1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tuberkolusis paru merupakan suatu penyakit menular yang disebabkan oleh basil mikrobacterium tuberkolusis yang merupakan salah satu penyakit saluran pernafasan bagian bawah yang sebagian besar basil tuberkolusis masuk ke dalam jaringan paru melalui airbone infection dan selanjutnya mengalami proses yang dikenal sebagai fokus primer dari ghon (Hood, 2005) Tuberkulosis Paru sampai saat ini masih menjadi masalah utama kesehatan masyarakat dan secara global masih menjadi isu kesehatan global di semua negara. Berdasarkan laporan tahunan WHO (2010) disimpulkan bahwa ada 22 negara dengan kategori beban tinggi terhadap TBC (high Burden of TBC Number). Sebanyak 8,9 juta penderita TBC dengan proporsi 80% pada 22 negara berkembang dengan kematian 3 juta orang per tahun dan 1 orang dapat terinfeksi TBC setiap detik. Indonesia sekarang berada pada ranking kelima negara dengan beban TB tertinggi di dunia. Estimasi prevalensi TB semua kasus adalah sebesar 660,000 (WHO, 2010) dan estimasi insidensi berjumlah 430,000 kasus baru per tahun. Jumlah kematian akibat TB diperkirakan 61,000 kematian per tahunnya. (Strategi Nasional pengendalian TB, 2010) Mengacu pada kondisi tersebut diperlukan adanya penanggulangan penyakit TBC ini. DOTS (Directly Observed Treatment Succes Rate ) adalah stategi penyembuhan TB paru jangka pendek dengan pengawasan secara langsung. Dengan menggunakan strategi DOTS, maka proses penyembuhan TB paru dapat berlangsung secara cepat. Kategori kesembuhan penyakit TB yaitu suatu kondisi dimana individu telah menunjukan peningkatan kesehatan dan memiliki salah satu indikator kesembuhan penyakit TBC, diantaranya: 1
2 menyelesaikan pengobatan secara lengkap dan pemeriksaan ulang dahak (follow up ) hasilnya negatif pada akhir pengobatan dan minimal satu pemeriksaan folowup sebelumnya negatif. (Pedoman Nasional Penanggulangan Tuberkulosis, 2008). Program kesembuhan TB paru DOTS menekankan pentingnya pengawasan terhadap penderita TB paru agar menelan obat secara teratur sesuai ketentuan sampai dinyatakan sembuh. Strategi DOTS direkomendasikan oleh WHO secara global untuk menanggulangi TB paru, karena menghasilkan angka kesembuhan yang tinggi yaitu 95%. Indonesia merupakan Negara pertama diantara High Burden Country (HBC) di wilayah WHO South-East Asian yang mampu mencapai target global TB untuk deteksi kasus dan keberhasilan pengobatan pada tahun 2006. Pada tahun 2009, tercatat sejumlah sejumlah 294.732 kasus TB telah ditemukan dan diobati dan lebih dari 169.213 diantaranya terdeteksi BTA+. Dengan demikian, Case Notification Rate untuk TB BTA+ adalah 73 per 100.000 (Case Detection Rate 73%). Pencapaian angka keberhasilan pengobatan di indonesia selama dua tahun terakhir adalah sekitar 90% dan pada kohort tahun 2008 mencapai 91%. Pencapaian target global tersebut merupakan tonggak pencapaian program pengendalian TB nasional yang utama dan menunjukkan keberhasilan program pemberantasan TB nasional. (Pedoman Nasional Penanggulangan Tuberkulosis, 2008) Data Dinas Kesehatan Jawa Tengah di dapatkan penemuan suspek tahun 2010 sebanyak 10971 orang yang mengalami Tuberkulosis. Penemuan TB paru BTA positif sebanyak 872 orang (55%). Angka kesembuhan tahun 2009 sebesar 66% (522 kasus yang dinyatakan sembuh dari total kasus 793 yang diobati) mengalami peningkatan sebesar 5% dibandingkan 63% di tahun 2008 namun belum mencapai target nasional yaitu sebesar 85%, hal ini
3 disebabkan masih ada follow up akhir pengobatan yang tidak bisa diperiksa sebanyak 253 kasus(32%) yang sebagian besar adalah kasus TB yang diobati di rumah sakit.(dinas kesehatan 2010) Diantara Puskesmas yang terdapat di kota Semarang dinyatakan bahwa di Puskesmas Mangkang memiliki suspek tertinggi di antara puskesmaspuskesmas di kota semarang. Dengan jumlah suspek TB sebanyak 142 orang.pada tahun 2011. Pada tahun 2011 jumlah BTA (+) di puskesmas mangkang adalah sebanyak 19 selain itu puskesmas mangkang juga memiliki angka CDR tertinggi di kota semarang dan sudah mencapai target kesembuhan TBC yaitu sebesar 100%. Pada studi pendahuluan yang dilakukan pada tanggal 31 januari 2012 di Puskesmas Mangkang ditemukan sebanyak 30 orang yang sudah menjalani pengobatan fase lanjutan. Selain itu didapatkan data bahwa di puskesmas mangkang memiliki angka kesembuhan TB dengan angka 100% sembuh pada tahun 2010 dan memiliki angka CDR (Case Detection Rate) tertinggi dari semua puskesmas yang ada di kota semarang (Stratifikasi Puskesmas Mangkang 2012). Dalam penelitian Murtaningsih 2010 menunjukkan bahwa variabel yang berpengaruh dengan kesembuhan penderita Tuberkulosis paru adalah status gizi, pendapatan, dan keteraturan berobat. Sedangkan penelitian Eldira sukmawati 2009 variabel yang mempengaruhi kesembuhan tuberkulosis paru adalah usia, pencahayaan, sanitasi dan keadaan rumah. Penelitian Syamsul Muarif menjelaskan mengenai pengetahuan pasien, persepsi pasien terhadap sikap petugas, kepatuhan minum obat, riwayat penyakit yang menyertai dan informasi yang didapat adalah beberapa faktor yang mempengaruhi kesembuhan pengobatan TB Paru.
4 Berdasarkan fenomena-fenomena tersebut peneliti tertarik untuk melakukan penelitian mengenai faktor- faktor yang berhubungan dengan angka kesembuhan tuberkulosis. B. Rumusan Masalah Penelitian Mengacu pada latar belakang yang telah dipaparkan maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah faktor-faktor Apakah yang berhubungan dengan kesembuhan penyakit tuberkulosis (TBC) di Puskesmas Mangkang? C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum Mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan kesembuhan penyakit tuberculosis paru (TBC) di wilayah kerja Puskesmas Mangkang 2. Tujuan Khusus a. Mendeskripsikan faktor dukungan keluarga pada penderita TBC di wilayah kerja Puskesmas Mangkang Semarang Barat. b. Mendeskripsikan faktor kepatuhan minum Obat pada penderita TBC di wilayah kerja Puskesmas Mangkang Semarang Barat c. Mendeskripsikan faktor Pengawas Minum Obat pada penderita TBC di wilayah kerja Puskesmas Mangkang Semarang Barat d. Mendeskripsikan faktor perilaku buang dahak pada penderita TBC di wilayah kerja Puskesmas Mangkang Semarang Barat. e. Mendeskripsikan kesembuhan penyakit Tuberkulosisi pada penderita TBC f. Menganalisis hubungan dukungan keluarga terhadap kesembuhan pada penderita TBC di wilayah kerja Puskesmas Mangkang Semarang Barat.
5 g. Menganalisis hubungan kepatuhan minum Obat terhadap kesembuhan pada penderita TBC di wilayah kerja Puskesmas Mangkang Semarang Barat. h. Menganalisis hubungan Pengawas Minum Obat terhadap kesembuhan pada penderita TBC di wilayah kerja Puskesmas Mangkang Semarang Barat. i. Menganalisis hubungan perilaku buang dahak terhadap kesembuhan pada penderita TBC di wilayah kerja Puskesmas Mangkang Semarang Barat. D. Manfaat Penelitian Adapun manfaat dari hasil penelitian ini adalah: 1. Manfaat keilmuan a. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi dalam pengembangan ilmu keperawatan khususnya tentang TBC. b. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah ilmu pengetahuan tentang faktor yang berhubungan dengan kesembuhan TBC. c. Peneliti akan momperoleh tambahan pengetahuan dan dengan hasil penelitian ini, dimungkinkan untuk dapat lebih didalami lagi dan sebagai bahan pertimbangan bagi penelitian penelitian selanjutnya tentang TBC. 2. Manfaat praktis a. Manfaat untuk Dinas kesehatan Menambah pengetahuan dan informasi mengenai kesembuhan penyakit TBC. Sehingga dapat membantu memberikan informasi mengenai faktor kesembuhan TB paru bagi yang masyarakat terdiagnosis TB BTA(+).
6 b. Manfaat untuk Puskesmas Dapat digunakan sebagai masukan tenaga kesehatan terkait dengan faktor yang dapat mempengaruhi kesembuhan dan dapat diterapkan dalam menjalankan asuhan keperawatan. c. Manfaat untuk masyarakat Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan bagi masyarakat mengenai pentingnya dukungan keluarga, kepatuhan minum obat, PMO dan perilaku buang dahak dapat mempercepat penyembuhan tuberkulosis. E. Bidang Ilmu Penelitian ini merupakan penelitian dibidang keperawatan yang memfokuskan pada bidang riset keperawatan komunitas. F. Keaslian Penelitian Tabel 1.1 keaslian penelitian No Peneliti Judul 1. Murtantining sih dan Bambang Wahyono, 2010 2. Ichlas rachmat bahagia Faktor - Faktor Yang Berhubungan Dengan Kesembuhan Penderita Tb Paru Di Puskesmas Purwodadi I Kabupaten Grobogan) Hubungan penerapan strategi DOTS terhadap keberhasilan terapi TB di puskesmas keramat jati Desain penelitian desain case control analisis survival dengan model Proportional independent: status gizi pendapatan, dan keteraturan berobat dependent: kesembuhan penderita TB independen: Mutu pelayanan, srana & prasarana, PMO dan pencatatan dan pelaporan dependen: Keberhasilanpenyaki t Tuberkulosis Hasil Ada hubungan dengan kesembuhan penderita TB Paru yaitu status gizi pendapatan, dan keteraturan berobat bahwa keempat variabel tersebut merupakan faktor-faktor yang mempengaruhi laju kesembuhan penderita penyakit TBC.
7 3. Syamsul Muarif 4. Yohana Ika pratiwi Faktor Yang Berhubungan Antara Kesembuhan Pengobatan TB Paru dengan OAT Strategi DOTS di Puskesmas Burneh Bangkalan Faktor-faktor yang berhubungan dengan kesembuhan TBC di puskesmas kabupaten Kudus observasional analitik dengan rancangan Case Control. Analitik dengan pendekatan cross sectional independen: pengetahuan pasien, persepsi pasien terhadap sikap petugas, kepatuhan minum obat, riwayat penyakit yang menyertai dan informasi yang didapat. dependen: Kesembuhan Pengobatan TB Paru independen: perilaku host, lingkungan social ekonomi, status gizi dan lingkungan fisik dependen: Proses penyembuhan kepatuhan minum obat mempunyai risiko yang lebih tinggi untuk sembuh, dan informasi yang didapat pasien mempunyai risiko yang lebih rendah untuk sembuh Ada hubungan bermakna antara perilaku host, liingkungan social ekonomi, status gizi & lingkungan fisik Dalam penelitian ini, terdapat perbedaan-perbedaan penelitian dengan penelitian sebelumnya. Penelitian yang dilakukan oleh Murtantiningsih dan Bambang Wahyono, 2010 perbedaan terletak pada desain penelitian yang digunakan yaitu desain dan variabel yaitu status gizi dan pendapatan. Ichlas rachmat bahagia variabel independen: mutu pelayanan, srana & prasarana, PMO dan pencatatan dan pelaporan sedangkan variabel dependen adalah keberhasilan penyakit Tuberkulosis. Penelitian Eldira Sukmawati Dan Nyoman Budiantara terdapat perbedaan pada desain penelitiannya analisis survival dengan model proportional. Penelitian penelitian Yohana Ika pratiwi bebasnya seperti perilaku host, lingkungan social ekonomi, status gizi dan desain penelitian yang digunakan analitik dengan pendekatan cross sectional.