BAB II KAJIAN TEORI. aktivitas untuk mencapai kemanfaatan secara optimal. yang bervariasi yang lebih banyak melibatkan peserta didik.

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II LANDASAN TEORI. berasal dari kata latin communicatio dan bersumber dari kata

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Pembelajaran Kooperatif (Cooperative Learning) dengan sesama siswa dalam tugas-tugas yang terstruktur. Proses belajar tidak

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. melalui penggunaan simbol-simbol seperti kata-kata, gambar-gambar, angkaangka,

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Pembelajaran Kooperatif (Cooperative Learning) efektif untuk kelompok kecil. Model ini menunjukkan efektivitas untuk berpikir

BAB II KAJIAN PUSTAKA. a. Pengertian Rasa Tanggung Jawab

TINJAUAN PUSTAKA. pembelajaran matematika. Dengan pemahaman, siswa dapat lebih mengerti akan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Prestasi matematika masih menjadi sebuah permasalahan bagi banyak

TINJAUAN PUSTAKA. kesempatan kepada peserta didik untuk mengembangkan potensi. Pengembangan

II. TINJAUAN PUSTAKA. Belajar merupakan perkembangan yang dialami oleh seseorang menuju kearah

II. TINJAUAN PUSTAKA. juga mengalami sehingga akan menyebabkan proses perubahan tingkah laku pada

II. TINJAUAN PUSTAKA

BAB II LANDASAN TEORI. Kata komunikasi berasal dari bahasa latincommunicare, berarti. merupakan proses informasi ilmu dari guru kepada siswa.

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pembelajaran kooperatif adalah salah satu bentuk pembelajaran yang

UPAYA PENINGKATAN KEAKTIFAN DAN PRESTASI BELAJAR MELALUI MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE KANCING GEMERINCING

PENGGUNAAN METODE PEMBELAJARAN THINK PAIR AND SHARE DALAM MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATA PELAJARAN IPS KELAS VI SEKOLAH DASAR NEGERI SAWAH 2 CIPUTAT

II. TINJAUAN PUSTAKA

UPAYA MENINGKATKAN MINAT DAN PEMAHAMAN SISWA PADA MATA PELAJARAN MATEMATIKA DENGAN THINK PAIR AND SHARE ( TPS )

Ilmu Pendidikan,Universitas Sebelas Maret Surakarta

II. KERANGKA TEORITIS. kepada siswa untuk bekerja sama dengan sesama siswa dalam tugas-tugas yang

II. TINJAUAN PUSTAKA. Matematika merupakan cabang ilmu pengetahuan eksak yang digunakan hampir

II. TINJAUAN PUSTAKA. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia efektivitas berasal dari kata efektif yang

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB II KAJIAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN

Prosiding Seminar Nasional Volume 03, Nomor 1 ISSN

MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERBICARA MELALUI PENERAPAN TIPE KANCING GEMERINCING

BAB II KAJIAN PUSTAKA. a. Pengertian Matematika

PENERAPAN TEKNIK PEMBELAJARAN THINK PAIR SQUARE (TPS) UNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI DAN PRESTASI BELAJAR SISWA

I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan proses aktualisasi peserta didik melalui berbagai

BAB II KAJIAN PUSTAKA

TINJAUAN PUSTAKA. sepenuhnya dapat dijelaskan. Pada makna yang lebih kompleks pembelajaran. siswanya dalam rangka mencapai tujuan yang diharapkan.

II. TINJAUAN PUSTAKA. untuk menggolongkan atau mengklasifikasikan sekumpulan objek yang biasanya

II. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Hamalik (2001, 37) belajar adalah memperoleh. pengetahuan melalui alat indra yang disampaikan dalam bentuk perangsang

II. TINJAUAN PUSTAKA. terjadi dalam diri seseorang dan interaksi dengan lingkungannya. Hal ini sesuai

BAB I PENDAHULUAN. otoritas tertinggi keilmuan (teacher centered). Pandangan semacam ini perlu

BAB II KAJIAN TEORI. Kata komunikasi berasal dari bahasa latin yaitu Communicare yang

II. TINJAUAN PUSTAKA. Istilah komunikasi berpangkal pada perkataan latin Communis yang artinya membuat

Rata-rata UN SMP/Sederajat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bahasa Indonesia mulai diajarkan sejak usia dini di sekolahsekolah

HASIL BELAJAR KIMIA SISWA DENGAN MODEL PEMBELAJARAN METODE THINK-PAIR-SHARE DAN METODE EKSPOSITORI

I. PENDAHULUAN. penting dalam kehidupan sehari-hari yang mendukung kemajuan ilmu pengetahuan

I. PENDAHULUAN. yang kuat antara tingkat pendidikan dengan perkembangan bangsa. Pendidikan yang mampu memfasilitasi perkembangan bangsa adalah

BAB I PENDAHULUAN. kembangkan potensi-potensi siswa dalam kegiatan pengajaran. Pendidikan

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pada organisme biologis dan psikis yang diperlukan dalam hubungan manusia

BAB I PENDAHULUAN. menghadapi berbagai tantangan dan hambatan. Salah satu tantangan yang cukup

I. PENDAHULUAN. Pesatnya perkembangan zaman di era globalisasi menuntut setiap negara untuk

Dedi Kurniawan ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. mendorong berbagai upaya dan perhatian seluruh lapisan masyarakat terhadap

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pembelajaran secara simpel dapat diartikan sebagai produk interaksi

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA. hidup manusia sebagai makhluk sosial. Pembelajaran kooperatif merupakan. semua mencapai hasil belajar yang tinggi.

TINJAUAN PUSTAKA. Komunikasi merupakan hal yang sangat penting bagi manusia. Komunikasi dapat

PROBLEMATIKA PENERAPAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK PAIR SHARE PADA PEMBELAJARAN MATEMATIKA DAN ALTERNATIF PEMECAHANNYA

TINJAUAN PUSTAKA. yang diberikan pendidik agar dapat terjadi proses perolehan ilmu dan. untuk membantu peserta didik agar dapat belajar dengan baik.

BAB II KAJIAN TEORI. emosional, hubungan sosial, jasmani, etis atau budi pekerti dan sikap. baik secara fisik maupun secara mental aktif.

BAB II KAJIAN TEORI. A. Minat. 1. Pengertian Minat Belajar. Besar kecilnya minat akan mempengaruhi keberhasilan bagi

BAB II KAJIAN PUSTAKA. 1. Model Pembelajaran Berbasis Masalah (Problem Based Learning)

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan media yang sangat berperan untuk menciptakan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan memainkan peranan yang penting dalam kehidupan dan. kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP). Penyusunan KTSP mengacu

BAB I PENDAHULUAN. kurang menyenangkan, duduk berjam-jam mendengarkan guru menyampaikan

II. TINJAUAN PUSTAKA. Huda (2014) mengatakan bahwa tidak semua belajar kelompok bisa dianggap

BAB II KAJIAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA. Model pembelajaran dapat dimaknai sebagai landasan dasar untuk membentuk. atau mendisain program pembelajaran didalam kelas.

II. TINJAUAN PUSTAKA. Efektivitas berasal dari kata efektif yang berarti dapat membawa hasil atau

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Menurut Mulyasa (2006:164) menyatakan bahwa, Proses

PENINGKATAN PEMAHAMAN KERAGAMAN SUKU BANGSA DAN BUDAYA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KANCING GEMERINCING

BAB I PENDAHULUAN. perubahan. Pada era globalisasi, dituntut suatu mutu lulusan yang disiapkan

PEMBELAJARAN AKUNTANSI MELALUI METODE KOOPERATIF TIPE THINK-PAIR-SHARE (TPS)

BAB II KAJIAN PUSTAKA. awal sampai akhir yang disajikan secara khas oleh guru.

TINJAUAN PUSTAKA. A. Pembelajaran Kooperatif (Cooperatif Learning) Cooperative learning atau pembelajaran kooperatif adalah suatu model

BAB II KAJIAN PUSTAKA

TINJAUAN PUSTAKA. TPS adalah suatu struktur yang dikembangkan pertama kali oleh Profesor

BAB II KERANGKA TEORITIS. mempunyai efek, dapat membawa hasil, berhasil guna. Efektivitas menunjukan

BAB I PENDAHULUAN. ini mengakibatkan hasil belajar siswa belum mencapai taraf optimal.

PENGARUH METODE KOOPERATIF TIPE CIRC (COOPERATIVE INTEGRATED READING AND COMPOSITION) DAN TTW (THINK-TALK-WRITE) DALAM PEMBELAJARAN

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan suatu kebutuhan pokok manusia dan memegang peranan

I. PENDAHULUAN. Pendidikan adalah salah satu bentuk perwujudan kebudayaan manusia yang

Edumatica Volume 04 Nomor 01, April 2014 ISSN:

Almiati SMK Negeri 8 Semarang. Abstrak

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Nur Wulan Puji Permari, 2013

IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN THINK PAIR SHARE PADA MATERI AJAR MENJAGA KEUTUHAN NKRI. Tri Purwati

II. KAJIAN PUSTAKA. menyampaikan sesuatu seperti menjelaskan konsep dan prinsip kepada siswa.

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. edukatif tersebut mewarnai interaksi yang terjadi antara guru dengan siswa,

JURNAL SKRIPSI PEMBELAJARAN KEMAMPUAN PENALARAN MATEMATIS SISWA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK PAIR SHARE (PTK

BAB I PENDAHULUAN. Padahal metode ceramah memiliki banyak kekurangan. Hal ini sejalan dengan pendapat Sanjaya (2006:145),

I. PENDAHULUAN. oleh guru. Proses belajar mengajar akan berlangsung dengan baik apabila di

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu masalah yang ada dalam pendidikan kita yaitu rendahnya mutu

II. KERANGKA TEORETIS. Sesuatu yang telah dimiliki berupa pengertian-pengertian dan dalam batasan

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Berikut adalah beberapa teori yang relevan mengenai kemampuan

TINJAUAN PUSTAKA. A. Pembelajaran Kooperatif Tipe Think-Pair-Share (TPS) Model pembelajaran Think-Pair-Share (TPS) merupakan salah satu model

BAB II KAJIAN TEORITIK. a. Kemampuan Komunikasi Matematis

LANDASAN TEORI. hasil belajar. Hasil belajar siswa pada hakikatnya adalah perubahan tingkah laku

METODE THINK PAIR SHARE (TPS) UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR BAHASA INGGRIS SISWA SEKOLAH MENENGAH PERTAMA

BAB II KAJIAN TEORI. A. Pembelajaran Kooperatif Tipe TAI (Team Assisted Individualization) siswa dengan kelompok heterogen. Sedangkan, Sunal dan Hans

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan mata pelajaran yang

Transkripsi:

BAB II KAJIAN TEORI A. Partisipasi dan Prestasi Belajar Matematika 1. Partisipasi Menurut kamus besar bahasa Indonesia (KBBI : 2007) partisipasi adalah turut berperan serta dalam suatu kegiatan (keikutsertaan/ peran serta). Menurut Suryosubroto (2009) partisipasi dalam pembelajaran, siswa harus terlibat dalam proses belajar, berlatih untuk menjelajah, mencari, mempertanyakan sesuatu, menyelidiki jawaban atas pertanyaan, mengelola dan menyampaikan hasil perolehannya secara komunikatif. Partisipasi diartikan sebagai kegiatan atau keadaan mengambil bagian dalam suatu aktivitas untuk mencapai kemanfaatan secara optimal. Menurut Mulyasa (2006) untuk mendorong partisipasi peserta didik dapat dilakukan dengan berbagai cara, antara lain memberikan pertanyaan dan menanggapi respon peserta didik secara positif, menggunakan pengalaman berstruktur, menggunakan beberapa instrumen, dan menggunakan metode yang bervariasi yang lebih banyak melibatkan peserta didik. Pelaksanaan pembelajaran partisipatif perlu memperhatikan beberapa prinsip sebagai berikut. Pertama, berdasarkan kebutuhan belajar (learning needs based) sebagai keinginan maupun kehendak yang dirasakan oleh peserta didik. Kedua, berorientasi kepada tujuan kegiatan belajar (learning goals and 6

7 objectives oriented). Prinsip ini mengandung arti bahwa pelaksanaan pembelajaran partisipatif berorientasi kepada usaha pencapaian tujuan yang telah ditetapkan. Ketiga, berpusat kepada peserta didik (partisipan centered). Prinsip ini sering disebut learning centered, yang menunjukan bahwa kegiatan belajar selalu bertolak dari kondisi riil kehidupan peserta didik. Keempat, belajar berdasarkan pengalaman (experiential learning), bahwa kegiatan belajar harus selalu dihubungkan dengan pengalaman peserta didik. Dari pendapat partisipasi oleh Suryosubroto, peneliti menjabarkan tentang partisipasi dalam pembelajaran ke beberapa indikator, yaitu : a. Siswa harus terlibat dalam proses belajar Turut aktif dalam proses pembelajaran Mengikuti pelajaran dengan baik b. Berlatih untuk menjelajah, mencari dan mempertanyakan sesuatu Mengerjakan tugas baik terstruktur maupun tanpa terstruktur di kelas dan di rumah dengan baik Mengambil keterangan atau informasi dari buku Berinisiatif mempelajari dan mengerjakan materi pelajaran yang belum dan akan di ajarkan Menyampaikan pertanyaan c. Menyelidiki jawaban atas pertanyaan Menyampaikan pendapat, ide atau sanggahan Mencari jalan memecahkan masalah

8 d. Mengelola dan menyampaikan hasil perolehannya secara komunikatif Membuat catatan ringkas Menyampaikan jawaban hasil diskusi kelompok maupun mandiri. Dalam pembelajaran yang menitik beratkan pada partisipasi siswa, pendidik berperan aktif sebagai fasilitator, bertugas membantu memudahkan siswa belajar, sebagai narasumber yang harus mampu mengundang pemikiran dan daya kreasi siswanya. Pendidik harus mampu merancang, melaksanakan kegiatan bermakna dan dapat mengelola sumber belajar yang diperlukan serta menggunakan model pembelajaran yang menuntut siswa untuk ikut serta berpartisipasi aktif dalam proses pembelajaran. Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa partisipasi siswa adalah keterlibatan atau keikutsertaan siswa secara aktif dalam proses belajar mengajar baik pikiran maupun tenaga guna mengembangkan daya pikir serta menyampaikan hasil pemikirannya secara komunikatif untuk mencapai kemanfaatan pembelajaran secara optimal. Indikator partisipasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : 1) memperhatikan penjelasan guru; 2) menyampaikan pertanyaan; 3) menyampaikan pendapat atau sanggahan; 4) menyampaikan jawaban; 5) membuat catatan ringkas; dan 6) megerjakan tugas dengan baik.

9 2. Prestasi Belajar Kata Prestasi berasal dari bahasa Belanda yaitu prestatie. Kemudian dalam bahasa Indonesia menjadi prestasi yang berarti hasil usaha. Menurut kamus besar bahasa Indonesia (KBBI : 2007) prestasi adalah hasil yang telah dicapai atau dilakukan. Menurut kamus besar bahasa Indonesia (KBBI : 2007) belajar adalah berusaha memperoleh kepandaian atau ilmu, berubah tingkah laku atau tanggapan yang disebabkan oleh pengalaman. Menurut Winkel (1996) belajar adalah suatu aktivitas mental /psikis, yang berlangsung dalam interaksi aktif dengan lingkungan, yang menghasilkan perubahan-perubahan dalam pengetahuan-pemahaman, ketrampilan dan nilai sikap. Perubahan itu bersifat secara relatif konstan dan berbekas. Menurut Arifin (2010) prestasi belajar merupakan suatu masalah yang bersifat perennial dalam sejarah kehidupan manusia, karena sepanjang rentang kehidupannya manusia selalu mengejar prestasi menurut bidang dan kemampuan masing-masing. Prestasi mempunyai beberapa fungsi utama antara lain : a. Prestasi belajar sebagai indikator kualitas dan kuantitas pengetahuan yang telah dikuasai peserta didik b. Prestasi belajar sebagai lambang pemuasan hasrat ingin tahu. Para ahli psikologi biasanya menyebut hal ini sebagai tendensi keingintahuan (couriosity) dan merupakan kebutuhan umum manusia.

10 c. Prestasi belajar sebagai bahan informasi dalam inovasi pendidikan. Asumsinya adalah prestasi belajar dapat dijadikan pendorong bagi siswa dalam meningkatkan ilmu pengetahuan dan teknologi, dan berperan sebagai umpan balik (feedback ) dalam meningkatkan mutu pendidikan. d. Prestasi belajar sebagai indikator intern dan ekstern dari suatu institusi pendidikan. Indikator intern dalam arti bahwa prestasi belajar dapat dijadikan indikator tingkat produktivitas suatu institusi pendidikan. Indikator ekstern dalam arti bahwa tinggi rendahnya prestasi belajar dapat dijadikan indikator tingkat kesuksesan peserta didik di masyarkat. Jika dilihat dari beberapa fungsi prestasi belajar di atas, maka betapa pentingnya kita mengetahui dan memahami prestasi belajar siswa, baik secara persorangan maupun secara kelompok. Fungsi prestasi belajar tidak hanya sebagai indikator keberhasilan dalam bidang studi tertentu, tetapi sebagai indikator kualitas institusi pendidikan. Disamping itu, prestasi belajar juga bermanfaat sebagai umpan balik bagi guru dalam melaksanakan proses pembelajaran sehingga dapat menentukan apakah perlu melakukan diagnosis, penempatan atau bimbingan terhadap peserta didik. Menurut Ahmadi (2004) prestasi belajar yang dicapai seseorang merupakan hasil interaksi berbagai faktor yang mempengaruhinya baik dari dalam diri (faktor internal) maupun dari luar diri (faktor eksternal) individu. Yang tergolong faktor internal adalah faktor jasmaniah (fisiologi) dan faktor psikologis baik yang bersifat bawaan maupun yang diperoleh serta faktor

11 kematangan fisik maupun psikis. Sedangkan yang tergolong faktor eksternal adalah faktor sosial, faktor budaya, faktor lingkungan fisik dan faktor lingkungan spiritual atau keamanan. Berdasarkan uraian di atas dapat dikatakan prestasi belajar adalah hasil yang dicapai oleh siswa dalam periode tertentu dari kegiatan belajar, berdasarkan hasil suatu tes atau penilaian hasil belajar yang dapat digunakan sebagai umpan balik bagi guru dalam mengajar maupun bagi siswa untuk mengetahui ketercapaian tujuan belajar. B. Model Pembelajaran Kooperatif Think Pair Share (TPS) Teknik Kancing Gemerincing 1. Model Pembelajaran Kooperatif a. Pengertian Menurut Isjoni (2010) cooperative learning (pembelajaran kooperatif ) berasal dari kata cooperative yang artinya mengerjakan sesuatu secara bersama-sama dengan saling membantu satu sama lainnya sebagai satu kelompok atau satu tim. Menurut Trianto (2010) pembelajaran kooperatif adalah siswa bekerja sama untuk belajar dan bertanggung jawab pada kemajuan belajar temannya. Sebagai tambahan, belajar kooperatif menekankan pada tujuan dan kesuksesan kelompok, yang hanya dapat dicapai jika semua anggota kelompok mencapai tujuan atau penguasaan materi (Slavin, 2005).

12 Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran kooperatif yaitu sistem pembelajaran yang memberi kesempatan kepada siswa untuk bekerjasama dan saling membantu dengan siswa lain dalam tugas-tugas yang terstuktur untuk mencapai tujuan belajar. b. Unsur Penting dan Prinsip Utama Pembelajaran Kooperatif Menurut Johnson & Johnson (1994) dan Sutton (1992), terdapat lima unsur penting dalam belajar kooperatif, yaitu: 1) Pertama, Saling ketergantungan yang bersifat positif antara siswa. Dalam belajar kooperatif siswa merasa bahwa mereka sedang bekerjasama untuk mencapai satu tujuan dan terikat satu sama lain. Seorang siswa tidak akan sukses kecuali semua anggota kelompoknya juga sukses. Siswa akan merasa bahwa dirinya merupakan bagian dari kelompok yang juga mempunyai andil terhadap suksesnya kelompok. 2) Kedua, Interaksi antara siswa yang semakin meningkat. Belajar kooperatif akan meningkatkan interaksi antara siswa. Hal ini, terjadi dalam hal seorang siswa akan membantu siswa lain untuk sukses sebagai anggota kelompok. Saling memberikan bantuan ini akan berlangsung secara alamiah karena kegagalan seseorang dalam kelompok mempengaruhi suksesnya kelompok. Interaksi yang

13 terjadi dalam belajar kooperatif adalah dalam hal tukar menukar ide mengenai masalah yang sedang dipelajari bersama. 3) Ketiga, Tanggung jawab individual. Tanggung jawab individual dalam belajar kelompok dapat berupa tanggung jawabsiswa dalam hal : (1) membantu siswa yang membutuhkan bantuan dan (2) siswa tidak hanya sekedar membonceng pada hasil kerja teman jawab siswa dan teman sekelompoknya. 4) Keempat, Ketrampilan interpersonal dan kelompok kecil. Dalam belajar kooperatif, selain dituntut untuk mempelajari materi yang diberikan seorang siswa dituntut untuk belajar bagaimana berinteraksi dengan siswa lain dalam kelompoknya. Bagaimana siswa bersikap sebagai anggota kelompok dan menyampaikan ide dalam kelompok akan menuntut ketrampilan khusus. 5) Kelima, proses kelompok. Belajar kooperatif tidak akan berlangsung tanpa proses kelompok. Proses kelompok terjadi jika anggota kelompok mendiskusikan bagaimana mereka akan mencapai tujuan dengan baik dan membuat hubungan kerja dengan baik (Trianto, 2010). Selain lima unsur penting yang terdapat dalam model pembelajaran kooperatif, model pembelajaran ini juga mengandung prisip-prinsip yang membedakan dengan model pembelajaran lainnya.

14 Konsep utama dari belajar kooperatif menurut Slavin (2005), adalah sebagai berikut: Penghargaan kelompok, yang akan diberikan jika kelompok mencapai kriteria yang ditentukan. 1) Tanggung jawab individual, bermakna bahwa suksesnya kelompok tergantung pada belajar individual semua anggota kelompok. Tanggung jawab ini terfokus dalam usaha untuk membantu yang lain dan memastikan setiap anggota kelompok telah siap menghadapi evaluasi tanpa bantuan yang lain. 2) Kesempatan yang sama untuk sukses, bermakna bahwa siswa telah membantu kelompok dengan cara meningkatkan belajar mereka sendiri. Hal ini memastikan bahwa siswa berkemampuan tinggi, sedang dan rendah sama-sama tertantang untuk melakukan yang terbaik dan bahwa kontribusi semua anggota kelompok sangat bernilai. c. Langkah-Langkah Pembelajaran Kooperatif Menurut Trianto (2010) terdapat enam langkah utama atau tahapan di dalam pelajaran yang menggunakan pembelajaran kooperatif. Langkah-langkah itu ditunjukan pada tabel berikut:

15 Tabel 2.1 Langkah-langkah Model Pembelajaran Kooperatif Langkah Langkah-1 Menyiapkan tujuan dan memotivasi siswa Langkah-2 Menyajikan informasi Langkah-3 Mengorganisasikan siswa kedalam kelompok kooperatif Langkah-4 Membimbing kelompok bekerja dan belajar Langkah-5 Evaluasi Langkah-6 Memberikan penghargaan Sumber: Ibrahim,dkk (2000:10) Kegiatan Guru Guru menyampaikan semua tujuan pelajaran yang ingin dicapai pada pelajaran tersebut dan memotivasi siswa belajar Guru menyajikan informasi kepada siswa dengan jalan demonstrasi atau lewat bahan bacaan Guru menjelaskan kepada siswa bagaimana caranya membentuk kelompok belajar dan membantu setiap kelompok agar melakukan transisi secara efisien Guru membimbing kelompok-kelompok belajar pada saat mereka mengerjakan tugas. Guru mengevaluasi hasil belajar tentang materi yang telah dipelajari atau masingmasing kelompok mempresentasikan hasil kerjanya. Guru mencari cara-cara untuk menghargai baik upaya maupun hasil belajar individu dan kelompok d. Ciri-Ciri Pembelajaran Kooperatif Menurut Isjoni (2010) ciri-ciri dari pembelajaran kooperatif adalah: (1) setiap anggota memiliki peran; (2) terjadi hubungan interaksi langsung di antara siswa; (3) setiap anggota kelompok bertanggung

16 jawab atas belajarnya dan juga teman-teman sekelompoknya; (4) guru membantu mengembangkan ketrampilan ketrampilan interpersonal kelompok; dan (5) guru hanya berinteraksi dengan kelompok saat diperlukan. 2. Pembelajaran Kooperatif Tipe Think Pair Share a. Pengertian Menurut Trianto (2010) strategi Think Pair Share (TPS) atau berpikir berpasangan berbagi merupakan jenis pembelajaran kooperatif yang dirancang untuk mempengaruhi pola interaksi siswa. Model pembelajaran kooperatif ini dikembangkan oleh Frank Lyman dan spencer Kagan. Prosedur yang digunakan dalam Think Pair Share dapat memberi siswa lebih banyak waktu berfikir, untuk merespon dan saling membantu. Keunggulan lain dari strategi ini adalah optimalisasi partisipasi siswa dimana mereka dapat menunjukan partisipasinya kepada orang lain. Think Pair Share (TPS) dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam mengingat suatu informasi dan seorang siswa juga dapat belajar dari siswa lain serta saling menyampaikan idenya untuk didiskusikan sebelum disampaikan di depan kelas. Selain itu, Think Pair Share (TPS) juga dapat memperbaiki rasa percaya diri dan semua siswa diberi kesempatan untuk berpartisipasi dalam kelas.

17 b. Langkah-Langkah Think Pair Share (TPS) Menurut Trianto (2010) Think Pair Share (TPS) sebagai salah satu pembelajaran kooperatif terdiri dari 3 langkah, yaitu thinking, pairing, dan sharing. 1) Langkah 1: berpikir (Thingking) Guru mengajukan suatu pertanyaan atau masalah yang dikaitkan dengan pelajaran, dan meminta siswa menggunakan waktu beberapa menit untuk berpikir sendiri jawaban atau masalah. Siswa membutuhkan penjelasan bahwa berbicara atau mengerjakan bukan bagian berpikir. 2) Langkah 2: berpasangan (Pairing) Selanjutnya guru meminta siswa untuk berpasangan dan mendiskusikan apa yang telah mereka peroleh. Interaksi selama waktu yang disediakan dapat menyatukan jawaban jika suatu pertanyaan yang diajukan atau menyatukan gagasan apabila suatu masalah khusus yang diidentifikasi. Secara normal guru memberi waktu tidak lebih dari 4 atau 5 menit untuk berpasangan. 3) Langkah 3: berbagi (sharing) Pada langkah akhir, guru meminta pasangan-pasngan untuk berbagi dengan keseluruhan kelas yang telah mereka bicarakan. Hal ini efektif untuk berkeliling ruangan dari pasangan ke pasangan dan melanjutkan sampai sekitar sebagian pasangan mendapat

18 kesempatan untuk melaporkan Arends, (1997) disadur Tjokodihardjo, (2003) c. Keunggulan dan Kelemahan Think Pair Share (TPS) 1) Keunggulan model pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share adalah: a) Meningkatkan partisipasi siswa b) Lebih banyak memberi kesempatan untuk kontribusi masingmasing anggota kelompok c) siswa akan terlatih menerapkan konsep karena bertukar pendapat dan pemikiran dengan temannya untuk mendapatkan kesepakatan dalam memecahkan masalah d) cocok untuk tugas sederhana dengan interaksi lebih mudah 2) Kelemahan model pembelajaran kooperatif Think Pair Share (TPS) adalah : a) Metode pembelajaran Think Pair Share belum banyak diterapkan di sekolah b) Sangat memerlukan kemampuan dan ketrampilan guru, waktu pembelajaran berlangsung guru melakukan intervensi secara maksimal c) Menyusun bahan ajar setiap pertemuan dengan tingkat kesulitan yang sesuai dengan taraf berfikir anak

19 d) Mengubah kebiasaan siswa belajar dari yang dengan cara mendengarkan ceramah diganti dengan belajar berfikir memecahkan masalah secara kelompok, hal ini merupakan kesulitan sendiri bagi siswa. 3. Teknik Kancing Gemerincing Menurut Lie (2008) teknik belajar mengajar Kancing Gemerincing dikembangkan oleh Spancer Kagan (1992). Dalam kegiatan Kancing Gemerining, masing-masing anggota kelompok mendapatkan kesempatan untuk memberikan kontribusi mereka dan mendengarkan pandangan dan pemikiran anggota yang lain. Keunggulan lain dari teknik ini adalah untuk mewarnai kerja kelompok. Dalam banyak kelompok, sering ada anggota yang terlalu dominan dan banyak bicara. Sebaliknya, juga ada anggota yang pasif dan pasrah saja pada rekannya yang lebih dominan. Dalam situasi seperti ini, pemerataan tanggungjawab dalam kelompok bisa tidak tercapai karena anggota yang pasif akan terlalu menggantungkan diri pada rekannya yang dominan. Teknik belajar mengajar Kancing Gemerincing memastikan bahwa setiap siswa mendapatkan kesempatan untuk berperan serta. Tahap-tahap dalam teknik Kancing Gemerincing adalah sebagai berikut : a. Guru menyiapkan satu kotak kecil yang berisi kancing-kancing bisa juga benda-benda kecil lainnya, seperti kacang merah, biji kenari, potongan sedotan, batang-batang lidi, sendok es krim, dan sebagainya.

20 b. Sebelum kelompok memulai tugasnya, setiap siswa dalam masingmasing kelompok mendapatkan dua atau tiga buah kancing (jumlah kancing bergantung pada sukar atau tidaknya tugas yang diberikan) c. Setiap kali seorang siswa berbicara atau mengeluarkan pendapat, dia harus menyerahkan salah satu kancingnya dan meletakannya ditengahtengah. d. Jika kancing yang dimiliki seorang siswa habis, dia tidak boleh berbicara lagi sampai semua rekannya juga menghabiskan kancing mereka. e. Jika semua kancing sudah habis, sedangkan tugas belum selesai, kelompok boleh mengambil kesepakatan untuk membagi-bagi kancing lagi dan mengulangi prosedurnya kembali. Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa langkahlangkah pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share (TPS) teknik kancing gemerincing adalah sebagai berikut : a. Menyampaikan informasi materi yang akan dipelajari b. Membagikan Lembar Kerja Siswa (LKS) secara individu kepada semua siswa c. Membagi kelas kedalam kelompok heterogen, dimana dalam setiap kelompoknya terdiri dari empat anak d. Membagikan kancing kepada siswa dan masing-masing anak mendapatkan tiga buah kancing.

21 e. Menginstruksikan anggota pada setiap kelompok untuk berpasangan mendiskusikan LKS yang sudah dikerjakan secara individu f. Menginstruksikan pada siswa untuk kembali pada kelompoknya yang terdiri dari empat anak dan mendiskusikan kembali hasil diskusi berpasangan g. Mengistruksikan perwakilan kelompok untuk mempresentasikan hasil diskusi h. Memberikan penghargaan pada kelompok. C. Materi Pelajaran Matematika Pokok Bahasan Garis-Garis Sejajar Materi garis-garis sejajar merupakan salah satu pokok bahasan matematika di sekolah menengah pertama yang diajarkan di kelas VII semester II. Sub bahasan materi yang digunakan pada waktu penelitian adalah: 1. Sifat sudut jika dua garis sejajar dipotong garis ketiga 2. Membagi garis 3. Perbandingan segmen garis

22 D. Kerangka Berfikir Kondisi partisipasi siswa : 1. Cenderung tidak berani menyampaikan pertanyaan 2. Cenderung tidak berani menjawab pertanyaan 3. Beberapa siswa tidak membuat catatan ringkas 4. Cenderung tidak mengerjakan soal karena tidak memahami materi yang disampaikan oleh guru 5. Tidak berani menyampaikan pendapat atau sanggahan Prestasi belajarnya masih rendah dengan nilai rata-rata kelasnya masih di bawah KKM Langkah-langkah model pembelajaran Think Pair Share teknik kancing gemerincing adalah sebagai berikut : 1. Membagi kelas kedalam kelompok heterogen 2. Membagikan kancing kepada siswa dan masing-masing siswa mendapatkan tiga buah kancing. 3. Membentuk kelompok berpasangan 4. Menginstruksikan anggota pada setiap kelompok untuk mendiskusikan kembali dengan kelompok berempat 5. Mempresentasikan hasil diskusi 6. Memberikan penghargaan pada kelompok. A

23 A 1. Dengan dibagikannya kancing kepada setiap anak, memberikan kesempatan yang sama untuk menyampaikan pertanyaan, ide, pendapat atau sanggahan pada saat proses diskusi 2. Dengan diskusi, siswa lebih mudah untuk bertukar pikiran dan saling memeriksa jawaban. 3. Dengan presentasi, siswa lebih berani untuk menyampaikan jawaban hasil diskusi kelompok 4. Dengan penghargaan kelompok, siswa lebih termotivasi untuk belajar secara berkelompok maupun individu. 1. Partisipasi pembelajaran siswa meningkat 2. Prestasi belajar siswa meningkat Gambar 2.1 Kerangka Berfikir Siswa kelas VIIE SMP Negeri 1 Lumbir prestasi belajar matematikanya masih rendah dibanding kelas lain dengan nilai rata-rata kelasnya masih di bawah KKM. Salah satu penyebab adalah masih rendahnya partisipasi belajar matematika siswa di kelas tersebut. Pada saat proses belajar mengajar siswa cenderung tidak berani menyampaikan pertanyaan, siswa cenderung tidak berani menjawab pertanyaan, beberapa siswa tidak membuat catatan ringkas, siswa

24 cenderung tidak mengerjakan soal karena tidak memahami materi yang disampaikan oleh guru dan siswa tidak berani menyampaikan pendapat atau sanggahan. Sebagai upaya untuk mengatasi kondisi tersebut, maka digunakan model pembelajaran kooperatif Think Pair Share teknik kancing gemerincing dengan langkah-langkah sebagai berikut : 1) membagi kelas kedalam kelompok heterogen; 2) membagi kancing kepada siswa dan masing-masing siswa mendapatkan tiga buah kancing; 3) membentuk kelompok berpasangan; 4) menginstruksikan kelompok untuk mendiskusikan kembali dengan kelompok berempat; 5) mempresentasikan hasil diskusi; 6) memberikan penghargaan pada kelompok. Model pembelajaran kooperatif Think Pair Share teknik kancing gemarincing dapat mengatasi permasalahan yang terjadi di kelas VIIE SMP Negeri 1 Lumbir, yaitu : 1) dengan dibagikannya kancing kepada setiap anak, memberikan kesempatan yang sama untuk menyampaikan pertanyaan, ide, pendapat, atau sanggahan pada saat proses diskusi; 2) dengan diskusi, siswa lebih mudah untuk bertukar pikiran dan saling memeriksa jawaban; 3) dengan presentasi, siswa lebih berani untuk menyampaikan jawaban hasil diskusi kelompok; 4) dengan penghargaan kelompok, siswa lebih termotivasi untuk belajar secara berkelompok maupun individu. Sehingga partisipasi dan prestasi belajar matematika siswa meningkat.

25 E. Hipotesis Tindakan Berdasarkan uraian permasalahan dan landasan teori tersebut, maka hipotesis tindakan dalam penelitian ini dapat dirumuskan: Melalui pembelajaran Think Pair Share teknik Kancing Gemerincing, partisipasi dan prestasi belajar matematika siswa dapat ditingkatkan.