BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Air Susu Ibu (ASI) ialah makanan pilihan utama untuk bayi (Bobak, et al., 2004, p.468). ASI merupakan salah satu makanan yang sempurna dan terbaik bagi bayi karena mengandung unsur-unsur gizi yang dibutuhkan oleh bayi untuk pertumbuhan dan perkembangan bayi yang optimal (Dinkes Jateng, 2005, p.80). Perlu diketahui, komposisi zat gizi di dalam ASI demikian sempurna untuk memenuhi kebutuhan zat gizi sesuai tahapan tumbuh kembang bayi, bahkan untuk bayi yang lahir prematur sekali pun (Ferdinand, 2005, p.20). Pemberian ASI merupakan satu-satunya jalan yang paling baik untuk mengeratkan hubungan antara ibu dan bayi, dan ini sangat dibutuhkan bagi perkembangan bayi yang normal terutama pada bulan-bulan pertama kehidupannya (Sarwono, 2007, p.259). Cakupan Angka Kematian Bayi (AKB) yang diharapkan dalam Millenium Development Goals (MDG) ke-4 tahun 2015 yaitu 17/1.000 kelahiran hidup. Dalam target indikator Indonesia Sehat 2010 AKB sebesar 40/1.000 kelahiran hidup. AKB di Provinsi Jawa Tengah tahun 2009 sebesar 10,25/1.000 kelahiran hidup, meningkat bila dibandingkan dengan tahun 2008 sebesar 9,17/1.000 kelahiran hidup. Apabila dibandingkan dengan target dalam indikator Indonesia Sehat 2010, maka AKB di Provinsi Jawa Tengah 1
2 tahun 2009 sudah melampaui target, demikian juga dibandingkan dengan cakupan yang diharapkan dalam MDG ke-4 tahun 2015 (Dinkes Jateng, 2009). Di Indonesia sekitar 8% ibu memberi ASI eksklusif kepada bayinya sampai berumur 6 bulan. Manajemen laktasi yang baik dan pemberian ASI dini meningkatkan kemungkinan 2-8 kali lebih besar untuk ibu memberi ASI eksklusif (Eman, 2008). Berdasarkan data yang diperoleh dari profil kesehatan Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa Tengah tahun 2009 menunjukkan cakupan pemberian ASI eksklusif hanya sekitar 40,21%, terjadi peningkatan dibandingkan dengan tahun 2008 sebesar 28,96%, tetapi dirasakan masih sangat rendah bila dibandingkan dengan target pencapaian ASI eksklusif tahun 2010 sebesar 80% (Dinkes Jateng, 2009). ASI mengandung banyak unsur penting yang diperlukan oleh bayi. Selain nutrien ideal dengan komposisi yang tepat dan sesuai kebutuhan bayi, ASI juga mengandung nutrien-nutrien yang perlu untuk otak bayi agar tumbuh optimal. ASI pun bermanfaat meningkatkan daya tahan tubuh bayi (Novaria & Triton, 2008, p.70). ASI ibu untuk melindungi bayi terhadap patogen yang baru atau yang sudah ada. Interaksi sistem imun ibu adalah untuk perlindungan terhadap berbagai penyakit dan merupakan manfaat terpenting untuk bayi yang mendapat ASI (Christine & Kathleen, 2005, p.443). Pemberian ASI dalam usaha menurunkan angka kematian oleh karena diare, pencegahan terhadap infeksi, pemantauan kenaikan berat badan dan stimulasi psikologis merupakan tugas pokok bagi pemantau kesehatan bayi dan anak (Sarwono, 2006, p.133).
3 Kebijakan Nasional untuk memberikan ASI eksklusif selama 6 bulan telah ditetapkan dalam SK Menteri Kesehatan No. 450/Menkes/SK/IV/2004 (Dinkes Jateng, 2005, p.103). ASI eksklusif merupakan makanan pertama dan utama serta terbaik bagi bayi segera setelah lahir, dan umumnya dapat secara tunggal memenuhi kebutuhan bayi sampai usia 6 bulan (Ferdinand, 2008, p.20). Bayi seharusnya hanya minum ASI, tidak minum cairan lain atau makan makanan apapun untuk 6 bulan pertama (Susan & Fiona, 2008, p.363). Agar ASI mengandung semua zat gizi yang diperlukan tubuh si kecil selama masa pemberian ASI eksklusif enam bulan, maka ibu harus mengonsumsi makanan bergizi seimbang setiap hari (Ferdinand, 2008, p.23). Upaya-upaya yang telah dilaksanakan dalam rangka meningkatkan cakupan pemberian ASI eksklusif tetap berpedoman pada Sepuluh Langkah Menuju Keberhasilan Menyusui (Dinkes Jateng, 2009, p.104). Setiap makhluk hidup akan berkembang sesuai dengan tingkat kebutuhannya. Pertumbuhan dan perkembangan manusia mengikuti pola yang bersifat umum, tetapi irama dan alur perkembangan bersifat individual. Irama pertumbuhan dan perkembangan menyangkut urutan dari kemampuan spesifik seseorang termasuk sikap dalam menerima perubahan tersebut, sedangkan tempo perkembangan menyangkut waktu atau satuan waktu untuk memperoleh perubahan. Dalam kehidupan anak, ada dua proses yang beroperasi secara kontinu, yaitu pertumbuhan dan perkembangan. Kedua proses itu berlangsung secara interdependen, saling bergantung satu sama lainnya, dan tidak bisa dipisahkan dalam bentuk-bentuk yang murni berdiri
4 sendiri-sendiri, akan tetapi bisa dibedakan agar lebih mudah memahaminya (Herawati, 2009, p.24). Aspek tumbuh kembang pada anak dewasa ini adalah salah satu aspek yang diperhatikan secara serius oleh para pakar, karena hal tersebut merupakan aspek yang menjelaskan mengenai proses pembentukan seseorang, baik secara fisik maupun psikososial (Nursalam, et al., 2005, p.31). Mengenali dan memahami tumbuh kembang anak bagi orangtua adalah sangat penting artinya demi menjaga dan mempertahankan perkembangan dan pertumbuhan anak agar bisa tumbuh cerdas, sehat, dan kuat serta mendapatkan banyak ketrampilan dalam hidupnya (Ferdinand, 2008, p.i). Ada begitu banyak stimulus yang mempengaruhi perkembangan bayi, antara lain visual, verbal, emosional, fisik, sentuhan, bau, dan rasa. Anak yang tumbuh dalam lingkungan yang dapat menstimulasi kemampuan mereka memiliki kesempatan terbaik untuk memperoleh titik awal yang bagus dalam hidup mereka (Shahnaz, 2007, p.v). Di Kabupaten Batang tahun 2009 menunjukkan cakupan pemberian ASI eksklusif sebesar 21,52% meningkat bila dibandingkan tahun 2008 sebesar 4,70%, angka ini masih di bawah Jawa Tengah (Dinkes Batang, 2009). Studi awal yang dilakukan oleh peneliti dari Seksi Gizi Dinas Kesehatan Kabupaten Batang pada tahun 2010 jumlah bayi 0-6 bulan tercatat sejumlah 6304 bayi, yang mendapat ASI eksklusif menurut kelompok umur yaitu E0 (0 bulan) 7,86%, E1 (1 bulan) 4,72%, E2 (2 bulan) 2,75%, E3 (3 bulan) 1,63%, E4 (4 bulan) 0,91%, E5 (5 bulan) 0,27% dan E6 (6 bulan)
5 0,24% sehingga cakupannya hanya sebesar 18,39%. Dari data cakupan pemberian ASI eksklusif tahun 2010 di Kabupaten Batang, di Wilayah kerja Puskesmas Pecalungan angka cakupan pemberian ASI eksklusif hanya sebesar 70,27%, padahal target Standar Pelayanan Minimal (SPM) tahun 2010 sebesar 80% (Dinkes Batang, 2010). Berdasarkan uraian di atas, peneliti tertarik untuk mengadakan penelitian tentang hubungan pemberian ASI eksklusif dengan tumbuh kembang bayi di Puskesmas Pecalungan Kecamatan Pecalungan Kabupaten Batang tahun 2011. B. Rumusan masalah Berdasarkan fenomena di atas, maka rumusan masalah dari penelitian ini adalah Adakah hubungan pemberian ASI eksklusif dengan tumbuh kembang bayi di Puskesmas Pecalungan Kecamatan Pecalungan Kabupaten Batang tahun 2011? C. Tujuan penelitian 1. Tujuan umum Untuk mengetahui hubungan pemberian ASI eksklusif dengan tumbuh kembang bayi di Puskesmas Pecalungan Kecamatan Pecalungan Kabupaten Batang tahun 2011. 2. Tujuan khusus a. Untuk mendeskripsikan pemberian ASI ekslusif pada bayi. b. Untuk mendeskripsikan pertumbuhan bayi di Puskesmas Pecalungan Kecamatan Pecalungan Kabupaten Batang.
6 c. Untuk mendeskripsikan perkembangan bayi di Puskesmas Pecalungan Kecamatan Pecalungan Kabupaten Batang. d. Untuk menganalisis hubungan pemberian ASI eksklusif dengan pertumbuhan bayi dan hubungan pemberian ASI eksklusif dengan perkembangan bayi di Puskesmas Pecalungan Kecamatan Pecalungan Kabupaten Batang. D. Manfaat penelitian 1. Bagi Puskesmas Sebagai bahan masukan agar dalam melakukan pelayanan kesehatan pada bayi dengan memantau pemberian ASI eksklusif terhadap proses pertumbuhan dan perkembangan bayi. 2. Bagi masyarakat Sumber informasi bagi masyarakat bahwa pemberian ASI eksklusif sangat bermanfaat bagi tumbuh kembang bayi. 3. Bagi institusi Dapat menambah bahan bacaan bagi mahasiswa tentang pengaruh pemberian ASI eksklusif terhadap tumbuh kembang bayi. 4. Bagi peneliti Hasil penelitian ini diharapkan dijadikan sebagai acuan untuk penelitian selanjutnya. Menambah pengetahuan peneliti dalam menerapkan ilmu metodologi penelitian yang didapat.