Penambahan Putih Telur Pada Mineral Blok Dengan Level Yang Berbeda Terhadap Respons Fisiologis Domba Lokal Jantan Lepas Sapih

dokumen-dokumen yang mirip
Penambahan Putih Telur Pada Mineral Blok Dengan Level Yang Berbeda Terhadap Performans Domba Lokal Jantan Lepas Sapih. Aziz Husein Rangkuti

HASIL DAN PEMBAHASAN. Keadaan Umum Lokasi Penelitian

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. (Purbowati, 2009). Domba lokal jantan mempunyai tanduk yang kecil, sedangkan

I. PENDAHULUAN. Lampung merupakan daerah yang berpotensi dalam pengembangan usaha

TINJAUAN PUSTAKA. banyak telur dan merupakan produk akhir ayam ras. Sifat-sifat yang

I. PENDAHULUAN. Seiring dengan perkembangan penduduk yang semakin pesat, permintaan produk

I. PENDAHULUAN. populasi kambing di Provinsi Lampung pada tahun 2009 baru mencapai

I. PENDAHULUAN. Jumlah penduduk di Indonesia selalu menunjukkan peningkatan dari tahun ke

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. sama seperti sapi Bali betina. Kaki bagian bawah lutut berwarna putih atau

I. PENDAHULUAN. masyarakat menyebabkan konsumsi protein hewani pun meningkat setiap

HASIL DAN PEMBAHASAN. Desa Karyawangi, Kecamatan Parongpong, Kabupaten Bandung Barat, Provinsi Jawa

MATERI DAN METODE. Materi Penelitian

HASIL DAN PEMBAHASAN. sangat berpengaruh terhadap kehidupan ayam. Ayam merupakan ternak

MATERI DAN METODE. Materi

TINJAUAN PUSTAKA Domba Garut Suhu dan Kelembaban

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. adanya wabah flu burung pada unggas, tidak mustahil untuk memenuhi kebutuhan

I. PENDAHULUAN. peternakan pun meningkat. Produk peternakan yang dimanfaatkan

I. PENDAHULUAN. Usaha peternakan merupakan salah satu usaha yang dapat dilakukan untuk

DAFTAR LAMPIRAN. Lampiran 1. Hasil analisis proksimat bahan pakan No Bahan Protein (%)

Faktor-faktor yang Mempengaruhi lingkungan Usaha Peternakan. Faktor Lingkungan Makro. Faktor Lingkungan Mikro

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini telah dilaksanakan di Kandang Peternakan Koperasi PT Gunung

PEMBAHASAN. 4.1 Pengaruh Perlakuan Terhadap Konsumsi Ransum Ayam Broiler

RESPONS FISIOLOGIS DOMBA LOKAL DENGAN PERBEDAAN WAKTU PEMBERIAN PAKAN DAN PANJANG PEMOTONGAN BULU

BAHAN DAN METODE. Tabel 7 Karakteristik sapi dara No Kode ternak Umur (bulan) Lingkar dada (cm) Bobot Badan (kg) 1.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

HASIL DAN PEMBAHASAN. Konsumsi Pakan, Bobot Badan dan Mortalitas Puyuh

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. untuk penggemukan dan pembibitan sapi potong. Tahun 2003 Pusat Pembibitan dan

1. Jenis-jenis Sapi Potong. Beberapa jenis sapi yang digunakan untuk bakalan dalam usaha penggemukan sapi potong di Indonesia adalah :

III. HASIL DAN PEMBAHASAN

PENDAHULUAN. yaitu ekor menjadi ekor (BPS, 2016). Peningkatan

KAJIAN KEPUSTAKAAN. kebutuhan konsumsi bagi manusia. Sapi Friesien Holstein (FH) berasal dari

II. TINJAUAN PUSTAKA. penghasil telur juga dapat dimanfaatkan sebagai ternak penghasil daging

I. PENDAHULUAN. Permintaan masyarakat terhadap sumber protein hewani seperti daging, susu, dan

HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 2. Data Suhu Lingkungan Kandang pada Saat Pengambilan Data Tingkah Laku Suhu (ºC) Minggu

Penggunaan Tepung Limbah Kulit Kopi (Coffea arabica L) Dalam Ransum Terhadap Performans Burung Puyuh (Coturnix coturnix Javonica)

1. PENDAHULUAN. pengetahuan dan tingkat kesadaran masyarakat tentang kebutuhan gizi

HASIL DAN PEMBAHASAN. (BBPTU-HPT) Baturraden merupakan pusat pembibitan sapi perah nasional yang

I. PENDAHULUAN. Usaha peternakan broiler merupakan suatu alternatif dalam menjawab tantangan

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAHAN DAN METODE PENELITIAN

I. PENDAHULUAN. Secara umum, ternak dikenal sebagai penghasil bahan pangan sumber protein

MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Materi Ternak Peralatan Prosedur

HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Gambar 9. Pola penyusunan acak

PENDAHULUAN. potensi besar dalam memenuhi kebutuhan protein hewani bagi manusia, dan

Jurnal Zootek ( Zootrek Journal ) Vol. 35 No. 2 : (Juli 2015) ISSN

BAB III MATERI DAN METODE. pollard) terhadap respon fisiologi kelinci NZW betina dilaksanakan pada bulan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Domba Ekor Gemuk. Domba Lokal memiliki bobot badan antara kg pada

HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Penelitian

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Penelitian

HASIL DA PEMBAHASA. Konsumsi Bahan Kering Ransum

II. TINJAUAN PUSTAKA. Sapi potong merupakan sapi yang dipelihara dengan tujuan utama sebagai

HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 3. Suhu Kandang Selama Lima Minggu Penelitian Pengukuran Suhu ( o C) Pagi Siang Sore 28-32

HASIL DAN PEMBAHASAN. Keadaan Umum Penelitian

I PENDAHULUAN. Ternak itik mulai diminati oleh masyarakat terutama di Indonesia. Karena,

POKOK BAHASAN IX IX. PENGGUNAAN ENERGI MEKANIK PADA TERNAK KERJA. Mengetahui proses metabolisme dan dinamika fisiologi pada ternak kerja

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. lokal (Bos sundaicus), sapi Zebu (Bos indicus) dan sapi Eropa (Bos taurus). Sapi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. mampu beradaptasi dengan pakan dan lingkungan yang kurang baik (Priyanto et

I. PENDAHULUAN. Sektor peternakan sangat penting dalam memenuhi kebutuhan gizi. Sumber daya

I. PENDAHULUAN. Kebutuhan daging sapi setiap tahun selalu meningkat, sementara itu pemenuhan

MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu. Materi

MATERI DAN METODE. Materi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Organisasi merupakan suatu gabungan dari orang-orang yang bekerja sama

PENGARUH NAUNGAN TERHADAP RESPONS TERMOREGULASI DAN PRODUKTIVITAS KAMBING PERANAKAN ETTAWA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kambing Boer berasal dari Afrika Selatan, yang merupakan hasil persilangan

TERNAK KAMBING 1. PENDAHULUAN 2. BIBIT

MATERI DAN METODE. Waktu dan Lokasi. Materi

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Bulan Februari 230 Sumber : Balai Dinas Pertanian, Kota Salatiga, Prov. Jawa Tengah.

HASIL DAN PEMBAHASAN. dan pengembangan perbibitan ternak domba di Jawa Barat. Eksistensi UPTD

BAHAN DAN METODE PENELITIAN

I. PENDAHULUAN. Peternakan di Indonesia setiap tahunnya mengalami peningkatan, sehingga

HASIL DAN PEMBAHASAN. Kondisi Lingkungan Mikro Lokasi Penelitian

I. PENDAHULUAN. Broiler adalah ayam yang memiliki karakteristik ekonomis, memiliki

HASIL DAN PEMBAHASAN

Strategi Peningkatan Produktivitas Sapi Bali Penggemukan Melalui Perbaikan Pakan Berbasis Sumberdaya Lokal di Pulau Timor

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN. Kondisi Umum Penelitian

INTENSIFIKASI TERNAK AYAM BURAS

II. TINJAUAN PUSTAKA. jantan dengan kambing Peranakan Etawa betina (Cahyono, 1999). Kambing

PENDAHULUAN. percobaan, penghasil bulu, pupuk kandang, kulit maupun hias (fancy) dan

PENGARUH PEMBERIAN BIO URIN SAPI TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL KEDELAI (Glycine max (L.) Merrill).

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Pengaruh Perlakuan Terhadap Jumlah Sel Darah Merah. dapat digunakan untuk menilai kondisi kesehatan ternak.

KONVERSI SAMPAH ORGANIK MENJADI SILASE PAKAN KOMPLIT DENGAN PENGGUNAAN TEKNOLOGI FERMENTASI DAN SUPLEMENTASI PROBIOTIK TERHADAP PERTUMBUHAN SAPI BALI

MENGENAL SECARA SEDERHANA TERNAK AYAM BURAS

TEKNIK PENGOLAHAN UMB (Urea Molases Blok) UNTUK TERNAK RUMINANSIA Catur Prasetiyono LOKA PENGKAJIAN TEKNOLOGI PERTANIAN KEPRI

PEMBERIAN PAKAN PADA PENGGEMUKAN SAPI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. persilangan antara sapi Jawa dengan sapi Bali (Rokhana, 2008). Sapi Madura

BAB I PENDAHULUAN. Lingkungan kerja adalah segala sesuatu yang ada disekitar pekerja dan yang

PENDAHULUAN. Latar Belakang. sudah melekat dengan masyarakat, ayam kampung juga dikenal dengan sebutan

MATERI DAN METODE. Materi

BAB III MATERI DAN METODE. berbeda dilaksanakan mulai bulan Maret sampai Agustus 2016 di kandang domba

disusun oleh: Willyan Djaja

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pertumbuhan cepat, kulit putih dan bulu merapat ke tubuh (Suprijatna et al., 2005).

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Domba Ekor Gemuk yang secara turun-temurun dikembangkan masyarakat di

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan dan perkembangan ayam broiler sangat dipengaruhi oleh

II. TINJAUAN PUSTAKA. ayam yang umumnya dikenal dikalangan peternak, yaitu ayam tipe ringan

MATERI DAN METODE. Gambar 4. Ternak Kerbau yang Digunakan Dalam Penelitian

Transkripsi:

JURNAL PETERNAKAN VOLUME : 01 NO : 02 TAHUN 17 E-ISSN. 2599-1736 36 Penambahan Putih Telur Pada Mineral Blok Dengan Level Yang Berbeda Terhadap Respons Fisiologis Domba Lokal Jantan Lepas Sapih Jungjungan 1, Aisyah Nurmi 2, Mukhlis Hasibuan 3 1 Alumni Fakultas Peternakan Program Studi Peternakan Universitas Muhammadiyah Tapanuli Selatan, e-mail : jungjungan49@ gmail.com 2 Dosen Program Studi Peternakan Fakultas Peternakan Universitas Muhammadiyah Tapanuli Selatan, e-mail : aisyah.nurmi@um-tapsel.ac.id 3 Dosen Program Studi Agroteknologi Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah Tapanuli Selatan, e-mail : mukhlis@um-tapsel.ac.id Abstrak Keberhasilan peningkatan populasi domba salah satunya dipengaruhi oleh faktor pakan. Pakan yang umum diberikan berupa hijauan, tetapi pada saat hijauan berkurang maka perlu dilakukan pengolahan pakan yang bermutu dan mempunyai harga yang tidak terlalu mahal serta dilakukan penambahan makanan yang bernilai tinggi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh penambahan putih telur pada mineral blok dengan level yang berbeda terhadap respons fisiologis domba lokal jantan lepas sapih. Penelitian ini menggunakan empat ekor domba lokal jantan lepas sapih, dengan empat perlakuan, empat periode.perlakuan yang diujikan adalah : P0 (Mineral Blok tanpa putih telur), P1 (Mineral Blok dengan 2% Putih Telur), P2 (Mineral Blok dengan 4% Putih Telur), P3 (Mineral Blok dengan 6% Putih Telur). Rancangan yang digunakan adalah rancangan bujur sangkar latin (RBSL). Parameter yang diamati adalah respons fisiologis domba lokal jantan lepas sapih (suhu rektal, laju respirasi, laju denyut jantung). Suplementasi mineral blok dengan penambahan putih telur cukup baik dalam pertumbuhan dan perkembangan domba tersebut, tetapi dalam proses respirasinya kurang baik karena belum mengetahui kecocokan pemberian mineral blok dengan suhu lingkungan dalam pemberian mineral blok sesuai levelnya. Kata kunci : Domba lokal jantan lepas sapih, putih telur, mineral blok. PENDAHULUAN Usaha ternak domba yang efisien dan ekonomis bisa terwujud bila tuntutan hidup domba terpenuhi dengan biaya yang murah. Salah satu tuntutan hidup domba yang utama adalah memenuhi kebutuhan kualitas dan jumlah pakan yang memadai. Nutrisi yang terkandung dalam pakan dan masuk ke dalam tubuh domba dapat digunakan untuk mendukung berfungsinya organ fisiologis dalam rangkaian proses pertumbuhan/perkembangan, reproduksi, dan aktifitas biologis lainnya. Mineral blok merupakan suplemen yang sangat baik untuk memenuhi kebutuhan kambing/domba/sapi/kerbau akan berbagai macam mineral yang tidak dapat dipenuhi dari pakan. Upaya pencegahan dapat dilakukan dengan menghindari pemberian pakan hanya berupa rumput muda, tetapi harus dicampur dengan bahan lain seperti leguminousa dan padi-padian. Bisa juga dengan memberikan garam mineral seperti garam mineral blok guna memenuhi kebutuhan mineral termasuk magnesium (MT Farm dan Harianto, 12). Mineral blok juga bermanfaat sebagai bahan enzim, hormon dan substansi lainnya yang diperlukan dalam proses metabolisme. Berdasarkan uraian diatas dilakukan penelitian penambahan putih telur pada mineral blok dengan level yang berbeda terhadap respons fisiologis domba lokal jantan lepas sapih.

JURNAL PETERNAKAN VOLUME : 01 NO : 02 TAHUN 17 E-ISSN. 2599-1736 37 METODE PENELITIAN Bahan pembuatan lima kg mineral blok. 1. Mineral B12 (%) 2. Garam dapur halus (%) 3. Semen (%) 4. Putih telur,sesuai perlakuan (0%, 2%, 4%, 6%) 5. Dedak halus (%) 6. Air secukupnya (biasanya 30%xbahan mineral blok Tabel 1. Susunan pembuatan lima kg mineral blok No 1 2 3 4 5 BAHAN Mineral B12 Garam Semen Putih telur Dedak halus P0 % 0 PERLAKUAN P1 P2 % % 8 2 6 4 P3 % 4 6 Total 0 0 0 0 Penelitian ini telah dilaksanakan selama dua bulan yaitu dari tanggal 09 Februari dan selesai tanggal 06 April 17 di Kandang Aneka Ternak Mix Farming Experience (MFE) Fakultas Peternakan Universitas Muhammadiyah Tapanuli Selatan Padangsidimpua. Ternak yang digunakan dalam penelitian ini adalah ternak domba lokal jantan lepas sapih sebanyak empat ekor berumur lima sampai bulan dengan berat sekitar 30 kg. Pakan yang digunakan berupa rumput liar (rumput lapang), dan penambahan putih telur pada mineral blok sesuai perlakuan. Kandang domba yang digunakan merupakan kandang individual dengan sistem panggung berukuran 75 x0 cm untuk tiap satu ekor. Kandang ini dilengkapi dengan tempat pakan hijauan dan tempat air minum yang digunakan adalah baskom. HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Lingkungan Penelitian Lingkungan merupakan salah satu faktor penting yang mempengaruhi pertumbuhan domba melalui udaranya yang segar dan keadaan lingkungannya yang tenang, dekat dengan sumber air dan pakan ternak. Dengan keadaan lingkungannya yang fluktuatif selama penelitian yaitu pada bulan Februari sampai April 17 suhu lingkungan rata-rata 24 0 C dan kelembaban 83 0 C, kemudian rata-rata pada curah hujan 00-00 mm/tahun (BPJS Cabang Padangsidimpuan). Adapun ancaman lingkungan pada jenis usaha peternakan adalah perubahan mendadak yang tidak diramalkan sebelumnya dari faktor makro, sehingga status kelayakan suatu usaha yang sebelumnya baik, menjadi terancam ke dalam keadaan yang tidak baik. Berman (05) menyatakan bahwa suhu lingkungan sangat berpengaruh terhadap keberlangsungan hidup ternek. Kenaikan suhu lingkungan mikro (sekitar kandang) sebesar 5 0 C dapat mengakibatkan perubahan yang nyata pada pola makan ternak bahkan kalau tidak dapat di kendalikan bisa menyebabkan stress. Kondisi Ternak Ternak domba yang digunakan pada penelitian yaitu ternak yang dipilih adalah domba lokal jantan lepas sapih empat ekor yang sehat dan normal (tidak cacat) dengan bobot badan awal domba I ( 26) kg; domba II (23) kg; domba III (26 ) kg; domba IV (17) kg. Domba sebelum digunakan untuk penelitian terlebih dahulu pemangkasan bulu lalu diberi obat cacing ukuran satu liter dengan dosis ml/50 kg/ berat badan, kemudian dilakukan penimbangan untuk mengetahui bobot badan awal, jadi pemberian obat cacing pada domba penelitian rata-rata 5 ml/ ekor. Pemberian pakan sesuai dengan kebutuhannya rata-rata 5 kg/ekor/sehari semalam dan pemberian perlakuan empat periode yaitu minggu pertama tidak diberikan, minggu ke dua diberikan hingga berselangseling sampai delapan minggu. Pengambilan data untuk hasil penelitian pada minggu kedua, empat, enam dan delapan.

JURNAL PETERNAKAN VOLUME : 01 NO : 02 TAHUN 17 E-ISSN. 2599-1736 38 Respons Fisiologis Domba Respons fisiologis merupakan suatu tanggapan atau pengaruh seekor domba terhadap berbagai faktor baik pisik, kimia maupun lingkungan sekitar, dimana rangkaian tersebut akan mempengaruhi kondisi tubuh ternak yang berkaitan dengan faktor cuaca, nutrisi dan manajemen (Awabien, 07). Kondisi fisiologis domba sebagai respons terhadap lingkungannya dapat ditunjukkan dengan nilai suhu rektal, laju respirasi, laju denyut jantung. Suhu Rektal Hasil rataan suhu rektal domba lokal dari pengamatan yang dilakukan selama penelitian dapat dilihat pada grapik di bawah ini. 39 38.8 38.6 38.4 38.2 38 37.8 38.72 38.68 38.25 38.91 38.9 38.34 38.63 38.51 38.27 P0 P1 P2 P3 38.93 38.83 38.37 pagi siang malam Dari grapik di atas dapat diketahui bahwa rataan suhu rektal domba lokal jantan lepas sapih pada pagi hari. Rataan tertinggi terletak pada perlakuan P3 (Mineral Blok dengan 6% Putih Telur) yaitu 38.37 0 C dan yang terendah terletak pada perlakuan P0 (Mineral Blok tanpa Putih Telur) yaitu 38.25 0 C dalam pemberian perlakuan dengan level yang berbeda terhadap suhu rektal domba pada pagi hari. diketahui adanya pengaruh nyata terhadap suhu rektal pada waktu pagi. Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor yaitu pakan, suhu pada waktu pagi, perlakuan yang diberikanmengandung protein sangan tinggi dan penanganan terhadap domba dengan baik. Suhu lingkungan akan mempengaruhi suhu rektal pada ternak, meningkatnya suhu lingkungan didalam kandang akan meningkatkan suhu rektal. Berdasarkan uji lanjut BNJ, dapat diketahui bahwa P3,P2 berbeda nyata dengan P1 dan P0 tetapi P2,P1 dengan P0 berbeda nyata terhadap suhu rektal domba lokal jantan lepas sapih pada pagi hari. Grapik di atas dapat diketahui bahwa rataan suhu rektal domba lokal jantan lepas sapih pada siang hari. Rataan tertinggi terletak pada perlakuan P1 (Mineral Blok dengan 2% Putih Telur) yaitu 38.90 0 Cdan yang terendah terletak pada perlakuan P2 (Mineral Blok dengan 4% Putih Telur) yaitu 38.63 0 Cdalam pemberian perlakuan dengan level yang berbeda terhadap suhu rektal domba pada siang hari. terhadap suhu rektal pada waktu siang disebabkan oleh faktor suhu didalam kandang yaitu sinar matahari yang langsung ke kandang, dapat melarutkan protein yang ada di dalam perlakuan tersebut, maka paparan suhu tersebut akan langsung direspons oleh kulit domba terjadilah penyesuaian terhadap lingkungannya. Dari hasil percobaan yang diberikan perlakuan, rataan suhu rektal yang didapat selama penelitian sebesar 38,77 0 C, sedangkan suhu normalnya adalah 22-31 0 C untuk beraktivitas dan reproduksi (Yousef, 1985). Dimana kandang tersebut tidak dapat perputaran udara karena dipengaruhi oleh dindingnya yang berlapiskan pelastik. Seperti diketahui bahwa terjadinya beban panas yang berlebihan atau cekaman panas pada ternak, karena pengaruh langsung dari radiasi matahari dan suhu lingkungan yang tinggi.kondisi ini memaksa ternak untuk meningkatkan suhu rektal, menurunkan konsumsi pakan dan meningkatkan konsumsi air. Dari grapik di atas dapat diketahui bahwa rataan suhu rektal domba lokal jantan lepas sapih pada malam hari. Rataan tertinggi terletak pada perlakuan P3 (Mineral Blok dengan 6% Putih Telur) yaitu 38.93 0 C dan yang terendah terletak pada perlakuan P2 (Mineral Blok dengan

JURNAL PETERNAKAN VOLUME : 01 NO : 02 TAHUN 17 E-ISSN. 2599-1736 39 4% Putih Telur) yaitu 38.51 0 C dalam pemberian perlakuan dengan level yang berbeda terhadap suhu rektal domba pada malam hari. terhadap suhu rektal disebabkan oleh faktor kenaikan suhu mempengaruhi putih telur dalam larutan garam dan kelembaban lingkungan didalam kandang. Bila laju pembentukan panas dalam tubuh lebih tinggi daripada laju hilangnya panas dalam tubuh maka temperature tubuh akan meningkat (Guyton dan Hall, 1997). Dari hasil percobaan diperoleh rataan suhu rektal domba lokal jantan lepas sapih yang didapat sebesar 38.76 0 C, sedangkan suhu normalnya adalah 37-39 0 C (Akoso, 1993). Maka dengan ini diduga adanya yang mempengaruhi suhu kelembaban didalam kandang dan faktor perlakuan yang diberikan sehingga domba tidak terlalu sulit untuk melepaskan panas dalam tubuhnya. Laju Respirasi Hasil rataan penambahan putih telur pada mineral blok dengan level yang berbeda terhadap laju respirasi domba lokal jantan lepas sapih dapat dilihat pada grapik di bawah ini. 50 40 30 0 50.75 45.92 26.75 51.5 50.58 26.42 46.25 43.67 41.33 40.58 30.75 pagi siang malam po p1 p2 p3 24.83 rataan laju respirasi domba lokal jantan lepas sapih pada pagi hari.rataan laju respirasi tertinggi terletak pada perlakuan P2 (Mineral Blok dengan 4% Putih Telur) yaitu 30.75kali/menit dan yang terendah terletak pada perlakuan P3 (Mineral Blok tanpa Putih Telur) yaitu 24.83 kali/menit dalam pemberian perlakuan terhadap laju respirasi domba pada pagi hari.dapat dilihat juga dari setiap perlakuan dan periode mempunyai rataan yang relative sama. Hal ini sesuai dengan penjelasan Smith dan Mengkowidjojo (1988)rata-rata frekuensi pernafasan ternak domba yang normal yaitu 15-25 hembusan nafas/menit. terhadap laju respirasi disebabkan oleh faktor lingkungan dan perlakuan yang diberikan mengandung protein tinggi dapat menyebabkan mekanisme respirasi sensitif terhadap CO2 dan tekanan darah. Frekuensi respirasi bervariasi tergantung dari besar badan, umur, aktivitas tubuh kelelahan dan penuh tidaknya rumen. Respirasi sangat mempengaruhi kebutuhan tubuh dalam keadaan tertentu, sehingga kebutuhan akan zat-zat makanan, O2 dan panas dapat terpenuhi serta zat-zat yang tidak diperlukan dibuang (Awabien, 07). rataan laju respirasi domba lokal jantan lepas sapih pada siang hari.rataan laju respirasi tertinggi terletak pada perlakuan P1 (Mineral Blok dengan 2% Putih Telur) yaitu 51.50 kali/menit dan yang terendah terletak pada perlakuan P3 (Mineral Blok dengan 6% Putih Telur) yaitu 40.58 kali/menit dalam pemberian perlakuan terhadap respirasi domba pada siang hari.dapat dilihat juga dari setiap perlakuan dan periode memiliki dua kelompok nilai rataan yang relatifsama. diketahui adanya pengaruh nyata dari perlakuan terhadap laju respirasi domba disebabkan besarnya pengaruh penambahan putih telur pada mineral blok dengan level yang berbeda terhadap domba lokal jantan lepas sapih pada siang hari. Laju respirasi digunakan sebagai indikator stres panas karena berhubungan dengan pengurangan gas CO2 pada jaringan tubuh dan masuknya O2 sebagai pembakar pakan yang akan menghasilkan panas (Marai et al. 07). Berdasarkan uji Duncan Test di atas, dapat diketahui bahwa P2,P1 berbeda nyata dengan P0 dan P3 tetapi P0,P1 dengan P3

JURNAL PETERNAKAN VOLUME : 01 NO : 02 TAHUN 17 E-ISSN. 2599-1736 40 berbeda nyata terhadap laju respirasi domba lokal jantan lepas sapih pada siang hari. Pada grapik dapat dilihat bahwa rataan laju respirasi domba lokal jantan lepas sapih pada malam hari. Rataan laju respirasi tertinggi terletak pada perlakuan P0 (Mineral Blok tanpa Putih Telur) yaitu 50.75kali/menit dan yang terendah terletak pada perlakuan P3 (Mineral Blok dengan 6% Putih Telur) yaitu 43.67 kali/menit dalam pemberian perlakuan terhadap laju respirasi domba pada malam hari.dapat dilihat juga dari setiap perlakuan dan periode memiliki dua kelompok nilai rataan yang relatif sama. diketahui adanya pengaruh nyata dari perlakuan terhadap laju respirasi domba disebabkan besarnya pengaruh penambahan putih telur pada mineral blok dengan level yang berbeda terhadap domba lokal jantan lepas sapih pada malam hari. Sistem respirasi memiliki fungsi utama untuk memasok O2 ke dalam tubuh serta membuang CO2 dari dalam tubuh (Isnaeni, 06).Respirasi meliputi semua proses baik fisik maupun kimia, dimana hewan mengadakan pertukaran gas-gas dengan lingkungan sekelilingnya, khususnya gasgas O2 dan CO2 di dalam tubuh. Berdasarkan uji Duncan Test di atas, dapat diketahui bahwa P3 berbeda nyata dengan P2dan P0 tetapi P2, P1 dengan P0, P2 berbeda nyata memiliki notasi huruf yang sama terhadap laju respirasi domba lokal jantan lepas sapih pada malam hari. Laju Denyut Jantung Hasil rataan laju denyut jantung domba lokal jantan lepas sapih dari hasil pengamatan selam penelitian dapat dilihat pada grapik dibawah ini : 90 85 80 75 70 65 55 84.33 80 79.92 69.83 86.42 86.08 66.42 86.75 77.42 77.92 70.75 70.17 pagi siang malam p0 p1 p2 p3 rataan laju denyut jantung domba lokal jantan lepas sapih pada pagi hari. Rataan laju denyut jantungtertinggi terletak pada perlakuan P2 (Mineral Blok dengan 4% Putih Telur) yaitu 70.75 kali/menit dan yang terendah terletak pada perlakuan P1 (Mineral Blok dengan 2% Putih Telur) yaitu 66.42 kali/menit dalam pemberian perlakuan terhadap denyut jantung domba pada pagi hari. Untuk kisaran denyut jantung normal yang dikemukakan (Smith dan Mengkoewidjojo, 1988) adalah antara 70-80 kali tiap menit. terhadap laju denyut jantung disebabkan oleh faktor peningkatan suhu lingkungan, mengandung protein sangat tinggi.awabien (07) menjelaskan bahwa secara umum kecepatan denyut jantung yang normal cenderung lebih besar pada hewan yang kecil dan kemudian semakin lambat denyut jantungnya dengan semakin bertambahnya ukuran hewan. rataan laju denyut jantung domba lokal jantan lepas sapih pada siang hari. Rataan laju denyut jantung tertinggi terletak pada perlakuan P0 (Mineral Blok tanpa Putih Telur) yaitu 80.00 kali/menit dan yang terendah terletak pada perlakuan P2 (Mineral Blok dengan 4% Putih Telur) yaitu 77.42 kali/menit dalam pemberian perlakuan terhadap denyut jantung domba pada siang hari. Dapat dilihat juga dari setiap perlakuan dan periode mempunyai dua kelompok nilai rataan yang relatif sama. diketahui adanya pengaruh nyata terhadap laju denyut jantung disebabkan oleh faktor suhu lingkungan yang tinggi, temperature tubuh meningkat dan perlakuan yang di berikan.hal ini menyebabkan terjadinya peningkatan laju denyut jantung pada siang hari.jantung memiliki suatu mekanisme khusus yang menjaga denyut jantung dan menjalankan potensi aksi keseluruh otot jantung untuk menimbulkan denyut jantung yang berirama.isnaeni (06) menyatakan bahwa denyut jantung dapat meningkat

JURNAL PETERNAKAN VOLUME : 01 NO : 02 TAHUN 17 E-ISSN. 2599-1736 41 hingga lebih dari dua kalinya pada saat aktif melakukan kegiatan. Berdasarkan uji BNJ di atas, dapat diketahui bahwa P3,P2 berbeda nyata dengan P1 dan P0 tetapi P1,P2 dengan P0 berbeda nyata terhadap laju denyut jantung domba lokal janta lepas sapih pada siang hari. rataan laju denyut jantung domba lokal jantan lepas sapih pada malam hari dari seluruh perlakuan dan periode berkisar 85,90 kali/menit. Rataan laju denyut jantung tertinggi terletak padaperlakuan P3 (Mineral Blok dengan 6% Putih Telur) yaitu 86.75 kali/menit dan yang terendah terletak pada perlakuan P0 (Mineral Blok tanpa Putih Telur) 84.33 kali/menit dalam pemberian perlakuan terhadap denyut jantung domba pada malam hari. Dapat dilihat juga dari perlakuan dan periode mempunyai nilai rataan yang relatif sama. diketahui adanya pengaruh nyata dari perlakuan terhadap laju denyut jantung domba disebabkan besarnya pengaruh penambahan putih telur pada mineral blok dengan level yang berbeda terhadap domba lokal jantan lepas sapih. Peningkatanlaju denyut jantung yang tajam terjadi pada saat peningkatan suhu lingkungan. Laju denyut jantung merupakan refleksi utama dari proses homeostatis sirkulasi darah sepanjang status metabolisme yang umum (Marai et al. 07). Berdasarkan uji BNT di atas, dapat diketahui bahwa P3,P1 berbeda nyata dengan P0 dan P2 tetapi P0,P1 dengan P2 berbeda nyata terhadap laju denyut jantung domba lokal jantan lepas sapih pada malam hari. Rekapitulasi Hasil Penelitian Dari hasil penelitian ini, maka dapat dibuat rekapitulasi data yang dapat dilihat dari tabel dibawah ini: Tabel 4.27 Rekapitulasi hasil penelitian respons fisiologis domba lokal jantan lepas sapih Perla- Pagi Siang Malam kuan Rektal Respirasi Jantung Rektal Respirasi Jantung Rektal Respirasi Jantung P0 38.25 c 26.75 tn 69.83 tn 38.72 tn 45.92 b 80.00 c 38.68 tn 50.75 c 84.33 b P1 38.34 b 26.42 tn 66.42 tn 38.90 tn 51.50 ab 79.92 b 38.91 tn 50.58 bc 86.42 ab P2 38.27 ab 30.75 tn 70.75 tn 38.63 tn 41.33 a 77.42 ab 38.51 tn 46.25 b 86.08 c P3 38.37 a 24.83 tn 70.17 tn 38.83 tn 40.58 c 77.92 a 38.93 tn 43.67 a 86.75 a Berdasarkan tabel rekapitulasi diatas terlihat bahwa penambahan putih telur pada mineral blok dengan level yang berbeda berpengaruh nyata terhadap suhu rektal pada pagi hari, laju respirasi dan laju denyut jantung dalam pemberian perlakuan pada waktu siang hari dan malam hari.pengaruh tidak nyata terhadap laju respirasi, laju denyut jantung pada waktu pagi dan suhu rektal dalam pemberian perlakuan pada waktu siang hari dan malam hari KESIMPULAN Pemberian suplementasi putih telur pada mineral blok cukup baik dalam mengatur suhu rektal domba pada pagi hari, tapitidak terhadap rektal siang dan malam hari.pada waktu siang dan malam hari denyut jantung normal, sedangkan pagi hari denyut jantung berada diatas normal. Untuk laju respirasi siang dan malam hari normal, tapi pada pagi hari berada dibawah nomal.

JURNAL PETERNAKAN VOLUME : 01 NO : 02 TAHUN 17 E-ISSN. 2599-1736 42 DAFTAR PUSTAKA Abi Wisam M.R. 07. Pengenalan Jenisjenis Domba, Usaha Penggemukan Domba, Penerbit CV. Sinar Cemerlang Abadi. Jakarta. Abi Wisam M.R. 07. Aspek Lingkungan Hidup dan Sosial Budaya, Usaha Penggemukan Domba, Penerbit CV. Sinar Cemerlang Abadi. Jakarta. Haidary. 04. PhysiologicalResponsesof Naimey Sheep to Heat StressCallenge under Semi- Arid Environmets. International of Agriculture & Biology. 06: 307-309. Kartasudjana, R. 01. Teknik budidaya ternak. Departemen Pendidikan Nasional, Jakarta. Rukmana.07.Kebutuhan zat gizi makanan untuk ternak domba,penerbit aneka ilmu. Demak km 8,5 Semarang. Sudarmono dan Sugeng B. 11. Defenisi Pertumbuhan dan perkembangan ternak domba, Penebar Swadaya. Jakarta. Sudarmono dan Sugeng B. 11. Nutrisi dan teknik pemberian pakan ternak domba, Penebar Swadaya. Jakarta. Sudarmono dan Sugeng B. 11. Bahan pakan ternak domba,penebar Swadaya. Jakarta.