Jurnal Sport Science, Vol 4. No 2. hlm

dokumen-dokumen yang mirip
MENINGKATKAN KETERAMPILAN MELAKUKAN TOLAK PELURU GAYA MENYAMPING DENGAN PERMAINAN MODIFIKASI SISWA KELAS VIII A MTs NEGERI JOMBANG KAUMAN TAHUN 2015

PENGARUH MODIFIKASI ALAT TERHADAP PENINGKATAN HASIL BELAJAR TOLAK PELURU GAYA O BRIEN PADA SISWA PUTRA SMK PGRI 4 KOTA KEDIRI TAHUN 2015 SKRIPSI

Tolak Peluru. Presented By Suci Munasharah

MENINGKATKAN KETRAMPILAN SHOOTINGSEPAKBOLA DENGAN PERMAINAN MODIFIKASI (Studi Pada Siswa kelas VII A SMP Negeri 3 Sugio)

ABSTRAK. Kata Kunci : tolak peluru, Pembelajaran, modifikasi peluru, bola Kasti. A. Pendahuluan

ABSTRAK. Kata Kunci : peningkatan kemampuan tolak peluru dengan Pembelajaran modifikasi peluru dari bola Kasti

PENERAPAN GAYA MENGAJAR INKLUSI MENGGUNAKAN MEDIA YANG DIMODIFIKASI UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR TOLAK PELURU. Samiun Alim

PENINGKATAN HASIL BELAJAR PASSING ATAS BOLA VOLI MELALUI PENDEKATAN BERMAIN DENGAN MENGGUNAKAN MEDIA BOLA PLASTIK

II. TINJAUAN PUSTAKA. mendorong, membimbing mengembangkan dan membina kemampuan

PENINGKATAN KEMAMPUAN TEKNIK DASAR LOMPAT JAUH GAYA JONGKOK SISWA SEKOLAH DASAR MELALUI STRATEGI MODIFIKASI

TOLAK PELURU A. SEJARAH TOLAK PELURUH

PENERAPAN PENDEKATAN BERMAIN UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR LOMPAT JAUH GAYA JONGKOK PADA SISWA KELAS V SDN TANJUNG II TAHUN PELAJARAN 2015/2016

BAB II KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS TINDAKAN Hakikat Tolak Peluru dan Aspek-Aspeknya. bermula diletakkan dipangkal bahu.

I. PENDAHULUAN. Pendidikan Jasmani merupakan pendidikan yang mengaktulisasikan potensipotensi

SKRIPSI. Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd.) Pada Jurusan PENJASKESREK OLEH :

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)

PENINGKATKAN KEMAMPUAN LOMPAT JAUH GAYA JONGKOK MELALUI PENERAPAN METODE BERMAIN PADA SISWA KELAS III SDN MOJOROTO KOTA KEDIRI TAHUN AJARAN

BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN

Journal of Physical Education, Sport, Health and Recreations

BAB II KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS TINDAKAN. lain yang menggunakan kata atletik adalah athletics (bahasa Inggris), athletiek

UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR GERAK DASAR LOMPAT JAUH MENGGUNAKAN ALAT BANTU PADA SISWA KELAS V SD

BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS. dengan arah lemparan yang telah ditentukan. Menurut Fadillah Rachmat

SEMINAR NASIONAL PENINGKATAN KUALITAS PENULISAN KARYA ILMIAH STOK BINA GUNA, SABTU 16 SEPTEMBER 2017 UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR LAY UP SHOOT

ABSTRAK. Kata kunci : kemampuan lari pendek melalui pendekatan pembelajaran variatif ditandai dengan peningkatan nilai rata-rata

BAB II KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS TINDAKAN

I. PENDAHULUAN. Atletik adalah salah satu cabang olahraga yang paling kompleks, karena

Jati Waluyaningsih 5. Kata Kunci : pendidikan jasmani, bola voli, modifikasi bola voli mini.

BAB II KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS TINDAKAN. pemberi bola kepada si pemukul. Namun pada permaianan kippers si pemukul

IMPLEMENTASI KOOPERATIF STAD UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR TOLAK PELURU

Dedi Asmajaya

BAB 1 PENDAHULUAN. Proses kegiatan belajar mengajar merupakan suatu aktivitas yang bertujuan

Dedi Asmajaya

UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SERVIS ATAS BOLA VOLI MELALUI MEDIA PEMBELAJARAN LEMPAR PUKUL BOLA KERTAS PADA SISWA KELAS VII SMP

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sekolah merupakan wadah untuk atau tempat menimba ilmu pengetahuan

BAB I PENDAHULUAN. dasar/bekal ilmu untuk menghadapi tantangan dimasa yang akan datang dan

BAB II KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS TINDAKAN. Pengertian penjasorkes telah didefinisikan secara bervariasi oleh beberapa

BAB I PENDAHULUAN. pengetahuan dari kegiatan pendidikan. Manusia membutuhkan pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. mengintensifkan peyelenggaraan pendidikan sebagai suatu proses pembinaan

III. METODE PENELITIAN. penelitian suatu subyek akan diteliti. Dalam hal ini peneliti ingin menggunakan

UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR PASSING

TINJAUAN PUSTAKA. ini, belajar adalah merupakan salah satu proses suatu kegiatan dan bukan suatu hasil atau hasil

SKRIPSI. Disusun Oleh : RENI MAELANA NPM:

UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MENGGIRING BOLA PADA PERMAINAN SEPAK BOLA MELALUI PENDEKATAN BERMAIN PADA SISWA SEKOLAH DASAR

SURAT KETERANGAN Nomor: / /2012

SANDY EKO CAHYONO NPM.

BAB II KAJIAN TEORI. baik (Djumidar A. Widya, 2004: 65). kaki untuk mencapai jarak yang sejauh-jauhnya.

APLIKASI PEMBELAJARAN BERMAIN MENGGUNAKAN MODEL AKTIVITAS SIRKUIT UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR TOLAK PELURU PADA SISWA KELAS X-I SMA N I PULOKULON

II. TINJAUAN PUSTAKA. maupun untuk putri. Unsur fisik yang diperlukan dalam nomor tolak ini adalah

Kata kunci: modifikasi alat bantu, hasil belajar memukul bola kasti, permainan bola kasti.

BAB I PENDAHULUAN. mendorong dan menfasilitasi kegiatan belajar mereka.

JURNAL. Oleh: IRFAN SETIAWAN Dibimbing oleh : 1. Drs.SUGITO, M.Pd 2. MOKHAMMAD FIRDAUS, M.Or

Universitas Nusantara PGRI Kediri. Oleh : MATSURAH P

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) : Pendidikan Jasmani, Olahraga dan Kesehatan Tema/Topik

I. PENDAHULUAN. gerak dasar atletik berdasarkan konsep gerak yang benar serta nilai-nilai yang

I. PENDAHULUAN. Meroda merupakan salah satu gerak dasar yang kompleks, karena dalam

II. TINJAUAN PUSTAKA. Banyak ahli pendidikan jasmani yang menjelaskan tentang pengertian

SKRIPSI Oleh TRI AGUNG BAGUS K K FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA OKTOBER 2015.

Permainan Bola Voli. 1. Sejarah Permainan Bola Voli. 2. Pengertian Bola Voli. 3. Lapangan Bola Voli

PENERAPAN MODEL PKTB DAN PKDLB DALAM MENINGKATKAN HASIL BELAJAR PASSING BAWAH BOLA VOLI. Indra Kasih Irvan Darmawan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan dalam arti luas berarti suatu proses untuk mengembangkan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) : Pendidikan Jasmani, Olahraga dan Kesehatan Tema/Topik

Lampiran 15. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Passing Bawah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Salah satu upaya untuk meningkatkan hasil belajar siswa dengan cara

UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR LARI SPRINT

BAB II KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS TINDAKAN. Belajar tidak selamanya hanya bersentuhan dengan hal-hal yang konkret,

SKRIPSI. Oleh: ENDING AJISAKA NIM:

BAB 1 PENDAHULUAN. cukup digemari dan diminati serta seringkali dipertandingkan antar kelas maupun

KUSNAN. Pendahuluan. Abstrak:

I. PENDAHULUAN. bertanggung jawab serta sehat jasmani dan rohani. Oleh karena itu sekolah

MENINGKATKAN GERAK DASAR TOLAK PELURU MELALUI MODIFIKASI ALAT PEMBELAJARAN PADA SISWA KELAS VII SMPN 3 SUWAWA. Eman Kuku

BAB I PENDAHULUAN. yang terpendam tanpa dapat kita lihat dan rasakan hasilnya. Menindak lanjuti. mahluk yang butuh berinteraksi dengan lingkungannya.

BAB I PENDAHULUAN. memerlukan peraturan, pendidikan,pelatihan,pembinaan,pengembangan dan

BAB I PENDAHULUAN. melalui pendidikan jasmani. Kegiatan diarahkan dan dilaksanakan sedemikian rupa, sehingga

UPAYA MENINGKATKAN KETERAMPILAN SMASH PERMAINAN BOLA VOLI MELALUI PEMBELAJARAN GAYA KOMANDO

SKRIPSI. DiajukanUntukMemenuhiSebagaiSyaratGuna. MemperolehGelarSarjanaPendidikan (S. Pd.) ProgamStudiPedidikanJasmani,KesehatandanRekreasi

BAB II KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS TINDAKAN HAKEKAT LOMPAT TINGGI GAYA STRADDLE. straddle.(farida Mulyaningsih dkk, 2010:64)

I. TINJAUAN PUSTAKA. Mata pelajaran ini berorientasi pada pelaksanaan misi pendidikan melalui aktivitas

Zico Aji Dewantara, Mu arifin, I Nengah Sudjana Prodi S2 Pendidikan Olahraga Pascasarjana Universitas Negeri Malang

UPAYA MENINGKATKAN TEKNIK DASAR TOLAK PELURU MELALUI MODIFIKASI ALAT DI SMP NEGERI 22 PALEMBANG

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN. Satuan Pendidikan : SMP Negeri 1 Mungkid : Pendidikan Jasmani, Olahraga dan Kesehatan

PENINGKATAN HASIL BELAJAR LEMPAR LEMBING MELALUI PENDEKATAN BERMAIN PADA SISWA KELAS VII SMP

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan mempunyai peranan yang cukup besar dalam membina

SKRIPSI. oleh : FEBRIAN RIZKI SUSANDI NIM :

UPAYA PENINGKATAN HASIL BELAJAR LOMPAT JAUH GAYA JONGKOK MELALUI PENGGUNAAN ALAT BANTU PADA SISWA KELAS V SD NEGERI 2 KUJANGSARI TAHUN PELAJARAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. dapat dilihat bahwa kemampuan awal siswa dalam melakukan servis atas bola voli

I. PENDAHULUAN. dalam proses belajar melatih harus selalu dilakukan. Hal ini sesuai dengan

UPAYA PENINGKATAN HASIL PEMBELAJARAN TOLAK PELURU GAYA O BRIEN

BAB I PENDAHULUAN. setelah ada proses pembelajaran. Menurut Sugiyanto (1993: 24-25), berpendapat

PENINGKATAN KETERAMPILAN DASAR TOLAK PELURU GAYA SAMPING MELALUI MEDIA BOLA KASTI PADA SISWA KELAS VI SDN 26 SABING

oleh; Utun Cahyaman T; 1 H. Budi Indrawan, M.Pd.; 2 H. Gumilar Mulya, M.Pd.; 3 dan

Slamet Santoso, M.Pd ABSTRAK

PENERAPAN ALAT BANTU PEMBELAJARAN UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR LOMPAT TINGGI GAYA STRADDLE

III. METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan dalam arti sederhana sering diartikan sebagai usaha manusia

BAB I PENDAHULUAN. sesuai dengan tujuan pendidikan Nasional. Salah satu diantaranya adalah

BAB IV HASIL PENGEMBANGAN. proses dalam revisi produk yang dikembangkan. macam cara, yaitu data dari tinjauan ahli yang diujicobakan kepada kelompok

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan mempunyai peranan yang cukup besar dalam membina

Transkripsi:

MENINGKATKAN EFEKTIVITAS PEMBELAJARAN TEKNIK DASAR TOLAK PELURU DENGAN MENGGUNAKAN METODE BERMAIN PADA KELAS VIII A SMPN 3 PONGGOK BLITAR TAHUN PELAJARAN 2012-2013 BRIAN ABDI SANTOSO Abstrak: Pembelajaran pendidikan jasmani (Dikjas) akan berjalan sebagaimana yang diharapkan bila didukung oleh guru dikjas yang kompeten, dalam artian guru tersebut memahami makna kurikulum pendidikan jasmani dan memahami konsep konsep Dikjas. Namun kenyataan pembelajaran yang berlangsung di sekolah belum sepenuhnya dijalankan sebagaimana mestinya, hal tersebut disebabkan banyak faktor antara lain: (1) guru belum memahami kurikulum. (2) guru belum memahami konsep pembelajaran Dikjas yang bermakna disamping kelemahan kelemahan yang lain. Kelemahan kelemahan guru dikjas yang lain yaitu belum diterapkannya metode pembelajaran yang bervariasi termasuk metode bermain, serta belum tersedianya sarana dan prasarana yang memadahi. Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan: (1) efektivitas pembelajaran Dikjas melalui penggunaan metode bermain, (2) teknik dasar tolak peluru setelah menggunakan metode bermain. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini Adalah lembar observasi dan catatan lapangan. Metode penelitian ini menggunakan penelitian tindakan kelas (PTK). Melalui PTK ini dilaksanakan pembelajaran teknik dasar tolak peluru dengan menggunakan metode bermain ini, siswa melakukan tolak peluru sambil bermain dalam melaksanakan pembelajaran. Hal ini penting mengingat tidak semua siswa menyenangi olahraga tolak peluru. Dalam penelitian ini, peneliti berkolaborasi dengan guru merencanakan tindakan pembelajaran yang berlangsung selama 4 siklus. Hasil penelitian menunjukan bahwa keterampilan melakukan teknik dasar tolak peluru siswa kelas VIII-A SMPN 3 Ponggok mengalami peningkatan. Hasil observasi awal dari teknik memegang dengan tingkat kesalahan 45.71%, teknik sikap awal dengan tingkat kesalahan 31.25%, teknik menolak dengan tingkat kesalahan 77.14% dan teknik sikap akhir dengan tingkat kesalahan 60%. Hasil tindakan siklus 1 dari teknik memegang tingkat kesalahan 32% dari teknik sikap awal dengan tingkat kesalahan 32.58%, teknik saat menolak dengan tingkat kesalahan 71.43% dan teknik sikap akhir dengan tingkat kesalahan 57.72%, dari sikap kerja keras dalam beraktivitas 48.57%, dari sikap kerjasama dalam beraktifitas 53.71%, dari sikap percaya diri dalam beraktivitas 45.14%, Hasil tindakan siklus 2 dari teknik memegang tingkat kesalahannya 19.43%, teknik sikap awal tingkat kesalahanya 29.43%, teknik saat menolak dengan tingkat kesalahan 56.58% dan teknik sikap akhir dengan tingkat kesalahan 55.43%, dari sikap kerja keras dalam beraktivitas 69.71%, dari sikap kerjasama dalam beraktifitas 65.14%, dari sikap percaya diri dalam beraktivitas 70.85% Hasil tindakan siklus 3 dari teknik memegang dengan tingkat kesalahan 2.3%, teknik sikap awal dengan tingkat kesalahan 20.58%, teknik saat menolak dengan tingkat kesalahan 41.15% dan teknik sikap akhir dengan tingkat kesalahan 45.72%, dari sikap kerja keras dalam beraktivitas 79.42%, dari sikap kerjasama dalam beraktifitas 82.28%, dari sikap percaya diri dalam beraktivitas 81.14% Hasil tindakan siklus 4 dari teknik sikap awal tingkat kesalahanya 17.72%, teknik saat menolak dengan tingkat kesalahan 24% dan teknik sikap akhir dengan tingkat kesalahan 22.86%, dari sikap kerja keras dalam beraktivitas 78.85%, dari sikap kerjasama dalam beraktifitas 80%, dari sikap percaya diri dalam beraktivitas 79.42%

Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa pembelajaran teknik dasar tolak peluru dengan menggunakan metode bermain dapat meningkatkan efektivitas belajar siswa kelas VIII A SMPN 3 Ponggok Blitar. Kata Kunci: meningkatkan, efektivitas pembelajaran tolak peluru, metode bermain. LATAR BELAKANG Pendidikan Jasmani merupakan mata pelajaran yang secara keseluruhan mengutamakan aktivitas Jasmani, inklut di dalamnya ada pengembangan kecerdasan konsep intelektual dan pengembangan sikap. Untuk mencapai tujuan pembelajaran pendidikan jasmani tidaklah mudah, banyak hal yang perlu mendapat perhatian oleh guru mata pelajaran. Hal yang dimaksud kurang lebih adalah sebagai berikut : 1) Kemampuan dalam memahami kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) terutama tujuan dari pembelajaran yang harus dicapai dalam kurikulum, 2) Kemampuan dalam memahami Standar isi, 3) kemampuan dalam melakukan pemetaan hal ini guru harus bisa menyelaraskan dengan Standar Kompetensi (SK) dan Kompetensi Dasar (KD) yang akan digunakan dari Kalender Pendidikan, 4) Kemampuan dalam menyusun Silabus dan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP). Dalam RPP tentu dicantumkan Indikator dan tujuan pembelajaran. Untuk mencapai tujuan yang dijabarkan dari indikator perlu memperhatikan banyak faktor, diantaranya adalah bagaimana dalam memilih metode mengajar yang harus disesuaikan dengan karakteristik materi yang akan disampaikan pada siswa. Jika metode pembelajaran tersebut tidak sesuai dengan harapan atau tujuan dalam pembelajaran maka guru harus melakukan modifikasi dalam pembelajaran sebagai salah satu alternatif untuk mencapai tujuan pembelajaran pendidikan jasmani secara efektif. Efektivitas pembelajaran pendidikan jasmani masih belum optimal di beberapa materi, salah satunya adalah pembelajaran yang menyangkut tentang atletik. Tolak peluru termasuk pembelajaran pendidikan jasmani pada cabang atletik, keberadaanya di sekolah jarang diminati oleh peserta didik. Hal ini menyebabkan pembelajaran tolak peluru tidak menyenangkan karena model pembelajaran hanya seperti itu saja, sehingga dalam pelaksanaan pembelajaran mengalami banyak kendala saat peneliti ingin nomer tolak pada cabang atletik dapat berjalan dengan baik. Pembelajaran yang menyenangkan bisa terjadi apabila guru Pendidikan Jasmani dapat mengkreasikan melalui berbagai metode pembelajaran yang efektif. Salah satunya dengan pendekatan bermain, yaitu aktivitas bermain yang memberikan kesempatan siswa untuk aktif dalam bergerak agar memperoleh keterampilan yang sesuai dengan perkembangannya. Bermain memiliki makna yang penting dalam program Pendidikan Jasmani, bukan hanya karena popularitasnya bagi anak sepanjang usia, tetapi juga memiliki potensi nilai yang menyeluruh (Furqon, 2006:1). Pembelajaran pendidikan jasmani yang efektif bisa terjadi jika

sarana, metode dan guru yang ada bisa melakukan penyesuaian dengan karakteristik siswa dan siswa tidak mengalami kesulitan yang berarti saat dilakukannya penyesuaian, dengan demikian tujuan pembelajaran yang akan dicapai dapat dikuasai dengan mudah oleh siswa disamping harus memperhatikan faktor faktor lain yang mendukung. Berdasarkan hasil observasi awal yang dilakukan di SMP Negeri 3 ponggok yang dilaksanakan pada tanggal 21 Februari 2012 dengan materi tolak peluru yang dilakukan oleh siswa kelas VIII-A di lapangan mandingan, Guru mengajar dengan memanfaatkan 3 buah peluru terdiri dari 2 peluru untuk putra dan 1 peluru untuk putri yang dipakai secara bergantian oleh 35 siswa, pada saat pembelajaran banyak siswa yang tidak memperhatikan guru karena para siswa bermain sendiri saat menunggu giliran. Hal ini berdapak pada hasil evaluasi pada akhir jam pelajaran siswa banyak melakukan kesalahan, data kesalahan yang dilakukan oleh siswa sebagai berikut (1) 45,71% siswa melakukan kesalahan teknik pegangan dengan satu kali kesempatan, yaitu cara memegang peluru masih belum menempel pada leher, (2) 31,25% siswa melakukan kesalahan sikap awal dengan satu kali kesempatan, yaitu masih belum berjingkat, (3) 77,14% siswa melakukan kesalahan teknik menolak dengan satu kali kesempatan, yaitu masih melakukan gerakan melempar, (4) 60% siswa melakukan kesalahan teknik sikap akhir dalam satu kali kesempatan, yaitu masih belum melangkahkan kaki untuk menjaga keseimbangan. Dari pengamatan di atas tenyata yang paling banyak terjadi kesalahan di lapangan adalah dengan cara melempar peluru yaitu 77.14%. siswa masih melakukan gerakan melempar tidak menolaknya. Dari hasil wawancara pada tanggal 21 Februari 2012 dengan guru mata pelajaran pendidikan jasmani dan kesehatan (penjaskes) di peroleh hasil pembelajaran Penjas pada materi teknik dasar tolak peluru belom efektif, penyebab pembelajaran penjas tidak efektif antara lain karena peserta belajar belum bisa mengelola waktu belajarnya dengan baik yaitu masih terlihat melakukan aktifitas sendiri sendiri disamping itu juga belom tersedianya daya dukung peralatan pembelajaran yang memadahi. Untuk meningkatkan efektivitas pembelajaran tolak peluru, dapat diberikan metode bermain yang dapat meningkatkan efektivitas pembelajaran serta kemampuan teknik siswa. KAJIAN PUSTAKA A. Tinjauan Tentang Belajar Belajar menurut Traver yang dikutip oleh Mappa dan Basleman, (1994 : 6) belajar mencakup perubahan yang relatif permanen dalam tingkah laku sebagai akibat dari penyikapan terhadap kondisi lingkungan. Hal ini seperti dikemukakan oleh Cronbach (dalam Tabrani, 1989 : 61) bahwa kegiatan belajar ditunjukkan oleh adanya perubahan tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman. Belajar menurut Gagne yang dikutip oleh Mappa dan Basleman, (1994 : 3) belajar adalah suatu perubahan dalam disposisi (watak) atau kapabilitas (kemampuan) manusia yang berlangsung selama suatu jangka

waktu dan tidak sekedar menganggapnya proses pertumbuhan. Secara garis besar proses belajar dapat dibagi menjadi dua, yaitu proses intern dan proses ekstern. Proses intern adalah proses belajar yang terjadi dalam diri seseorang yang melakukan kegiatan belajar tanpa bisa terlihat secara lahiriah. Proses intern terdiri dari enam tahap, yaitu: motivasi, perhatian dan mata pelajaran, menerima dan menggugah, reproduksi, generalisasi dan latihan tentang hal yang telah diajarkan serta umpan balik (feed back). Sedangkan proses ekstern adalah kejadiankejadian yang tampak pada proses intern (Rooijakkers, 1989:15). Sehubungan dengan hal diatas, maka tugas pengajar adalah mengarahkan proses ekstern sedemikian rupa sehingga dapat mempengaruhi proses itern. Pendapat di atas sesuai dengan pendapat Gagne yang bertitik tolak pada model belajar pemrosesan informasi, yang mengemukakan delapan fase dalam satu tindakan belajar (learning act). Fase-fase itu merupakan kejadian eksternal yang dapat distrukturkan oleh siswa (yang dipelajari) atau guru. Menurut Dahar (1991 : 143-145) fase-fase yang dimaksud adalah: (1) Fase motivasi (2) Fase pengenalan (apprehending phase) (3) Fase perolehan (acquisition pahse) (4) Fase retensi (5) Fase pemanggilan (recall) (6) Fase generalisasi (7) Fase penampilan (8) fase umpan balik Untuk mengantisipasi keberhasilan kedelapan fase-fase yang dialami siswa dalam belajar, Gagne (1977 : 85) menyarankan kepada guru untuk memberikan perintah sebagai berikut : (a) Mengaktifkan motivasi (activiting motivation). (b) Memberikan tujuantujuan belajar. (c) Mengarahkan perhatian (directing attention). (d) Merangsang ingatan (stimulating recall). (e) menyediakan bimbingan belajar. (f) Meningkatkan retensi (enhencing retention). (g) Melancarkan tranfer belajar. (h) Mengeluarkan penampilan, memberikan umpan balik. Dari uraian di atas peneliti menyimpulkan bahwa ciri-ciri kegiatan belajar dalam penelitian ini adalah suatu aktivitas yang menghasilkan perubahan tingkah laku, baik aktual maupun potensial pada diri individu yang sedang belajar menuju ke arah yang lebih sempurna dan perubahan ini disebabkan oleh adanya latihanlatihan yang disengaja. Dan yang terpenting dalam kegiatan belajar adalah guru bukanlah satu-satunya sumber belajar, melainkan guru sebagai mediator dalam proses belajar. B. Tolak Peluru Tolak peluru adalah salah satu nomor lempar yang terdapat dalam cabang atletik.sama seperti lompat tinggi, tolak peluru juga diperlombakan dalam kejuaraan nasional dan internasional. Peluru terbuat dari logam memiliki berat resmi yang dipergunakan dalam perlombaan atletik, untuk senior putra = 7,260 kg, senior putri = 4 kg, untuk yunior putra = 5 kg, yunior putri = 3 kg.tujuan tolak peluru untuk mencapai jarak lemparan yang sejauh-jauhnya. Agar dapat melakukan lemparan yang sejauhjauhnya, siswa harus memiliki

kekuatandan kelentukan.selain itu, siswa harus memahami dan menguasai unsur-unsur pokok serta tehnik melakukan tolak peluru. Agar dapat menolak peluru dengan benar dan dapat mencapai prestasi secara optimal, siswa harus mempelajari dahulu cara-caranya. Bagi siswa yang baru belajar, teknik yang harus dipahami dan dikuasai, antara lain cara memegang peluru, sikap badan saat melempar, cara menolak peluru, sikap badan setelah menolak peluru. a. Teknik Memegang Peluru Memegang peluru dapat dilakukan dengan tangan kanan maupun kiri tergantung penolak. Menurut Basuki (1980:128), cara memegang peluru ada tiga macam yaitu: 1) Jari-jari agak renggang. Jari kelingking ditekuk berada di samping peluru, sehingga dapat membantu untuk menahan supaya peluru tidak mudah tergeser di tempatnya. Untuk menggunakan cara ini penolak peluru harus memiliki jari-jari yang kuat dan panjang.lihat gambar dibawa ini: Gambar 2.1 Jenis pegangan pertama Sumber (Basuki 1980:128) 2) Jari-jari agak rapat, ibu jari di samping, jari kelingking berada di samping belakang peluru. Biasanya pegangan ini untuk orang yang berjari kuat dan panjang. Dan biasa dipakai oleh para juara.lihat gambar dibawah ini: Gambar 2.2 Jenis pegangan kedua Sumber (Basuki 1980:128) 3) Bagi mereka yang mempunyai tangan kecil dan jari-jarinya pendek, jari-jari agak ranggang, ibu jari berada disamping dan jari kelingking berada di belakang peluru.lihat gambar dibawah ini: Gambar: 2.3 Jenis pegangan ketiga Sumber (Basuki 1980:128)

b. Sikap Badan Saat Melempar. Sikap awal akan menolak peluru Mengatur posisi kaki, kaki kanan ditempatkan di muka batas belakang lingkaran, kaki kiri diletakkan di samping kiri selebar badan segaris dengan arah lemparan. Bersamaan dengan ayunan kaki kiri, kaki kanan menolak ke arah lemparan dan mendarat di tengah lingkaran. Sewaktu kaki kaki kanan mendarat, badan dalam keadaan makin condong ke samping kanan. Bahu kanan lebih rendah dari bahu kiri. Lengan kiri masih pada sikap semula. c. Melemparkan peluru Agar dapat menolak peluru dengan benar dan lancar, terlebih dahulu siswa harus mempelajari pengenalan peluru, cara membawa dan mengayunkan peluru, dan cara menolak peluru. 1. Pengenalan peluru a) Badan dibungkukkan, peluru diayun ayunkan dengan kedua lengan kedepan dan kebelakang di antara dua tungkai. b) Kedua tungkai lurus, kedua lengan diayunkan untuk mengayun peluru lurus. c) Peluru dilepaskan atau digelindingkan kedepan, dengan kedua lengan lurus dan jari jari tangan tetap berkait di ikuti pandangan mata kearah peluru. 2. menolakkan peluru Setelah peluru dipegang dengan baik maka siswa siap menolak peluru tersebut berikut gerakannya: Gerakan 1: Pinggul didorong kedepan. Perut dibawa kedepan. Siku kiri digerakkan ke samping belakang. Pandangan kedepan atas. Gerakan 2: Bersamaan dengan dada menghadap arah tolakan, dengan cepat tangan yang memegang peluru tolakkan ke depan atas, di bantu tolakan kaki kanan serta seluruh badan. Gerakan 3: Pada saat tangan lurus kedepan, peluru di lepaskan. d. Sikap badan setelah melemparkan peluru Sikap akhir setelah menolak peluru Sesudah menolak peluru, membuat gerak lompatan untuk menukar kaki kanan ke depan. Bersamaan dengan mendaratnya kaki kanan, kaki kiri di tarik ke belakang demikian pula dengan lengan kiri untuk memelihara keseimbangan. C. Metode Bermain Bermain adalah suatu kegiatan yang menyenangkan. Kegiatan bermain sangat disukai oleh para siswa. Bermain yang dilakukan secara tertata, mempunyai manfaat yang besar bagi perkembangan siswa. Bermain dapat memberikan pengalaman belajar siswa yang sangat berharga untuk siswa. Pengalaman itu bisa berupa membina hubungan dengan sesame teman dan menyalurkan perasaan yang tertekan. Furqon (2006:3) Permainan dapat didefinisikan sebagai aktivitas yang dibatasi oleh aturan-aturan yang lengkap dan terdapat suatu kontes diantara para pemain agar memperoleh hasil yang diprediksi. Jadi dapat disimpulkan bahwa bermain adalah aktivitas yang menyenangkan, sukarela, dan dibatasi oleh aturan aturan yang lengkap. Berdasarkan uraian di atas, metode bermain yang akan digunakan oleh guru untuk

meningkatkan efektivitas pembelajaran tolak peluru adalah: (1) permainan menolak melewati net voli, (2) permainan menolak ke dalam target ban bekas, (3) permainan memasukkan kedalam target besar, dan (4) permainan memasukkan bola ke dalam target kecil. D. Pembelajaran Tolak Peluru Menggunakan Metode Bermain Bermain merupakan sesuatu yang sangat penting bagi anak, karena memiliki nilai-nilai pendidikan yang dapat mengembangkan potensi anak. Bermain merupakan cara bereksplorasi dan bereksperimen dengan dunia sekitar sehingga anak akan menemukan sesuatu dari pengalaman bermain. Menurut M. Furqon (2006:02) bermain adalah aktivitas yang menyenangkan, serius dan sukarela, dimana anak berada dalam dunia yang tidak nyata atau sesungguhnya. Suherman, Saputra dan Hendrayana (2001:195) menyatakan bahwa pengenalan peluru dengan teknik pengembangan dimensi permainan dan ritmik ditujukan guna mengajak siswa melakukan tolak peluru sambil bermain dalam kelincahan, relaksasi, dan keharmonisan sehingga siswa merasa gembira dan penuh semangat dalam melaksanakan pembelajaran. Hal ini penting mengingat tidak semua siswa menyenangi olahraga tolak peluru. Aktivitas pembelajaran gerak dasar tolak peluru didominasi oleh berbagai gerak mendorong dengan menggunakan alat yang cenderung berbentuk bulat. Untuk tahap pembelajaran sebaiknya alat tersebut terbuat dari bahan yang aman dimana ukuran besar dan beratnya tidak usah standar (yoyo 2005: 14). Dari pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran dengan bermain pada gerak dasar tolak peluru ditujukan mengajak siswa melakukan tolak peluru sambil bermain, mengingat tidak semua siswa menyenangi olahraga tolak peluru. Permainan-permainan yang menyenangkan akan membantu siswa dalam menguasai teknik lewat permainan yang diberikan. Permainan melewati net voli ditujukan untuk membantu siswa menguasai teknik-teknik lewat gerakan menolak secara berulangulang dengan melewati target. Diharapkan dengan berulang-ulang sambil bermain siswa tidak jenuh melakukannya. Selanjutnya untuk variasi latihan teknik digunakan permainan memasukkan peluru ke dalam target. Dengan siswa memasukkan peluru ke dalam target, diharapkan siswa tertantang untuk mencoba dan senang melakukan permainan melewati target dengan harapan bisa meningkatkan efektivitas pembelajaran tolak peluru. a. Permainan Menolak Melewati Tali Pembelajaran gerak dasar menolak dapat pula dilakukan dengan merentangkan seutas tali sebagi sasaran untuk dilewati oleh peluru kayu. Jarak siswa 1 meter dan tinggi tiang 2,4 meter, frekwensi gerakan 10x, dan alokasi waktu 15 menit seperti terlihat pada gambar 2.4. Tali yang direntangkan bertujuan untuk membentuk sudut elevasi. Bola boleh didorong oleh tangan kanan maupun oleh tangan kiri.

Gambar 2.4 Permainan Menolak Melewati Tali (Sumber: Hans Katzenbagner / Michael Medles; 1996) b. Permainan Menolak Melewati Net dengan Target Ban Bekas Pembelajaran gerak dasar menolak dapat pula dilakukan dengan merentangkan seutas tali sebagi sasaran untuk dilewati oleh peluru kayu, jarak antara siswa 1 meter tinggi tiang 2,4 meter, frekwensi gerakan l0x dan alokasi waktu 15 menit seperti terlihat pada gambar 2.5. Tali yang direntangkan bertujuan untuk membentuk sudut elevasi. Simpan pula target di bawah diseberang tali berupa ban sepeda bekas. Upayakan peluru kayu yang ditolak tersebut dapat masuk ke dalam ban sepeda itu. Gambar 2.5 Permainan Menolak Melewati Tali dengan Target Ban Bekas (Sumber: Hans Katzenbagner/Michael Medles; 1996) c. Permainan Memasukkan Peluru Kayu ke Dalam Target Selang Besar Pembelajaran gerak dasar menolak dapat pula dilakukan dengan permainan memasukkan peluru ke lingkaran selang yang berbentuk bulat yang digantungkan, dengan jarak antara siswa 1 meter tinggi tiang 2,4 meter, diameter selang 50cm, frekwensi gerakan l0x dan alokasi waktu 10 menit. Selang yang digantungkan bertujuan untuk membentuk sudut elevasi. peluru kayu yang di tolak diupayakan dapat masuk melewati selang tersebut.

Gambar 2.6 Permainan Memasukkan peluru ke dalam Target Selang Besar (Sumber: Suherman, 2001:200) d. Permainan Memasukkan Peluru Kayu ke Dalam Target Selang Kecil Pembelajaran gerak dasar menolak dapat pula dilakukan dengan permainan memasukkan peluru kayu ke lingkaran selang yang berbentuk bulat yang digantungkan, dengan jarak antara siswa 1 meter tinggi tiang 2,4 meter, diameter selang 20cm, frekwensi gerakan l0x dan alokasi waktu 10 menit. Selang yang digantungkan bertujuan untuk membentuk sudut elevasi. peluru kayu yang di tolak diupayakan dapat masuk melewati selang tersebut. Gambar 2.7 Permainan Memasukkan peluru ke dalam Target Selang Kecil (Sumber: Suherman, 2001:200) E. Spesifikasi Peluru yang digunakan Menurut Aussie (1996) komponen-komponen penting olahraga yang dapat dimodifikasi meliputi: (1) ukuran, berat atau bentuk peralatan yang dipergunakan, (2) lapangan permainan, (3) waktu bermain atau lamanya permainan, (4) pereturan permainan, dan (5) jumlah pemain.

Winarno (2006:111) dalam pembelajaran pendidikan jasmani, ukuran, berat dan bentuk peralatan tidak harus terstandart seperti dalam olahraga. Modifikasi ukuran, berat, dan bentuk peralatan sesuai dengan kebutuhan dan kemampuan siswa akan sangat menunjang proses belajar mengajar pendidikan jasmani. Berpijak dari prinsip metode bermain dimana ukuran, berat dan bentuk peralatan tidak harus terstandart seperti dalam olahraga. Dalam penelitian ini ada empat permainan: (1) permainan menolak melewati net voli, (2) permainan memasukkan peluru ke dalam target ban bekas, (3) permainan memasukkan bola ke dalam target selang yang besar, (4) permainan memasukkan bola ke dalam target selang yang kecil. maka peneliti menggunakan peluru dari kayu yang dibentuk seperti peluru asli dalam melaksanakan penelitian. Selain aman pada saat proses pembelajaran,peluru dari kayu ini mirip dengan peluru yang asli. F. Modifikasi peluru dari kayu. Menurut Winarno (2006:111) dalam pembelajaran pendidikan jasmani, ukuran, berat dan bentuk peralatan tidak harus terstandart seperti dalam olahraga. Modifikasi ukuran, berat, dan bentuk peralatan sesuai dengan kebutuhan dan kemampuan siswa akan sangat menunjang proses belajar mengajar pendidikan jasmani. Dalam pembelajaran tolak peluru, peluru sangatlah dibutuhkan dalam proses pembelajaran. Apabila dalam pembelajaran ini menggunakan peluru standart pembelajaran tolak peluru menggunakan metode bermain ini tidak akan bisa berjalan dengan baik, maka Peluru yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah peluru yang terbuat dari kayu. Dengan bentuk sama dengan peluru standart tetapi memiliki keunggulan yaitu lebih ringan. Penggunaan peluru modifikasi ini diharapkan lebih meningkatkan pembelajaran tolak peluru yang menyenangkan untuk siswa. Selain aman pada saat proses pembelajaran, juga mudah di buat. METODE Berdasarkan tujuan, penelitian ini menggunakan rancangan penelitian tindakan kelas. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana meningkatkan pembelajaran tolak peluru dengan permainan modifikasi pada Siswa Kelas VIII-A SMPN 3 Ponggok Blitar. Sesuai dengan tujuan maka desain penelitian yang dipilih adalah penelitian tindakan kelas. Setiap siklus terdiri dari: (1) perencanaan, (2) pelaksanaan, (3) pengamatan, dan (4) refleksi. Permainan modifikasi adalah adalah kontes sukarela yang didasari peraturan dan bahan yang digunakan aman dimana ukuran besar dan beratnya tidak standar. Suherman, Saputra dan Hendrayana (2001:195) menyatakan bahwa pengenalan peluru dengan teknik pengembangan dimensi permainan dan ritmik ditujukan guna mengajak siswa melakukan tolak peluru sambil bermain dalam kelincahan, relaksasi, dan keharmonisan sehingga siswa merasa gembira dan penuh semangat dalam melaksanakan pembelajaran. Hal ini penting mengingat tidak semua siswa menyenangi olahraga Tolak Peluru. TEMUAN

Berdasarkan data yang telah dipaparkan di atas maka temuan penelitian yang muncul adalah: 1. Permainan modifikasi sesuai untuk pembelajaran teknik dasar. 2. Pembelajaran tolak peluru dengan permainan modifikasi akan memberi kemudahan siswa menguasai teknik dasar tolak peluru. 3. Jenis-jenis permainannya yitu: (1) permainan menolak melewati net voli, (2) permainan menolak melewati net voli dengan target ban bekas, (3) permainan memasukkan bola kedalam target yang besar, (4) permainan memasukkan bola kedalam target yang kecil. Siswa semakin aktif dan disiplin dalam mengikuti pembelajaran tolak peluru dengan menggunakan permainan modifikasi. PEMBAHASAN A. Siklus 1 Pada pembelajaran tolak peluru guru pendidikan jasmani, olahraga, dan kesehatan memberikan contoh gerakan (modelling) secara keseluruhan dari gerakan tolak peluru, setelah itu siswa ditugasi untuk berlatih meniru contoh guru dengan menggunakan peluru yang berjumlah 3 untuk 35 siswa. Berdasarkan hasil observasi, (1) 45,71% siswa melakukan kesalahan dalam teknik memegang, dimana cara memegangnya masih belum menempel pada tulang selangka, (2) 31,25% siswa melakukan kesalahan dalam sikap awal, dimana masih belum melakukan jingkatan, (3) 77,14% siswa melakukan kesalahan pada teknik menolak, dimana masih melakukan gerakan melempar, (4) 60% siswa melakukan kesalahan pada teknik sikap akhir, dimana masih belum melangkahkan kaki untuk menjaga keseimbangan. Berdasarkan hasil evaluasi dan observasi tersebut dapat diidentifikasi permasalahan sebagai berikut: sebagaian besar siswa kurang aktif dan dalam proses pembelajaran sehingga pada tahap evaluasi banyak mengalami kesalahan-kesalahan dalam melakukan teknik tolak peluru dimana melakukan kesalahan dalam melakukan teknik tolak peluru yaitu melakukan gerakan melempar. Setelah diberi tindakan pada siklus 1 mengalami peningkatan, karena dengan permainan siswa diajak belajar sambil bermain, hal ini penting sekali mengingat tidak semua siswa suka dengan olahraga tola peluru, hasil evaluasi siklus 1 dari segi teknik kesalahan yang dilakukan siswa pada siklus 1 yaitu dari sikap awal persentase kesalahan yang dilakukan siswa dari 32.58% menjadi 31,25%, pada saat menolak persentase kesalahan yang dilakukan siswa dari 77,14% menjadi 71,43%, pada sikap akhir persentase kesalahan yang dilakukan siswa dari 60% menjadi 55.43%. Dari segi keaktifan siswa dan kedisiplinan siswa dalam proses pembelajaran mengalami peningkatan keaktifan dan kedisiplinan. Tingkat kegagalan terbesar pada saat melakukan gerakan menolak dikategorikan kurang sebesar 71.43% dan siswa yang benar melakukan gerakan menolak adalah 28.57%. Pada saat melakukan gerakan menolak dorongan harus dimulai dari pangkal bahu, lengan kemudian tangan. Siswa seharusnya meluruskan tangan tolak ketika bola sudah ditolakkan. Dalam pembelajaran, kerja keras siswa dalam beraktifitas

dengan tingkat keberhasilan 48.57%, tingkat keberhasilan kerjasama dalam kelompok sebesar 53.71%dan percaya diri dalam beraktivitas sebesar 45.14%Ini masih kurang, sebagian siswa kurang sungguhsungguh, tidak mau membantu teman ataupun kelompok serta kurang yakin melakukan tugas gerak. Permainan juga meningkatkan antusias siswa dalam proses pembelajaran. Sehingga terjadi peningkatan dibandingkan pada refleksi awal. Suherman, Saputra dan Hendrayana (2001:195) menyatakan bahwa pengenalan peluru dengan teknik pengembangan dimensi permainan dan ritmik ditujukan guna mengajak siswa melakukan tolak peluru sambil bermain dalam kelincahan, relaksasi, dan keharmonisan sehingga siswa merasa gembira dan penuh semangat dalam melaksanakan pembelajaran. Hal ini penting mengingat tidak semua siswa menyenangi olahraga Tolak Peluru. Selain pendekatan permaian pendekatan modifikasi dapat digunakan sebagai alternative dalam pembelajaran pendidikan jasmani, karena guru penjas akan menyajikan materi pelajaran yang sulit menjadi lebih mudah dan disederhanakan tanpa harus kehilangan makana dan apa yang akan diberikan. B. Siklus 2 Dari segi teknik kesalahan yang dilakukan siswa pada siklus 2 yaitu dari sikap awal persentase kesalahan yang dilakukan siswa dari 31,25% menjadi 29.15% pada saat menolak persentase kesalahan yang dilakukan siswa dari 71,43% menjadi 56.58%, pada sikap akhir persentase yang dilakukan siswa dari 60% menjadi 55.43%. Dari segi keaktifan siswa dan kedisiplinan siswa dalam proses pembelajaran mengalami peningkatan keaktifan dan kedisiplinan. Peningkatan yang terjadi pada siklus 2 ini akibat permainan yang diberikan kepada siswa disesuaikan dengan permainan yang paling disukai siswa yaitu permainan memasukkan bola kedalam target. Tingkat kegagalan terbesar pada saat melakukan gerakan menolak dikategorikan kurang sebesar 56.58% dan siswa yang benar melakukan gerakan menolak adalah 43.42%. Siswa masih ada yang menolak ke depan saja. Siswa seharusnya meluruskan tangan tolak ketika bola sudah ditolakkan serta tolakan ke arah depan atas.dalam pembelajaran, mengalami peningkatan pada afektif siswa, namun kerjasama dalam kelompok masih kurang dengan persentase sebesar 65.14% Siswa harus lebih aktif dalam berkelompok dan membantu rekannya Permainan memasukkan ke dalam target memberikan siswa semakin aktif dalam melakukan proses pembelajaran, sehingga teknik yang diberikan kepada siswa dapat dilakukan siswa sambil melakukan permainan. Pembelajaran adalah usaha membuat seseorang belajar yang dilakukan oleh guru untuk memperoleh pengetahuan, keterampilan dan sikap. Permainan merupakan suatu aktivitas manusia yang menyenangkan, bersemangat, dan kompetitif dengan mentaati aturan-aturan yang sudah ditentukan sesuai dengan jenis permainannya (Soedarno, dkk (1987:27). Dengan melakukan permainan memasukkan bola ke dalam target maka siswa akan kompetitif dan semakin tertantang untuk mencoba. Sehingga pemebelajaran akan lebih menyenangkan. C. Siklus 3

Dari segi teknik kesalahan yang dilakukan siswa pada siklus 3 yaitu dari sikap awal persentase kesalahan yang dilakukan siswa dari 29.15% menjadi 20,58%, pada saat menolak persentase kesalahan yang dilakukan siswa dari 56.58% menjadi 41,15%, pada sikap akhir persentase yang dilakukan siswa dari 55.43% menjadi 45.72%. Dari segi keaktifan siswa dan kedisiplinan siswa dalam proses pembelajaran mengalami peningkatan keaktifan dan kedisiplinan. Peningkatan yang terjadi pada siklus 3 ini akibat permainan yang diberikan kepada siswa disesuaikan dengan permainan yang paling disukai siswa yaitu permainan memasukkan bola kedalam target. Permainan memasukkan ke dalam target yang kecil menjadikan siswa semakin aktif dalam melakukan proses pembelajaran, sehingga teknik yang diberikan kepada siswa dapat dilakukan siswa sambil melakukan permainan. Tingkat kegagalan terbesar pada saat melakukan gerakan menolak berkurang menjadi 41.15% dan siswa yang benar melakukan gerakan menolak adalah 58.85%. Siswa masih melakukan lemparan dan tangan kurang diluruskan. Siswa seharusnya meluruskan tangan tolak ketika bola sudah ditolakkan serta mengurangi gerakkan melempar. Dalam pembelajaran, mengalami peningkatan pada afektif siswa, walaupun masih dikategorikan cukup. Siswa harus lebih berusaha, sungguh-sungguh, serta aktif dalam berkelompok. D. Siklus 4 Dari segi teknik kesalahan yang dilakukan siswa pada siklus 4 yaitu dari sikap awal persentase kesalahan yang dilakukan siswa dari 20,58% menjadi 17.72%, pada saat menolak persentase kesalahan yang dilakukan siswa dari 41,15% menjadi 24%, pada sikap akhir persentase yang dilakukan siswa dari 45.72% menjadi 22.86%. Peningkatan efektifitas pembelajaran tolak peluru sudah baik. Siswa sudah dapat melakukan keterampilan menolak dengan benar. Di dalam kegiatan pembelajaran, siswa sudah dapat mengikutinya dengan menunjukkan sikap-sikap yang baik. Apabila ingin lebih ditingkatkan lagi, maka harus merencanakan pembelajaran yang sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai. PENUTUP A. Kesimpulan Berdasarkan pelaksanaan Penelitian Tindakan Kelas dapat disimpulkan permainan menolak melewati net voli, permainan menolak ke dalam target, permainan memasukkan peluru kayu ke dalam target besar,dan permainan memasukkan peluru kayu ke dalam target kecil, dapat meningkatkan efektivitas pembelajaran tolak peluru pada siswa kelas VIII-A SMP Negeri 3 Ponggok Blitar. B. Saran Berdasarkan hasil penelitian masih terbatas pada teknik dasar tolak peluru, khususnya pada teknik sikap awal, saat menolak dan sikap akhir. Pembelajaran tolak peluru menggunakan metode bermain akan memberi kemudahan dan menjadikan siswa yang kurang aktif menjadi aktif, sehinnga siswa menguasai teknik dasar tolak peluru. Permainan yang digunakan dalam pembelajaran teknik dasar tolak yaitu permainan

menolak melewati net voli, permainan menolak ke dalam target, permainan memasukkan peluru kayu ke dalam target besar, dan permainan memasukkan peluru kayu ke dalam target kecil. DAFTAR RUJUKAN Ali, Muhammad. 1992. Guru Dalam Proses Belaja Mengajar. Bandung: Sinar Baru. Arikunto, Suharsimi, Suhardjono, & Supardi. 2007. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Bumi Aksara. Abdoelah, Arma. 1981. Olahraga Untuk Perguruan Tinggi. Yogyakarta: Sastra Hudaya. Dahar, R. W. 1989. Teori-teori Belajar. Jakarta: Erlangga. Depdikbud. 1990. Petunjuk Pelaksanaan Penilaian. Jakarta: Erlangga. Depdikbud. 1993. Kurikulum Pendidikan menegah (SMP) Garis-garis Besar Program Pengajaran (GBPP), Mata Pelajaran Penjaskes. Jakarta: Depdikbud. Dimyati & Mujiono. 2006. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: PT. Rineka Cipta. Djamasah, S. B. 1997. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka Cipta. Furqon, H. M. 2006. Mendidik Anak dengan Bermain. Surakarta: Universitas Sebelas Maret. Gagne, R. M. 1977. The Condition of Learning. New York: Hall Renehart. Hamalik, Gemar. 1991. Pendekatan Baru Strategi Belajar Mengajar CBSA. Bandung: Sinar Baru. Mappa, S & Basleman, A. 1994. Teori Belajar Orang Dewasa. Jakarta: Proyek Pembinaan dan Peningkatan Mutu Tenaga Kependidikan Dirjen Dikti, Depdikbud. Saputro, Y. M. 2002. Dasar-dasar Keterampilan Atletik. Pendekatan Bermain untuk SLTP. Jakarta: Depdiknas. Mulyono, A.M. 1988. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka. Prayitno, Elida. 1989. Motivasi Dalam Belajar. Jakarta: Depdikbud, Dirjen Dikti PPPLPTK. Purwanto, Ngalim. 1990. Psikologi Pendidikan. Bandung: Remaja Karya. Rooijakker. 1989. Mengajar Dengan Sukses. Jakarta: Gramedia. Sudjana, Nana. 1988. Cara Belajar Siswa Aktif Dalam Proses Belajar Mengajar. Bandung: Sinar Baru. Sudjana, D. 1983. Metode dan Teknik Kegiatan Belajar Mengajar dalam Pendidikan Non-Formal. Bandung : Theme 76. Suherman, Saputra & Hendrayana. 2001. Pembelajaran Atletik. Jakarta: Direktorat Jenderal Olahraga. Suryabrata. 1986. Psikologi Pendidikan. Jakarta: Rajawali. Syarifuddin, A. 1997. Panduan Guru Pendidikan Jasmani dan Kesehatan Kelas I, II, III. Jakarta: Grassindo. Syarifudin. 1997. Pokok-pokok Pengembangan Program Pembelajaran Pendidikan Jasmani. Jakarta: Depdikbud. Seniawan, C. 1985. Pendekatan Ketrampilan Proses. Jakarta: PT. Gramedia. Tabrani, R.A. 1989. Pendekatan Proses Dalam Proses

Mengajar. Bandung: Remaja Karya. Tim. 1997. Pedoman Pelaksanaan Kurikulum SMP. Jakarta: Depdikbud. Winarno, M.E. 2006. Dimensi Pembelajaran Pendidikan Jasmani dan Olahraga. Malang: Universitas Negeri Malang. Jurnal Sport Science, Vol 4. No 2. hlm.126-140