1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Data statistik nasional Amerika Serikat menyebutkan sekitar 8% darikematian ibu disebabkan oleh perdarahan post partum. Di Negara industri, perdarahan post partum biasanya terdapat pada 3 peringkat teratas penyebab kematian maternal, bersaing dengan embolisme dan hipertensi. Di beberapa Negara berkembang angka kematian maternal melebihi 1000 wanita tiap 100.000 kelahiran hidup data WHO menunjukkan bahwa 25% dari kematian maternal disebabkan oleh perdarahan post partum dan diperkirakan 100.000 kematian maternal tiap tahunnya. Frekuensi perdarahan post partum berdasarkan laporan-laporan baik di Negara maju maupun di Negara berkembang angka kejadian berkisar antara 5% sampai 15%. Dari angka tersebut, diperoleh gambaran etiologi antara lain: atonia uteri (50% 60%), sisa plasenta (23% 24%), retensio plasenta (16% 17%), laserasi jalan lahir (4% 5%) dan kelainan darah (0,5% 0,8%) (Nugroho, 2012:246). AKI di Indonesia tahun 2011 mencapai 228 kasus per 100.000 kelahiran hidup. Penurunan AKI per 100 ribu kelahiran hidup masih sangat lamban untuk mencapai target Millenium Developments Goals (MDGs). Diperkirakan setiap tahunnya 300.000 ibu di dunia meninggal saat melahirkan dan 99% kematian ibu terjadi di negara berkembang. Tantangan global pencapaian sasaran MDGs tahun 2015 AKI yaitu 102 per 100 ribu kelahiran. 1
2 Indonesia baru mencapai 228 per 100 ribu kelahiran pada tahun 2011, maka pemerintah perlu meningkatkan kualitas dan kemampuan para bidan untuk menekan tingginya AKI. Bidan masih merupakan sosok utama atau gardu terdepan dalam pelayanan KIA. Perlu ada standar untuk peningkatan pelayanan yang optimal (Dewi, 2011:iii) AKI Provinsi Jawa Tengah tahun 2011 berdasarkan laporan dari kabupaten/kota sebesar 116,01/100.000 kelahiran hidup, mengalami peningkatan bila dibandingkan dengan AKI pada tahun 2010 sebesar 104,97/100.000 kelahiran hidup. Kejadian kematian maternal paling banyak adalah pada waktu nifas sebesar 48,65%, kemudian pada waktu hamil sebesar 25,75% dan pada waktu persalinan sebesar 25,60%. Sementara berdasarkan kelompok umur, kejadian kematian maternal terbanyak adalah pada usia produktif (20-34 tahun) sebesar 65,12%, kemudian pada kelompok umur >35 tahun sebesar 28,89% dan pada kelompok umur <20 tahun sebesar 5,99% (Sugihantono, 2011:14-15). Di Kota Semarang jumlah kematian maternal pada tahun 2011 sebanyak 31 kasus dari 25.852 jumlah kelahiran hidup atau sekitar 119,9 per 100.000 kelahiran hidup. Sebanyak 24 kasus merupakan kematian ibu maternal pada masa nifas, kemudian pada waktu persalinan sebanyak 0 kasus dan masa kehamilan 7 kasus. Sebagai upaya untuk menurunkan AKI, telah dilaksanakan berbagai pelatihan peningkatan kualitas pelayanan kesehatan ibu dan anak diantaranya Pelatihan Asuhan Persalihan Normal (APN) yang merupakan standar pertolongan persalinan dan pendampingan persalinan dukun bayi oleh
3 tenaga kesehatan, Pelayanan Obstetri dan Neonatal Emergensi Dasar (PONED) dan Pelayanan Obstetri dan Neonatal Emergensi Komprehensif (PONEK) serta yang lainnya (Widoyono, 2011:21). Penyebab langsung kematian ibu adalah perdarahan (25%), eklampsia (13%) dan sepsis (15%), hipertensi dalam kehamilan (12%), partus macet (8%), komplikasi abortus tidak aman (13%) dan sebab-sebab lain (8%). Perdarahan pasca persalinan bila tidak mendapat penanganan yang semestinya akan meningkatan morbiditas dan mortalilas ibu serta proses penyembuhan kembali. Perdarahan pasca persalinan yang dapat menyebabkan kematian ibu 45 % terjadi pada 24 jam pertama setelah bayi lahir, 68%-73% dalam satu minggu setelah bayi lahir dan 82% 88% dalam dua minggu setelah bayi lahir (Prawiroharjo, 2009:523). Perdarahan pascapersalinan adalah sebab penting kematian ibu; ¼ kematian ibu yang disebabkan oleh perdarahan (perdarahan pascapersalinan, plasenta previa, solutio plasenta, kehamilan ektopik, abortus dan rupture uteri) disebabkan oleh perdarahan pascapersalinan. Perdarahan pasca persalinan bisa terjadi segera begitu ibu melahirkan. Terutama di dua jam pertama yang kemungkinannya sangat tinggi. Itulah makanya, selama 2 jam pertama setelah bersalin, ibu belum boleh keluar dari kamar bersalin dan masih dalam pengawasan. Adakalanya perdarahan yang terjadi tidak terlihat karena darah mengumpul di rahim, jadi begitu keluar akan keluar cukup deras. Ini sangat berbahaya karena bisa menyebabkan kematian (Anggraini, 2010:90).
4 Berdasarkan data yang diperoleh dari Rumah Sakit Roemani Muhammadiyah Semarang, maka dapat diketahui jumlah Angka Kematian Ibu (AKI) pada tahun 2011 sejumlah 3 orang, AKI tahun 2012 sejumlah 1 orang dan bulan Januari - Maret 2013 sebanyak 2 orang. Kasus perdarahan pasca persalinan pada tahun 2011 adalah 14 0rang, tahun 2012 sebanyak 11 orang dan tahun 2013 bulan Januari - Maret terdapat ibu nifas dengan perdarahan (10 orang) yang disebabkan karena atonia uteri (3 orang), retensio plasenta (4 orang) dan laserasi jalan lahir (3 orang) (Rekam Medik Rumah Sakit Roemani Muhammadiyah Semarang, 2013). Data diatas menunjukkan bahwa kasus perdarahan primer dapat menyebabkan angka kematian ibu yang dikarenakan perdarahan sampai terjadi syok, jika tidak segera dilakukan tindakan. Maka penulis tertarik untuk mengambil Karya Tulis Ilmiah tentang Asuhan Kebidanan Ibu Nifas Dengan Perdarahan Primer di Ruang Nifas Rumah Sakit Roemani Muhammadiyah Semarang. B. RUMUSAN MASALAH Bagaimana Penatalaksaan Asuhan Kebidanan Ibu Nifas dengan Perdarahan Primer di Ruang Nifas Rumah Sakit Roemani Muhammadiyah Semarang?
5 C. TUJUAN 1. Tujuan Umum Untuk memberikan asuhan kebidanan pada ibu nifas dengan perdarahan post partum primer menggunakan pendekatan proses manajemen kebidanan melalui 7 langkah Varney dan pendokumentasian SOAP. 2. Tujuan khusus Mahasiswa dapat menerapkan asuhan kebidanan yang meliputi : a. Pengumpulan data dasar secara subyektif dan obyektif pada kasus ibu nifas dengan perdarahan post partum primer di Ruang Nifas Rumah Sakit Roemani Muhammadiyah Semarang. b. Penetapan diagnosa kebidanan, masalah dan kebutuhan klien untuk kasus ibu nifas dengan post partum primer di Ruang Nifas Rumah Sakit Roemani Muhammadiyah Semarang. c. Penetapan diagnosa potensial dan antisipasi yang harus dilakukan bidan dari ibu nifas dengan perdarahan post partum primer di Ruang Nifas Rumah Sakit Roemani Muhammadiyah Semarang. d. Penetapan kebutuhan atau tindakan segera untuk konsultasi, kolaborasi, merujuk kasus ibu nifas dengan perdarahan post partum primer di Ruang Nifas Rumah Sakit Roemani Muhammadiyah Semarang. e. Penetapan rencana asuhan kebidanan untuk kasus ibu nifas dengan post partum primer di Ruang Nifas Rumah Sakit Roemani Muhammadiyah Semarang.
6 f. Pelaksanaan tindakan untuk kasus ibu nifas dengan perdarahan post partum primerdi Ruang Nifas Rumah Sakit Roemani Muhammadiyah Semarang. g. Evaluasi efektifitas asuhan yang diberikan dan memperbaiki tindakan yang dipandang perludi Ruang Nifas Rumah Sakit Roemani Muhammadiyah Semarang. D. RUANG LINGKUP 1. Sasaran Ibu nifas dengan perdarahan post partum primer. 2. Tempat Di Ruang Nifas Rumah Sakit Roemani Muhammadiyah Semarang. 3. Waktu Waktu pengkajian ini pada bulan April sampai Agustus 2013. E. MANFAAT Manfaat studi kasus ini diarahkan untuk kepentingan dan pengembangan ilmu pengetahuan dan kepentingan bagi lembaga terkait : 1. Manfaat Teoritis a. Bagi Institusi Rumah Sakit Hasil studi kasus ini dapat dimanfaatkan sebagai referensi dan masukan data kejadian kasus ibu nifas dengan perdarahan post partum primer.
7 b. Bagi Mahasiswa Hasil studi kasus ini dapat digunakan untuk referensi dan menambah wawasan dalam memberikan asuhan kebidanan tentang kasus ibu nifas dengan perdarahan post partum primer. c. Bagi Pasien Pasien mendapatkan informasi yang berhubungan dengan perdarahan primer dan dapat memahami asuhan yang diberikan kepada pasien. d. Bagi Masyarakat Dapat menambah pengetahuan pembaca tentang cara memberikan asuhan kebidanan pada ibu nifas dengan perdarahan primer. e. Bagi Insitusi Pendidikan Untuk menambah wacana dan informasi mengenai asuhan kebidanan pada ibu nifas dengan perdarahan primer. 2. Manfaat Praktis a. Bagi Institusi Rumah Sakit Untuk memberikan masukan bagi bidan dalam pemberian asuhan kebidanan pada ibu nifas dengan perdarahan primer. b. Bagi Mahasiswa Mahasiswa dapat mempraktekkan asuhan kebidanan pada ibu nifas dengan perdarahan primer. c. Bagi Pasien Pasien dapat mendeteksini dini apabila terjadi perdarahan post partum primer.
8 d. Bagi Masyarakat Masyarakat dapat memberikan pertolongan segera untuk membawa ibu nifas yang mengalami perdarahan post partum primer ke tenaga kesehatan terdekat. e. Bagi Insitusi Pendidikan Sebagai bahan pertimbangan untuk memberikan asuhan kebidanan pada ibu nifas dengan perdarahan primer. F. METODE MEMPEROLEH DATA Menurut Mufdillah (2012:112), dalam pengumpulan data yang digunakan untuk menyusun karya tulis ini, penulis menggunakan beberapa metode yaitu : 1. Wawancara Penulis melakukan tanya jawab langsung terhadap pasien, keluarga dan semua tenaga kesehatan yang terlibat langsung dalam rangka pengumpulan data subyektif yang berhubungan dengan kesehatan pasien. 2. Observasi parsipatif Penulis mengamati dan ikut berperan aktif dalam melakukan asuhan kepada ibu nifas dengan perdarahan primer di Ruang Nifas Rumah Sakit Roemani Muhammadiyah Semarang. 3. Studi dokumentasi Penulis mengumpulkan data dari rekam medis pasien yang dapat membantu dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini.
9 4. Studi kepustakaan Penulis mengumpulkan, membaca dan mempelajari buku-buku, artikel dari sumber-sumber yang berkaitan dengan ibu nifas dengan perdarahan primer sehingga mempermudah dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini.