I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pariwisata merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari kehidupan manusia terutama menyangkut kegiatan sosial dan ekonomi. Peranan sektor pariwisata bagi suatu negara dapat dilihat melalui berbagai sisi diantaranya penyerapan tenaga kerja, sumbangan bagi penerimaan devisa, maupun kontribusi terhadap total investasi di suatu negara. Prospek pariwisata ke depan pun sangat menjanjikan bahkan memberikan peluang besar, terutama apabila menyimak angka-angka perkiraan jumlah wisatawan internasional (inbound tourism) WTO yakni 1,046 milyar orang (tahun 2010) dan 1,602 milyar orang (tahun 2020), diantaranya masing-masing 231 juta dan 438 juta orang berada di kawasan Asia Timur dan Pasifik (WTO, 2007). Menyadari pentingnya posisi sektor pariwisata terhadap perekonomian, maka tidak mengherankan apabila setiap negara terus berusaha memperbaiki kinerja sektor pariwisatanya. Sekarang ini kawasan Asia Tenggara telah dikenal sebagai kawasan dengan beragam obyek wisata unik, yang menawarkan wisata berbasis alam (nature-based tourism) termasuk di dalamnya ekowisata (ecotourism), wisata petualangan (adventure tourism), dan wisata laut (marine tourism). Hal ini dapat dipandang sebagai peluang sekaligus tantangan bagi negara yang ingin membangun sektor pariwisatanya. Terkait dengan hal tersebut maka sudah sepatutnya masyarakat pariwisata Indonesia melakukan repositioning sekaligus revitalization kegiatan pariwisata Indonesia. Pemanfaatan peluang harus dilakukan melalui pendekatan repositioning keberadaan masing-masing kegiatan
pariwisata dimulai dari sejak investasi, promosi, pembuatan produk pariwisata, penyiapan jaringan pemasaran internasional, dan penyiapan sumber daya manusia yang berkualitas. Semuanya ini harus disiapkan untuk memenuhi standar internasional sehingga dapat lebih kompetitif dan menarik, dibandingkan dengan kegiatan yang serupa dari negara-negara di sekitar Indonesia. Indonesia merupakan Negara Kepulauan terbesar di dunia, memiliki daya tarik pariwisata pada kekayaan dan keindahan alam yang membedakan dengan negara lainnya. Berdasarkan Konvensi Hukum Laut (UNCLOS) 1982, Indonesia memiliki kedaulatan atas wilayah perairan seluas 5,8 juta km² yang terdiri dari perairan laut teritorial degan luas 0,8 juta km², laut nusantara dengan luas 2,3 juta km². Selain itu Indonesia juga mempunyai hak ekslusif untuk memanfaatkan sumber daya kelautan dan berbagai kepentingan terkait seluas 2,7 km² pada perairan Zona Ekslusif (ZEE) sampai dengan 200 mil dari garis pangkal. Indonesia memiliki kekayaan bahari yang begitu besar, dimana 75 persen dari total wilayah Indonesia merupakan lautan dan ditaburi sekitar 17.480 pulau yang dikelilingi oleh 95.181 km garis pantai dengan potensi ekonomi yang sangat besar. Potensi kelautan yang sangat besar ini harus dikelola dan dimanfaatkan sebaik-baiknya dengan tetap menjaga kelestariannya, salah satunya melalui sektor pariwisata bahari. Disamping itu secara geografis Indonesia terletak diantara dua benua, Asia dan Australia dan dua samudera, Hindia dan Pasifik yang merupakan kawasan paling dinamis dalam percaturan dunia baik secara ekonomis dan politis. Keunikan letak geografis tersebut menempatkan Indonesia memiliki ketergantungan yang tinggi terhadap sektor kelautan, dan sangat logis jika 2
ekonomi kelautan dijadikan tumpuan bagi perkembangan ekonomi nasional. Pembangunan ekonomi kelautan dapat didefinisikan sebagai pembangunan disektor perikanan, pariwisata bahari, pertambangan laut, industri maritime, pelayaran, bangunan kelautan, dan jasa kelautan. Akhir-akhir ini, pariwisata merupakan salah satu jenis industri baru yang mampu menghasilkan pertumbuhan ekonomi yang cepat dalam penyediaan lapangan kerja, peningkatan penghasilan, standar hidup, serta menstimulasi sektor-sektor produktivitas lainnya. Namun, perlu diperhatikan bahwa pembangunan industri pariwisata secara umum seperti inilah yang seringkali atas pertimbangan komersial saja. Bahkan diusahakan untuk dapat meraih devisa melebihi atau sekurang-kurangnya sebanding dengan perolehan devisa dari sektor pertanian, minyak bumi dan gas. Akibatnya, pembangunan ini menjadi eksplorasi sumber daya semakin tidak terkendali. Hal inilah yang merupakan salah satu faktor utama kerusakan potensi yang seharusnya dilestarikan tersebut. Ekowisata merupakan salah satu bentuk pendekatan dalam pelaksanaan pembangunan kawasan wisata, sekaligus sebagai sarana dalam memanfaatkan sumberdaya alam yang ada mengingat kondisi pariwisata Indonesia yang kian mengalami penurunan kualitas dari masa ke masa. Dalam pengertiannya, ekowisata sebagai pendekatan pengembangan merupakan metode pemanfaatan dan pengelolaan sumberdaya pariwisata secara ramah lingkungan. Ekowisata telah berkembang sebagai salah satu pariwisata potensial untuk kepentingan pembangunan pariwisata yang berkelanjutan, terutama pada dasawarsa terakhir ini. Sebagai bentuk wisata yang sedang trend, ekowisata mempunyai kekhususan 3
tersendiri yaitu mengedepankan konservasi lingkungan, pendidikan lingkungan, kesejahteraan penduduk lokal, dan menghargai budaya lokal. Pertumbuhan ekowisata yang diduga lebih pesat dari wisata lainnya, terutama selama beberapa tahun terakhir ini membuat keberadaan ekowisata menjadi penting. Sehingga seharusnya keberadaan ekowisata dikelola dengan optimal untuk meraih kesempatan dalam pasar ekowisata yang terus tumbuh (Durst and Ingram dalam Fennel, 1999). Berdasarkan laporan World Travel Tourism Council (WTTC) tahun 2004, pertumbuhan rata-rata ekowisata sebesar 10 persen per tahun. Angka tersebut lebih tinggi dibanding pertumbuhan rata-rata per tahun untuk pariwisata pada umumnya yaitu sebesar 4,6 persen per tahun. Salah satu kawasan yang memiliki potensi ekowisata yang dapat dikembangkan adalah Kepulauan Seribu. Kawasan Kepulauan Seribu telah ditetapkan sebagai Kawasan Konservasi Sumber Daya Alam dengan Fungsi Cagar Alam Laut Pulau Seribu melalui Surat Keputusan Menteri Pertanian No. 527/Kpts/Um/7/1982 dengan luas ± 108.000 ha. Sebagai daerah yang sebagian besar wilayahnya merupakan perairan dan di dalamnya juga terdapat zona konservasi, maka tidaklah mengherankan bilamana pengembangan wilayah kabupaten ini lebih ditekankan pada pengembangan budidaya laut dan ekowisata. Dua sektor ini diharapkan menjadi prime mover pembangunan masyarakat dan wilayah Kabupaten Administratif Kepulauan Seribu. Meskipun demikian, ternyata dalam perkembangannya kunjungan wisatawan ke Kabupaten Kepulauan seribu mengalami kecenderungan penurunan. Hal ini dapat dilihat pada Tabel 1. 4
Tabel 1. Pengunjung Kabupaten Kepulauan Seribu Periode 2003-2007 Tahun 2003 2004 2005 2006 2007 Wisatawan Nusantara 67467 56947 42063 39484 38023 Wisatawan Mancanegara 16775 19889 20012 18784 7917 TOTAL 84242 76836 62075 58268 45940 Sumber: Balai Taman Nasional Kepulauan Seribu, 2008 Berdasarkan Tabel 1 dapat dilihat bahwa terjadi penurunan jumlah pengunjung yang cukup drastis, dimana pada tahun 2003 jumlah pengunjung mencapai 84.242 orang dan pada tahun 2007 hampir hanya setengahnya. Fluktuasi jumlah pengunjung juga sangat berakibat kepada pendapatan daerah tersebut dan pendapatan masyarakat setempat, jika hal ini tidak segera ditangani maka akan mengganggu kestabilan ekonomi di daerah tersebut. Penghasilan daerah akan meningkat seiring dengan peningkatan jumlah pengunjung, hal ini dikarenakan penghasilan masyarakat setempat adalah dari pariwisata dan nelayan, sehingga jika sektor pariwisata di daerah tersebut berkembang maka pendapatan masyarakatpun akan meningkat dan secara tidak langsung akan meningkatkan pendapatan asli daerah. Terkait dengan tujuan wisata ke Kabupaten Kepulauan Seribu, secara lebih spesifik kabupaten ini memiliki sebuah zona konservasi berupa taman nasional laut bernama Taman Nasional Kepulauan Seribu (TNKpS). Taman nasional sebagai kawasan pelestarian alam yang memiliki potensi sumberdaya alam hayati dan ekosistemnya melimpah menjadi salah satu bagian pengembangan ekowisata. Taman nasional yang menawarkan wisata ekologis banyak diminati wisatawan, hal ini karena adanya pergeseran paradigma kepariwisataan massal (mass tourism) ke wisata minat khusus (alternative tourism). Pada wisatawan minat khusus, wisatawan menginginkan perjalanan yang lebih bermakna, berkualitas dan menambah pengalaman hidupnya serta memperoleh pengalaman baru. 5
Taman Nasional Kepulauan Seribu mempunyai potensi ekowisata yang tinggi antara lain keindahan alam (pantai, panaroma alam, dan lain-lain), keutuhan (udara sejuk, kenyamanan, dan lain-lain), dan keanekaragaman hayati. Taman Nasional Kepulauan Seribu juga memiliki kekayaan sumber daya bahari seperti taman laut, garis pantai yang luas, serta kekayaan flora dan fauna yang besar dan unik. Hal ini menjadikan ekowisata bahari di TNKpS memiliki prospek yang sangat cerah jika dikelola secara optimal. Potensi ekowisata yang dimiliki oleh TNKpS harus dimanfaatkan dengan sebaik mungkin selain untuk menarik pengunjung yang akan menikmati keindahan alam TNKpS juga menarik mitra berinvestasi dalam kegiatan ekowisata. Objek dan Daya Tarik Wisata Alam (ODTWA) yang dimiliki TNKpS menjadi modal untuk dapat bersaing dengan objek wisata sejenis lainnya. Keberhasilan pengembangan ekowisata pada kawasan taman nasional sangat bergantung pada upaya pengelolaan yang dilakukan, sehingga diharapkan pengujung tertarik untuk datang mengunjungi. Namun ternyata pengelolaan TNKpS sepertinya belum dilakukan dengan baik. Berdasarkan data pengunjung yang dikeluarkan Balai Taman Nasional Kepulauan Seribu (BTNKpS), jumlah pengunjung TNKpS setiap tahunnya mengalami fluktuasi yang cukup tajam. Hal ini dapat dilihat pada Tabel 2. Tabel 2. Jumlah Pengunjung Taman Nasional Kepulauan Seribu (TNKpS) Periode 2003-2007 Tujuan 2003 2004 2005 2006 2007 Penelitian, pendidikan/widya wisata, rekreasi 1000 789 1686 624 1764 lain-lain 0 126 52 88 363 Jumlah 1000 915 1738 712 2127 Sumber: Balai Taman Nasional Kepulauan Seribu, 2008 6
Tabel 2 memperlihatkan bahwa jumlah orang yang berkunjung ke Kepulauan Seribu melalui jalur balai sangat rendah. Jumlah ini jauh dibawah pengunjung resort-resort di Kepulauan Seribu pada periode yang sama. Jumlah pengunjung pada tahun 2007 berjumlah 2.127 orang yang berarti tingkat pengunjung rata-rata hanya 6 orang/hari. Fluktuasi jumlah pengunjung dan rendahnya tingkat kunjungan secara keseluruhan memerlukan penanganan yang tepat untuk mengatasinya. Meskipun demikian, pengukuran jumlah pengunjung tidak selalu mengakibatkan konsumen mengulang kunjungan ke tempat tersebut kembali, maka dari itu dibutuhkan pengukuran tentang persepsi hingga preferensi konsumen terhadap suatu tempat kunjungan. Persepsi konsumen memegang peranan penting bagi suatu organisasi untuk memperbaiki kinerja produk baik barang ataupun jasa. Melalui pengetahuan mengenai persepsi konsumen, maka suatu organisasi dapat mengetahui bagaimana interpretasi dan sikap konsumen terhadap produk yang ditawarkan. Pengukuran persepsi dapat mengukur persepsi konsumen terhadap atribut-atribut yang dimiliki oleh Taman Nasional Kepulauan Seribu, sehingga dapat mengetahui atribut mana yang paling dipilih oleh pengunjung dari Taman Nasional Kepulauan Seribu. Sedangkan pengukuran preferensi dilakukan untuk mengukur apakah Taman Nasional Laut Kepulauan Seribu lebih dipilih dibandingkan dengan Objek Taman Nasional yang lain. Apabila persepsi dan preferensi konsumen telah terukur dengan baik maka dapat dibuat suatu kesimpulan mengenai pandangan konsumen terhadap Taman Nasional Kepulauan Seribu tersebut. Berdasarkan hal tersebut maka perlu diketahui faktor-faktor apa yang menjadi pertimbangan masyarakat dalam menentukan objek wisata yang akan dikunjungi. 7
1.2 Rumusan Masalah Industri pariwisata merupakan sektor yang memiliki peranan yang sangat penting terhadap suatu perekonomian suatu negara. Kehadiran Taman Nasional Kepulauan Seribu (TNKpS) sebagai objek wisata bahari Indonesia dihadapkan pada situasi persaingan yang semakin keras. Pesaing yang menawarkan jasa pariwisata bahari semakin bertambah setiap tahun. Tidak hanya dari segi kuantitas, pesaing-pesaing ini juga giat meningkatkan kualitasnya. Pesaing ini tidak hanya datang hanya dari dalam negeri saja, tetapi juga dari negara-negara lain di seluruh dunia. Hal ini dimungkinkan karena seiring perkembangan teknologi informasi, maka wisatawan dapat dengan mudah mendapatkan informasi mengenai objek-objek wisata di seluruh dunia. Mengingat peranan penting dari TNKpS sebagai salah satu kawasan wisata bagi masyarakat, maka perlu diketahui persepsi dan preferensi masyarakat terhadap TNKpS. Sehingga diperoleh suatu strategi pemasaran yang lebih baik yang dapat meningkatkan kinerja TNKpS dalam memasarkan jasanya. Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah tersebut, maka pertanyaan riset yang akan dijawab melalui penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Bagaimana karakteristik demografi dan psikografi responden kawasan TNKpS?. 2. Atribut apa saja yang dipertimbangkan oleh responden ketika akan melakukan kunjungan wisata?. 3. Bagaimana persepsi responden terhadap TNKpS?. 4. Bagaimana preferensi responden terhadap TNKpS?. 8
5. Bagaimana strategi pemasaran yang sebaiknya dilakukan oleh TNKpS untuk mengoptimalkan potensi kawasan? 1.3 Tujuan Penelitian Tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk menganalisis persepsi dan preferensi konsumen terhadap kawasan TNKpS. Tujuan khusus dari penelitian ini antara lain adalah sebagai berikut. 1. Mengidentifikasi karakteristik demografi dan psikografi responden kawasan TNKpS. 2. Menganalisis atribut yang dipertimbangkan oleh responden ketika melakukan kunjungan wisata ke kawasan TNKpS. 3. Menganalisis persepsi responden tentang TNKpS. 4. Menganalisis preferensi responden terhadap TNKpS dan posisi TNKpS dimata responden dibandingkan kawasan sejenis,. 5. Merumuskan implikasi manajerial yang tepat untuk pengembangan TNKpS ditinjau dari segi strategi pemasaran. 1.4 Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan memberikan manfaat sebagai berikut: 1. Bagi TNKpS, penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan pada Balai Taman Nasional Kepulauan Seribu (BTNKpS) dan pihak-pihak terkait lainnya dalam meningkatkan usaha dan merancang strategi pola pengelolaan TNKpS. 9
2. Bagi penulis, penelitian ini diharapkan dapat mengembangkan kemampuan dalam mengidentifikasi, menganalisa, serta merumuskan alternatif solusi permasalahan yang terjadi. 3. Bagi pihak universitas, khususnya MB-IPB penelitian ini diharapkan dapat menjadi litelatur atau bahan referensi untuk penelitian selanjutnya yang terkait. 1.5 Ruang Lingkup Penelitian Penelitian ini dilakukan di TNKpS dengan melakukan analisis hasil survei responden. Responden untuk survei merupakan konsumen yang sedang dan pernah melakukan kunjungan ke TNKpS. Penelitian ini hanya terbatas untuk menganalisis persepsi konsumen dan mengidentifikasi preferensi konsumen dengan menganalisis atribut-atribut yang ada pada TNKpS serta membandingkan dengan Taman Nasional lainnya yang sejenis. 10
Untuk Selengkapnya Tersedia di Perpustakaan MB-IPB