BAB I PENDAHULUAN. A.Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri. belum satu satunya. Dari berbagai alasan pengenaan pajak, kebijakan pajak di

dokumen-dokumen yang mirip
kesadaran masyarakatnya dalam mematuhi aturan-aturan yang ditentukan oleh pelayanan dan fasilitas umum maupun penyediaan biaya bagi pelaksanaan

BAB I PENDAHULUAN 1. LATAR BELAKANG PRAKTIK KERJA LAPANGAN MANDIRI. rakyat pada kas negara berdasarkan Undang-Undang (yang dapat dipaksakan)

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri. mungkin hidup tanpa adanya masyarakat. Negara adalah masyarakat yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM) Dalam rangka mewujudkan cita-cita pembangunan nasional Negara Republik

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri. ini pemungutnya dilaksakan oleh Pemerintah Pusat khususnya Depertemen

BAB I PENDAHULUAN. H. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM) Utara, oleh sebab itu mahasiswa/i diwajibkan untuk melakukan riset dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Praktik kerja Lapangan Mandiri. memperhatikan masalah pembiayaan pembangunan.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM) Seiring dengan semakin pesatnya perkembangan teknologi dan informasi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri ( PKLM ) PKLM adalah suatu kegiatan yang dilakukan mahasiswa secara mandiri yang

BAB I PENDAHULUAN. Administrasi Perpajakan dan mata kuliah yang harus dicapai oleh setiap

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG PRAKTIK KERJA LAPANGAN MANDIRI. Sebagai negara berkembang Negara Republik Indonesia tengah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM) Sebagai salah satu negara berkembang Indonesia sedang melaksanakan

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. dapat tercapinya pembangunan sarana dan prasarana yang dibutuhkan. melaksanakan kewajiban perpjakannya.setelah adanya tax reform,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri ( PKLM ) untuk mewujudkannya. Untuk menanggulangi dana yang cukup besar itu,

BAB I PENDAHULUAN. dapat mengatur keseimbangan kehidupan perekonomian dan pemanfaatan dana

BAB I PENDAHULUAN. Dimana setiap warga negara yang memenuhi syarat secara hukum, wajib untuk

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri ( PKLM ) Pembangun Nasional adalah kegiatan yang berlangsung terus-menerus dan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Praktik Kerja Lapangan Mandiri. Negara pada dasarnya adalah sebuah rumah tangga yang besar, dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM) pembangunan Nasional. Untuk itu perlu adanya peningkatan kesadaran dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM)

BAB I PENDAHULUAN. besar pula dalam menjalankan fungsi kenegaraannya.sebagai Negara yang

BAB III PEMBAHASAN 3.1 Definsi Pajak Pengertian Pajak

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG PRAKTIK KERJA LAPANGAN MANDIRI. Republik Indonesia berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar

BAB I PENDAHULUAN. anggaran dana yang besar. Dana tersebut diperoleh dari penerimaan dalam negeri dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM) sebagaimana diamanatkan dalam Undang-Undang Dasar Untuk menyukseskan

BAB I PENDAHULUAN. mengenai lingkungan kerja dan kegiatan-kegiatan suatu perkantoran khususnya di

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri. memenuhi pembangunan nasional secara merata, yang dapat meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. adalah Self Assessment System yang berarti wajib pajak diberi kepercayaan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM ) bebas yang menyeluruh (global). Negara Indonesia berusaha segiat-giatnya

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebagai salah satu negara berkembang yang masih terus

BAB I PENDAHULUAN. Politik Universitas Sumatera Utara. Karena sifatnya untuk memberikan dan belajar keahlian

BAB I PENDAHULUAN. satu-satunya. Dari berbagai alasan pengenaan pajak, kebijakan pajak di Indonesia akhir-akhir

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM) salah satu kota terbesar di Indonesia, tidak luput dari keikutsertaan dalam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM) Pajak merupakan sumber penerimaan yang paling potensial di Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM) tengah menggalakkan pembangunan disegala aspek kehidupan masyarakat,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM) (APBN) terbesar. Hal ini sesuai dengan kebijaksanaan pemerintahan yang

yang berlandaskan pada Undang-undang Dasar 1945 dan berasaskan Pancasila. baik dari segi infrastruktur maupun pada sektor pelayanan masyarakat tak

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM) Negara dalam menjalankan tugas rutin dan pembangunan Nasional

BAB IV ANALISA DATA EVALUASI DATA.47. Belawan 47. Paksa Surat Paksa.57 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan..59. B. Saran...

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM) langsung dapat membimbing kita kedalam dunia kerja nyata guna memberikan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM) pada pembangunan di masing-masing daerah. Terutama kota Medan yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri ( PKLM ) yang mampu berperan sebagai tenaga yang terampil, kritis dan siap untuk

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri. perpajakan, termasuk pemungutan pajak atau pemotongan pajak tertentu.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM) Indonesia merupakan salah satu negara berkembang yang sedang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM) Pajak merupakan sumber utama penerimaan pendapatan Negaraterbesar

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM) tujuan pembangunan tersebut. Untuk mencapai pembangunan itu maka pemerintah

BAB I PENDAHULUAN. Pajak merupakan salah satu sumber penerimaan negara yang memiliki

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri. Keberhasilan suatu bangsa dalam pembangunan nasional sangat ditentukan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM) Pada dasarnya Negara adalah sebuah rumah tangga yang besar, dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Praktek Kerja Lapangan Mandiri. mahasiswa secara mandiri yang bertujuan memberikan pengalaman praktis di

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri. Sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan yang semakin modern,

BAB II BAHAN RUJUKAN 2.1. Pajak Pengertian Pajak Rochmat Soemitro (1990;5)

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM) meningkatkan kualitas pendidikan dilingkungan kampus.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM) kehidupan masyarakat khususnya ilmu pengetahuan dan teknologi.

BAB I PENDAHULUAN. politik,perlu disadari pula bahwa mutu pendidikan bagi pelajar harus lebih

BAB I PENDAHULUAN. langsung berhubungan dengan teori keahlian yang diterima diperkuliahan. Praktik

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM) kita arah dan cara yang lebih baik dalam melakukan pekerjaan PKLM adalah

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 135 TAHUN 2000 TENTANG TATA CARA PENYITAAN DALAM RANGKA PENAGIHAN PAJAK DENGAN SURAT PAKSA

BAB II LANDASAN TEORI. Berdasarkan pasal 1 undang undang No.6 tahun 1983 tentang kententuan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri. memperhatikan masalah pembiayaan dan pembangunan.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG PRAKTEK KERJA LAPANGAN MANDIRI. Praktik Kerja Lapangan Mandiri adalah kegiatan yang dilakukan

BAB I PENDAHULUAN. H. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM) hak Negara dan hak warga Negara pembayar pajak. Hak Negara adalah untuk

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri. dimiliki Indonesia. Hasil dari kekayaan alam dan potensi lainnya itulah yang

BAB 1 PENDAHULUAN. Kondisi perkembangan negara dalam satu dekade terakhir ini menunjukkan

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 1998 TENTANG TATA CARA PENYITAAN DALAM RANGKA PENAGIHAN PAJAK DENGAN SURAT PAKSA

BAB I PENDAHULUAN. Penerimaan Negara dari sektor perpajakan merupakan sumber utama. untuk pembangunan nasional dan penyelenggaraaan pemerintahan.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri. Pelaksanaan praktek kerja lapangan mandiri ( PKLM ) merupakan salah satu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri. selalu melakukan pembangunan guna kemajuan bangsa.

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri. pihak. Seperti kita ketahui bersama Negara mempunyai tujuan untuk mewujudkan

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG PRAKTIK KERJA LAPANGAN MANDIRI. Sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan yang semakin modern,

BAB I PENDAHULUAN. memiliki sumber Pendapatan Asli Daerah (PAD) yang berasal dari hasil Pajak Daerah. Pajak

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM) Indonesia merupakan salah satu negara berkembang yang sedang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri. kualitas tersebut. Salah satunya adalah dengan melakukan kegiatan Praktik Kerja

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri. dimanfaatkan untuk melaksanakan dan meningkatkan pembangunan nasional.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri. penulis mengambil tema mengenai Pajak Daerah, khususnya Pajak Reklame.

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG PRAKTIK KERJA LAPANGAN MANDIRI. didasarkan kepada Undang-Undang Dasar 1945 Pasal 23 A.

BAB I PENDAHULUAN. Negara Republik Indonesia adalah negara hukum berdasarkan Pancasila dan

PERATURAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN SELATAN NOMOR 11 TAHUN 2015 TENTANG PENAGIHAN PAJAK DAERAH DENGAN SURAT PAKSA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 1998 TENTANG TATA CARA PENYITAAN DALAM RANGKA PENAGIHAN PAJAK DENGAN SURAT PAKSA

BAB I PENDAHULUAN. diperlukan dana untuk pembiayaan pembangunan guna mencapai tujuan yang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PROSEDUR PENAGIHAN PAJAK (II) Dosen Pengampu: Adhi Prakosa, M. Sc

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Praktek Kerja Lapangan Mandiri (PKLM)

BAB I PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri. dianggap mampu mencerminkan kerjasama nasional. Dalam hal pembiayaan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. timbal (kontraprestasi) yang langsung dapat ditunjukkan dan digunakan untuk. membayar pengeluaran umum (Mardiasmo, 2011).

Sistem pemungutan pajak dari Official Assesment System menjadi Self. administrasi di bidang perpajakan. Self Assessment System merupakan sistem

BAB II LANDASAN TEORI. Berikut ini beberapa pengertian pajak menurut beberapa ahli, salah. satunya menurut R. Santoso Brotodiharjo sebagai berikut:

BAB 1 PENDAHULUAN. (yang dapat dipaksakan) dengan tiada mendapat jasa timbal. pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan undang-undang,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri. berbagai faktor pendukung terutama stabilitas ekonomi.

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A.Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri Mendapatkan penerimaan Negara merupakan hal yang paling utama walaupun belum satu satunya. Dari berbagai alasan pengenaan pajak, kebijakan pajak di Indonesia akhir-akhir ini sebelum reformasi 1983 telah banyak terpengaruh oleh suatu keinginan untuk mencapai tujuan ekonomi dan sosial sambil meningkatkan pemerataan hukum pajak keseluruhan lapisan masyarakat. Demikian juga untuk tujuan pemulihan kehidupan ekonomi untuk bangkit dan mengentaskan diri dari krisis moneter tentu memerlukan suatu pengorbanan penerimaan pajak yang bertolak belakang dengan keinginan manambah penerimaan pajak. Sebagaimana diketahui bahwa dalam APBN yang dibuat oleh pemerintah terdapat tiga sumber penerimaan yang menjadi pokok andalan yaitu: a. Penerimaan dari sektor Pajak b. Penerimaan dari sektor Migas c. Penerimaan dari sektor bukan Pajak Dari ketiga sumber penerimaan diatas penerimaan dari sektor pajak ternyata merupakan salah satu sumber penerimaan yang paling besar. Dari tahun ketahun kita

dapat melihat bahwa penerimaan dari sektor pajak ini terus meningkat dan memberi andilyang besar bagi penerimaan Negara. Penerimaan dari sektor pajak sering dikatakan primadona dalam membiayai pembangunan nasional (Soemitro : 2004). Sedangkan dari sektor Migas, yang dahulu menjadi andalan penerimaan Negara, sekarang ini sudah tidak bisa diandalkan lagi sebagai sumber keuangan Negara yang terus menerus, karena sifatnya yang tidak dapat di perbaharui. Penerimaan pada sewaktu waktu dapat habis, sedangkan dari pajak selalu dapat diperbaharui, yaitu sesuai dengan perkembangan ekonomi dan masyarakat itu sendiri. Di Kantor Pelayanan Pajak Lubuk Pakam saja masih terdapat wajib pajak yang belum melaksanakan pelunasan pajak terutangnya. Dari catatan yang disajikan Kantor Pelayanan Pajak Lubuk Pakam masih terdapat beberapa wajib pajak yang masih dalam sengketa perpajakan, salah satunya adalah penyitaan barang-barang wajib pajak. Dalam melakukan penyitaan terkadang petugas mengalami kesulitan dengan wajib pajak yang tidak menerima atas barang-barangnya yang akan disita oleh juru sita pajak, sehingga terjadi upaya hukum yang tidak sesuai dengan penyelesaian sengketa pajak. Maka itu diperlukan peningkatan kewaspadaan terhadap pelanggaranpelanggaran yang dilakukan oleh wajib pajak, seperti menghilangkan, mengalihkan dan atau menyembunyikan barang-barang yang akan disita. Maka dari itu tugas akhir ini akan menganalisa pelaksanaan penyitaan terhadap barang sitaan sesuai dengan prosedur ketentuan perundang-undangan.

Menjelaskan batasan-batasan juru sita pajak dalam melakukan tugasnya, sehingga tugas akhir ini diberi judul Proses Pelaksanaan Penyitaan Yang Dilakukan Oleh Juru Sita Pajak Pada Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Lubuk Pakam. B. Tujuan dan Manfaat Praktik Kerja Lapangan Mandiri 1. Tujuan PKLM Adapun tujuan PKLM untuk: 1.1 Untuk mengetahui kendala-kendala yang terjadi dalam proses penyitaan. 1.2 Agar mahasiswa Program Studi Diploma III Administrasi Perpajakan dan masyarakat umum dapat mengerti dan memahami dari sistem penyitaan atas barang-barang sitaan milik wajib pajak atau penaggung pajak. 1.3 Agar dapat mengetahui prosedur pelaksanaan penyitaan, sehingga wajib pajak terhindar dari kekecewaan. 1.4 Untuk mengetahui tentang kendala-kendala yang terjadi dalam proses penagihan pajak. 2. Manfaat PKLM 2.1 Bagi Mahasiswa: a. Untuk pengembangan ilmu pengetahuan dan wawasan khususnya mengenai proses pelaksanaan penyitaan. b. Memberikan bekal pengalaman kerja kepada setiap mahasiswa.

c. Guna mendorong mahasiswa untuk belajar mengetahui situasi dunia kerja dan menjadikan mahasiswa sebagai tenaga ahli dalam bidang perpajakan. d. Untuk menciptakan dan menumbuh kembangkan rasa tanggung jawab, profesionalisme serta kedisiplinan dalam dunia kerja e. Secara akademis penelitian ini diharapkan menambah pengetahuan dan wawasan mahasiswa tentang ilmu perpajakan f. Meningkatkan keterampilan, menambah wawasan dan pengetahuan mahasiswa dalam pekerjaan kantoran khususnya bidang administrasi perpajakan. g. Menyiapkan mahasiswa sebagai tenaga kerja baru yang terampil dan profesional dalam menghadapi dunia tenaga kerja. 2.2 Bagi Program Studi Diploma III Administrasi Perpajakan Fakultas Ilmu Sosial dan Politik : a. Untuk meningkatkan hubungan antara khususnya Program Diploma III dengan instansi pemerintahan dalam hal ini Kantor Pelayanan Pajak. b. Agar universitas dapat lebih berperan dalam menyelesaikan kegiatan pendidikan sesuai dengan peraturan-peraturan yang sekarang diterapkan. c. Guna meningkatkan mutu Sumber Daya Manusia dan profesionalisme, memperluas wawasan serta memantapkan pengetahuan dan keterampilan mahasiswa dalam menerapkan ilmunya khususnya dalam bidang perpajakan.

d. Membuka interaksi antara Program Studi Diploma III Administrasi Perpajakan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik dengan Kantor Pelayanan Pajak Pratama yang bersangkutan dalam memberikan uji nyata praktik kerja. e. Mempertinggi pandangan masyarakat terhadap Sumber Daya Manusia yang dihasilkan dari lembaga pendidikan nasional khususnya Universitas Sumatera Utara dengan persepsi umum. f. Memberikan uji nyata atas disiplin ilmu yang telah diterapkan. 2.3 Bagi Instansi/Kantor Pelayanan Pajak a. Sebagai sarana untuk menarik tenaga kerja yaitu untuk melihat kemampuan mahasiswa yang bersangkutan dengan tanggung jawab dan kerjasama yang baik. b. Instansi dapat melihat dimana perkembangan ilmu pengetahuan yang sekarang diterapkan. c. Sebagai sarana untuk mempererat hubungan yang positif antara Kantor Pelayanan Pajak Pratama Lubuk Pakam dengan lembaga pendidikan khususnya Program Studi Diploma III Administrasi Perpajakan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara. d. Mendorong pemunculan ide ide dan pemikiran baru. e. Mempromosikan citra aparat pajak yang baik kepada masyarakat.

C. Uraian Teoritis a. Pengertian Pajak Pajak merupakan sumber penerimaan Negara yang sangat penting, disamping minyak dan bumi. Hal ini dapat di lihat dari Anggaran Pendapatan Belanja Negara (APBN). Bahwa setiap tahun, pajak merupakan sumber penghasilan yang besar bagi pemerintah. Banyak ahli di bidang perpajakan yang memberikan pengertian atau definisi yang berbeda - beda mengenai perpajakan, namun demikian definisi tersebut mempunyai inti atau tujuan yang sama. Menurut Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2007 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan (UU KUP) adalah kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang- Undang, dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan negara bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat. Sedangkan menurut Prof Dr. Rochmat Soemitro S.H. pajak adalah iuran rakyat kepada kas negara (peralihan kekayaan dari kas rakyat ke sektor pemerintah berdasarkan Undang-Undang), dapat dipaksakan dengan tiada mendapat jasa timbal balik (kontraprestasi) yang langsung dapat ditunjukkan dan digunakan untuk membiayai penegeluaran umum (Waluyo,2009,2).

b. Pembagian dan Penggolongan Pajak Pajak dapat dibagi menjadi tiga yaitu : a. Menurut golongannya. 1. Pajak langsung adalah pajak yang harus dipikul sendiri oleh wajib pajak dan tidak dapat dibebankan oleh orang lain. Contoh : Pajak Penghasilan (PPh). 2. Pajak tidak langsung adalah pajak yang pembebanannya dapat di limpahkan kepihak lain. Contoh : Pajak Pertambahan Nilai (PPn). b. Menurut sifat 1. Pajak Subyektif adalah pajak yang berpangkal atau berdasarkan pada subyeknya dalam arti memperhatikan keadaan diri wajib pajak yang bersangkutan. Contoh : Pajak Penghasilan ( PPh). 2. Pajak Obyektif adalah pajak yang berpangkal pada obyeknya, tanpa memperhatikan keadaan diri wajib pajak yang bersangkutan. Contoh : PPn, PPn BM, dan PBB. c. Menurut Lembaga Pemungutnya

1. Pajak Pusat adalah pajak yang dipungut oleh pemerintah pusat dan digunakan untuk membiayai rumah tangga negara. Contoh : Pajak Penghasilan (PPh ) 2. Pajak Daerah adalah pajak yang dipungut oleh pemerintah daerah dan digunakan untuk rumah tangga daerah. Contoh : Pajak Reklame, Pajak Hiburan. c. Sistem Pemungutan Pajak Sistem Pemungutan Pajak dapat dibagi menjadi : a. Official Assessment System Sistem ini merupakan sistem pemungutan pajak yang memberi wewenang Kepada pemerintah (fiskus) untuk menentukan besarnya pajak yang terutang. Ciri Ciri Official Assessment System : 1. Wewenang untuk rnenentukan besarnya pajak terutang berada pada fiskus. 2. Wajib Pajak bersifat pasif. b. Self Assessment System. Sistem ini merupakan system pemungutan pajak yang memberi wewenang kepercayaan, tanggung jawab kepada wajib pajak untuk memperhitungkan, membayar, dan melaporkan sendiri besarnya pajak yang harus dibayar.

c. Witholding System Sistem ini merupakan sistem pemungutan pajak yang memberi wewenang kepada pihak ketiga untuk memotong atau memungut besarnya pajak tehutang oleh wajib pajak. d. Pengertian Penyitaan Penyitaan dilakukan berdasarkan Surat Perintah Melaksanakan Penyitaan jika Penanggung Pajak tidak melunasi utang pajak setelah lewat 2 x 24 jam setelah surat pajak diberitahukan (Early Suandy,2008,181). 1. Memperlihatkan kartu tanda Pengenal Juru Sita Pajak; 2. Memperlihatkan Surat Perintah Melaksanakan Penyitaan; dan 3. Memberitahukan tentang maksud dan tujuan penyitaan. Penyitaan dilaksanakan oleh Juru Sita Pajak dengan disaksikan oleh sekurangkurangnya 2 (dua) orang yang telah dewasa, penduduk Indonesia, dikenal oleh Juru Sita Pajak, dan dapat dipercaya. Setiap penyitaan Juru Sita Pajak membuat Berita Acara Pelaksanaan Sita, ditandatangani oleh Juru Sita Pajak, Penanggung Pajak, dan saksi. Dalam hal penanggung pajak adalah badan, maka Berita Acara Pelaksanaan Sita ditandatangani oleh pengurus, kepala perwakilan, kepala perwakilan, kepala cabang, penanggung jawab, pemilik modal, atau pegawai tetap perusahaan. Salinan

Berita Acara Pelaksanaan Sita ditempelkan pada barang yang disita atau barang yang disita berada di tempat umum. Atas barang yang disita ditempel segel pita. Selain itu Salinan Berita Acara Pelaksanaan Sita disampaikan kepada: 1. Penangung pajak; 2. Polisi, untuk barang bergerak yang kepemilkannya terdaftar; 3. Badan Pertanahan Nasional, untuk tanah yang kepemilikannya sudah terdaftar; 4. Pemerintah Daerah dan Pengadilan Negeri setempat, untuk tanah yang kepemilikannya belum terdaftar; 5. Dirjen Perhubungan atau Laut, untuk kapal. Dalam pelaksanaan penyitaan untuk tujuan penagihan pajak terdapat barang bergerak milik Penanggung Pajak yang dikecualikan dari penyitaan sebagai berikut: 1. Pakaian dan tempat tidur beserta perlengkapannya yang digunakan oleh Penanggung Pajak dan keluarga yang menjadi tanggungannya; 2. Persediaan makanan dan minuman untuk keperluan satu bulan beserta peralatan memasak yang berada di rumah; 3. Perlengkapan Penanggung Pajak yang bersifat dinas yang dipeoleh dari negara;

4. Buku-buku yang bertalian dengan jabatan atau pekerjaan Penanggung Pajak dan alat-alat yang dipergunakan untuk pendidikan, kebudayaan, dan keilmuan; 5. Peralatan dalam keadaan jalan yang masih digunakan untuk melaksanakan pekerjaan atau usaha sehari-hari dengan jumlah seluruhnya tidak lebih dari Rp.20.000.000,00 (dua puluh juta rupiah); atau 6. Peralatan penyandang cacat yang digunakan oleh Penanggung Pajak dan keluarga yang menjadi tanggungannya. (Sumber: Pasal 15 UU 19 Tahun 2000 tentang Penagihan Pajak dengan Surat Paksa). Penyitaan dilaksanakan sampai dengan nilai barang yang disita diperkirakan cukup untuk melunasi utang pajak dan biaya penagihan pajak. Hal lainnya yang dapat disita diatur dengan peraturan pemerintah. Pencabutan sita dilaksanakan apabila penanggung pajak telah melunasi biaya penagihan dan utang pajak atau berdasarkan putusan pengadilan atau putusan Badan Peradilan Pajak atau ditetapkan lain dengan Keputusan Menteri Keuangan atau Keputusan Kepala Daerah. D. Ruang Lingkup Praktik Kerja Lapangan Mandiri Penagihan pajak adalah serangkaian tindakan agar penanggung jawab melunasi utang pajaknya dan biaya penagihan pajak dengan menegur atau meningkatkan, melaksanakan penagihan seketika dan sekaligus, memberitahukan

surat paksa, mengusulkan pencegahan, melaksanakan penyanderaan, dan menjual barang yang telah disita. Penjualan barang yang telah disita biasanya dilakukan melalui pelelangan, kecuali untuk asset-aset sitaan berupa uang tunai, deposito berjangka, tabungan, saldo rekening Koran, obligasi, saham, atau surat berharga lainnya, piutang dan penyertaan modal pada perusahaan lain. Dalam tugas akhir ini ruang lingkup yang akan dibahas penulis adalah: 1. Pengertian dari penyitaan menurut Undang-Undang No 19/2000 Tentang Penagihan Pajak dengan Surat Paksa 2. Jenis barang yang dapat disita atau tidak dapat disita oleh pihak fiskus atau aparatur pajak melalui juru sita pajak. 3. Tugas dan fungsi juru sita pajak. 4. Prosedur penyitaan sesuai undang-undang pajak yang berlaku. E. Metode PKLM a. Tahap Persiapan Yaitu kegiatan yang dilakukan oleh mahasiswa/i sebelum terjun langsung melakukan PKLM, yaitu: 1. Pemilihan objek PKLM. 2. Pemilihan lokasi PKLM.

3. Pengajuan proposal tentang judul yang akan diajukan kepada Program Studi Diploma III Administrasi Perpajakan. b. Studi Literatur Yaitu kegiatan studi mencari data-data serta informasi-informasi dengan membaca landasan teori, menelaah buku-buku literature, Peraturan Per Undangundangan Perpajakan, Peraturan Pemerintah, Surat Edaran Diretorat Jendral Pajak, Keputusan Menteri Keuangan, informasi dari majalah, surat kabar, catatan-catatan, maupun bahasa yang tertulis yang berhubungan secara langsung dengan kegiatan PKLM. c. Studi Observasi Lapangan Yaitu kegiatan studi untuk mencari data-data serta informasi-informasi dengan mengikuti PKLM pada Kantor Pelayanan Pajak serta mempelajari laporanlaporan yang berhubungan dengan masalah yang akan di bahas. d. Pengumpulan Data Yaitu kegiatan studi yang dilakukan untuk mencari: 1.Data Primer - Wawancara - Pengamatan 2. Data Skunder - Studi Kepustakaan

- Dokumentasi e. Analisis dan Evaluasi Yaitu kegiatan studi yang dilakukan dengan cara menganalisa permasalahan dan kendala yang dihadapi dan mencari tahu atau menanyakan solusi atau jalan keluar yang terbaik untuk memecahkan permasalahan yang timbul di Kantor Pelayanan Pajak. F. Metode Pengumpulan Data a.metode Interview (wawancara) Yaitu kegiatan mengumpulkan dan mencari data dengan melakukan wawancara dan mengajukan pertanyaan kepada pegawai instansi yang berkompeten dan menambah objektif yang berkaitan dengan kebutuhan untuk melengkapi laporan PKLM. b.metode Observasi (pengamatan) Yaitu kegiatan mengumpulkan dan mencari data dengan cara langsung maupun tidak langsung terjun ke lapangan untuk melakukan peninjauan dengan mengamati mendengar, dan bila perlu ikut serta dalam mengerjakan tugas yang diberikan pihak instansi dengan memberikan petunjuk atau arahan terlebih dahuludengan berpedoman pada ketentuan yang berlaku pada instansi dan tidak boleh melakukan pekerjaan yang menjadi rahasia dan memiliki resiko tinggi.

c.metode Dokumentasi Yaitu kegiatan mengumpulkan dan mencari data dengan membuat daftar dokumentasi yang telah diperoleh dari instansi. G. Sistematika Penulisan Agar penulisan tugas akhir ini terarah dan sistematis, maka penulisan membatasi luas pembahasan yang terdiri dari: BAB I : PENDAHULUAN Pada bab ini penulis menjelaskan mengenai latar belakang yang menjadi dasar pemikiran dan penyusutan laporan, ruang lingkup, tujuan dan manfaat PKLM, Uraian teoritis, metodologi penelitian PKLM, metode pengumpulan data PKLM, serta sistematika penulisan. BAB II : GAMBARAN UMUM KPP LUBUK PAKAM Dalam bab ini penulis menguraikan sejarah singkat Kantor Pelayanan Pajak, struktur organisasi Kantor Pelayanan Pajak Pratama Lubuk Pakam. Dan juga menguraikan pelaksanaan PKLM meliputi jenis dan bentuk kegiatan PKLM, prosedur kerja, kendala-kendala yang dihadapi dan upaya penyelesaiannya.

BAB III : GAMBARAN UMUM PENYITAAN PAJAK Menguraikan tentang pengertian dan ketentuan-ketentuan yang diatur dalam peraturan perundang-undangan perpajakan, khususnya Pelaksanaan Penyitaan. BAB IV : ANALISA DAN EVALUASI DATA Pada bab ini penulis mengemukakan analisa data dan evaluasi terhadap data-data yang berhubungan dengan judul laporan. BAB V : KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan merupakan inti sari yang bersumber dari hasil penelitian, dan berdasarkan kesimpulan dapat dibuat rekomendasi yang berisi saran-saran yang dapat diambil sebagai tindakan untuk mengatasi masalah yang ditemukan di lokasi penelitian. DAFTAR PUSTAKA