BAB II TINJAUAN PUSTAKA

dokumen-dokumen yang mirip
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS DATA

HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 PENELITIAN PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Kata kunci : Limbah Tambak Udang Vannamei, Eceng Gondok, COD, TSS, Amonia Terlarut

BAB 1 PENDAHULUAN. pakaian. Penyebab maraknya usaha laundry yaitu kesibukan akan aktifitas sehari-hari

Bab V Hasil dan Pembahasan

TINJAUAN PUSTAKA. tidak dimiliki oleh sektor lain seperti pertanian. Tidaklah mengherankan jika kemudian

PENURUNAN KONSENTRASI CHEMICAL OXYGEN DEMAND (COD)

BAB V ANALISA AIR LIMBAH

BAB I PENDAHULUAN. Laboratorium merupakan salah satu penghasil air limbah dengan

BAB I PENDAHULUAN. permintaan pasar akan kebutuhan pangan yang semakin besar. Kegiatan

BAB I PENDAHULUAN. usaha dari laundry di dalam perkembangan aktivitas masyarakat saat ini (Antara dkk.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Bab V Hasil dan Pembahasan. Gambar V.10 Konsentrasi Nitrat Pada Setiap Kedalaman

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

I. PENDAHULUAN. kesehatan lingkungan. Hampir semua limbah binatu rumahan dibuang melalui. kesehatan manusia dan lingkungannya (Ahsan, 2005).

Waterlettuce (Pistia statiotes L.) as Biofilter

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Pesatnya pertumbuhan dan aktivitas masyarakat Bali di berbagai sektor

TINJAUAN PUSTAKA. Ekosistem air terdiri atas perairan pedalaman (inland water) yang terdapat

Oleh: Afina Kibtiyah Hidayati Dosen Pembimbing: IDAA. Warma Dewanti, S.T., M.T., Ph.D

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan penduduk di Indonesia yang pesat khususnya di kota-kota besar,

PEMANTAUAN KUALITAS AIR SUNGAI CIBANTEN TAHUN 2017

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. tempe gembus, kerupuk ampas tahu, pakan ternak, dan diolah menjadi tepung

Fitoremediasi Phospat dengan menggunakan Tumbuhan Eceng Gondok (Eichhornia crassipes) pada Limbah Cair Industri kecil Pencucian Pakaian (Laundry)

PENDAHULUAN. yang sering diamati antara lain suhu, kecerahan, ph, DO, CO 2, alkalinitas, kesadahan,

2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Persepsi

BAB I PENDAHULUAN. mencuci, air untuk pengairan pertanian, air untuk kolam perikanan, air untuk

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN

KEMAMPUAN KAYU APU (Pistia stratiotes. L) DALAM MEREMEDIASI AIR TERCEMAR LOGAM BERAT (Fe) Disusun Oleh: Bonny Easter. L.

BAB I PENDAHULUAN. oleh masyarakat. Kehadiran jasa laundry memberikan dampak positif yaitu dapat

Jurnal Sains dan Teknologi Lingkungan Volume 3, Nomor 1, Januari 2011, Halaman ISSN:

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan instalasi pengolahan limbah dan operasionalnya. Adanya

BAB 1 PENDAHULUAN. manusia mengakibatkan bertambahnya limbah yang masuk ke lingkungan. Limbah

I. PENDAHULUAN. mandi, mencuci, dan sebagainya. Di sisi lain, air mudah sekali terkontaminasi oleh

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia telah mengakibatkan terjadinya penurunan kualitas lingkungan.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Program Studi Kimia, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Pakuan Bogor ABSTRAK

Modul 5 Bioremediasi Polutan Organik

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Industri tahu mempunyai dampak positif yaitu sebagai sumber

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. pencemaran yang melampui daya dukungnya. Pencemaran yang. mengakibatkan penurunan kualitas air berasal dari limbah terpusat (point

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB III METODE PENELITIAN

FITOREMEDIASI AIR TERCEMAR POLUTAN AMONIAK DENGAN MEMANFAATKAN ECENG GONDOK (EICHORNIA CRASSIPES)

BAB I PENDAHULUAN. limbah yang keberadaannya kerap menjadi masalah dalam kehidupan masyarakat.

DAFTAR ISI HALAMAN PENGESAHAN PERNYATAAN KATA PENGANTAR ABSTRACT INTISARI DAFTAR ISI DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR LAMPIRAN BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Anis Artiyani Dosen Teknik Lingkungan FTSP ITN Malang ABSTRAKSI

BAB I PENDAHULUAN. Air merupakan sumber daya alam yang sangat diperlukan oleh semua

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. fungsi sangat penting bagi kehidupan manusia dan makhluk hidup lainnya. Salah. untuk waktu sekarang dan masa yang akan datang.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. hidup. Namun disamping itu, industri yang ada tidak hanya menghasilkan

Klorin merupakan unsur halogen yang sangat reaktif sehingga mudah bereaksi dengan senyawa organik maupun senyawa lainnya. Xu dkk (2005) melaporkan

Nama : Putri Kendaliman Wulandari NPM : Jurusan : Teknik Industri Pembimbing : Dr. Ir. Rakhma Oktavina, M.T Ratih Wulandari, S.T, M.

BAB I PENDAHULUAN. Industri adalah kegiatan ekonomi yang mengolah bahan mentah, bahan

BAB I PENDAHULUAN. tetapi limbah cair memiliki tingkat pencemaran lebih besar dari pada limbah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS DATA

BAB I PENDAHULUAN. Semakin meningkatnya produksi minyak kelapa sawit di Indonesia sehingga

BAB I PENDAHULUAN. terjadinya gangguan terhadap kesehatan masyarakat (Sumantri, 2015). Salah satu

I.1.1 Latar Belakang Pencemaran lingkungan merupakan salah satu faktor rusaknya lingkungan yang akan berdampak pada makhluk hidup di sekitarnya.

EFEKTIVITAS DAN EFISIENSI FITOREMEDIASI ORTHOFOSFAT PADA DETERGEN DENGAN MENGGUNAKAN ECENG GONDOK (Eichhornia crassipes)

LIMBAH. Pengertian Baku Mutu Lingkungan Contoh Baku Mutu Pengelompokkan Limbah Berdasarkan: 1. Jenis Senyawa 2. Wujud 3. Sumber 4.

MANAJEMEN KUALITAS AIR

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB III METODOLOGI. Diagram alir pada penelitian ini dapat dilihat pada Gambar 3.1. Studi Literatur. Pembuatan Reaktor.

PENDAHULUAN. lingkungan adalah industri kecil tahu. Industri tahu merupakan salah satu industri

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Pengaruh Variasi Konsentrasi Limbah Terhadap Kualitas Fisik dan Kimia Air Limbah Tahu

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian

BY: Ai Setiadi FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN UNIVERSSITAS SATYA NEGARA INDONESIA

BAB ІІ TINJAUAN PUSTAKA. Pencemaran atau polusi adalah suatu kondisi yang telah berubah dari

HASIL DAN PEMBAHASAN. Pengaruh Penambahan Kotoran Sapi Perah Terhadap Nilai ph

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

barang tentu akan semakin beraneka ragam pula hasil buangan sampingnya. Dari

Buku Panduan Operasional IPAL Gedung Sophie Paris Indonesia I. PENDAHULUAN

III. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. produksi, baik industri maupun domestik, yang kehadirannya pada suatu saat

BAB I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB VI PEMBAHASAN. 6.1 Ketaatan Terhadap Kewajiban Mengolahan Limbah Cair Rumah Sakit dengan IPAL

BAB I PENDAHULUAN. berbahaya dalam arti (toksisitas) yang tinggi, biasanya senyawa kimia yang sangat

BAB I PENDAHULUAN. masalah, salah satunya adalah tercemarnya air pada sumber-sumber air

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Batik merupakan suatu seni dan cara menghias kain dengan penutup

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. berdampak positif, keberadaan industri juga dapat menyebabkan dampak

BAB I PENDAHULUAN. selain memproduksi tahu juga dapat menimbulkan limbah cair. Seperti

BAB I PENDAHULUAN. suatu yang sudah tidak memiliki nilai manfaat lagi, baik itu yang bersifat basah

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pada saat sekarang ini lahan pertanian semakin berkurang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Mikroorganisme banyak ditemukan di lingkungan perairan, di antaranya di

Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kehidupan Plankton. Ima Yudha Perwira, SPi, Mp

Analisis Nitrit Analisis Chemical Oxygen Demand (COD) HASIL DAN PEMBAHASAN Isolasi dan Identifikasi Bakteri

1. PENDAHULUAN. masih merupakan tulang pungung pembangunan nasional. Salah satu fungsi lingkungan

PENENTUAN KUALITAS AIR

BAB 1 KIMIA PERAIRAN

EFEKTIFITAS SISTEM AKUAPONIK DALAM MEREDUKSI KONSENTRASI AMONIA PADA SISTEM BUDIDAYA IKAN ABSTRAK

Transkripsi:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Eceng Gondok Eceng Gondok (Eichhornia crassipes) adalah tumbuhan air yang hidup di perairan tawar yang menyerap nutrien untuk pertumbuhannya. Penyerapan nutrien dalam jumlah besar mengakibatkan Eceng Gondok tersebut menyerap limbah cair, N-nitrat, logam-logam peneliti mencoba melakukan studi terhadap tumbuhan tersebut dalam upaya mengkaji kemampuan dan limbah organik lainnya atau bahkan senyawa racun di dalam limbah tersebut (Djenar dan Budiastuti, 2008). Eceng gondok sangat mudah dijumpai dan umumnya dianggap sebagai tumbuhan pengganggu. Disebut demikian, selain karena pertumbuhannya yang sangat cepat (Wolverton et al, dalam Anonim, 1986 dalam Zaman, 2006). Eceng gondok (Eichhornia crassipes) merupakan tumbuhan gulma di wilayah perairan yang hidup terapung pada air yang dalam. Eceng gondok memiliki kecepatan tumbuh yang tinggi sehingga tumbuhan ini dianggap sebagai gulma yang dapat merusak lingkungan perairan. Eceng gondok berkembangbiak dengan sangat cepat, baik secara vegetatif maupun generatif. Perkembangbiakan dengan cara vegetatif dapat melipat ganda dua kali dalam waktu 7-10 hari (Gunawan, 2007). 2.1.1Klasifikasi Eceng Gondok Divisi : Spermatophyta Sub divisi : Angiospermae Kelas : Monocotyledoneae Suku : Pontederiaceae Marga : Eichhornia Spesies : Eichornia crassipes Solms (Anonim, 2010) 5

6 2.1.2 Morfologi Eceng gondok merupakan tumbuhan yang hidup dalam perairan terbuka. Mengapung bila air dalam dan berakar didasar bila air dangkal. Perkembangbiakan eceng gondok terjadi secara vegetative maupun secara generatif. Perkembangan secara vegetatif terjadi bila tunas baru tumbuh dari ketiak daun, lalu membesar dan akhirnya menjadi tumbuhan baru. Setiap 10 tanaman eceng gondok mampu berkembangbiak menjadi 600.000 tanaman baru dalam waktu 8 bulan. Hal ini membuat eceng gondok dimanfaatkan untuk pengolahan air limbah. Eceng gondok dapat mencapai ketinggian antara 40-80 cm dengan daun yang licin dan panjangnya 7-25 cm. Tumbuhan eceng gondok terdiri atas helai daun, pengapung, leher daun, ligula, akar, akar rambut, ujung akar, dan stolon yang dijadikan sebagai tempat perkembangbiakan vegetatif (Anonim, 2010). Beberapa kerugian akibat pertumbuhan eceng gondok yang tidak terkendali antara lain: 1. Meningkatnya evapotranspirasi (penguapan dan hilangnya air melalui daun-daun tanaman) karena daun-daunnya yang lebar dan serta pertumbuhannya yang cepat. 2. Menurunnya jumlah cahaya yang masuk kedalam perairan sehingga menyebabkan menurunnya tingkat kelarutan oksigen dalam air (DO: Dissolved Oxygens). 3. Tumbuhan eceng gondok yang sudah mati akan turun ke dasar perairan sehingga mempercepat terjadinya proses pendangkalan. 4. Mengganggu lalu lintas (transportasi) air, khususnya bagi masyarakat yang kehidupannya masih tergantung dari sungai seperti di pedalaman Kalimantan dan beberapa daerah lainnya. 5. Meningkatnya habitat bagi vektor penyakit pada manusia. 6. Mengurangi keanekaragaman spesies yang tumbuh di perairan. Selain memberikan dampak negatif eceng gondok juga dapat dimanfaatkan sebagai bahan baku pembuatan pupuk kompos. Kandungan NPK yang dimiliki eceng gondok (dalam % berat kering) masing masing adalah 0,98 dan 1,52 N;

7 1,13 dan 1,945 P; 0,89 dan 1,39 K; 28,73 dan 15,36 C organik; serta rasio C/N 29,32 dan 10,11 (Agneesia, 2009). 2.2 Karakteristik Limbah Tambak Udang Air limbah tambak udang yang dibuang ke lingkungan khususnya sungai harus memenuhi standar baku mutu air limbah Cair sesuai dengan SK Gubernur DIY No. 7 Tahun 2010 Tentang Baku Mutu Limbah Cair Untuk Kegiatan Industri Pengolahan Ikan dan Udang. Baku Mutu Limbah Cair adalah batas maksimal limbah cair yang diperbolehkan dibuang ke lingkungan. Nilai Ambang Batas (NAB) parameter limbah cair yang diperbolehkan dan yang digunakan dalam penelitian ini dapat dilihat pada Tabel 2.1 Tabel 2.1 Baku Mutu Air Limbah Tambak Udang No Parameter Satuan Baku Mutu 1 COD mg/l 125 2 Residu Tersuspensi (TSS) mg/l 50 3 Amonia mg/l 0,5 4 ph 6,0-9,0 Sumber : SK Gubernur DIY No. 7 Tahun 2010 Tentang Baku Mutu Limbah Cair Untuk Kegiatan Industri Pengolahan Ikan dan Udang COD Sedangkan COD (Chemical Oxygen Demand) atau oksigen kimia untuk reaksi oksidasi terhadap bahan buangan didalam air, dalam hal ini bahan buangan organik akan dioksidasi oleh bahan kimia yang digunakan sebagai sumber oksigen oxidizing agent (Susilawaty.2011). Residu Tersuspensi (TSS) TSS (Total Suspended Solid) atau padatan tersuspensi total adalah bahanbahan tersuspensi dan tidakk terlarut dalam air (Bambang, 1996). Amonia Amonia adalah gas tajam yang tidak berwarna (titik didih -33,5 C). Cairan mempunyai panas penguapan yang besar (1,37 kj g -1 pada titik titinya) dan dapat ditangani dengan peralatan laboratorium yang biasa. Cairan NH3 mirip air dalam perilaku fisiknya bergabung dengan sangat kuat melalui ikatan hidrogen. Tetapan dielektriknya (-22 pada -34 C; kira-kira 81 untuk

8 H2O pada suhu 25 C) cukup tinggi untuk membuatnya sebagai pelarut pengion yang baik. Pengionan dirinya cukup tinggi (Cotton dan Wilkinson, 1989). Perairan umum dengan kadar amonia berkisar antara 0,5 ppm 1 ppm cukup baik untuk pertumbuhan ikan dan biota perairan lain yang bermanfaat menyuburkan perairan. Pertumbuhan ikan akan terhambat jika kadar amonia di perairan kurang dari 0,5 ppm (Cahyono, 2001). 2.3 Pencemaran Air Limbah Tambak Udang Pencemaran pada perairan budidaya selain berasal dari limbah industri dan domestik juga berasal dari sisa pakan buatan (pelet) dan feses hewan yang dibudidayakan (M. Badjoeri dan T. Widiyanto, 2008). Kandungan protein pelet (pakan udang buatan) cukup tinggi, yaitu sekitar 40 %, sehingga pembusukan (perombakan) pelet akan menghasilkan senyawa nitrogen anorganik berupa N- NH3 (amonia/amonium) yang merupakan salah satu senyawa toksik bagi udang (Boyd, 1990 dalam M. Badjoeri dan T. Widiyanto, 2008). 2.4 Fitoremediasi Menggunakan Eceng Gondok Fitoremediasi adalah upaya penggunaan tumbuhan dan bagian-bagiannya untuk dekontaminasi limbah dan masalah-masalah pencemaran lingkungan baik secara ex-situ menggunakan kolam buatan atau reaktor maupun in-situ (langsung di lapangan) pada tanah atau daerah yang terkontaminasi limbah (Subroto, 1996). Fitoremediasi dapat diaplikasikan pada limbah organik maupun anorganik dalam bentuk padat, cair, dan gas (Salt,1998). Berikut adalah beberapa penelitian yang pernah dilakukan mengenai fitoremediasi menggunakan eceng gondok (Eichhornia crassipes) :

9 No Judul Jurnal / Penelitian 1 Kemampuan Penyerapan Eceng Gondok terhadap Amoniak dalam Limbah Rumah Sakit Berdasarkan Umur dan Lama Kontak (Studi Kasus : RS. Panti Wilasa, Semarang) 2 Absorpsi Polutan Amoniak Di Dalam Air Tanah Dengan Memanfaatkan Tumbuhan Eceng Gondok (Eichhornia crassipes) Tabel 2.2 Beberapa Jurnal dan Penelitian mengenai Fitoremediasi menggunakan Eceng Gondok (Eichhornia crassipes) Penulis Nama Jurnal / Sumber Penelitian Badrus Zaman dan Endro Sutrisno Djenar,NS dan Budiastuti Jurnal PRESIPITASI Vol.1 No.1 September 2006, ISSN 1907-187X Jurnal Spektrum Teknologi Vol.15 No.2 Tahun Oktober 2008 Kadar Penurunan Parameter Konsentrasi amonia dalam air limbah sebelum perlakuan sebesar 4,60 mg/l. Setelah dilakukan perlakuan dengan eceng gondok muda pada lama kontak 2 hari konsentrasi amonia 1,74 mg/l atau penurunan sebesar 62,17 %, pada lama kontak 4 hari konsentrasi amonia 0,59 mg/l atau penurunan sebesar 87,17%, dan pada lama kontak 6 hari konsentrasi amonia 0,27 mg/l atau penurunan sebesar 94,13%. Pada konsentrasi awal 4 ppm terjadi penurunan sebesar 70% dan pada konsentrasi awal 7 ppm mengalami penurunan sebesar 20% dalam waktu 4 hari. 3 Efektivitas Dan Efisiensi Fitoremediasi Orthofosfat Pada Detergen Dengan Menggunakan Eceng Gondok (Eichhornia Crassipes) Meta Yuliana, Tengku Said Raza i, dan Andi Zulfikar Jurnal Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan Universitas Maritim Raja Ali Haji No.1463 September 2013 Tingkat efektivitas penyerapan orthofosfat total selama pengamatan terdapat pada konsentrasi 0,05 mg/l selama 4 hari sebesar 60,00 % atau mengalami penurunan sebesar 0,030 mg/l. Sedangkan tingkat efisiensi penyerapan terbaik terjadi pada perlakuan konsentrasi 0,05 pada hari ke-2 sebesar 17,00 % atau mengalami penurnan sebesar 0,009 mg/l.

10 4 Fitoremediasi Air Tercemar Polutan Amoniak Dengan Memanfaatkan Eceng Gondok (Eichornia Crassipes) Fariez, Chairul, dan Said, ZA Jurnal Laboratorium Pengendalian dan Pencegahan Pencemaran Lingkungan Jurusan Teknik Kimia, Fakultas Teknik, Universitas Riau. Tahun 2014 ISSN 2355-6870 Kemampuan eceng gondok dalam menyerap kandungan amonia dipengaruhi oleh lamanya waktu penyerapan dan tingkat keasaman (ph) serta temperatur larutan. 2.5 Wetland Wetland atau lahan basah merupakan zona transisi antara tanah kering (terrestrial) dan sistem perairan. Wetland mempunyai ciri khusus dengan adanya air yang menggenangi daerah tersebut dan memiliki tanah yang berbeda dibandingkan daratan kering yang berdekatan dengan air, serta mendukung vegetasi yang dapat beradaptasi pada kondisi basah tergenang. Menurut Hammer (1977) wetland didefinisikan sebagai sistem pengolahan air limbah yang memenuhi tiga faktor : 1) Area yang tergenang air dan mendukung hidupnya tumbuhan air 2) Media tempat tumbuh tumbuhan air, berupa tanah yang selalu tergenang air 3) Media tumbuh tumbuhan air bisa juga bukan tanah tetapi media jenuh dengan air Keuntungan pengolahan dengan sistem constructed wetlands adalah biaya pengolahan dan perawatan lebih murah, mampu mengolah air limbah domestik dan industri dimana kualitas effluent yang dihasilkan terbukti baik dan sistem manajemen dan kontrol yang mudah. Sistem Constructed wetlands dikonstruksi sedemikian rupa dan diisi dengan batuan, tanah dan zat organik untuk mendukung tumbuhan seperti eichornia, reeds, cattail (Eko, dkk, 2011).