Maret Nilai outstanding kewajiban dan komitmen / nilai tagihan kontraktual 23,402,794 8,973,782 26,284,848 10,112,101

dokumen-dokumen yang mirip
LAPORAN PERHITUNGAN KEWAJIBAN PEMENUHAN RASIO KECUKUPAN LIKUIDITAS (LIQUIDITY COVERAGE RATIO) TRIWULANAN Posisi Laporan : Juni 2017

LAPORAN PERHITUNGAN KEWAJIBAN PEMENUHAN RASIO KECUKUPAN LIKUIDITAS (LIQUIDITY COVERAGE RATIO) TRIWULANAN Posisi Laporan : September 2017

LAPORAN PERHITUNGAN KEWAJIBAN PEMENUHAN RASIO KECUKUPAN LIKUIDITAS (LIQUIDITY COVERAGE RATIO) TRIWULANAN Posisi Laporan : Maret 2017

ANALISIS PERHITUNGAN KEWAJIBAN PEMENUHAN RASIO KECUKUPAN LIKUIDITAS (LIQUIDITY COVERAGE RATIO) TRIWULAN. Analisis secara Individu

LAPORAN PERHITUNGAN KEWAJIBAN PEMENUHAN RASIO KECUKUPAN LIKUIDITAS (LIQUIDITY COVERAGE RATIO ) TRIWULANAN. Nilai HQLA setelah pengurangan nilai

LAPORAN PERHITUNGAN KEWAJIBAN PEMENUHAN RASIO KECUKUPAN LIKUIDITAS (LIQUIDITY COVERAGE RATIO ) TRIWULANAN. Nilai HQLA setelah pengurangan nilai

LAPORAN PERHITUNGAN KEWAJIBAN PEMENUHAN RASIO KECUKUPAN LIKUIDITAS (LIQUIDITY COVERAGE RATIO ) TRIWULANAN

LAPORAN PERHITUNGAN KEWAJIBAN PEMENUHAN RASIO KECUKUPAN LIKUIDITAS (LIQUIDITY COVERAGE RATIO ) TRIWULANAN

LAPORAN PERHITUNGAN KEWAJIBAN PEMENUHAN RASIO KECUKUPAN LIKUIDITAS (LIQUIDITY COVERAGE RATIO) TRIWULANAN

LAPORAN PERHITUNGAN KEWAJIBAN PEMENUHAN RASIO KECUKUPAN LIKUIDITAS (LIQUIDITY COVERAGE RATIO) TRIWULANAN. Nilai HQLA setelah pengurangan nilai

PENGUNGKAPAN NILAI LIQUIDITY COVERAGE RATIO (LCR)

PENGUNGKAPAN NILAI LIQUIDITY COVERAGE RATIO (LCR)

PENGUNGKAPAN NILAI LIQUIDITY COVERAGE RATIO (LCR)

PENGUNGKAPAN NILAI LIQUIDITY COVERAGE RATIO (LCR)

PENGUNGKAPAN NILAI LIQUIDITY COVERAGE RATIO (LCR)

LAPORAN PERHITUNGAN KEWAJIBAN PEMENUHAN RASIO KECUKUPAN LIKUIDITAS (LIQUIDITY COVERAGE RATIO ) BULANAN

OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

LAPORAN KEWAJIBAN PEMENUHAN RASIO PENDANAAN STABIL BERSIH (NET STABLE FUNDING RATIO)

Laporan NSFR PT Bank Panin Tbk

LAPORAN PERHITUNGAN KEWAJIBAN PEMENUHAN RASIO PENDANAAN STABIL BERSIH (NET STABLE FUNDING RATIO) TRIWULANAN

Jatuh Tempo Saldo 1 bulan >1 bln s.d. 3 bln >3 bln s.d. 6 bln >6 bln s.d. 12 bln >12 bulan

- 1 - OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

Nama Bank : Bank Mayapada Internasional.Tbk Posisi : Triwulan I 2018

LAPORAN NSFR. Total Nilai Tertimbang. 1 tahun

TENTANG KEWAJIBAN PEMENUHAN RASIO KECUKUPAN LIKUIDITAS (LIQUIDITY COVERAGE RATIO) BANK UMUM

2016, No tentang Perbankan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1998 Nomor 182, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3790); 2

LAPORAN PERHITUNGAN KEWAJIBAN PEMENUHAN RASIO PENDANAAN STABIL BERSIH (NET STABLE FUNDING RATIO )

LAPORAN PERHITUNGAN NET STABLE FUNDING RATIO (NSFR)

PENJELASAN ATAS PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 13/23/PBI/2011 TENTANG PENERAPAN MANAJEMEN RISIKO BAGI BANK UMUM SYARIAH DAN UNIT USAHA SYARIAH

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA R.I

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI

KEBIJAKAN DAN KERANGKA MANAJEMEN RISIKO

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA DEWAN KOMISIONER OTORITAS JASA KEUANGAN,

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA R.I

RANCANGAN POJK TENTANG PENERAPAN MANAJEMEN RISIKO BAGI BANK PEMBIAYAAN RAKYAT SYARIAH

MANAJEMEN RISIKO. 1. Pengawasan aktif Dewan Komisaris dan Direksi;

No. 13/ 23 /DPNP Jakarta, 25 Oktober Kepada SEMUA BANK UMUM KONVENSIONAL DI INDONESIA

PENJELASAN ATAS PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 5/8/PBI/2003 TENTANG PENERAPAN MANAJEMEN RISIKO BAGI BANK UMUM

No.11/ 16 /DPNP Jakarta, 6 Juli Kepada SEMUA BANK UMUM DI INDONESIA. Perihal : Penerapan Manajemen Risiko untuk Risiko Likuiditas

2. Pengungkapan Tagihan Bersih Berdasarkan Sisa Jangka Waktu Kontrak (Dalam Jutaan Rp)

2016, No Indonesia ke Otoritas Jasa Keuangan; g. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a sampai dengan huruf f, perlu

KEBIJAKAN MANAJEMEN RISIKO

2 d. bahwa untuk mengelola eksposur risiko sebagaimana dimaksud dalam huruf a, konglomerasi keuangan perlu menerapkan manajemen risiko secara terinteg

No. 14/ 35 /DPNP Jakarta, 10 Desember 2012 S U R A T E D A R A N. Kepada SEMUA BANK UMUM KONVENSIONAL DI INDONESIA

Pengungkapan Ekposur Risiko Kredit Bank. A. Pengungkapan Tagihan Bersih Berdasarkan Wilayah

BAB I PENDAHULUAN. kepercayaan masyarakat untuk menggunakan jasa keuangan berbasis Islam

PENERAPAN MANAJEMEN RISIKO

RISIKO KREDIT 1. Pengungkapan Tagihan Bersih Berdasarkan Wilayah - Bank secara Individu

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PEDOMAN PERHITUNGAN DAN PENYUSUNAN LAPORAN RASIO PENDANAAN STABIL BERSIH (NET STABLE FUNDING RATIO) I. LATAR BELAKANG

PEDOMAN PERHITUNGAN DAN PENYUSUNAN LAPORAN RASIO PENDANAAN STABIL BERSIH (NET STABLE FUNDING RATIO)

PT Bank KEB Hana Indonesia Pengungkapan Tagihan Bersih Berdasarkan Wilayah - Bank Secara Individu

TENTANG PENERAPAN MANAJEMEN RISIKO BAGI BANK UMUM

Risiko Kredit Tabel 1 : Pengungkapan Tagihan Bersih Berdasarkan Wilayah - Bank Secara Individu

KOMITE-KOMITE DI BAWAH DIREKSI

PENERAPAN MANAJEMEN RISIKO

Risiko Kredit Tabel 1 : Pengungkapan Tagihan Bersih Berdasarkan Wilayah - Bank Secara Individu

Risiko Kredit Tabel 1 : Pengungkapan Tagihan Bersih Berdasarkan Wilayah - Bank Secara Individu

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 17/POJK.03/2014 TENTANG PENERAPAN MANAJEMEN RISIKO TERINTEGRASI BAGI KONGLOMERASI KEUANGAN

-2- mengingat hal ini merupakan salah satu pemenuhan tingkat kepatuhan Bank terhadap standar internasional. II. PASAL DEMI PASAL Pasal 1 Pasal 2 Pener

Pengungkapan Permodalan dan Informasi Kuantitatif Eksposur Risiko PT. PRIMA MASTER BANK (Sesuai SE OJK Nomor 43/SEOJK.03/2016)

Pengungkapan Permodalan dan Informasi Kuantitatif Eksposur Risiko PT. PRIMA MASTER BANK (Sesuai SE OJK Nomor 43/SEOJK.03/2016)

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 13/23/PBI/2011 TENTANG PENERAPAN MANAJEMEN RISIKO BAGI BANK UMUM SYARIAH DAN UNIT USAHA SYARIAH

Matriks Rancangan Peraturan Otoritas Jasa Keuangan tentang Penerapan Manajemen Risiko Bagi Bank Perkreditan Rakyat (BPR)

PENGUNGKAPAN INFORMASI KUANTITATIF EKSPOSUR RISIKO PT. BANK PEMBANGUNAN DAERAH BALI POSISI 30 JUNI 2017

SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR /SEOJK.03/2014 TENTANG KEWAJIBAN PENYEDIAAN MODAL MINIMUM SESUAI PROFIL RISIKO BAGI BANK UMUM SYARIAH

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

- 3 - MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN TENTANG PENERAPAN MANAJEMEN RISIKO TERINTEGRASI BAGI KONGLOMERASI KEUANGAN.

GUBERNUR BANK INDONESIA,

SALINAN SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 48 /SEOJK.03/2017

Yth: 1. Direksi Bank Umum Syariah 2. Direksi Bank Umum Konvensional yang Memiliki Unit Usaha Syariah di tempat

- 1 - SALINAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA DEWAN KOMISIONER OTORITAS JASA KEUANGAN,

PENERAPAN MANAJEMEN RISIKO DAN TATA KELOLA TERINTEGRASI BAGI KONGLOMERASI KEUANGAN

Deutsche Bank. Pengungkapan Risiko Kredit Tagihan Bersih Berdasarkan Wilayah

CONSULTATIVE PAPER KERANGKA BASEL III LIQUIDITY COVERAGE RATIO (LCR)

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 65 /POJK.03/2016 TENTANG PENERAPAN MANAJEMEN RISIKO BAGI BANK UMUM SYARIAH DAN UNIT USAHA SYARIAH

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BANK INDONESIA,

SALINAN SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 43 /SEOJK.03/2016 TENTANG TRANSPARANSI DAN PUBLIKASI LAPORAN BANK UMUM KONVENSIONAL

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 13/POJK.03/2015 TENTANG PENERAPAN MANAJEMEN RISIKO BAGI BANK PERKREDITAN RAKYAT

Pengungkapan Permodalan dan Informasi Kuantitatif Eksposur Risiko PT. PRIMA MASTER BANK (Sesuai SE OJK Nomor 43/SEOJK.03/2016)

-2- II. PASAL DEMI PASAL Pasal 1 Pasal 2 NSFR dihitung dengan formula sebagai berikut:. Konversi mata uang asing menjadi rupiah dilakukan dengan mengg

I. UMUM II. PASAL...

BAB I PENDAHULUAN. sebagaimana telah diubah dengan Bank dalam Pasal 1 ayat (2) UU Nomor 10

No Angka 2 Pasal 11 Kewajiban penyampaian Laporan Publikasi Bulanan secara online melalui sistem pelaporan Otoritas Jasa Keuangan dilaksanakan

BAB 1 PEMBAHASAN 1. ANALISIS LIKUIDITAS, RENTABILITAS, DAN SOLVABILITAS

RANCANGAN SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN /POJK.03/2018

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA DEWAN KOMISIONER OTORITAS JASA KEUANGAN,

PENERAPAN MANAJEMEN RISIKO

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 14/14/PBI/2012 TENTANG TRANSPARANSI DAN PUBLIKASI LAPORAN BANK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

7. Memastikan sistem pengendalian internal telah diterapkan sesuai ketentuan.

PEDOMAN PENGISIAN LAPORAN PROFIL MATURITAS

PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 18/POJK.03/2016 TAHUN 2016 TENTANG PENERAPAN MANAJEMEN RISIKO BAGI BANK UMUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

FREQUENTLY ASKED QUESTIONS (FAQ) PBI NO.16/11/PBI/2014 TENTANG PENGATURAN DAN PENGAWASAN MAKROPRUDENSIAL

Posisi Tanggal Laporan 30 Juni Di Yogyakar ta. Jawa Tengah

LAMPIRAN I SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 14/SEOJK.03/2015 TENTANG PENERAPAN MANAJEMEN RISIKO TERINTEGRASI BAGI KONGLOMERASI KEUANGAN

MANAJEMEN RISIKO LIKUIDITAS UNTUK PERBANKAN DI INDONESIA

Tabel 1.1 Pengungkapan Tagihan Bersih Berdasarkan Wilayah Bank Secara Individu. Posisi Tanggal Laporan Tagihan Bersih Berdasarkan Wilayah

PENGUNGKAPAN INFORMASI KUANTITATIF EKSPOSUR RISIKO

LAMPIRAN I SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 34 /SEOJK.03/2016 TENTANG PENERAPAN MANAJEMEN RISIKO BAGI BANK UMUM

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA DEWAN KOMISIONER OTORITAS JASA KEUANGAN,

Transkripsi:

LAPORAN PERHITUNGAN KEWAJIBAN PEMENUHAN RASIO KECUKUPAN LIKUIDITAS (LIQUIDITY COVERAGE RATIO) TRIWULANAN Nama Bank : Bank Panin Tbk Posisi Laporan : Maret 2018 INDIVIDUAL Maret 2018 KONSOLIDASIAN Maret 2018 No Komponen Nilai outstanding kewajiban dan komitmen / nilai tagihan kontraktual Nilai HQLA setelah pengurangan nilai (haircut) atau Outstanding kewajiban dan komitmen dikalikan tingkat penarikan (run-off rate) atau Nilai tagihan kontraktual dikalikan tingkat penerimaan (inflow rate) Nilai outstanding kewajiban dan komitmen / nilai tagihan kontraktual Nilai HQLA setelah pengurangan nilai (haircut) atau Outstanding kewajiban dan komitmen dikalikan tingkat penarikan (run-off rate) atau Nilai tagihan kontraktual dikalikan tingkat penerimaan (inflow rate) 1 Jumlah data Poin yang digunakan dalam perhitungan LCR 62 hari 62 hari HIGH QUALITY LIQUID ASSET (HQLA) 2 Total High Quality Liquid Asset (HQLA) 38,189,727 40,229,745 ARUS KAS KELUAR (CASH OUTFLOWS) 3 Simpanan nasabah perorangan dan Pendanaan yang berasal dari nasabah Usaha Mikro dan Usaha Kecil,terdiri dari: 104,576,034 8,445,056 105,456,954 8,514,298 a. Simpanan / Pendanaan stabil 40,250,947 2,012,547 40,627,957 2,031,398 b. Simpanan / Pendanaan kurang stabil 64,325,087 6,432,509 64,828,997 6,482,900 4 Pendanaan yang berasal dari nasabah korporasi, terdiri dari: 26,616,995 11,819,296 31,208,814 14,487,432 a. Simpanan operasional 469,985 101,299 698,904 150,269 b. Simpanan non- operasional dan /atau kewajiban lainnya yang bersifat non-operasional 23,402,794 8,973,782 26,284,848 10,112,101 c. Simpanan non-operasional dan/atau kewajiban yang bersifat nonoperasional yang berasal dari entitas lainnya 2,744,215 2,744,215 3,988,007 3,988,007 d. surat berharga berupa surat utang yang diterbitkan oleh bank (unsecured debt) 0 0 237,055 237,055 5 Pendanaan dengan agunan (secured funding) 0 0 6 Arus kas keluar lainnya (additional requirement), terdiri dari: 14,771,762 12,742,302 15,768,514 13,739,054 a. arus kas keluar atas transaksi derivatif 5,721,601 5,721,601 5,721,601 5,721,601 b. arus kas keluar atas peningkatan kebutuhan likuiditas 0 0 0 0 c. arus kas keluar atas kehilangan pendanaan 0 0 0 0 d. arus kas keluar atas penarikan komitmen fasilitas kredit dan fasilitas likuiditas 1,716,078 242,456 1,716,078 242,456 e. arus kas keluar atas kewajiban kontraktual lainnya terkait penyaluran dana 0 0 0 0 f. arus kas keluar atas kewajiban kontijensi pendanaan lainnya 573,959 18,121 573,959 18,121 g. arus kas keluar kontraktual lainnya 6,760,125 6,760,125 7,756,876 7,756,876 7 TOTAL ARUS KAS KELUAR (CASH OUTFLOWS) 145,964,791 33,006,654 152,434,282 36,740,783 ARUS KAS MASUK (CASH INFLOWS) 8 Pinjaman dengan agunan Secured lending 7,297,896 0 7,297,896 0 9 Tagihan berasal dari pihak lawan (counterparty) yang bersifat lancar (inflows from fully performing exposures) 4,948,048 2,536,097 5,645,590 2,866,174 10 Arus kas masuk lainnya 9,832,005 7,756,550 9,854,563 7,767,829 11 TOTAL ARUS KAS MASUK (CASH INFLOWS) 22,077,949 10,292,647 22,798,049 10,634,003 TOTAL ADJUSTED VALUE1 TOTAL ADJUSTED VALUE1 12 TOTAL HQLA 38,189,727 40,229,745 13 TOTAL ARUS KAS KELUAR BERSIH (NET CASH OUTFLOWS) 22,714,007 26,106,780 14 LCR (%) 168.13% 154.10% Keterangan : 1 Adjusted value dihitung setelah pengenaan pengurangan nilai (haircut), tingkat penarikan (run-off rate), dan tingkat penerimaan (inflow rate) serta batas maksimum komponen HQLA, misalnya batas maksimum HQLA Level 2B dan HQLA Level 2 serta batas maksimum arus kas masuk yang dapat diperhitungkan dalam LCR

ANALISIS PERHITUNGAN KEWAJIBAN PEMENUHAN RASIO KECUKUPAN LIKUIDITAS (LIQUIDITY COVERAGE RATIO) TRIWULAN Nama Bank : PT Bank Panin Tbk. Posisi Laporan : Maret 2018 Analisis secara Individu Analisis kondisi likuiditas Bank secara individu antara lain: a. Baik pergerakan HQLA maupun arus kas masuk dan arus kas keluar ketiga tiganya memiliki pengaruh yang signifikan terhadap pergerakan rasio LCR bank secara individu. b. Trend Nilai rasio LCR bank rata rata bulanan secara individu posisi Januari 2018 jika dibandingkan dengan posisi Pebruari 2018 mengalami peningkatan dari 153,72% menjadi 158,81%. Peningkatan rasio ini diakibatkan peningkatan komponen HQLA sebesar 5,31% (mtm) jauh lebih besar jika dibandingkan dengan peningkatan yang dialami oleh komponen Net Cash Outflow sebesar 1,94% (mtm). Peningkatan komponen HQLA terutama didorong oleh peningkatan HQLA Level 1, yang diakibatkan karena peningkatan komponen Surat berharga yang diterbitkan Pemerintah Pusat dan Bank Indonesia sebesar Rp 2.226 miliar atau 9,38% (mtm). Sedangkan komponen HQLA level 1 yang lain seperti Penempatan pada Bank Indonesia dan kas dan setara kas justru mengalami penurunan sebesar masing masing Rp 253 miliar atau 2,41% (mtm) dan Rp 53 miliar atau 4,18% (mtm). Sedangkan peningkatan Net Cash Outflow diakibatkan karena peningkatan yang terjadi pada arus kas keluar sebesar Rp 2.097 miliar (mtm) lebih besar jika dibandingkan dengan kenaikan arus kas masuk sebesar Rp 1.645 miliar (mtm). c. Nilai Rasio LCR bank rata rata bulanan secara individu posisi Pebruari 2018 jika dibandingkan dengan posisi Maret 2018 mengalami peningkatan dari 158,81% menjadi 189,03%. Peningkatan ini terutama diakibatkan oleh peningkatan yang terjadi pada HQLA sebesar Rp 3.475 miliar atau sebesar 9,22% (mtm), sedangkan komponen Net Cash outflow justru mengalami penurunan sebesar Rp 1.955 miliar atau sebesar 8,24% (mtm). Peningkatan komponen HQLA terutama didorong oleh peningkatan HQLA Level 1, yang diakibatkan karena peningkatan komponen Surat berharga yang diterbitkan Pemerintah Pusat dan Bank Indonesia dan Penempatan pada Bank Indonesia masing masing sebesar Rp 3.358 miliar atau 12,93% (mtm) dan Rp 241 miliar atau 2,35% (mtm). Sedangkan komponen Kas dan Setara Kas justru mengalami penurunan sebesar Rp 116 miliar atau 9,57% (mtm). Sedangkan penurunan Net Cash Outflow diakibatkan oleh penurunan yang terjadi pada arus kas keluar sebesar Rp 3.157 miliar (mtm) lebih besar jika dibandingkan

dengan penurunan yang terjadi pada arus kas masuk sebesar Rp 1.201 miliar (mtm). d. Dari total HQLA rata-rata triwulan posisi Maret 2018 sebesar Rp 38.190 miliar didominasi oleh komponen HQLA level 1 sebesar Rp 37.927 miliar (99,31%). Di mana komponen HQLA level 1 ini didominasi oleh Surat berharga yang diterbitkan Pemerintah Pusat dan Bank Indonesia dalam rupiah dan valuta asing sebesar Rp 26.309 miliar dan penempatan pada Bank Indonesia sebesar Rp 10.427 miliar. e. Komposisi pendanaan rata-rata triwulan posisi Maret 2018 didominasi oleh simpanan nasabah korporasi dan nasabah perorangan masing-masing sebesar Rp 11.819 miliar dan Rp 8.072 miliar. f. Eksposur derivatif bank mengalami peningkatan baik pada sisi arus kas keluar maupun arus kas masuk menjadi sebesar Rp 5,72 triliun pada Laporan rata-rata triwulan posisi Maret 2018. g. Manajemen Likuiditas secara harian dikelola Divisi Liquidity (DLI) bekerjasama dengan unit unit terkait. Penerapan manajemen risiko bagi Bank Umum mencakup: a. Pengawasan aktif Direksi dan Dewan Komisaris dalam pengelolaan likuiditas telah dilaksanakan dengan baik salah satunya melalui Rapat ALCO yang diselenggarakan secara rutin setiap bulan sebagai wadah internalisasi baik strategi maupun pengelolaan dalam menjaga likuiditas bank. b. Bank telah memiliki kebijakan terkait manajemen risiko likuiditas yang dikaji ulang secara berkala, yaitu Kebijakan Risiko Pasar dan Likuiditas, serta Kebijakan ALMA. Bank juga telah menetapkan dan memonitor limit risiko likuiditas secara rutin. Kaji ulang limit dilakukan secara berkala. Bank telah memiliki laporan harian likuiditas yang didalamnya mencakup indikator indikator likuiditas sebagai early warning. Bank juga telah melaksanakan stress testing secara berkala dengan tiga skenario yaitu Mild, Medium dan Severe dengan menggunakan metode pendekatan historical dan Exponential Weighted Moving Average (EWMA). Bank juga telah memiliki rencana pendanaan darurat. c. Proses identifikasi, pengukuran, pemantauan, dan pengendalian telah memadai. Proses Manajemen Risiko sudah mencakup seluruh aktivitas bisnis terkait dengan Risiko Likuiditas Bank termasuk identifikasi produk yang terkait risiko likuiditas. Proses monitoring sudah dilakukan secara rutin melalui laporan likuiditas harian, laporan likuiditas dan pemantauan limit mingguan (termasuk didalamnya buffer liquidity), liquidity highlight report, serta maturity gap bulanan yang dilaporkan kepada direktur bidang dan unit bisnis terkait. d. Efektifitas sistem pengendalian internal (SPI) dalam mendukung pelaksanaan manajemen risiko likuiditas cukup memadai. Hal ini tercermin dari implementasi elemen utama SPI pada aktivitas pengelolaan likuiditas bank, yaitu:

a) Pengawasan oleh manajemen dan budaya pengendalian (tugas dan tanggung jawab serta wewenang DEKOM, DIREKSI, dan Risk Culture / Budaya Pengendalian); b) Identifikasi dan penilaian risiko likuiditas; c) Aktivitas pengendalian risiko likuiditas dan pemisahan fungsi; d) Sistem informasi likuiditas; e) Aktivitas pemantauan likuiditas dan tindakan koreksi. e. Kaji ulang independen (independent review) oleh Satuan Kerja Manajemen Risiko (SKMR) dalam metodologi, asumsi, dan variabel dalam mengukur dan menetapkan limit risiko dari sisi kerangka manajemen risiko dan penerapan manajemen risiko yang dilakukan oleh unit bisnis dan/atau unit pendukung cukup memadai. Hal ini tercermin dari: a) Kaji ulang kebijakan telah dilakukan secara berkala; b) Kaji ulang dalam penyusunan profil risiko (inherent risk & KMPR), yang didalamnya sudah termasuk penetapan parameter dan metodologi, telah dilakukan secara berkala; c) Kaji ulang limit likuiditas telah dilakukan secara berkala bekerja sama dengan unit bisnis terkait.

ANALISIS PERHITUNGAN KEWAJIBAN PEMENUHAN RASIO KECUKUPAN LIKUIDITAS (LIQUIDITY COVERAGE RATIO) TRIWULAN Nama Bank : PT Bank Panin Tbk. Posisi Laporan : Maret 2018 Analisis secara konsolidasi Analisis kondisi likuiditas Bank secara konsolidasi antara lain: a. Baik pergerakan HQLA maupun arus kas masuk dan arus kas keluar ketiga tiganya memiliki pengaruh yang signifikan terhadap pergerakan rasio LCR bank secara konsolidasi. b. Jika dilihat dari komposisi LCR secara konsolidasi, maka pengaruh PT Bank Panin sebagai perusahaan induk lebih dominan jika dibandingkan dengan entitas anak yang lain seperti PT Bank Panin Dubai Syariah, PT Verena Multi Finance dan PT Clipan Finance Indonesia yang kontribusinya lebih kecil. c. Jika dibandingkan antara rasio LCR rata rata posisi Maret 2018 bank secara individu dibandingkan dengan konsolidasi terjadi penurunan dari 168,13% menjadi 154,10%. Penurunan ini terjadi karena peningkatan Net Cash Outflow yang terjadi karena proses konsolidasi jauh lebih besar dibandingkan dengan peningkatan HQLA yang terjadi karena proses konsolidasi yaitu masing-masing sebesar 14,94% dan 5,34%. Peningkatan Net Cash Outflow akibat proses konsolidasi lebih dikarenakan peningkatan Arus Kas Keluar akibat konsolidasi jauh lebih besar jika dibandingkan dengan peningkatan Arus Kas Masuk akibat konsolidasi yaitu masing masing sebesar 11,31% dan 3,32%. Peningkatan Arus Keluar akibat proses konsolidasi paling besar diakibatkan penambahan Penarikan Pendanaan yang Berasal dari Nasabah Korporasi sebesar 22,57%, yang berasal dari dana pihak ketiga PT Bank Panin Dubai Syariah. d. Trend Nilai rasio LCR konsolidasi posisi Januari 2018 jika dibandingkan dengan posisi Pebruari 2018 mengalami peningkatan dari 142,36% menjadi 147,61%. Peningkatan ini diakibatkan peningkatan HQLA sebesar 4,72% (mtm) jauh lebih besar jika dibandingkan dengan peningkatan Net Cash Outflow sebesar 1,00% (mtm). Peningkatan komponen HQLA terutama didorong oleh peningkatan HQLA Level 1, yang diakibatkan karena peningkatan komponen Surat berharga yang diterbitkan Pemerintah Pusat dan Bank Indonesia sebesar Rp 2.086 miliar atau 8,47% (mtm) yang didominasi oleh surat berharga milik induk. Sedangkan komponen HQLA level 1 yang lain seperti Penempatan pada Bank Indonesia dan kas dan setara kas justru mengalami penurunan sebesar masing masing Rp 230 miliar atau 2,00% (mtm) dan Rp 54 miliar atau 4,25% (mtm). Sedangkan peningkatan Net Cash Outflow diakibatkan peningkatan pada arus kas keluar sebesar Rp 2.018 miliar (mtm) lebih besar jika

dibandingkan dengan peningkatan pada arus kas masuk sebesar Rp 1.753 miliar (mtm). Peningkatan pada HQLA dan Net Cash outflow tersebut di atas sejalan dengan peningkatan yang terjadi pada bank secara Individu. e. Sedangkan Nilai Rasio LCR konsolidasi posisi Pebruari 2018 jika dibandingkan dengan posisi Maret 2018 mengalami peningkatan juga dari 147,61% menjadi 173,31%. Peningkatan ini terutama diakibatkan oleh peningkatan pada komponen HQLA sebesar Rp 4.049 miliar atau sebesar 10,25% (mtm), sedangkan komponen Net Cash Outflow justru mengalami penurunan sebesar Rp 1.632 miliar atau sebesar 6,10% (mtm). Peningkatan komponen HQLA terutama didorong oleh peningkatan HQLA Level 1, yang diakibatkan karena peningkatan komponen Surat berharga yang diterbitkan Pemerintah Pusat dan Bank Indonesia dan Penempatan pada Bank Indonesia masing masing sebesar Rp 3.296 miliar atau 12,34% (mtm) dan Rp 876 miliar atau 7,78% (mtm). Sedangkan komponen Kas dan Setara Kas justru mengalami penurunan sebesar Rp 116 miliar atau 9,44% (mtm). Sedangkan penurunan Net Cash Outflow diakibatkan penurunan pada arus kas keluar sebesar Rp 2.222 miliar (mtm) lebih besar jika dibandingkan dengan penurunan pada arus kas masuk sebesar Rp 590 miliar (mtm). f. Dari total HQLA konsolidasi rata-rata triwulan posisi Maret 2018 sebesar Rp 40.230 miliar didominasi oleh komponen HQLA level 1 sebesar Rp 39.955 miliar (99,32%). Di mana komponen HQLA level 1 ini didominasi oleh Surat berharga yang diterbitkan Pemerintah Pusat dan Bank Indonesia dalam rupiah dan valuta asing sebesar Rp 27.092 miliar dan Rp 11.650 miliar.. g. Komposisi pendanaan konsolidasi rata-rata triwulan posisi Maret 2018 didominasi oleh simpanan nasabah korporasi dan nasabah perorangan masing-masing sebesar Rp 14.487 miliar dan Rp 8.127 miliar rupiah. h. Eksposur derivatif bank secara konsolidasi hanya terdiri dari eksposur yang dimiliki Bank Panin.