan ruang istirahat dan di belakan g tangki ceruk buritan. Pertimbangan dari penyediaan ruangan ini adalah untuk memudahkan pengambilan alat penangkapan ikan agar tidak bercampur dengan barang barang lain. 6. Untuk tempat penangkapan ikan sebaiknya di sediakan di sekeliling bagian pinggir kapal. Pada bagian sekeliling kapal juga perlu dibuat pagar pengaman, agar kalau terjadi sesuatu penangkap iakan tidak tercebur ke laut. Menurut peraturan BKI tinggi pagar di ukur dari dek untuk kapal yang mempunyai panjang 12 m maka tinggi pagar sekurang kurangnya 500 mm. Pertimbangannya adalah penangkap ikan dapat bergerak dengan leluasa. Dan dapat bergerak dengan bebas. 7. Pada kapal kapal tersebut untuk mencegah masuknya air hujan, air laut dan menambah kekuatan, akan lebih baik kalau dibangun dek kekuatan dari bagian depan sampai bagian belakang. Karena dibawah dari dek ini berada semua perbekalan dan kebutuhan dari crew, kapal dan yang lain. 8. Pada bagian yang tersisa dipakai untuk ruang muat/tempat penyimpanan hasil tangkapan yang sekaligus berfungsi untuk menyimpan es. Untuk meningkatkan hasil yang baik agar kapal dapat pada palka muatan dibangun tutup yang layak dan kuat. Perhitungan ruangan : Panjang total kapal = 17 m Panjang tangki ceruk depan = 1,25 m Panjang sekat depan kamar mesin = 3,4 m Maka sisa ruang yang tersedia = 17 (1.25+3,4)m =12,35 m Dari panjang ruangan yang tersedia tersebut maka dapat dihitung kebutuhan kebutuhan yang harus ada pada kapal : 1. Gudang peralatan penangkap ikan (pancing dan alat pendukungnya) dengan perkiraan agar lebih leluasa diambil 1,5 m. 2. Ruang dibelakangnya dipergunakan untuk akomodasi dan istirahat sepanjang 2,5 m. 3. Dibelakang ruang muat dipakai untuk dapur sepanjang 2,25 m. 4. Maka sisa ruang yang tersedia untuk ruang penyimpanan ikan dan gudang es sepanjang : 12,35 1,5 2,5 2,25 = 6,10 m 62

5. Ruang mesin = 2,335 m Hasil inin didapat dari : Jarak ruang mesin dari belakang kapal sampai depan sekat kamar mesin dikurangi panjang sekat ceruk buritan = 3,4 1,065 = 2, 335 m. Dari sisa ruang ini dibuat dan dibentuk ruang muat yang betul betul kedap dan layak untuk menyimpan ikan dan sekaligus untuk menyimpan media pendingin yaitu es balok. Untuk es balok diperhitungkan membutuhkan 1/3 dari ruang keseluruhan dan nanti kalau sudah dapat ikan dan dimasukan ke gudang (ruang muat) es dipecah pecah agar es ini dapat masuk ke bagian bagian celah muatan atau ikan. Karena kalau proes pendinginnanya bagus maka ikan tidak cepat rusak. Selain hal tersebut pada ruang muat agar ikan betul betul segar/ baik maka disain 3 (tiga) lapis. Adapun susunan dari ruang muat/ palka sebagai berikut : 1. Pada dinding terluar atau lapis pertama adalah kayu yang mana kayu ini merupakan kulit kapal. 2. Lapis kedua terdapat antara lapis terluar dan terdalam yang terdapat gading gading maka antara jarak gading di beri lapisan busa (Steroform), dimana lapisan dari gabus itu ketebalannya lebih tebal dibanding dengan tebal gading. 3. Lapis paling dalam atau yang keiga di buat lapisan dari palt logam anti karat atau palt bahan plastic sebagai penahan muatan dan sekaligus es. Pandangan samping Keterangan : A = Ruang tangki ceruk haluan. panjang dari tangki ini = 1,25 m 63

B = Ruang gudang untuk menyimpan alat alat penengkap ikan dan perlengkapannya = 1,5 m C = Ruang akomodasi dan istirahat = 2,5 m D = Ruang muat atau tempat menyimpan ikan dan es = 6,10 m E = Ruang dapur = 2,25 m F = Ruang mesin = 2,335 m G = Ruang ceruk buritan = 1,065 m Untuk masing masing ruangan dipasang sekat kedap air. Jadi jumlah sekat kedap air ada 6 buah dan yang paling diperkuat adalah pada sekat terdepan yaitu sekat ceruk haluan dan sekat paling belakang yaitu sekat tangki ceruk buritan serta sekat depan kamar mesin. KESIMPULAN Dari analisa dan pembahasan di atas maka dapat disimpulkan sebagai berikut : 1. Bahwa pada kapal kapal penangkap ikan tuna di Pantai Sadeng perlu dipasang sekat kedap air untuk lebih menjamin akan adanya peningkatan keselamatan dan kenyamanan pada waktu operasi 2. Pada ruang-ruang yang telah di batasi oleh sekat-sekat tersebut dapat berfungsi untuk mekeselamatan dan kenyamanan baik kapal maupun untuk operator. 3. Dengan adanya ruangan yang tersedia tersebut maka ruang yang tadinya untuk tempat bok ikan dan es dapat digantikan dengan ruang yang sudah melekat di kapal dalam arti kapal sudah tidak mempergunakan box melainkan ikan langsung masuk ke ruang kapal yang sekaligus berfungsi tempat penyimpan ikan sekaligus es. DAFTAR PUSTAKA Fatcurochim Murtadho, MSc, 1985, Majalah Ilmiah Populer, Fakultas Teknologi Kelautan ITS, Surabaya. M. Bakrie, Ir., Teori Bangunan Kapal, Fakultas Teknologi Kelautan ITS, Surabaya. Biro Klasifikasi Indonesia, 1996, Peraturan Tentang Kapal Kayu, Jakarta. Biro Klasifikasi Indonesia, 1989, Rules For Hull Contruction, Jakarta. International Convention For The Safety Of Life At Sea (SOLAS), 1974, Jilid I, Jakarta. H. Sudiman, M.Pi, Ir, Dkk., 2004, Teknik Penangkapan Ikan, Rieneka Cipta, Jakarta. 64