BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Salah satu aspek utama dalam pemberian asuhan keperawatan adalah mempertahankan integritas kulit. Intervensi perawatan kulit yang terencana dan konsisten merupakan intervensi penting untuk menjamin perawatan yang berkualitas. Gangguan integritas kulit terjadi akibat tekanan yang lama, iritasi kulit, atau imobilisasi, sehingga menyebabkan dekubitus. Dekubitus merupakan masalah yang dihadapi oleh pasien-pasien dengan penyakit kronis, pasien yang sangat lemah, dan pasien yang lumpuh dalam waktu lama, bahkan saat ini merupakan suatu penderitaan sekunder yang banyak dialami oleh pasien-pasien yang dirawat di rumah sakit (Morison, 2003). Dekubitus adalah kerusakan struktur anatomis dan fungsi kulit normal akibat dari tekanan eksternal yang berhubungan dengan penonjolan tulang dan tidak sembuh dengan urutan dan waktu biasa (Potter, 2006). Penelitian menunjukkan bahwa 6,5-9,4% dari populasi umum orang dewasa yang dirawat di rumah sakit, menderita paling sedikit satu dekubitus pada setiap kali masuk rumah sakit. Pada populasi pasien lanjut usia yang dirawat di rumah sakit, insiden dekubitus dapat menjadi jauh lebih tinggi (Morison, 2003). Beberapa penelitian yang berkaitan dengan angka kejadian dekubitus, antara lain yang dilakukan oleh Purwaningsih (2001) dengan hasil penelitian dari 40 pasien yang tirah baring, 40% didapatkan pasien dekubitus. Penelitian Setyajati (2002) menunjukkan angka kejadian dekubitus pada pasien tirah baring yang dirawat di rumah sakit sebesar 38,18%. Penelitian tentang dekubitus terutama yang terkait dengan perawatan dekubitus masih sangat terbatas, padahal perawatan yang benar dan baik sangat diperlukan untuk mengurangi angka kejadian dekubitus. Intervensi asuhan keperawatan 1
2 seharusnya ditujukan pada pencegahan, pengkajian, dan penatalaksanaan dekubitus yang berdasarkan pada konsep teori dan kajian penelitian. Upaya perawatan dekubitus perlu memperhatikan pengetahuan, sikap dan perilaku yang dimiliki oleh perawat. Tingkat keberhasilan dalam upaya penanganan tergantung dari hal tersebut, akan tetapi berbagai studi mengindikasikan bahwa perawat tidak memiliki informasi dan pengetahuan yang cukup dalam memahami kegiatan perawatan dekubitus (Morison, 2003). Pengetahuan merupakan landasan utama dan penting bagi tenaga kesehatan dalam melaksanakan pelayanan kesehatan. Perawat sebagai tenaga kesehatan yang memiliki tanggung jawab utama dalam pelaksanaan asuhan keperawatan yang holistic dan komprehensif dituntut memiliki pengetahuan yang tinggi dalam profesi keperawatan termasuk perawatan terhadap dekubitus. Sikap yang dimliki oleh perawat merupakan respon batin yang timbul dan diperoleh berdasarkan pengetahuan yang dimliliki. Pengetahuan dan sikap akan sangat mempengaruhi perilaku seseorang (Azwar, 2002). Pengetahuan, sikap dan perilaku seharusnya berjalan sinergis karena terbentuknya perilaku baru akan menimbulkan respon batin dalam bentuk sikap dan akan dibuktikan dengan adanya tindakan, perilaku atau praktik agar hasil dan tujuan menjadi optimal sesuai yang diharapkan. Selama ini pelayanan keperawatan dalam penanganan dekubitus yang diberikan di Rumah Sakit Roemani Muhammadiyah Semarang dapat dikatakan belum baik dan perawat juga belum menempatkan perawatan dekubitus menjadi prioritas utama dalam pelayanan asuhan keperawatan. Data yang diperoleh dari Rumah Sakit Roemani Muhammadiyah Semarang, jumlah pasien dengan dekubitus pada bulan September sampai dengan Desember 2012 sejumlah kurang lebih 115 pasien yang dirawat dengan tirah baring terdapat pasien dengan kejadian dekubitus 12,5%. Angka ini relatif
3 tinggi dan akan menimbulkan komplikasi serta meningkatkan biaya perawatan. Hasil wawancara dengan 5 perawat pelaksana di Rumah Sakit Roemani Muhammadiyah Semarang, dua perawat (40%) menyatakan dalam pelaksanaan perawatan luka tidak selalu melakukan sesuai dengan Standar Operasional Prosedur (SOP) rumah sakit. Hal ini sengaja dilakukan mengingat jumlah pasien yang banyak dan juga membutuhkan perawatan, sehingga perawat harus dapat melakukan perawatan secara efisien. Tiga perawat (60%) menyatakan bahwa dalam perawatan luka dekubitus yang diutamakan adalah bagaimana pasien tidak merasa sakit dan perawatan luka dekubitus adalah rumit dan membutuhkan banyak waktu. Perawat sebagai pelaksana asuhan keperawatan langsung juga tidak menerapkan pengetahuan, sikap yang dimiliki didalam pendokumentasian secara terus menerus terhadap angka kejadian dekubitus, dimana hal ini sebagai indikator penting dalam peningkatan pelayanan keperawatan terhadap perawatan dekubitus. Faktor lain yang menjadi kendala lamanya waktu perawatan adalah pada pasien dengan tirah baring di rumah sakit akan mudah mengalami gangguan integritas kulit. Gangguan integritas kulit yang terjadi pada dekubitus merupakan akibat utama dari tekanan, tetapi ada faktor-faktor tambahan yang dapat meningkatkan resiko terjadi dekubitus yang lebih lanjut pada pasien. Termasuk diantaranya gaya gesek dan friksi, kelembaban, nutrisi buruk, anemia, infeksi, demam, gangguan sirkulasi perifer, obesitas, kakeksia dan usia (Potter, 2006). Atas dasar itulah maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian sejauh mana hubungan pengetahuan dan sikap perawat tentang dekubitus dengan praktik perawatan dekubitus di Rumah Sakit Roemani Muhammadiyah Semarang, karena tingkat pemahaman yang mungkin berbeda dari para perawat yang disebabkan karena adanya perbedaan usia, pengalaman kerja, pendidikan, dan pelatihan tentang perawatan luka.
4 B. Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas maka dapat di rumuskan masalah, apakah ada hubungan pengetahuan dan sikap perawat dengan praktik perawatan dekubitus di Rumah Sakit Roemani Muhammadiyah Semarang. C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan umum Mengetahui hubungan pengetahuan dan sikap perawat dengan praktik perawatan dekubitus di Rumah Sakit Roemani Muhammadiyah Semarang. 2. Tujuan khusus a. Mendeskripsikan pengetahuan perawat tentang dekubitus di Rumah Sakit Roemani Muhammadiyah Semarang. b. Mendeskripsikan sikap perawat tentang dekubitus di Rumah Sakit Roemani Muhammadiyah Semarang. c. Mendeskripsikan praktik perawatan dekubitus di Rumah Sakit Roemani Muhammadiyah Semarang. d. Menganalisa hubungan pengetahuan perawat dengan praktik perawatan dekubitus di Rumah Sakit Roemani Muhammadiyah Semarang. e. Menganalisa hubungan sikap perawat dengan praktik perawatan dekubitus di Rumah Sakit Roemani Muhammadiyah Semarang. D. Manfaat Penelitian 1. Bagi Instansi pendidikan Menambah referensi dan bahan informasi mengenai perawatan dekubitus. 2. Bagi Rumah Sakit Penelitian ini diharapkan dapat memberikan tambahan informasi bagi rumah sakit dalam menentukan kebijakan yang terkait dengan upaya perawatan dekubitus. 3. Bagi masyarakat Hasil penelitian diharapkan dapat memberikan informasi dan menambah wawasan masyarakat mengenai perawatan dekubitus.
5 E. Bidang Ilmu Penelitian ini termasuk dalam bidang ilmu Keperawatan Medikal Bedah. F. Keaslian Penelitian Penelitian hubungan pengetahuan dan sikap perawat dengan praktik perawatan dekubitus di Rumah Sakit Roemani Muhammadiyah Semarang belum pernah dilakukan oleh peneliti yang lain. Tabel 1.1 Penelitian yang Pernah Dilakukan No Peneliti Judul Metode Hasil 1 Purwaningsih (2001) Analisis Dekubitus pada Pasien Tirah Baring di Ruang A1, B1, C1, D1, dan Ruang B3 IRNA1 Rumah Sakit Dr. Sardjito Yogyakarta Uji Rank Spearman prevalensi dekubitus 40%. Dominan kelompok usia 61-80 tahun, Diagnosa stroke dan infark, masing-masing (18,7%) 2 Setyajati (2002) Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kejadian Dekubitus pada Pasien Tirah Baring di Rumah Sakit dr. Moewardi Surakarta Uji Pearson Product Moment Kejadian dekubitus Sebesar 38,18% yang meliputi Ruang Cendana 2 pasien (9,52%), ruang Mawar 2 pasien(9,52%), ruang Melati 3 pasien (14,28%), ruang IMC 3 pasien (14,28%) 3 Kurniawan (2009) Gambaran Tingkat Pengetahuan Perawat tentang Dekubitus di Rumah Sakit Bhineka Bhakti Husada Tangerang Uji Pearson Product Moment pengetahuan tentang pengertian dekubitus 66,7%, tujuan pencegahan 59%, dan pencegahan dekubitus 51,3%
6