KONSEP PEDOMAN SISTEM INTEG RASI SAPI DI PERKEBU NAN KELAPA SAWIT

dokumen-dokumen yang mirip
Pengembangan Wilayah Sentra Produksi tanaman, menyebabkan pemadatan lahan, serta menimbulkan serangan hama dan penyakit. Di beberapa lokasi perkebunan

Prospek dan Arah Pengembangan AGRIBISNIS KAMBING-DOMBA. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Departemen Pertanian 2005

Inovasi Ternak Dukung Swasembada Daging dan Kesejahteraan Peternak

SISTEM INTEGRASI SAPI DI PERKEBUNAN SAWIT PELUANG DAN TANTANGANNYA

RENCANA PENGEMBANGAN PETERNAKAN PADA SISTEM INTEGRASI SAWIT-SAPI DI KALIMANTAN SELATAN

KERAGAAN PENGEMBANGAN TERNAK SAPI POTONG YANG DIFASILITASI PROGRAM PENYELAMATAN SAPI BETINA PRODUKTIF DI JAWA TENGAH

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA DEPARTEMEN PERTANIAN. Kredit Usaha. Pembibitan Sapi. Pelaksanaan. Pencabutan.

Prospek dan Arah Pengembangan AGRIBISNIS SAPI. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Departemen Pertanian 2005

PEDOMAN PELAKSANAAN KREDIT USAHA PEMBIBITAN SAPI

I. PENDAHULUAN. Permintaan pangan hewani terutama daging sapi meningkat cukup besar

AGRIBISNIS KAMBING - DOMBA

BAB I PENDAHULUAN. Kemudahan ini melahirkan sisi negatif pada perkembangan komoditas pangan

I. PENDAHULUAN. Kelapa sawit merupakan komoditi utama perkebunan di Indonesia. Komoditas kelapa sawit mempunyai peran yang cukup strategis dalam

PROSPEK DAN ARAH PENGEMBANGAN AGRIBISNIS SAPI. Edisi Kedua

PENGEMBANGAN SISTEM INTEGRASI SAPI PADA KAWASAN PERKEBUNAN KELAPA SAWIT DI PROVINSI JAMBI

PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 105/Permentan/PD.300/8/2014 TENTANG

PROSPEK DAN ARAH PENGEMBANGAN AGRIBISNIS KEDELAI. Edisi Kedua. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Departemen Pertanian AGRO INOVASI

ANALISIS BIAYA PRODUKSI PENGOLAHAN PAKAN DARI LIMBAH PERKEBUNAN DAN LIMBAH AGROINDUSTRI DI KECAMATAN KERINCI KANAN KABUPATEN SIAK

I. PENDAHULUAN. kontribusi positif terhadap pertumbuhan Produk Domestik Bruto Indonesia.

POTENSI DAN PELUANG PENGEMBANGAN TERNAK SAPI DI LAHAN PERKEBUNAN SUMATERA SELATAN

BAB I. PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

POTENSI PENGEMBANGAN SISTEM INTEGRASI SAPI DAN KELAPA SAWIT RAKYAT DI PROPINSI BENGKULU. Afrizon dan Andi Ishak

AKSELERASI IMPLEMENTASI KREDIT USAHA PEMBIBITAN SAM (KUPS) UNTUK SAM PERAH

PROSPEK DAN ARAH PENGEMBANGAN AGRIBISNIS JAGUNG. Edisi Kedua. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Departemen Pertanian AGRO INOVASI

I. PENDAHULUAN. terpadu dan melanggar kaidah pelestarian lahan dan lingkungan. Eksploitasi lahan

MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA. PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 130/Permentan/SR.130/11/2014 TENTANG

Sistem Usahatani Terpadu Jagung dan Sapi di Kabupaten Takalar Provinsi Sulawesi Selatan

MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA. PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 130/Permentan/SR.130/11/2014 TENTANG

I. PENDAHULUAN. besar untuk dikembangkan, sapi ini adalah keturunan Banteng (Bos sundaicus)

I. PENDAHULUAN. Sektor pertanian memberikan kontribusi yang besar sebagai. sumber devisa negara melalui produk-produk primer perkebunan maupun

I. PENDAHULUAN. Pertanian merupakan sektor potensial yang memegang peranan penting

pengusaha mikro, kecil dan menegah, serta (c) mengkaji manfaat ekonomis dari pengolahan limbah kelapa sawit.

SUMBERDAYA INDUSTRI KELAPA SAWIT DALAM MENDUKUNG SWASEMBADA DAGING SAPI NASIONAL

PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 122/Permentan/SR.130/11/2013 TENTANG

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

I. PENDAHULUAN. meningkat, rata-rata konsumsi protein hewani penduduk Indonesia masih sangat

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR: 26/Permentan/OT.140/2/2007 TENTANG PEDOMAN PERIZINAN USAHA PERKEBUNAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Menakar Penyediaan Daging Sapi dan Kerbau di dalam Negeri Menuju Swasembada 2014

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 122/Permentan/SR.130/11/2013 TENTANG

Prospek dan Arah Pengembangan AGRIBISNIS KEDELAI. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Departemen Pertanian 2005

HASIL SAMPINGAN KELAPA SAWIT HARAPAN BESAR BAGI PENGEMBANGAN SAPI POTONG DI PROVINSI RIAU

MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA. PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 06/Permentan/SR.130/2/2011 TENTANG

Sektor pertanian memberikan kontribusi yang besar sebagai. produk hasil olahannya. Berdasarkan data triwulan yang dikeluarkan

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. pasokan sumber protein hewani terutama daging masih belum dapat mengimbangi

CUPLIKAN PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 66/Permentan/OT.140/12/2006 TENTANG

Seminar Optimalisasi Hasil Samping Perkebunan Kelapa Sawit dan Industri 0lahannya sebagai Pakan Ternak pemanfaatan sumberdaya pakan berupa limbah pert

2013, No.6 2 BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Pemerintah ini, yang dimaksud dengan: 1. Pemberdayaan Peternak adalah segala upaya yang dila

PERATURAN GUBERNUR KALIMANTAN SELATAN NOMOR 072 TAHUN 2013 TENTANG

I. PENDAHULUAN. masyarakat. Seiring dengan meningkatnya jumlah penduduk dan perbaikan taraf

GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 3 TAHUN 2010 TENTANG PUPUK BERSUBSIDI UNTUK SEKTOR PERTANIAN DI PROVINSI BALI

Keberhasilan Pembangunan Peternakan di Kabupaten Bangka Barat. dalam arti yang luas dan melalui pendekatan yang menyeluruh dan integratif dengan

BUPATI SINJAI PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN BUPATI SINJAI NOMOR 2 TAHUN 2016 TENTANG

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 505/Kpts/SR.130/12/2005 TENTANG

PENGEMBANGAN SISTEM INTEGRASI SAPI PERKEBUNAN SEBAGAI UPAYA PEMBANGUNAN PETERNAKAN SAPI MENUJU SWASEMBADA DAGING 2010

I. PENDAHULUAN. tersebut merupakan faktor pendukung keberhasilan budidaya sapi Bali (Ni am et

BUPATI BADUNG PERATURAN BUPATI BADUNG NOMOR 10 TAHUN 2010 TENTANG

BUPATI TANGGAMUS PERATURAN BUPATI TANGGAMUS NOMOR : 02 TAHUN 2014 TENTANG

BUPATI KOTAWARINGIN BARAT PERATURAN BUPATI KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 17 TAHUN 2011 TENTANG

POTENSI DAN PELUANG PENGEMBANGAN SISTEM INTEGRASI SAPI-KELAPA SAWIT DI PROVINSI BENGKULU

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

CUPLIKAN PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 42/Permentan/OT.140/09/2008 TENTANG

BUPATI GARUT PROVINSI JAWA BARAT

Samarinda, 29 Februari 2012 DIREKTORAT PERBIBITAN TERNAK DIREKTORAT JENDERAL PETERNAKAN DAN KESEHATAN HEWAN KEMENTERIAN PERTANIAN

Prospek dan Arah Pengembangan AGRIBISNIS UNGGAS. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Departemen Pertanian 2005

MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA

Prospek dan Arah Pengembangan AGRIBISNIS PADI. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Departemen Pertanian 2005

BUPATI SERUYAN PROVINSI KALIMANTAN TENGAH

I. PENDAHULUAN. Sensus Penduduk 2010 (SP 2010) yang dilaksanakan pada Mei 2010 penduduk

I. PENDAHULUAN. keanekaragaman hayati yang sangat besar (mega biodiversity) berupa sumber

I. PENDAHULUAN. yang keduanya tidak bisa dilepaskan, bahkan yang saling melengkapi.

WALIKOTA PROBOLINGGO

Seminar Oplimalisasi Hasil Samping Perkebunan Kelapa Sawit dan Industri 0lahannya sebagai Pakan Ternak 3,25 persen dan 2,89 persen seperti disajikan p

I. PENDAHULUAN. Kelapa sawit adalah salah satu komoditas non migas andalan Indonesia.

GUBERNUR KEPULAUAN BANGKA BELITUNG PERATURAN GUBERNUR KEPULAUAN BANGKA BELITUNG NOMOR 38 TAHUN 2012 TENTANG

BUPATI PENAJAM PASER UTARA

GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 93 TAHUN 2008 TENTANG

WALIKOTA TEBING TINGGI PROVINSI SUMATERA UTARA

Prospek dan Arah Pengembangan AGRIBISNIS JAGUNG. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Departemen Pertanian 2005

BAB I PENDAHULUAN. Pra Rancangan Pabrik Pembuatan Bio Oil Dengan Bahan Baku Tandan Kosong Kelapa Sawit Melalui Proses Pirolisis Cepat

GUBERNUR JAWA TENGAH PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 14 TAHUN 2011

PANDUAN. Mendukung. Penyusun : Sasongko WR. Penyunting : Tanda Panjaitan Achmad Muzani

Budidaya Bebek Peking Sangat Menjanjikan

POTENSI DAN PELUANG PENGEMBANGAN SISTEM INTEGRASI SAWIT-SAPI DI KABUPATEN ROKAN HULU PROVINSI RIAU

I. PENDAHULUAN. pertumbuhan tubuh dan kesehatan manusia. Kebutuhan protein hewani semakin

POTENSI, PELUANG DAN ALTERNATIF PENGEMBANGAN SISTEM INTEGRASI SAPI-KELAPA SAWIT DI PROVINSI KALIMANTAN TIMUR

PEMERINTAH KABUPATEN SAMPANG

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Permasalahan yang dihadapi Provinsi Jambi salah satunya adalah pemenuhan

POTENSI PENGEMBANGAN SAPI POTONG DALAM MENDUKUNG SWASEMBADA DAGING SAPI DI KABUPATEN KUTAI TIMUR, PROVINSI KALIMANTAN TIMUR

PROSPEK DAN ARAH PENGEMBANGAN AGRIBISNIS UNGGAS. Edisi Kedua

Nutrisi dan Pakan Kambing dalam Sistem Integrasi dengan Tanaman

KEBIJAKAN DAN STRATEGI OPERASIONAL PENGEMBANGAN BIOINDUSTRI KELAPA NASIONAL

BUPATI MALANG BUPATI MALANG,

MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA. PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 61/Permentan/OT.140/11/2008 TENTANG

MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA. PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 61/Permentan/OT.140/11/2008 TENTANG

Seminar Optimalisasi Hasil Samping Perkebunan Kelapa Sawit dan Industri 0lahannya sebagai Pakan Ternak kurang dimanfaatkan, sehingga dapat mencemari l

Seminar Oplimalisasi Hasil Samping Perkebunan Kelapa Sawit dan Industri Olahannya sebagai Pakan Ternak C O

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR 76/Permentan/OT.140/12/2012 TENTANG SYARAT DAN TATA CARA PENETAPAN PRODUK UNGGULAN HORTIKULTURA

Transkripsi:

KONSEP PEDOMAN SISTEM INTEG RASI SAPI DI PERKEBU NAN KELAPA SAWIT Pusat Penelitian dan Pengembangan Peternakan Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Departemen Pertanian 2008

KONSEP PEDOMAN-- SISTEM INTEGRASI SAM DI PERKEBUNAN KELAPA SAWIT Penyusun : Ismeth Inounu Kusuma Diwyanto I-W Mathius Subandriyo I Putu Kompiang Budi Haryanto Argono R. Setioko Lies Parede Eny Martindah Atien Priyanti Ratna Ayu Saptati Diterbitkan oleh : Pusat Penelitian dan Pengembangan Peternakan 31. Raya Pajajaran Kav.E-59 Bogor, 16151 Telp. (0251) 8322185 Fax (0251) 8328382 ; 8380588 Email : criansci@indo.net.i d ISBN 978-979-8308-99-4 Pusat Penelitian dan Pengembangan Peternakan Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Bogor, 2008

KONSEP PEDOMAN SISTEM INTEGRASI SAM DI PERKEBUNAN KELAPA SAWIT Hak Cipta @2008. Pusat Penelitian dan Pengembangan Peternakan Pusat Penelitian dan Pengembangan Peternakan JI. Raya Pajajaran Kav.E-59 Bogor, 16151 Telp. : (0251) 8322185 Fax : (0251) 8328382 ; 8380588 Email : criansci@indo.net.i d Isi buku dapat disitasi dengan menyebutkan sumbernya. Perpustakaan Nasional : Katalog Dalam Terbitan (KDT) Konsep Pedoman Sistem Integrasi Sapi Di Perkebunan Kelapa Sawit / Ismeth Inounu dkk. - Bogor: Pusat Penelitian dan Pengembangan Peternakan, 2008 : v + 22 hlm ; ilus. ; 16 cm. ISBN 978-979-8308-99-4 1. Farming System 2. Sapi 3. Kelapa Sawit I. Judul ; II. Pusat Penelitian dan Pengembangan Peternakan ; III. Inounu, I 636.23.03 ii

KATA PENGANTAR Permintaan daging sapi nasional terus meningkat seiring dengan peningkatan pendapatan masyarakat, pertumbuhan penduduk, perubahan gaya hidup dan kesadaran akan gizi seimbang. Hal ini tidak dibarengi dengan ketersediaan pasokan bakalan, sehingga terjadi kekurangan daging sapi di dalam negeri. Salah satu kendala dalam rangka meningkatkan populasi sapi adalah terbatasnya daya dukung alam untuk penanaman hijauan sebagai sumber pakan. Di sisi lain produk samping pertanian dan agroindustri belum dimanfaatkan dengan optimal. Produk samping industri kelapa sawit merupakan pilihan alternatif yang dapat dipergunakan sebagai bahan pakan ternak sapi. Model integrasi sapi di perkebunan kelapa sawit yang telah dikaji oleh Badan Litbang Pertanian sejak tahun 2003 diyakini dapat terus dikembangkan. Dengan demikian sapi merupakan bagian integral dari usaha perkebunan kelapa sawit. Sistem integrasi ini mampu meningkatkan efisiensi biaya tenaga kerja, mengurangi biaya perawatan dan pemupukan, menghemat penggunaan lahan, mengurangi biaya investasi untuk pembangunan jalan dan pengadaan alat transportasi yang dapat meningkatkan kesejahteraan pekebun dan masyarakat di sekitarnya. Berkaitan dengan hal tersebut, Tim Analisis Kebijakan Puslitbang Peternakan telah menyusun konsep pedoman sistem integrasi sapi di perkebunan kelapa sawit. Hal ini dilaksanakan melalui kegiatan desk study dan focus group discussion. Konsep ini diharapkan dapat menjadi bahan masukan/saran rekomendasi bagi tim penyusun Sistem Integrasi Sapi Di Perkebunan Kelapa Sawit yang akan dibentuk oleh Menteri Pertanian. Pada akhirnya, konsep pedoman ini dapat merupakan kontribusi nyata bagi pengembangan usaha sapi potong di perkebunan sawit, 111

utamanya dalam mendukung terwujudnya Program Percepatan Swasembada Daging Sapi (P2SDS). Ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya disampaikan kepada semua pihak yang telah membantu hingga selesainya dokumen ini. Buku ini merupakan dokumen dinamis yang dirasakan masih jauh dari sempurna, sehingga masukan dan saran yang bermanfaat guna meningkatkan kualitas sangat diharapkan. Semoga buku ini dapat berguna bagi para pembaca untuk implementasi program usaha sapi potong Iebih lanjut di masa-masa yang akan datang. Bogor, Desember 2008 Kepala Pusat Penelitian dan Pengembangan Peternakan, Dr. Abdullah M. Bamualim iv

DAFTAR ISI Kata Pengantar III Daftar Isi v Pendahuluan 1 Tahapan Kegiatan 3 Konsep Pedoman Sistem Integrasi Sapi Di Perkebunan Kelapa Sawit 5 Daftar Bacaan 21, Tim Perumus 22 V

PENDAHULUAN Disadari bahwa impor sapi bakalan dan daging sapi Indonesia guna memenuhi kebutuhan nasional telah menguras devisa negara yang cukup tinggi. Upaya untuk menurunkan impor sapi ini telah diwujudkan dalam suatu Program Percepatan Swasembada Daging sapi (P2SDS). Salah satu kendala dalam rangka meningkatkan populasi sapi adalah terbatasnya daya dukung alam untuk penanaman hijauan sebagai sumber pakan, sementara produk samping pertanian dan agroindustri belum dimanfaatkan dengan optimal. Untuk itu kegiatan sistem integrasi sapi di perkebunan sawit kian dirasakan kepentingannya disamping potensinya yang telah dibuktikan sangat tinggi. Pada kondisi harga minyak sawit dunia terpuruk, ternak sapi dapat mensubsidi kerugian tersebut karena harga sapi yang sampai saat ini tetap tinggi. Indonesia sebagai negara yang mempunyai luas kebun kelapa sawit terbesar di dunia (6,7 juta ha) diharapkan mampu menghasilkan minyak sawit nomor satu di dunia. Untuk itu diperlukan upaya terobosan melalui pengembangan inovasi teknologi agar produk yang dihasilkan mempunyai dayasaing tinggi serta langkah tersebut juga harus dibarengi dengan upaya meningkatkan kesejahteraan bagi seluruh masyarakat yang terlibat, terutama pegawai kebun, pekebun kecil dan masyarakat di sekitarnya. Pada saat ini telah ada upaya untuk memperluas areal tanam kelapa sawit, khususnya perkebunan swasta. Hal ini akan berdampak terhadap kebutuhan tenaga pengangkut tandan buah segar serta peningkatan produk samping tanaman dan limbah hasil olahan kelapa sawit yang dapat menimbulkan problem baru dan perlu diantisipasi. Salah satu cara pemecahan masalah I

tersebut,adalah dengan memanfaatkan ternak, khususnya ternak sapi sebagai alat angkut tandan buah segar, sebagai penghasil daging, sebagai penyedia pupuk organik dan sumber energi alternatif. Saat ini kebutuhan daging sapi nasional terus meningkat, sementara pasokan daging sapi di dalam negeri tidak mencukupi. Model sistem integrasi sapi di perkebunan kelapa sawit yang telah dikaji oleh Badan Litbang Pertanian sejak tahun 2003 diyakini dapat terus dikembangkan, sehingga usahaternak sapi merupakan bagian integral dari usaha perkebunan kelapa sawit. Sistem integrasi ini mampu meningkatkan efisiensi biaya tenaga kerja, mengurangi biaya perawatan dan pemupukan, menghemat penggunaan lahan, mengurangi biaya investasi untuk pembangunan jalan dan pengadaan alat transportasi yang dapat meningkatkan kesejahteraan pekebun dan masyarakat di sekitarnya. Dalam rangka pelaksanaan model sistem integrasi sapi di perkebunan sawit perlu ditetapkan suatu pedoman sistem integrasi sapi di perkebunan kelapa sawit dalam bentuk Peraturan Menteri Pertanian. Sehubungan dengan hal tesebut, tim analisis kebijakan Pusat Penelitian dan Pengembangan (Puslitbang) Peternakan berinisiasi menyusun suatu Konsep Pedoman Sistem Integrasi Sapi Di Perkebunan Kelapa Sawit sebagai bahan masukan/rekomendasi untuk mengakselerasi terbentuknya peraturan tersebut oleh tim yang akan dibentuk oleh Menteri Pertanian. 2

TAHAPAN KEGIATAN Puslitbang Peternakan melalui tim Analisis Kebijakan telah melakukan desk study terkait dengan penyusunan Konsep Pedoman Sistem Integrasi Sapi Di Perkebunan Sawit. Beberapa pertemuan dalam focus group discussion telah dilakukan dalam rangka menggali informasi dan memperoleh masukan dari anggota tim Anjak, sekaligus menyusun langkah-langkah kebijakan yang operasional dalam menyusun konsep tersebut. Beberapa hal yang perlu dibahas lebih lanjut, di antaranya adalah: (i) Perlunya justifikasi dalam penyusunan konsep dimaksud, (ii) Disarankan untuk ditambahkan peraturan tentang Revitalisasi Pertanian, Perikanan dan Kehutanan (RPPK), (iii) Disampaikan permasalahan tenaga kerja dan limbah/produk samping industri perkebunan kelapa sawit yang semakin meningkat dan berpotensi untuk mencemari lingkungan, serta (iv) Harus diselesaikan dengan suatu kegiatan inovasi yaitu dengan menggunakan sistem integrasi ternak sapi di lahan perkebunan kelapa sawit. Penggunaan ternak sapi juga ditujukan untuk menghasilkan bakalan, karena sampai saat ini Indonesia masih kekurangan daging sapi. Diharapkan dengan integrasi tersebut kawasan perkebunan kelapa sawit dapat menghasilkan 4 F (food, feed, fuel dan fertilizer). Beberapa butir hasil diskusi dan pembahasan ini selanjutnya diharapkan untuk dapat dibahas lebih lanjut oleh Direktorat Jenderal Peternakan dan Direktorat Jenderal Perkebunan dalam rangka mempertajam penyusunan konsep dimaksud. 3

SASARAN 1. Mengupayakan pelaksanaan model sistem integrasi sapi di perkebunan kelapa sawit. Hal ini bertujuan untuk : (a) meningkatkan populasi ternak sapi potong melalui optimalisasi pemanfaatan Iimbah/produk samping industri perkebunan kelapa sawit sebagai sumber pakan ternak sapi, (b) mendukung terlaksananya Program Percepatan Swasembada Daging Sapi, dan (c) memberdayakan kesejahteraan pekebun dan masyarakat di sekitarnya. 2. Mendukung kebijakan ketahanan pangan dengan mengurangi ketergantungan terhadap impor sapi bakalan dan daging sapi yang cenderung terus meningkat dari tahun ke tahun sehingga menguras devisa negara yang cukup besar. 3. Mendukung program pengembangan wilayah dan memperkuat usaha perkebunan kelapa sawit. 4

MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : TENTANG SISTEM INTEGRASI SAM DI PERKEBUNAN KELAPA SAWIT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERTANIAN, Menimbang : a. bahwa dalam rangka menjamin terwujudnya peningkatan produksi kebun kelapa sawit ramah Iingkungan dan dapat menghasilkan minyak sawit yang utama di dunia ; b. bahwa dalam rangka memenuhi kebutuhan daging sapi nasional melalui pengembangan sapi di perkebunan kelapa sawit ; c. bahwa dalam rangka meningkatkan taraf hidup dan kesejahteraan masyarakat pekebun dan pegawai perkebunan kelapa sawit ; s

d. bahwa untuk mencapai hal tersebut di atas perlu ditetapkan pedoman sistem integrasi sapi di perkebunan kelapa sawit ; Mengingat : 1. Undang-undang Nomor 6 Tahun 1967 tentang Ketentuan-ketentuan Pokok Peternakan dan Kesehatan Hewan (Lembaran Negara Tahun 1967 Nomor 10, Tambahan Lembaran Negara Nomor 2824) ; 2. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1992 tentang Sistem budidaya Tanaman (Lembaran Negara Tahun 1992 Nomor 46, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3478) ; 3. Undang-undang Nomor 18 tahun 2002 Sistem Nasional Penelitian, Pengembangan, dan Penerapan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (Lembaran Negara Tahun 2002 Nomor 84, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4219) ; 4. Undang-undang Nomor 18 tahun 2004 tentang Perkebunan (Lembaran Negara Tahun 2004 Nomor 5, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4411) ; 5. Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4437) ; 6. Peraturan Pemerintah Nomor 25 Tahun 2000 tentang Kewenangan Pemerintah dan Kewenangan Propinsi Sebagai Daerah Otonomi (Lembaran Negara Tahun 2000 Nomor 54, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3952) ; 6

7. Peraturan Pemerintah Nomor 20 Tahun 2005 tentang Alih Teknologi Kekayaan Intelektual serta Hasil Penelitian dan Pengembangan Oleh Perguruan Tinggi dan Lembaga Peneltian dan Pengembangan (Lembaran Negara Tahun 2005 Nomor 43, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4497). 8. Keputusan Presiden Nomor 187/M Tahun 2004 tentang Pembentukan Kabinet Indonesia Bersatu. ; 9. Peraturan Presiden Nomor 9 Tahun 2005 tentang Kedudukan, Tugas, Fungsi, Susunan Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Negara Republik Indonesia ; jo Peraturan Presiden Nomor 62 Tahun 2005 ; 10. Keputusan Menteri Pertanian Nomor 208/Kpts/OT.210/4/2001 tentang Pedoman Perbibitan Ternak Nasional ; 11. Keputusan Menteri Pertanian Nomor : 404/Kpts/Ot.210/6/2002 tentang Pedoman Perizinan dan Pendaftaran Usaha Peternakan ; 12. Peraturan Menteri Pertanian Nomor 299/Kpts/Kp.140/7/2005 tentang Organisasi dan Tata Kerja Departemen Pertanian ; Juncto Peraturan Menteri Pertanian Nomor 11/Permentan/OT.140/2/2007 ; 7

13. Peraturan Menteri Pertanian Nomor 341/kpts/OT.140/9/2005 tentang Kelengkapan Organisasi dan tata Kerja Departemen Pertanian Juncto Peraturan Menteri Pertanian Nomor 12/Permentan/OT. 140/2/2007 ; 14. Keputusan Menteri Pertanian Nomor 143/kpts/LB 310/2/2008 tentang Penunjukan Lembaga Riset Perkebunan Indonesia (LRPI) untuk Melaksanakan Penelitian di Bidang Perkebunan Mendukung Revitalisasi Perkebunan Indonesia MEMUTUSKAN Menetapkan KESATU Peraturan Menteri Pertanian tentang Pedoman Sistem Integrasi Sapi di Perkebunan Kelapa Sawit sebagaimana tercantum pada Lampiran Peraturan ini ; KEDUA : Pedoman Sistem Integrasi Sapi di Perkebunan Kelapa Sawit sebagaimana dimaksud dalam diktum Kesatu merupakan dasar hukum dalam melaksanakan pengelolaan kebun kelapa sawit baru atau peremajaan kebun kelapa sawit secara nasional. 8

KETIGA : Peraturan ini mulai berlaku pada tanggal d iteta pka n. Ditetapkan di : J a k a r t a Pada tanggal MENTERI PERTANIAN, ANTON APRIYANTONO 9

LAMPIRAN PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR TANGGAL TENTANG PEDOMAN SISTEM INTEGRASI SAM DI PERKEBUNAN KELAPA SAWIT I. PENDAHULUAN A. Latar belakang 1. Indonesia merupakan negara yang memiliki kebun kelapa sawit terluas di dunia (6,7 juta ha) dan menjadi negara produsen minyak sawit yang utama. Untuk mempertahankan dan mengembangkan potensi itu, diperlukan upaya terobosan melalui inovasi teknologi agar produk yang dihasilkan memiliki daya saing tinggi. Langkah tersebut juga harus disertai dengan upaya untuk meningkatkan kesejahteraan seluruh masyarakat yang terlibat, terutama para pekerja perkebunan besar, pekebun kecil dan masyarakat di sekitarnya. 2. Upaya untuk memperluas areal tanam kelapa sawit, khususnya perkebunan swasta mengalami beberapa masalah antara lain kurangnya tenaga kerja pengangkut tandan buah segar dan sarana produksi Iainnya, meningkatnya Iimbah olahan kelapa sawit dan produk samping tanaman yang dapat menimbulkan pencemaran lingkungan. 10

3. Berbagai upaya telah dilakukan untuk mengatasi masalah tersebut, salah satunya dengan memanfaatkan ternak, khususnya sapi yang mampu mengubah Iimbah menjadi komoditas bernilai ekonomis tinggi. Disamping menghasilkan daging, sapi dapat dimanfaatkan sebagai alat angkut tanpa menggunakan bahan bakar minyak, penyedia pupuk organik yang ramah lingkungan, dan sumber energi alternatif dalam bentuk gas-bio. Oleh karena itu, pengembangan sapi dengan sistem integrasi di perkebunan kelapa sawit sangat diperlukan untuk meningkatkan efisiensi usaha, menciptakan lapangan kerja, meminimalkan investasi sarana transportasi, serta meningkatkan kesejahteraan pemanen, karyawan dan masyarakat di sekitarnya. 4. Saat ini, Indonesia masih harus mengimpor daging sapi sebesar 30 persen dalam bentuk daging, jerohan dan sapi bakalan. Untuk mengurangi ketergantungan impor tersebut, Pemerintah telah mencanangkan program swasembada daging sapi yang harus dicapai pada tahun 2010. 5. Penelitian pemanfaatan limbah perkebunan sebagai pakan telah banyak dilakukan oleh berbagai lembaga penelitian, dan hal ini menjadi dasar pengkajian secara intensif suatu model integrasi ternak dan tanaman. Pada tahun 2003, Badan Litbang Pertanian telah melakukan kajian model integrasi sapi di perkebunan kelapa sawit yang diyakini dapat mendukung program pencapaian swasembada daging sapi. Sistem integrasi ini diharapkan dapat terus dikembangkan sehingga usaha sapi merupakan bagian integral dari usaha perkebunan kelapa sawit. 6. Saat ini perkebunan kelapa sawit terus bertambah luas dan di beberapa lokasi perkebunan telah dilaksanakan sistem integrasi sapi-sawit. Oleh karena itu, diperlukan suatu acuan yang dapat menjamin kelestarian lingkungan, meningkatkan 11

produktivitas kebun kelapa sawit dan menghasilkan sapi bakalan yang mempunyai daya saing tinggi berupa "Pedoman Sistem Integrasi Sapi di Perkebunan Kelapa Sawit". B. Maksud dan Tujuan 1. Maksud Pedoman Sistem Integrasi Sapi di Perkebunan Kelapa Sawit ini dimaksudkan sebagai acuan untuk pengelolaan perkebunan kelapa sawit yang terintegrasi dengan usaha pemeliharaan dan pengembangan ternak sapi. 2. Tujuan Pedoman ini bertujuan untuk menjadi pegangan dalam perumusan kebijakan pengembangan perkebunan kelapa sawit baru dan/atau peremajaan perkebunan kelapa sawit dengan peternakan yang terintegrasi agar produktivitas kelapa sawit dan ternak sapi Iebih efisien serta usaha perkebunan dapat Iebih ramah Iingkungan. C. Ruang Lingkup Ruang Lingkup Pedoman Sistem Integrasi Sapi di Perkebunan Kelapa Sawit meliputi : 1. Kawasan pengembangan dan pengelolaan perkebunan kelapa sawit terdiri dari : a) Kebun kelapa sawit lama ; b) Kebun kelapa sawit baru ; c) Pabrik pengolahan kelapa sawit. 2. Komoditas dan kegiatan yang berasal dari tanaman kelapa sawit dan dapat dimanfaatkan untuk pakan sapi, terdiri dari : 12

a) Pemanfaatan daun kelapa sawit ; b) Pemanfaatan pelepah daun kelapa sawit ; c) Pemanfaatan batang kelapa sawit hasil renovasi. 3. Komoditas berasal dari pabrik pengolahan kelapa sawit yang dapat dimanfaatkan untuk pakan sapi, terdiri dari : a) Pemanfaatan tandan buah kosong ; b) Pemanfaatan serat perasan pengolahan kelapa sawit ; c) Pemanfaatan lumpur sawit (solid) ; d) Pemanfaatan bungkil inti sawit; e) Pemanfaatan minyak hasil ikutan (free fatty acid) 4. Komoditas sapi dan hasil ikutannya, yang terdiri dari : a) Pemanfaatan sapi sebagai tenaga angkut tandan buah segar dan sarana produksi Iainnya ; b) Pemanfaatan sapi sebagai sumber pupuk organik ; Pemanfaatan sapi sebagai sumber energi alternatif; c) Pemanfaatan sapi sebagai sumber penghasil bakalan. 5. Sistem Kelembagaan D. Pengertian Dalam Pedoman Sistem Integrasi Sapi di Perkebunan Kelapa Sawit ini yang dimaksud dengan 1. Kebun lama adalah kebun kelapa sawit yang telah menghasilkan buah kelapa sawit ; 2. Kebun baru adalah kebun kelapa sawit yang belum menghasilkan buah kelapa sawit ; 13

3. Industri kelapa sawit adalah industri penghasil komoditas utama minyak sawit mentah disebut crude palm oil atau disingkat CPO ; 4. Sistem integrasi sapi di perkebunan sawit adalah pemanfaatan sapi untuk tenaga angkut tandan buah segar dan sarana produksi lainnya di perkebunan kelapa sawit, pemanfaatan limbah sawit untuk pakan, pemanfaatan kotoran sapi untuk pupuk organik dan gasbio, serta penghasil bakalan dan pemacek ; 5. Limbah sawit adalah limbah padat dan limbah cair hasil samping industri pengolahan buah dan inti kelapa sawit ; 6. Limbah padat dan cair yang merupakan produk samping pengolahan CPO adalah tandan buah kosong, serat perasan buah, lumpur sawit (solid) dan bungkil inti sawit, serta cangkang ; 7. Tandan buah kosong adalah limbah padat pada pabrik pengolahan kelapa sawit ; 8. Bungkil inti sawit adalah limbah dari pengolahan palm kernel oil atau disingkat PKO ; 9. Lumpur sawit atau solid adalah salah satu limbah padat yang diperoleh dari pengolahan CPO ; 10. Pupuk organik adalah pupuk yang berasal dari kotoran sapi dengan limbah sawit yang telah mengalami fermentasi ; 11. Dinas teknis setempat adalah dinas yang melaksanakan fungsi pertanian, peternakan dan/atau perkebunan ; 12. Kelembagaan adalah organisasi yang mengurus kepentingan bersama antara pekebun dan pemilik kebun dalam hal pengadaan sarana produksi, pemasaran dan pengolahan hasil ; 14

13. Bank pelaksana adalah bank umum yang ditunjuk dan ditetapkan oleh Menteri Keuangan untuk menyediakan, menyalurkan, dan menatausahakan kredit untuk keperluan sistem integrasi sawit-sapi ; II. KAWASAN PENGEMBANGAN DAN PENGELOLAAN PERKEBUNAN KELAPA SAWIT Pelaku sistem integrasi sawit-sapi berhak mendapat insentif berupa kemudahan dalam akses teknologi dari Badan Litbang Pertanian dan pendampingan serta mendapatkan insentif berupa keringanan suku bunga kredit untuk perbibitan sapi dan perbenihan sawit. A. Kebun Kelapa Sawit Lama 1. Integrasi sapi pada kebun sawit lama dianjurkan untuk memelihara ternak sapi 3-5 ekor per 10 Ha. Jumlah ini dapat ditingkatkan dengan bertambahnya umur kebun dan adanya pabrik pengolahan buah dan inti kelapa sawit di perkebunan tersebut ; 2. Sumber pakan serat sapi berasal dari daun sawit, pelepah daun sawit, dan batang kelapa sawit, sedangkan konsentrat dapat dimanfaatkan dari pabrik pengolahan buah dan inti sawit. B. Kebun Kelapa Sawit Baru 1. Integrasi sapi di perkebunan kelapa sawit baru diwajibkan untuk memelihara ternak sapi minimal 3 ekor per 10 Ha. Jumlah ini dapat ditingkatkan dengan bertambahnya umur kebun dan adanya pabrik pengolahan buah dan inti kelapa sawit di perkebunan tersebut ; 15

2. Sumber pakan serat sapi berasal dari rumput lapang atau leguminosa (cover crops) di lahan perkebunan sawit, daun sawit, dan pelepah daun sawit. Konsentrat dapat dimanfaatkan dari pabrik pengolahan buah dan inti sawit. C. Pabrik Pengolahan Kelapa Sawit 1. Dalam pengolahan hasil kebun kelapa sawit seluas satu Ha dapat menghasilkan tandan kosong (3,4 ton) dan serat perasan (2,6 ton) sebagai sumber pakan serat, sedangkan lumpur sawit dan solid (1,1 ton), bungkil inti sawit (0,5 ton), dan asam lemak bebas (free fatty acid) sebagai sumber konsentrat. Total biomasa dalam bentuk bahan kering sebanyak 4,2 ton per ha per tahun dapat dimanfaatkan sebagai konsentrat sapi setara dengan untuk memelihara 3 ekor sapi dewasa dalam setahun. 2. Pemanfaatan bahan-bahan limbah sawit pada angka II.C.l untuk tujuan ekspor perlu mendapat rekomendasi dari Menteri Pertanian. M. KOMODITAS SAPI DAN HASIL IKUTANNYA Pemanfaatan ternak sapi di kebun kelapa sawit dilakukan dengan pertimbangan : (a) investasi lebih murah dibandingkan dengan kendaraan bermotor, (b) peningkatan efisiensi penggunaan tenaga kerja pekebun, (c) pengurangan tingkat cemaran lingkungan dengan memanfaatkan produk samping industri kelapa sawit, (d) penyediaan bahan pupuk organik, (e) tidak mengalami depresiasi bahkan dapat berkembangbiak, (f) tidak memerlukan bahan bakar minyak, 16

g) perawatan Iebih murah dan sederhana, serta (h) tidak berpotensi merusak Iingkungan. A. Pemanfaatan Sapi Sebagai Tenaga Angkut Tandan Buah Segar Dan Sarana Produksi Lainnya Pengangkutan tandan buah segar dan sarana produksi Iainnya dilakukan dengan : (a) ditarik dengan menggunakan gerobak, dan (b) digendong dengan di atas punggung sapi. 1. Pemanfaatan sapi sebagai tenaga angkut tandan buah segar dan sarana produksi Iainnya dapat dilaksanakan dengan tetap menjaga produktivitasnya sebagai ternak betina penghasil bakalan, atau pejantan pemacek ; 2. Pemanfaatan sapi sebagai tenaga angkut tandan buah segar dan sarana produksi Iainnya perlu a) menjaga kesehatan ternak dan tidak mempekerjakan ternak secara berlebihan ; b) memelihara dan memberi pakan ternak dengan balk ; c) memperhatikan sikius reproduksi sapi dengan baik, sehingga ternak dapat berkembang biak secara optimum ; d) mengistirahatkan sapi betina sejak bunting lima bulan. 17

B. Pemanfaatan Ternak Sapi Sebagai Sumber Pupuk Organik Pemanfaatan ternak sapi sebagai sumber pupuk organik dapat meningkatkan efisiensi usaha perkebunan melalui pengurangan biaya produksi untuk pembelian pupuk anorganik. Pembuatan pupuk organik dari kotoran sapi dapat menggunakan teknologi yang sudah tersedia di berbagai institusi penelitian dengan modifikasi sesuai kondisi lingkungan setempat. Hasil pupuk sejumlah 1,2 ton per ekor per tahun dapat dijadikan sebagai sumber pendapatan lain yang dapat digunakan untuk pembayaran bunga kredit dalam cicilan kredit sapi dengan sistem yang ditentukan kemudian. C. Pemanfaatan Ternak Sapi Sebagai Sumber Energi Alternatif 1. Pernanfaatan kotoran sapi sebagai bahan dalam pembuatan gas-bio dapat menjadi sumber energi alternatif menggantikan bahan bakar minyak yang diperlukan rumah tangga. Dua ekor sapi dapat menghasilkan gas-bio untuk memenuhi kebutuhan memasak satu rumahtangga per hari. Pilihan teknologi pembuatan biogas dapat diperoleh melalui Badan Litbang Pertanian ; 2. Limbah gas-bio dapat dimanfaatkan sebagai pupuk organik secara langsung. 18

D. Pemanfaatan Sapi Sebagai Sumber Penghasil Bakalan Dan Pemacek 1. Peningkatan populasi sapi dapat dilakukan melalui pemanfaatan ternak sebagai penghasil bakalan dan pemacek ; 2. Untuk menghasilkan bakalan yang baik dan terjamin kontinuitasnya perlu diperhatikan manajemen reproduksi agar sapi dapat beranak setahun sekali. IV. SISTEM KELEMBAGAAN Kelembagaan dalam sistem integrasi sapi di perkebunan kelapa sawit sangat diperlukan dalam rangka menjamin kontinuitas produksi dan kemudahan dalam akses perbankan, teknologi, pendampingan serta pemasaran. A. Pembinaan 1. Pembinaan kelembagaan dimaksudkan untuk mengoptimalkan produktivitas kebun kelapa sawit dan sapi, mencakup : a. Penyelenggaraan kegiatan pengkajian, pengembangan, pelatihan, penyuluhan, dan pelayanan ; b. c. Peningkatan kemampuan sumber days manusia dalam sistem integrasi sapi-sawit ; Peningkatan kesadaran tentang perlunya sistem pemeliharaan sapi yang terintegrasi dengan kebun kelapa sawit melalui peran serta organisasi, lembaga swadaya masyarakat dan/atau asosiasi. 19

2. Dalam rangka pembinaan Sistem Integrasi Sapi di Perkebunan Kelapa Sawit, diperlukan adanya peran- serta lembaga penelitian, perguruan tinggi, dan lembaga lain terkait dalam suatu jaringan kerja yang dikoordinasikan melalui pejabat yang berwenang. 3. Pembinaan sistem integrasi sapi di perkebunan kelapa sawit harus spesifik daerah dilakukan oleh Pemerintah Propinsi dan Kabupaten/Kota. B. Pengawasan 1. Pengawasan sistem integrasi sapi di perkebunan kelapa sawit mengacu pada prinsip bahwa sistem integrasi sapi di perkebunan sawit yang terdapat di wilayah Negara Republik Indonesia merupakan kekayaan nasional dalam rangka meningkatkan produktivitas perkebunan sawit dan sapi yang mempunyai daya saing tinggi. 2. Pelaksanaan pengawasan sistem integrasi sapi di perkebunan sawit sebagaimana dimaksud dalam angka IV.B.1 dilakukan oleh Pejabat Dinas terkait yang ditunjuk oleh Bupati/Walikota sesuai dengan kewenangannya. V. PENUTUP Pedoman ini merupakan acuan dalam rangka melaksanakan sistem integrasi sapi di perkebunan kelapa sawit serta dalam penyusunan peraturan-peraturan pelaksanaannya. MENTERI PERTANIAN, ANTON APRIYANTONO 20

DAFTAR BACAAN Direktorat Jenderal Perkebunan. 2007. Pedoman Umum Pengembangan Cabang Usahatani Ternak Sapi Potong Integratif Pada Perkebunan Rakyat Kelapa Sawit. Direktorat Jenderal Perkebunan, Departemen Pertanian. Jakarta. Mathius, I-W. 2007. Membedah Permasalahan Pakan Sapi Potong Melalui Pemanfaatan Produk Samping Industri Kelapa Sawit. Orasi Pengukuhan Profesor Riset Bidang Nutrisi Ternak. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Departemen Pertanian. Jakarta. Pusat Penelitian dan Pengembangan Peternakan. 2004. Prosiding Lokakarya Nasional Sistem Integrasi Kelapa Sawit-Sapi. Departemen Pertanian bekerjasama dengan Pemerintah Provinsi Bengkulu dan PT. Agricinal, Bengkulu. Pusat Penelitian dan Pengembangan Peternakan. 2005. Prosiding Lokakarya Pengembangan Sistem Integrasi Kelapa Sawit- Sapi. Pusat Penelitian dan Pengembangan Peternakan bekerjasama dengan Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Provinsi Kalimantan Selatan. Pusat Penelitian dan Pengembangan Peternakan. 2008. Prosiding Seminar Optimalisasi Hasil Samping Perkebunan Kelapa Sawit Dan Industri Olahannya Sebagai Pakan Ternak. Pusat Penelitian dan Pengembangan Peternakan bekerjasama dengan Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Provinsi Kalimantan Timur dan Pemerintah Daerah Kabupaten Paser. 21

TIM PERUMUS 1. Dr. Ismeth Inounu, MS., Pusat Penelitian dan Pengembangan Peternakan, Bogor 2. Dr. Abdullah M. Bamualim, Kepala Pusat Penelitian dan Pengembangan Peternakan, Bogor 3. Dr. Chalid Talib, Pusat Penelitian dan Pengembangan Peternakan, Bogor 4. Prof. (R). Dr. Kusuma Diwyanto, Pusat Penelitian dan Pengembangan Peternakan, Bogor 5. Prof. (R). Dr. I-Wayan Mathius, Balai Penelitian Ternak, Ciawi - Bogor 6. Prof. (R). Dr. Subandriyo, Balai Penelitian Ternak, Ciawi - Bogor 7. Prof. (R). Dr. I Putu Kompiang, Balai Penelitian Ternak, Ciawi - Bogor 8. Dr. Argono R. Setioko, Balai Penelitian Ternak, Ciawi - Bogor 9. Dr. Budi Haryanto, Balai Penelitian Ternak, Ciawi - Bogor 10. Dr. Lies Parede, Balai Besar Penelitian Veteriner, Bogor 11. Dr. Eny Martindah, Pusat Penelitian dan Pengembangan Peternakan, Bogor 12. Dr. Atien Priyanti, Pusat Penelitian dan Pengembangan Peternakan, Bogor 13. Ratna A. Saptati, SPt., MS., Pusat Penelitian dan Pengembangan Peternakan, Bogor 22

ISBN : 978-979-8308-99-4 Pusat Penelitian dan Pengembangan Peternakan Jalan Raya Pajajaran Kav. E 59, Bogor 16151 Telp. (0251) 8322185, 8322138 Fax. (0251) 8328382,8380588 E -mail : criansci@indo.net.id