BAB I PENDAHULUAN. tidak relevannya metode pelaporan keuangan tradisional (Orens et al., 2009). Pada

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. pencapaian efisien pasar modal dan merupakan sarana akuntabilitas publik. Setiap

BAB 1 PENDAHULUAN. intellectual capital dianggap penting untuk. diungkap dan diperbincangkan, karena mengandung intangible asset yang

BAB I PENDAHULUAN. didasarkan pada tenaga kerja (labor based business) menuju bisnis yang didasarkan

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan yang begitu pesat hal ini ditandai dengan munculnya industri baru

BAB I PENDAHULUAN. Untuk melihat kinerja suatu perusahaan, para stakeholder akan menjadikan

BAB I PENDAHULUAN. Di Indonesia, modal intelektual telah berkembang dengan adanya

BAB II PENGUNGKAPAN INTELLECTUAL CAPITAL DAN COST OF EQUITY CAPITAL. A. Definisi dan Jenis-jenis Pengungkapan

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS

BAB I PENDAHULUAN. Pasar modal saat ini sudah marak diperbincangkan di kalangan masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. Pelaporan keuangan merupakan sarana yang digunakan perusahaan untuk

BAB I PENDAHULUAN. strategis yang lebih sustainable untuk memperoleh dan mempertahankan keunggulan

BAB I PENDAHULUAN. sehingga mampu mempertahankan bisnisnya. Modal merupakan faktor penting

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Laporan keuangan merupakan media komunikasi yang penting bagi

BAB I PENDAHULUAN. berdampak pula pada negara Indonesia. Perkembangan tersebut membuat intensitas

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pelaporan intellectual capital (IC) merupakan salah satu unsur dari

BAB I PENDAHULUAN. nilai perusahaan. Agar dapat terus bertahan, dengan cepat perusahaan perusahaan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Di era globalisasi seperti sekarang ini, pertumbuhan ekonomi berkembang sangat pesat seiring dengan

BAB I PENDAHULUAN. Manusia menjadi perhatian utama pada abad XX-an. Hal ini berkaitan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Informasi yang disajikan harus dapat dipahami, dapat dipercaya, relevan, dan

BAB 1 PENDAHULUAN. tenaga kerja menjadi bisnis yang berdasarkan pengetahuan. menerapkan sistem manajemen pengetahuan (knowledge management) maka

BAB I PENDAHULUAN. Ekonomi berbasis pengetahuan (knowledge economy) merupakan suatu hal

BAB I PENDAHULUAN. meningkat. Hadirnya World Trade Organization (WTO) pada tingkat global dan

BAB I PENDAHULUAN. signifikan pada keberhasilan dan kelangsungan hidup suatu organisasi, sehingga

BAB I PENDAHULUAN. global, dimana perkembangan pada sektor perekonomian telah membawa

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah Bidang perekonomian yang semakin berkembang membawa dampak

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. laporan keuangan yang dapat berfungsi sebagai alat ukur dalam menilai kinerja

BAB I PENDAHULUAN. negara kepada pihak luar maupun pihak di dalam negara itu sendiri.

BAB I PENDAHULUAN. pemerataan kesejahteraan dalam bidang sosial, ekonomi, pendidikan, dan bidangbidang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Perusahaan yang ingin tetap bertahan dan memenangkan persaingan bisnis

BAB I PENDAHULUAN. terkait penghitungan pajak. Kreditur, misalnya supplier dan pihak bank

BAB I PENDAHULUAN. persaingan bisnis antar perusahaan menjadi semakin ketat. Kondisi ini

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Laporan keuangan merupakan pencatatan transaksi, pengikhtisaran dan

BAB I PENDAHULUAN. Penilaian kinerja keuangan perusahaan menentukan efektifitas

BAB 1 PENDAHULUAN. mengharuskan perusahaan-perusahaan mengubah cara mereka menjalankan

BAB I PENDAHULUAN. mengenai pasar modal juga, investor dapat dengan mudah masuk ke lantai pasar. kegiatan perusahaan semakin lebih kompleks.

BAB I PENDAHULUAN. Perekonomian dunia telah berkembang dengan pesat dan persaingan bisnis

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu fungsi utama pasar modal adalah sebagai sarana untuk

BAB I PENDAHULUAN. physical capital ke paradigma baru yang memfokuskan pada intellectual capital.

BAB I PENDAHULUAN. Sejak tahun 1990 an, perhatian terhadap praktik pengelolan asset tidak

BAB I PENDAHULUAN. persaingan yang semakin tinggi antar perusahaan. Dalam menghadapi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Perkembangan pesat dunia bisnis di Indonesia saat ini telah membuat

BAB 1 PENDAHULUAN. suatu hal yang dapat menunjukkan trend negatif dalam pergerakan saham

BAB I PENDAHULUAN. Pada era globalisasi ini persaingan ketat yang terjadi dalam dunia bisnis

BAB I PENDAHULUAN. modal, dan tenaga kerja terampil di kawasan Asia Tenggara. Sebagai salah satu

BAB I PENDAHULUAN. nasional maupun internasional, perusahaan yang ingin tetap bertahan dalam era

BAB I PENDAHULUAN. muncul berkaitan dengan efisiensi informasi. Hal ini dapat terjadi karena pasar

BAB I PENDAHULUAN. Seiring telah dibukanya kerjasama perdagangan internasional seperti saat

BAB I PENDAHULUAN. luas. Banyak orang yang menginvestasikan uang mereka dalam pasar modal, yaitu

BAB I PENDAHULUAN. Masyarakat telah mengalami empat fase ekonomi-sosial sepanjang sejarah

BAB 1 PENDAHULUAN. pembangunan ekonomi Indonesia. Hal ini dimungkinkan karena pasar modal

BAB 1 PENDAHULUAN. Pada era ekonomi berbasis pengetahuan (knowledge-based business) saat ini,

BAB I PENDAHULUAN. menyediakan fasilitas untuk memindahkan dana dari pihak yang mempunyai

BAB 1 PENDAHULUAN. diukur karena dapat dipakai sebagai dasar pengambilan keputusan baik bagi pihak. internal maupun pihak eksternal perusahaan.

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Salah satu faktor yang mempengaruhi variasi kinerja intellectual capital yang dilihat dari tata kelola perusahaan salah satunya adalah umur

BAB I PENDAHULUAN. pasar modal, para investor perlu melakukan kegiatan untuk menilai atas saham.

BAB I PENDAHULUAN. serta kepastian dari hasil evaluasi laporan keuangan. terhadap pihak intern dan ekstern perusahaan selama periode tertentu.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Tandelin (2010) pasar modal itu sendiri adalah pertemuan

BAB I PENDAHULUAN. bisnis yang didasarkan pada tenaga kerja (labor-based business) menuju

BAB I PENDAHULUAN. Bab ini akan membahas beberapa alasan yang menjadi latar belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pada era globalisasi saat ini, banyak perusahaan yang mulai

BAB I PENDAHULUAN. ditanamkan oleh para pemilik modal. Investasi merupakan penempatan sejumlah

BAB I PENDAHULUAN. bisnisnya supaya dapat survive menghadapi persaingan yang ada. Perubahan cara

BAB I PENDAHULUAN. kemajuan teknologi maka perusahaan dituntut untuk merubah cara kerja

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang menerbitkan saham. Kismono (2001 : 416) menyatakan:

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. dijalankan harus selalu meningkatkan kinerja perusahaan mereka. Ada berbagai

KUALITAS PENGUNGKAPAN INSTRUMEN KEUANGAN PADA PERUSAHAAN DI INDUSTRI KEUANGAN DAN PERANNYA DALAM MENGURANGI ASIMETRI INFORMASI

BAB I PENDAHULUAN. Para pelaku pasar modal memerlukan informasi untuk membuat keputusan

BAB I PENDAHULUAN. sangat penting sebagai sarana untuk menghimpun dana dari pelaku bisnis dan juga

BAB I PENDAHULUAN. menentukan nilai perusahaan. Intellectual capital meruapakan komponen yang

BAB I PENDAHULUAN. mencari keuntungan sebesar-besarnya demi menyejahterakan karyawan dan

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS. Menurut Ikatan Akuntansi Indonesia dalam Standar Akuntansi Keuangan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Pada Era Globalisasi saat ini negara-negara berkembang dituntut untuk

BAB I PENDAHULUAN. sekarang, perusahaan tidak bisa hanya dengan mengandalkan kekayaan fisiknya saja.

BAB I PENDAHULUAN. penting bagi proses merger perusahaan, Rasio menunjukkan kemampuan

BAB I PENDAHULUAN. Dana memegang peranan yang sangat penting, sebab tanpa adanya dana yang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pembangunan ekonomi adalah salah satu aspek penting di dalam suatu negara dalam

BAB I PENDAHULUAN. tidak. Bagi perusahaan yang terdaftar di pemerintah, mereka mempunyai badan usaha

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Setelah era efisiensi pada tahun 1950-an dan 1960-an, era kualitas pada

BAB I PENDAHULUAN. sangat ketat dari berbagai industri. Semua industri akan berlomba-lomba untuk

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. pasar modal menjalankan dua fungsi, yaitu pertama sebagai sarana bagi pendanaan

BAB I PENDAHULUAN. Laporan keuangan merupakan alat yang sangat penting untuk memperoleh

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Perkembangan dan perluasan industri pada umumnya membutuhkan sumbersumber

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

profitabilitas, rasio likuiditas, rasio aktivitas, dan rasio solvabilitas. Salah satu indikator penting dalam penilaian prospek sebuah perusahaan

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. Selain itu, laporan keuangan yang dibuat oleh perusahaan haruslah memenuhi

BAB I PENDAHULUAN. dan ketersediaan tenaga kerja (tangible asset), tetapi lebih pada inovasi, sistem

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dinamika bisnis saat ini sudah banyak merubah lingkungan bisnis dalam berbagai aspek. Metode pelaporan keuangan tradisional telah dinilai tidak lagi dapat menyediakan informasi-informasi penting yang cukup mengenai nilai dan kekuatan perusahaan bagi para pemangku kepentingan. Perbedaan antara nilai pasar perusahaan dan nilai bukunya yang semakin jauh merupakan bukti sudah tidak relevannya metode pelaporan keuangan tradisional (Orens et al., 2009). Pada tahun 2010, rata-rata market-to-book ratio sebesar 4 pada perusahaan-perusahaan yang terdaftar pada LQ45. PT Unilever Indonesia mencatat market-to-book ratio tertinggi sebesar 13. Berdasarkan kenyataan tersebut dapat diindikasikan bahwa perbedaan nilai pasar dan nilai buku terjadi karena adanya intellectual capital yang merupakan kontributor utama proses penciptaan nilai perusahaan, namun tidak tercermin di metode pelaporan keuangan tradisional (Bruggen et al., 2009). Tingkat asimetri informasi kini semakin besar karena kurangnya pelaporan informasi intellectual capital (Van der Zahn et al., 2007). Para pelaku pasar, praktisi dan regulator membutuhkan informasi yang lebih mengenai pengungkapan intellectual capital sebagai informasi penting dalam pelaporan keuangan, dan manfaatnya sebagai faktor penting (pivotal factor) dalam 1

2 menjelaskan kemampuan perusahaan menghasilkan keuntungan (Lev dan Zarowin, 1999). Intellectual capital seringkali didefinisikan sebagai sumber daya pengetahuan dalam bentuk karyawan, konsumen, proses, dan teknologi, di mana perusahaan dapat memobilisasi proses penciptaan nilai. Salah satu definisi tentang intellectual capital yang paling komperhensif dikemukakan oleh CIMA (2001) dalam Mangena et al. (2010). Intellectual capital adalah kepemilikan pengetahuan dan pengalaman, keahlian, kemampuan menciptakan hubungan yang baik dengan para stakeholder, dan kemampuan teknologi yang ketika diaplikasikan dapat memberikan competitive advantage bagi organisasi. Secara garis besar intellectual capital dibagi menjadi tiga bagian, yaitu human capital, structural capital, dan customer capital/relational capital. Human capital meliputi sumber daya manusia, pengetahuan dan kompetensi, pendidikan karyawan serta informasi yang berhubungan dengan pekerjaan, umur, dan yang lainnya. Structural capital berkaitan dengan kompetensi perusahaan dalam menjalankan kegiatan rutin perusahaan. Bagaimana perusahaan mampu menciptakan struktur yang dapat membantu karyawan, sehingga dapat memberikan kinerja intelektual yang optimal serta kinerja bisnis secara keseluruhan. Customer capital atau relational capital berkaitan dengan bagaimana perusahaan dapat menjalin hubungan baik dengan para pemangku kepentingan eksternal yang berbeda, seperti pelanggan, distributor, kreditur, dan yang lainnya. Sampai saat ini masih terdapat ketidakjelasan mengenai perbedaan antara aktiva tak berwujud (intangible assets) dengan modal intelektual (intellectual

3 capital). Boekstein (2006) dalam Boedi (2008) menyatakan bahwa intellectual capital adalah bagian dari intangible asset. Pengakuan pada pentingnya aset tidak berwujud (intangible asset) ditunjukkan dengan telah dikembangkannya standar akuntansi tentang aset tidak berwujud (IAS 38) oleh International Accounting Standards Board (IASB), yang direvisi pada tahun 2008. Berdasarkan standar ini, perusahaan-perusahaan harus mengungkapkan beberapa elemen dari intellectual capital. Tetapi bagaimanapun juga, masih banyak elemen-elemen yang belum diharuskan untuk diungkapkan karena adanya keterbatasan kriteria pengakuan aset dalam IFRS (Branswijck dan Everaert, 2012). Di Indonesia, praktik pengungkapan intellectual capital sudah mulai berkembang sejak munculnya PSAK no 19 tentang aset tak berwujud (revisi 2000), namun praktik pengungkapan intellectual capital masih dapat dikatakan rendah karena masih bersifat sukarela. Berdasarkan pada survey global yang dilakukan oleh PriceWaterhouseCooper (Eccles et al., 2001 dalam Bozzolan et al., 2003), dinyatakan bahwa ada 10 informasi yang dianggap paling penting oleh investor. Dari 10 informasi itu hanya tiga yang merupakan informasi finansial (cash flow, earnings, dan gross margin). Dari tujuh lainnya, dua merupakan informasi turunan dari data internal perusahaan (strategic direction dan competitive landscape), dan lima informasi yang terakhir merupakan informasi intangibles (market growth, quality/experience of the management team, market size, market share, dan speed to market). Hal ini menarik, bahwa 5 dari 10 informasi yang dianggap paling penting oleh investor dan analis dapat diklasifikasikan sebagai

4 intellectual capital. Informasi-informasi tersebut adalah lima informasi intangibles. Lebih lanjut, penelitian mendapatkan bahwa kebanyakan informasi penting ini pada kenyataannya tidak diungkapkan oleh manajemen sehingga menghasilkan kesenjangan informasi (Bozzolan et al., 2003). Pada penelitiannya, Bruggen et al. (2009) mengemukakan beberapa alasan mengapa perusahaan perlu mengungkapkan informasi intellectual capital. Pengungkapan intellectual capital dapat mengurangi asimetri informasi antara perusahaan dengan pengguna informasi eksternal adalah yang menjadi alasan utamanya. Asimetri informasi dapat mengakibatkan tidak tepatnya pengalokasian modal, sehingga pada akhirnya berakibat pada timbulnya social cost seperti pengurangan tenaga kerja dan berkurangnya produktivitas (Andriessen, 2004). Akuntansi keuangan tradisional menyebabkan rata-rata investor dalam keadaan tidak menguntungkan jika dibandingkan dengan knowledge insiders. Hal ini membuat perusahaan dalam bahaya akan risiko terjadinya insider trading. Lebih lanjut, pengungkapan intellectual capital dapat membantu meningkatkan kualitas laporan keuangan. Secara teori, penambahan informasi non-keuangan yang relevan diharapkan dapat mengurangi biaya modal (cost of capital) karena informasi-informasi tersebut mengurangi ketidakpastian investor tentang masa depan perusahaan dan memungkinkan proses valuasi yang lebih tepat. Berdasarkan argumentasi tersebut, pengungkapan informasi intellectual capital diharapkan untuk dapat mengurangi asimetri informasi dan meningkatkan likuiditas pasar saham dan meningkatkan permintaan terhadap saham perusahaan (Bukh et al., 2005). Tingkat

5 pengungkapan yang tinggi juga berdampak secara ekonomis, seperti rendahnya bid-ask spread dan tingginya share turnover (Leuz dan Verrecchia, 2000). Hassan et al. (2011) menyatakan bahwa pengungkapan merupakan salah satu mekanisme untuk mengurangi biaya keagenan yang mungkin muncul karena pihak manajemen mungkin saja bertindak tidak sesuai dengan kepentingan investor. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Leuz dan Verrecchia (2000), ditemukan bahwa komitmen untuk meningkatkan tingkat pengungkapan dapat mengurangi kemungkinan terjadinya asimetri informasi antara perusahaan dan para pemegang saham atau dengan investor potensial. Pada pelitiannya, Suhardjanto dan Wardhani (2010) menemukan bahwa praktik pengungkapan intellectual capital di indonesia hanya sebesar 35%. Pengungkapan intellectual capital yang masih bersifat sukarela di Indonesia mengakibatkan perusahaan memiliki level pengungkapan yang berbeda-beda dalam laporan tahunan. Orens et al. (2009) meneliti mengenai pengaruh webbased intellectual capital disclosure terhadap cost of capital pada perusahaanperusahaan di Eropa dan menemukan adanya pengaruh negatif. Oleh karena itu, penelitian lebih lanjut mengenai pengungkapan intellectual capital dalam annual report menjadi relevan sebagaimana itu mungkin memiliki pengaruh yang negatif pada cost of equity capital. Terdapat beberapa tujuan perusahaan mengungkapkan informasi intellectual capital dalam annual report diantaranya adalah a) untuk meningkatkan moral dan motivasi karyawan serta efisiensi oprasional; b) untuk mengungkapkan informasi lainnya yang tidak terdapat di laporan keuangan kepada pihak eksternal; c) untuk

6 meningkatkan reputasi dan kepercayaan dari berbagai stakeholder; dan d) untuk mengurangi asimetri informasi dalam pasar modal dan menurunkan cost of equity capital (Mangena et al., 2010). Penelitian ini akan menggunakan data laporan tahunan dari perusahaan manufaktur di Indonesia, sebagaimana Indonesia dapat dijadikan model sebagai emerging market. Data menggunakan laporan tahunan dipilih dalam penelitian ini berdasarkan dua alasan. Pertama, karena laporan tahunan dianggap sebagai sumber informasi perusahaan yang penting oleh pengguna eksternal seperti pemegang saham. Kedua, karena tingkat pengungkapan dalam laporan tahunan berkorelasi positif dengan jumlah informasi internal perusahaan yang dikomunikasikan kepada pasar dan kepada pemangku kepentingan lainnya dengan media yang lain. Penelitian ini melengkapi penelitian-penelitian sebelumnya dalam dua cara. Pertama, penelitian ini menginvestigasi tentang praktik pengungkapan intellectual capital pada laporan tahunan di Indonesia. Kedua, penelitian ini menginvestigasi apakah pengungkapan intellectual capital dapat mempengaruhi cost of equity capital. B. Rumusan Masalah Intellectual capital yang didefinisikan sebagai sumber daya pengetahuan dalam bentuk karyawan, pelanggan, proses atau teknologi yang dapat digunakan dalam proses penciptaan nilai bagi perusahaan, telah mendapat banyak perhatian dari kalangan praktisi dan akademis (Bukh et al., 2005). Di Indonesia, praktik pengungkapan intellectual capital sudah mulai berkembang sejak munculnya

7 PSAK no 19 (revisi 2000), namun praktik pengungkapan intellectual capital masih dapat dikatakan rendah. Purnomosidhi (2006) menemukan bahwa tingkat pengungkapan intellectual capital oleh perusahaan yang terdaftar di BEI sebesar 56%. Suhardjanto dan Wardhani (2010) menemukan bahwa rata-rata tingkat pengungkapan intellectual capital dalam annual report hanya sebesar 35%. Pengungkapan intellectual capital dapat disampaikan oleh perusahaan melalui beberapa medium, diantaranya lewat annual report dan corporate website (website perusahaan). Di Indonesia, perusahaan utamanya menggunakan annual report sebagai medium penyampaian informasi mengenai intellectual capital. Di negara-negara maju contohnya di Eropa, pengungkapan intellectual capital utamanya tidak hanya pada annual report tetapi juga pada corporate website. Dalam penelitiannya, Orens et al. (2009) menggunakan data pada corporate website di Eropa dan menemukan adanya pengaruh negatif pengungkapan intellectual capital terhadap cost of equity capital. Hasil ini mendukung ide bahwa analis finansial dan investor menggunakan informasi pengungkapan intellectual capital untuk mendukung keputusan investasi mereka. Pengungkapan informasi intellectual capital akan memperlengkapi investor dengan informasi mengenai kekuatan dan prospek perusahaan. Informasi ini dapat meningkatkan akurasi estimasi tingkat pengembalian saham dimasa mendatang, menurunkan estimasi risiko perusahaan, menurunkan ketidakpastian atas profitabilitas dan arus kas masa depan. Peningkatan tingkat pengungkapan juga meningkatkan kemauan investor dalam bertransaksi, meningkatkan likuiditas saham dan menurunkan tingkat pengembalian yang diisyaratkan oleh investor dan menurunkan cost of

8 equity capital (Orens et al., 2009). Di Indonesia, penelitian tentang pengungkapan intellectual capital hanya terbatas pada praktik pengungkapannya (Purnomosidhi 2006; Suhardjanto dan Wardhani, 2010), sedangkan menurut sepengetahuan penulis belum ada penelitian selanjutnya tentang pengaruh pengungkapan intellectual capital terhadap cost equity capital. Penelitian ini akan meneliti pengaruh pengungkapan intellectual capital (variabel independen) terhadap cost of equity capital (variabel dependen) dengan ukuran perusahaan dan beta saham sebagai variabel kontrolnya. Ukuran perusahaan dan beta saham menjadi variabel kontrol untuk menghindari bias bahwa apakah pengaruh intellectual capital terhadap cost of equity capital hanya berpengaruh pada perusahaan besar atau kecil atau keduanya dan apakah hanya berpengaruh pada perusahaan dengan volatilitas saham yang rendah atau tinggi. Sumber data intellectual capital diambil dari annual report perusahaan tahun 2010 dan 2011 serta menggunakan indeks pengungkapan intellectual capital yang dikembangkan oleh Branswijck dan Everaert (2012) untuk mengukur pengungkapan intellectual capital. Sampel yang akan digunakan adalah perusahaan manufaktur yang aktif diperdagangkan di BEI. Berdasarkan penelitian-penelitian terdahulu dan tinjauan yang telah dilakukan, maka penulis mengangkat permasalahan mengenai pengaruh pengungkapan intellectual capital terhadap cost of equity capital dengan rumusan masalah sebagai berikut: Apakah pengungkapan intellectual capital dalam laporan tahunan mempengaruhi cost of equity capital?

9 C. Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah untuk meneliti pengaruh pengungkapan informasi intellectual capital dalam laporan tahunan terhadap cost of equity capital. D. Manfaat Penelitian 1. Bagi Akademisi Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi informasi tambahan dan bahkan menjadi referensi mengenai pengaruh pengungkapan intellectual capital oleh perusahaan terhadap cost of equity capital. 2. Bagi Praktisi dan Perusahaan Hasil penelitian ini diharapkan dapat berkontribusi dan memberikan masukan tentang bagaimana pengungkapan intellectual capital dalam laporan tahunan berdampaknya terhadap cost of equity capital. E. Sistematika Penulisan Sistematika penulisan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : BAB I Pendahuluan yang terdiri dari latar belakang, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian dan sistematika penulisan. BAB II Landasan teori yang berisi kajian teoritis mengenai masalah yang dibahas, uraian penelitian terdahulu dan pengembangan hipotesis..

10 BAB III Metode penelitian yang menguraikan populasi dan sampel, sumber data, variabel penelitian, metode pengumpulan data dan metode analisis data. BAB IV BAB V Analisis data dan pembahasan. Penutup yang berisi kesimpulan, keterbatasan, dan saran.