Prevalensi Nematoda Gastrointestinal pada Sapi Bali di Sentra Pembibitan Desa Sobangan, Mengwi, Badung

dokumen-dokumen yang mirip
Table of Contents. Articles. Editors. 1. I G. Made Krisna Erawan, Bagian Klinik Hewan, Fakultas Kedokteran Hewan, Universitas Udayana, Bali, Indonesia

Prevalensi Nematoda Gastrointestinal pada Sapi Bali yang Dipelihara Peternak di Desa Sobangan, Mengwi, Badung

Prevalensi Infeksi Cacing Nematoda Saluran Pencernaan pada Sapi Bali di Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Suwung Denpasar

Prevalensi Trematoda pada Sapi Bali yang Dipelihara Peternak di Desa Sobangan, Kecamatan Mengwi, Kabupaten Badung

Prevalensi Trematoda di Sentra Pembibitan Sapi Bali Desa Sobangan, Kecamatan Mengwi, Kabupaten Badung

METODA UJI APUNG SEBAGAI TEKNIK PEMERIKSAAN TELUR CACING NEMATODA DALAM TINJA HEWAN RUMINANSIA KECIL

HUBUNGAN MANAJEMEN PEMELIHARAAN TERHADAP KEJADIAN INFEKSI CACING NEMATODA PADA KELOMPOK TERNAK SAPI DI PETANG KECAMATAN PETANG, BADUNG SKRIPSI

Prevalensi Nematoda Gastrointestinal bibit Sapi Bali Di Nusa Penida

Table of Contents. Articles. Editors. 1. I G. Made Krisna Erawan, Bagian Klinik Hewan, Fakultas Kedokteran Hewan, Universitas Udayana, Bali, Indonesia

I. PENDAHULUAN. Pendapatan nasional per kapita tahun 2012 yakni ,07 sedangkan tahun 2013

SATUAN ACARA PERKULIHAN (SAP)

BAB I PENDAHULUAN. terkait meningkatnya konsumsi masyarakat akan daging babi. Khusus di Bali, ternak

INFESTASI PARASIT CACING NEOASCARIS VITULORUM PADA TERNAK SAPI PESISIR DI KECAMATAN LUBUK KILANGAN KOTA PADANG SKRIPSI. Oleh :

Prevalensi Penyakit Cacing Saluran Pencernaan pada Sapi Potong Peranakan Ongole (PO) dan Sapi Simental di Kecamatan Laren Kabupaten Lamongan

BAB I PENDAHULUAN. mencapai 2 triliun/tahun. (Anonim. 2014). sebagai berikut : adanya parasite, adanya sumber parasit untuk

AKURASI METODE RITCHIE DALAM MENDETEKSI INFEKSI CACING SALURAN PENCERNAAN PADA BABI

Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Airlangga ABSTRAK

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

RENCANA PEMBELAJARAN SEMESTER (RPS) Program Studi Kedokteran Hewan

Identifikasi dan Prevalensi Cacing Nematoda Saluran Pencernaan pada Anak Babi di Bali

BAB I PENDAHULUAN. Ternak babi merupakan salah satu jenis ternak yang memiliki banyak

UPAYA MENINGKATKAN PRODUKTIVITAS SAPI BALI MELALUI PENGENDALIAN PENYAKIT PARASIT DI SEKITAR SENTRA PEMBIBITAN SAPI BALI DI DESA SOBANGAN ABSTRAK

Buletin Veteriner Udayana Vol.1 No.2. :41-46 ISSN : Agustus 2009 PREVALENSI INFEKSI CACING TRICHURIS SUIS PADA BABI MUDA DI KOTA DENPASAR

BAB 2. TARGET LUARAN BAB 3. METODE PELAKSANAAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Identifikasi Ookista Isospora Spp. pada Feses Kucing di Denpasar

TINGKAT INFESTASI CACING SALURAN PENCERNAAN PADA SAPI BALI DI KECAMATAN SUKOHARJO KABUPATEN PRINGSEWU PROVINSI LAMPUNG

PENDAHULUAN. Latar Belakang. Sapi adalah ternak ruminansia yang memiliki nilai ekonomi tinggi dalam

Prevalensi Infeksi Cacing Trichuris spp. Pada Sapi Bali Berdasarkan Letak Geografis Provinsi Bali

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Sapi bali merupakan salah satu sapi lokal asli Indonesia yang tersebar

METODE LARVALCULTURE SEBAGAITEKNIKUNTUK MENGIDENTIFIKASI JENIS CACING NEMATODA SALURAN PERCERNAAN PADARUMINANSIAKECIL

Protozoa Gastrointestinal: Eimeria Auburnensis dan Eimeria Bovis Menginfeksi Sapi Bali Betina Di Nusa Penida

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Epidemiologi Helminthiasis pada Ternak Sapi di Provinsi Bali (Epidemiology of Helminthiasis in Cattle in Bali Province )

I Putu Agus Kertawirawan Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Bali Jl. By Pas Ngurah Rai, Pesanggaran-Denpasar

Kolokium: Ulil Albab - G

EFEKTIVITAS PENGGUNAAN TEMU IRENG (Curcuma aeruginosa Roxb) FERMENTASI TERHADAP INFESTASI CACING NEMATODA PADA BABI LOKAL (Sus scrofa) LEPAS SAPIH

KERAGAAN INFEKSI PARASIT GASTROINTESTINAL PADA SAPI BALI MODEL KANDANG SIMANTRI

Varla Dhewiyanty 1, Tri Rima Setyawati 1, Ari Hepi Yanti 1 1. Protobiont (2015) Vol. 4 (1) :

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. tingkat konsumsi ayam dan telur penduduk Indonesia tinggi. Menurut Badan

Prevalensi Cacing Nematoda Saluran Pencernaan pada Kambing Peranakan Ettawa di Kecamatan Siliragung, Kabupaten Banyuwangi, Jawa Timur

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Sapi Bali Sapi bali adalah sapi potong asli Indonesia yang merupakan hasil

Indonesia Medicus Veterinus Maret (2):

Prevalensi Parasit Gastrointestinal Ternak Sapi Berdasarkan Pola Pemeliharaan Di Kecamatan Indrapuri Kabupaten Aceh Besar

BAB I PENDAHULUAN. Transmitted Helminths. Jenis cacing yang sering ditemukan adalah Ascaris

Susunan Redaksi Indonesia Medicus Veterinus. Pimpinan: I Wayan Batan. Wakil Pimpinan: Muhsoni Fadli

Infestasi Cacing Hati (Fasciola sp.) dan Cacing Lambung (Paramphistomum sp.) pada Sapi Bali Dewasa di Kecamatan Tenayan Raya Kota Pekanbaru

Gambar 12 Kondisi tinja unta punuk satu memperlihatkan bentuk dan dan tekstur yang normal atau tidak diare.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

1. BAB I PENDAHULUAN

Prevalensi dan Intensitas Telur Cacing Parasit pada Feses Sapi (Bos Sp.) Rumah Potong Hewan (RPH) Kota Pontianak Kalimantan Barat

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Kejadian kecacingan masih menjadi masalah kesehatan masyarakat. Lebih

GAMBARAN KLINIS SAPI BALI YANG TERINFEKSI. CACING Fasciola spp SKRIPSI

Efektifitas Dosis Tunggal Berulang Mebendazol500 mg Terhadap Trikuriasis pada Anak-Anak Sekolah Dasar Cigadung dan Cicadas, Bandung Timur

PREVALENSI DAN JENIS TELUR CACING GASTROINTESTINAL PADA RUSA SAMBAR (Cervus unicolor) DI PENANGKARAN RUSA DESA API-API KABUPATEN PENAJAM PASER UTARA

Upaya Peningkatan Kekebalan Broiler terhadap Penyakit Koksidiosis melalui Infeksi Simultan Ookista

Prevalensi Infeksi Cacing Toxocara cati pada Kucing Lokal di Wilayah Denpasar (The Prevalence of Toxocara cati in Local Cat in Denpasar)

CONEGARAN TRIHARJO KEC. WATES 20 JANUARI 2011 (HASIL PEMERIKSAAN LABORATORIUM DESEMBER

Kata kunci : Prevalensi, infeksi cacing Toxocara canis, Anjing Kintamani Bali.

PENGENDALIAN INFEKSI CACING HATI PADA SAPI OLeh : Akram Hamidi

PENGANTAR KBM MATA KULIAH BIOMEDIK I. (Bagian Parasitologi) didik.dosen.unimus.ac.id

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif, karena hanya. Kabupaten Blora sedangkan pemeriksaan laboratorium

PEMERIKSAAN FESES PADA MANUSIA

Infeksi Cacing Nematoda Pada Usus Halus Babi di Lembah Baliem dan Pegunungan Arfak Papua

Prevalensi Infeksi Protozoa Saluran Pencernaan pada Anjing Kintamani Bali di Desa Sukawana, Kecamatan Kintamani, Kabupaten Bangli, Bali

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Soil transmitted helminths adalah cacing perut yang siklus hidup dan

BAB I PENDAHULUAN. komoditas ternak yang memiliki potensi cukup besar sebagai penghasil daging

PREVALENSI INFEKSI CACING NEMATODA PADA ULAR PYTHON RETICULATUS YANG DIPELIHARA PECINTA ULAR DI DENPASAR SKRIPSI

Gambar 2.1. Kambing yang terdapat di Desa Amplas

DERAJAT INFESTASI PARASIT NEMATODA GASTROINTESTINAL PADA SAPI DI ACEH BAGIAN TENGAH Zulfikar 1), Hambal 2) dan Razali 2) ABSTRACT

BUPATI PURBALINGGA PROVINSI JAWA TENGAH

Indonesia Medicus Veterinus Juni (3):

Cacing Parasit Saluran Pencernaan Pada Hewan Primata di Taman Satwa Kandi Kota Sawahlunto Provinsi Sumatera Barat

UJI IN VITRO EKSTRAK ETANOL BUAH NANAS (Ananas comosus (L.) Merr) TERHADAP DAYA MORTALITAS CACING GELANG BABI (Ascaris suum Goeze)

I. PENDAHULUAN. dalam meningkatkan kualitas sumber daya manusia dan pertumbuhan ekonomi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PENDAHULUAN. Latar Belakang. baik, diantaranya dalam hal pemeliharaan. Masalah kesehatan kurang

Prevalensi Kejadian Infeksi Cacing Hati (Fasciola sp) Pada Sapi Potong di Rumah Potong Pegirian Surabaya Tahun 2014

Jurnal Penelitian Peternakan Indonesia Vol. 1(1): 8-15, April 2017

Prevalensi Nematoda pada Sapi Bali di Kabupaten Manokwari

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Prevalensi Infeksi Cacing Nematoda pada Ular Python Reticulatus yang Dipelihara Pecinta Ular di Denpasar

ABSTRAK. Kata Kunci: Prevalensi, Intensitas, Tetrameres spp., Ayam Buras, Bukit Jimbaran

PREVALENSI NEMATODA USUS GOLONGAN SOIL TRANSMITTED HELMINTHES (STH) PADA PETERNAK DI LINGKUNGAN GATEP KELURAHAN AMPENAN SELATAN

Seminar Optimalisasi Hasil Samping Perkebunan Kelapa Sawit dan industri Olahannya sebagai Pakan Ternak PENGARUH PENYAKIT CACING TERHADAP PRODUKTIVITAS

PENINGKATAN PRODUKTIVITAS SAPI BALI MELALUI INTRODUKSI LIMBAH PERTANIAN dan PROBIOTIK BIO - CAS

I. PENDAHULUAN. Kecacingan adalah masalah kesehatan yang masih banyak ditemukan. Berdasarkan data dari World Health Organization (WHO), lebih dari 1,5

HUBUNGAN MANAJEMEN PEMELIHARAAN TERHADAP KEJADIAN INFEKSI CACING TREMATODA PADA TERNAK SAPI DI PETANG KECAMATAN PETANG, BADUNG SKRIPSI.

Dalam penyakit menular, jumlah kasus baru yang terjadi dalam periode waktu tertentu tergantung pada jumlah penular dalam populasi rentan dan tingkat

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Kesehatan merupakan sumber kesenangan, kenikmatan dan kebahagiaan,

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Organisasi merupakan suatu gabungan dari orang-orang yang bekerja sama

BAB I PENDAHULUAN. Bakteri Escherichia coli merupakan bakteri yang umum menghuni usus

(PREVALENCE AND IDENTIFICATION OF LOCAL HORSE (Equus caballus) DIGESTIVE NEMATODES CHANNEL IN MOYO HILIR SUBDISTRICT SUMBAWA)

an sistem pemel ubucapan TERIMA KASIH

Isolasi dan Identifikasi Oosista Koksidia dari Tanah Di Sekitar Tempat Pembuangan Sampah Di Kota Denpasar

II KAJIAN KEPUSTAKAAN. karena karakteristiknya, seperti tingkat pertumbuhan cepat dan kualitas daging cukup

Transkripsi:

Prevalensi Nematoda Gastrointestinal pada Sapi Bali di Sentra Pembibitan Desa Sobangan, Mengwi, Badung PREVALENSI NEMATODA GASTROINTESTINAL AT SAPI BALI IN SENTRA PEMBIBITAN DESA SOBANGAN, MENGWI, BADUNG Affan Nur Alamsyah 1, I Made Dwinata 2, Ida Bagus Made Oka 2 1 Mahasiswa Program Pendidikan Dokter Hewan 2 Bagian Parasitologi Fakultas Kedokteran Hewan Fakultas Kedokteran Hewan, Universitas Udayana, Jalan PB Sudirman, Denpasar, Bali; Telp/Fax: (0361) 223791 Email : affannur95@gmail.com ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui prevalensi infeksi parasit nematoda gastrointestinal sapi bali yang dipelihara di Sentra Pembibitan Sapi Bali. Sebanyak 290 sampel feses sapi betina dewasa digunakan dalam penelitian ini di Sentra Pembibitan Sapi Bali, Kecamatan Mengwi, Kabupaten Badung. Pemeriksaan feses dilakukan dengan metode konsentrasi apung. Hasil didapatkan 27 sampel (9,31%) positif terinfeksi cacing nematoda gastrointestinal. Hasil identifikasi jenis cacing nematoda yang menginfeksi sapi bali antara lain Bunostomum phlebotomum enam sampel (2,07%), Strongyloides papillosus tujuh sampel (2,41%), Trichostrongylus axei sepuluh sampel (3,45%), dan Trichuris ovis empat sampel (1,38%). Prevalensi nematoda pada Sentra Pembibitan Sapi Bali rendah. Kata kunci; Prevalensi, Nematoda, Sentra pembibitan, Sapi Bali PENDAHULUAN Sapi bali merupakan salah satu sapi lokal asli Indonesia yang penting dan telah tersebar hampir di seluruh nusantara. Sapi bali memiliki ciri khas yang berbeda dengan sapi lainnya. Sapi bali disukai oleh peternak karena mempunyai banyak keunggulan, diantaranya memiliki efisiensi reproduksi tinggi, cepat beranak, memiliki potensi sangat baik dalam menghasilkan daging dengan karkas yang cukup tinggi mencapai 46-50%. Selain itu, sapi bali juga memiliki daya adaptasi yang baik terhadap lingkungan baru, sehingga sering disebut ternak perintis (Antara dan Sweken, 2012). 80

Banyak faktor yang menjadi kendala dalam pemeliharaan sapi bali, salah satunya adalah gangguan kesehatan. Ada beberapa macam gangguan kesehatan pada sapi, diantaranya disebabkan oleh infeksi virus, bakteri, parasit, ataupun gangguan matabolisme (Bandini, 2004). Pada sapi bali, parasit merupakan salah satu penghambat gerak laju pembangunan peternakan, terutama dalam hubungannya dengan peningkatan populasi dan produksi ternak. Usaha pengendalian helminthiosis untuk menghindari kerugian yang lebih besar diperlukan suatu tindakan pencegahan dan pemberantasannya (Mustika dan Riza, 2004). Menurut Soulsby (1982) dan Levine (1994) parasit cacing yang sering menginfeksi sapi salah satunya adalah cacing kelas nematoda. Tingginya prevalensi cacing nematoda pada ruminansia dapat dipengaruhi oleh hospes, parasite,dan lingkungan ternak (Regasa dkk., 2006) Salah satu sentra pembibitan sapi bali terletak di Desa Sobangan, Kecamatan Mengwi, Kabupaten Badung, dengan adanya sentra pembibitan sapi bali diharapkan akan dapat meningkatkan kualitas dan kuantitas sapi bali. Sentra Pembibitan Sapi Bali ini merupakan sentra dengan metode pemeliharan yang intensif, bisa menjadi salah satu contoh pemeliharaan yang tepat untuk para peternak. Penulisan artikel ini bertujuan sebagai evaluasi infeksi parasit cacing nematoda yang ada di Sentra Pembibitan Sapi Bali. METODE PENELITIAN Penelitian ini menggunakan sampel 290 feses segar induk sapi bali yang dipelihara di Sentra Pembibitan Sapi Bali, kecamatan Sobangan, kabupaten Badung pada periode bulan Juli - Oktober tahun 2013. Sampel feses yang diambil setelah sapi defikasi, sebanyak 10-15 gram dimasukan ke dalam pelastik yang berisi formalin 10% dan diberi label lalu dibawa ke labotarium Fakultas Kedokteran Hewan Udayana. Pemeriksaan feses dilakukan dengan metode konsentrasi apung dan identifikasi berdasarkan morfologi dan morfometri telur cacing menurut Thienpont et al., (1986), Taylor. et al., (2007), dan Zajac et al., (2012). Data jenis telur cacing nematoda yang ditemukan dianalisis dan disajikan secara deskriptif kualitatif, 81

HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil penelitian terhadap 290 sampel tinja yang diperiksa dari sapi betina induk yang berada di Sentra Pembibitan Sapi Bali, Desa Sobangan, Kecamatan Mengwi, Kabupaten Badung, didapatkan 27 sampel (9,31%) positif terinfeksi cacing nematoda gastrointestinal (Tabel 2). Keseluruhan sampel yang diperiksa namun ditemukan telur cacing Bunostomum (1), Strongyloides (2), Thrichostrongylus Axei (3), Trichuris Ovis (4) (Tabel 1). tidak ditemukan adanya larva dan tidak terjadi diare serta tidak ditemukan adanya darah. Pada sampel tidak terdapat infeksi ganda. Berdasarkan morfologi dan morfometri jenis telur cacing yang ditemukan antara lain : 82

TABEL 1. Morfologi Dan Morfometri Jenis Telur Cacing Jenis Cacing 1 Morfologi dan Morfometri Telur Cacing Telur berbentuk lonjong berukuran sekitar 85-100 x 50-60 µm. Sesuai dengan pernyataan Thienpont et al., (1986), Taylor et al., (2007), dan Zajac et al., (2012) ukuran telur antara 79-117 x 47-70 µm teridentifikasi Bunostomum phlebotomum 2 3 4 Telur berbentuk lonjong, berdinding tipis dan berembrio berukuran sekitar sekitar 45-50 x 25-30 µm. Sesuai dengan pernyataan Thienpont et al., (1986), Taylor et al., (2007), dan Zajac et al., (2012) ukuran telur antara 40-50 x 20-42 µm teridentifikasi Strongyloides papillosus. Telur berbentuk lonjong, berselubung tipis dan telur bersegmen berukuran 85-90 x 35-45 µm. Sesuai dengan pernyataan Thienpont et al., (1986), Taylor et al., (2007), dan Zajac et al., (2012) ukuran telur antara 70-108 x 30-48 µm dengan morfologi demikian teridentifikasi Trichostrongylus axei. Telur pada kedua ujungnya ditemukan sumbat dan bentuknya seperti lemon berukuran 60-70 x 30-35 µm. Sesuai pernyataan Thienpont et al., (1986), Taylor et al., (2007), dan Zajac et al., (2012) ukuran telur 50-80 x 21-42 µm dengan morfologi demikian teridentifikasi Trichuris ovis. 83

TABEL 2. Hasil identifikasi jenis cacing nematoda gastrtointestinal yang menginfeksi sapi bali antara lain : No. Jenis Cacing Jumlah Prevalensi Positif Sampel (%) 1. Bunostomum phlebotomum 290 6 2,07% 2. Strongyloides papillosus 290 7 2,41% 3. Trichostrongylus axei 290 10 3,45% 4. Trichuris ovis 290 4 1,38% Total 290 27 9,31% PEMBAHASAN Dari hasil penelitian didapat prevalensi infeksi cacing nematoda gastrointestinal pada sapi bali di Sentra Pembibitan Sapi Bali Desa Sobangan, Kecamatan Mengwi, Kabupaten Badung didapatkan 9,31%. Terinfeksinya sapi pada Sentra Pembibitan Sapi Bali Desa Sobangan, Kecamatan Mengwi, Kabupaten Badung disebabkan karena sanitasi kandang kurang bagus, dimana tinja yang berserakan pada lantai kandang dibersihkan hanya menggunakan scop tanpa diikuti dengan penyiraman menggunakan air yang memungkinkan masih adanya tinja yang tertinggal. Tinja yang tertinggal mungkin mengandung telur, karena didukung oleh lingkungan sehingga akan berkembang menjadi telur infektif atau larva infektif. Larva infektif akan menulari sapi dengan cara menembus kulit saat sapi istirahat. Selain itu juga disebabkan karena pedet yang dilepas bisa menjadi faktor penularan infeksi cacing, karena pedet yang belum dikeluh sering terlihat masuk ke dalam tempat pakan dan minuman untuk belajar makan yang menyebabkan tercemarnya pakan atau minuman oleh telur atau larva infektif. Tinja sapi biasanya dijadikan pupuk lalu dibuang disekitar darerah kandang yang merupakan sumber pakan hijauan sapi yang berada di sentra pembibitan, sehingga tidak menutup kemungkinan tinja yang dibuang tersebut mengandung telur sehingga berkembang menjadi larva atau telur infektif akan mencemari pakan sapi. 84

Hasil diidentifikasi cacing nematoda gastrointestinal yang menginfeksi antara lain Bunostomum phlebotomum, Strongyloides papillosus, Trichostrongylus axei yang kesemuanya cara penularannya melalui larva L3 (larva infektif). Salah satu cacing yang cara penularannya melalui telur adalah Trichuris ovis, telur cacing ini memiliki daya tahan terhadap lingkungan yang sangat kuat sehingga ditemukan di berbagai tempat. Terjadinya infeksi cacing tersebut telah di jelaskan seperti yang terdahulu. Hasil penelitian ini jauh lebih rendah dibandingkan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Riza (2003) dan Yasa (2011). Riza (2003) melaporkan bahwa prevalensi infeksi cacing nematoda gastrointestinal pada sapi bali di Kecamatan Payangan, Kabupaten Gianyar adalah sebesar 22,84 %, dan Yasa (2011) melaporkan bahwa prevalensi nematoda yang menginfeksi sapi bali di Desa Petang, Kecamatan Petang, Kabupaten badung adalah 52,78 %. Perbedaan prevalensi yang didapat, disebabkan karena sistem pemeliharaan yang diterapkan, sistem pemeliharaan sapi pada sentra pembibitan sapi bali di desa Sobangan, kecamatan Mengwi, kabupaten Badung menerapkan system pemeliharaan intensif, sedangkan sapi bali yang diteliti oleh Riza dan Yasa menggunakan system pemeliharaan semi intensif. Faktor lain yang juga berpengaruh terhadap prevalensi infeksi cacing nematoda gastrointestinal, antara lain : agen penyebab, umur, jenis kelamin, breed, pakan serta manajemen pemeliharaan yang ditetapkan (Soulsby, 1982, Brotowidjoyo, 1987, Regassa et al., 2006.). SIMPULAN Prevalensi pada cacing nematoda gastrointestinal pada sapi betina yang dipelihara di Sentra Pembibitan Sapi Bali desa Sobangan, Kecamatan Mengwi, Kabupaten Badung pada bulan juli-oktober 2013 sebanyak 27 (9,31%) dari 290 sampel, dengan Bunostomum phlebotomum 6 sampel (2,07%), Strongyloides papillosus 7 sampel (2,41%), Trichostrongylus axei 10 sampel (3,45%), dan Trichuris ovis 4 sampel (1,38%). 85

SARAN Perlu dilakukan penelitian tentang infeksi parasite, selain cacing nematoda gastrointestinal, agar pada sentra pembibitan dapat dilakukan penanganan sejak dini dan kebijakan sentra lebih efektif UCAPAN TERIMA KASIH Penulis mengucapkan terima kasih utamanya kepada Sentra Pembibitan Sapi Bali desa Sobangan, kecamatan Mengwi, kabupaten Badung, telah mengizinkan penulis untuk melakukan penelitian DAFTAR PUSTAKA Antara M, Sweken P. 2012. Kelayakan usaha pembibitan sapi bali di Desa Gerokgak Kecamatan Gerokgak Kabupaten Buleleng Bali. Hal.: 74-105. Prosiding Seminar Nasional Peningkatan Produksi dan Kualitas Daging Sapi Bali Nasional. Bali, 14 September 2012. Bandini Y. 2004. Sapi Bali. Penebar Swadaya. Jakarta. Brotowidjoyo DM.1987. Parasit dan Parasitisme, Edisi Pertama. Media Sarana Press, Jakarta. Levine ND. 1994. Buku Pelajaran Parasitologi Veteriner. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press. Mustika I, Riza ZA. 2004. Peluang Pemanfaatan Jamur Nematofagus untuk Mengendalikan Nematoda Parasit pada Tanaman dan Ternak. Jurnal Litbang Pertanian, 23(4): 115. Regassa F, Sori T, Dhuguma R, Kiros Y. 2006. Epidemiology of Gastrointestinal Parasites of Ruminants in WestrenOromia, Ethiopia. Intern J Appl Res vet med. Vol.4,No.1. Riza MY. 2003. Prevalensi Cacing Nematoda Saluran Pencernaan pada Sapi Bali di Kecamatan Payangan Kabupaten Gianyar. Skripsi. Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Udayana. Denpasar. Soulsby EJL. 1982. Helmints, Antropods, and Protozoa of Domesticated Animals 7 th ed. Philadelphia, London. Bailliere Tindall. Taylor MA, Coop RL, Wall RL. 2007. Veterinary parasitology. Blackwell Publishing. Oxford, UK. Thienpont D, Rochette F, Vanparijs OF. 1986. Diagnosing Helminthiasis By Coprological Examination. Janssen Research Fondation. Beerrse, Belgium. 86

Yasa IWS. 2011. Identifikasi Cacing Nematoda Saluran Pencernaan pada Sapi Bali yang Dipelihara Di Petang,Kecamatan Petang, Badung. Denpasar. Fakultas Kedokteran Hewan Udayana. Zajac AM. 2012. Clinical Veterinary Parasitology. Eighth edition. Blackwell Publishing. Iowa. 87